Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM (MASA NIFAS)

DI SUSUN OLEH:

NAMA : MUH.BAGUS KURNIAWAN

NIM : 72020040090

PROGAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM (MASA NIFAS)

A. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang dapat hidup
dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Wiknjosastro, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya
berlangsung selama 6-8 minggu (mochtar-rustam, 2015)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (manuaba, 2010)
Menurut WHO menyatakan bahwa pasca partus-post natal, mulai sejak 1 jam
setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari
(manuaba, 2010)
Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (manuaba, 2010)

B. ETIOLOGI
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,
dengan bantuan:
1. Partus dibagi 4 kala:
a. Kala I: kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12
jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II: gejala utama kala II adalah his semakin kuat dengan interval
2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang
akhir kala 1 ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, his dan
mengejn lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka
pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegangdi bawah dagu
di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua
bahu lahir ketiak diikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang
diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III: setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus
terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi
perdarahan .
d. Kala IV: dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama,
observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc (manuaba,2010)
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor
janin, dan faktor persalinan pervagina.
a. Faktor ibu
1) Paritas
Menurut pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup diluar rahim (lebih dari
28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu
yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa
mengingat jumlah anaknya (oxom, 2010). Menurut kamus besar
bahasa indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus
pada primipara robekan perineum hampir selesai terjadi dan
tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (sarwono,
2010)
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran
bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi.
Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia
merasakan dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson,
2016). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif
pada posisi tertentu (Jhonson, 2016)
b. Faktor janin
1) Berat badan bayi baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000
gram (jhonson, 2016). Makrosomia disertai dengan
meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti
distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang
klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi
jalan lahir dan robekan pada perineum (jhonson, 2016)
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan
sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu
(Dorland, 2012)
a) Presentasi muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,
sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara
glabella dan bregma (Oxorn, 2010)
b) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagai
( pertengahan ), hal ini berlawanan dengan presentasi muka
yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjuknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah
diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm merupakan
diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang
(Oxorn, 2010)
c) Presentasi bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan
kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub
bawah dengan penunjuknya adalah secrum. Berdasarkan
posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi
bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi
bokong lutut (Oxorn, 2010)
c. Faktor persalinan pervagina
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negative
dengan alat vacum yang di pasang dikepalanya (mansjoer, 2010)
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi cunam/forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang dikepala janin
(masjoer,2010). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena
tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio,
vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan, post partum,
pecahnya varices vagina (Oxom, 2010)
3) Embriotomi
Adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ
tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang
lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut
(Syaifudin, 2016)
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan yang berlangsung sangat cepat berlangsung kurang
dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus
dan rahim yang terlalu kuat, atau pada keadaan yang sangat
jarang di jumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga
ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat
(Cunningham, 2014)

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada masa nifas (post partum) menurut (Yuli, 2017) yaitu:
1. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh dalam 24 jam pertama > 38 oc. Jika sampai pada hari ke 10 >
38oc hati-hati adanya infeksi puerporalis, infeksi saluran kemih.
2. Involusio
Merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan sebelum hamil. Proses
involusi terjadi karena:
a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami besar
kencing setelah melahirkan
b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus

Involusi pada alat kandungan:

a. Fundus uteri
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya
Tabel perubahan uterus setelah melahirkan menurut masa involusi

Involusi TFU Berat Diameter Keadaan


Uterus Bekas Cervix
Melekat
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
plasenta pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat
lahir pusat dilalui 2 jari
1 minggu symphisis 350 gr 5 cm Dapat
tak teraba dimasuki 1
2 minggu 50 gr 2,5 cm jari
Sebesar
hamil 2
6 minggu minggu

normal 30 gr
8 minggu

b. Tempat insersi plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi
plasenta tidak meninggalkan perut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka.
c. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
d. Perubahan cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi
sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.
e. Endometrium
Mengalami involusi daerah implantasi plasenta. Nekrosis pembuluh
darah terjadi 2-3 post partum. Pada hari ketuju terbentuk lapisan basal
dan pada 16 hari normal kembali.
f. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau
lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
1) Lachea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir dari ke 3-7 pasca persalinan
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 paska persalinan
4) Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu
5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk
6) Lochea status: lochea tidak lancar keluarnya
g. Clitoris
Kenceng dan tidak terlalu keras
h. Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama,
tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga
sebagian dari dinding perut digaris tengah terdiri dari perineum, fascia
tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan
atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bakar episiotomi
(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran
bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.
i. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena regangan begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diagfragma
pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur
angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak jarang uterus jatuh
kebelakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
pasca persalinan.
j. Sistem kardoivaskuler
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh
darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang
menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi
normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah
kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan
progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan
penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
k. Sistem urinaria
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas
ini terjadi pada hari pertama post partum.
l. Sistem endokrin
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi exytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah
itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil berkas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologi pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan ekstrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH diovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarum mnyebabkan pengeluaran ekstrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi.
m. Laktosi
Laktosi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang
terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang
baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron
merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron
merangsang pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini
mengeram LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat
merangsang laktasi. Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin
yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu
oleh bayi. Rangsang ini menuju kehipofise dan menghasilkan oxtocin
yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pada hari ke
3 post partum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau aerola mammae dipijat,
keluarlah cairan puting dari puting susu.
n. Sistem pencernaan
Terjadi kostipasi akibat takut episiotomi rusak, penurunan tonus
abdoment kurang intake menjelang partus dan pengaruh klisma.
o. Sistem muskloskeletal
1) Peningkatan ukuran uterus menyebabkan distasis rektus abdominis
2) Sensasi ekstremitas bawah mengalami penurunan
3) Tromboplebitis terjadi akibat penurunan aktivitas dan peningkatan
protomblin
4) Edema terjadi pada periode post partum dini
Perubahan psikologis
Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi 3
tahap yaitu:
1) Periode taking in
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal
yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru
2) Periode taking hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawat bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar
3) Periode letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi. Sedangkan stress emosional pada ibu nifas
kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari
ke 3-5 post partum.
D. PATOFISIOLOGI
1. Adaptasi fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada
digaris tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian
fundus berdasar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam,
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus
kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam pada hari paska partum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500gr 1 minggu setelah melahirkan dan
350gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-
60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa paska
partum penurunan kadar hormone menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebegai respon terhadap volume intrauterin
yang sangat besar. Homeostrasis pasca partum dicapai terutama akibat
kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas
dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Selama 1-2
jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya payudara segera lahir karena isapan bayi pada
payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, (2010) adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase taking in/ketergantungan
Fase ini dimulai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan
dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan
b. Fase taking hold/ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go/ saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang
baru. Tubuh pasien telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan
kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
E. PATHWAY

Post partum normal

Luka episiotomi Perubahan fisiologi Perubahan psikologis

Takut akan Proses Vagina Taking in Taking hold


Penting go
lepas jaringan involusi perineum (ketergant
(kemandiria
ungan
n)
Butuh kemandari
Tertahannya Peningkatan Reptur jaringan perlindunga an
urine kadar n dan
ocytoxin, pelayanan
Personal Perubahan
peningkatan
hygiene menjadi
Kantong urine kontraksi
uterus Berfokus orang tua
penuh pada diri
Kurang baik sendiri dan
Nyeri akut lemas Ketidakefek
Gangguan Genetalia tifan
eliminasi urine kotor menyusui
Gangguan
pola tidur
Resiko infeksi

Belajar mengenai
Kondisi tubuh
perawatan diri dan
mengalami perubahan
bayi

Kurang pengetahuan

Resiko gangguan proses


parenting

(Hamilton, 2010)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu post partum menurut Yuli (2017) yaitu:
1. Perdarahan post partum (keadaan kehilangan darah lebih daro 500mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Endometritis (radang endrometrium
3. Miometritis atau metritis (radang otak-otak uterus)
4. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
5. Caked breast/ bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras
dan berbenjol-benjol)
6. Mastitis (mamae membesar dan nyeri pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan: jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
7. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri)
8. Luka perineum (ditandai dengan: nyeri lokal, disuria, temperatur naik
38,3oc , nadi < 100x/menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,
pupus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas

G. TANDA-TANDA BAHAYA POST PARTUM


Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir (Depkes RI,2004). Tanda-tanda yang mengancam
terjadinya robekan perineum antara lain:
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap
3. Ada perbedaan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan
pada mukosa vagina
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut sarwono (2010) yaitu:
1. Kondisi uterus : palpasi fundus, kontraksi TFU
2. Jumlah pendarahan: inspeksi perineum, leserasi, hematom.
3. Pengeluaran loche
4. Kandung kemih: distensi bladder

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Siti(2009) dan Yuli (2017) yaitu:
1. Penatalaksanaan medis
a) Pemeriksaan laboratorium dalam lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit)
b) Urinalisis: kadar urin
c) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
d) Berikan antibiotik bila ada indikasi
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Mobilisasi dini
b) Rawat gabung
c) Pemeriksaan umum (keluhan dan kesadaran)
d) Pemeriksaan khusus (TTV, fundus uteri, payudara, lochea, luka
jahitan episiotomi)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang: nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
suku, agama, alamat, no.medical record, nama suami, umur,
pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama: keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan
pengkajian. Biasanya pada pasien post partum keluhan utama yang
dirasakan yaitu nyeri divagina.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri,
Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau
tersayat,
R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri,
S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri,
T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Hal – hal yang perlu dikaji
1. Ekspresi pasien
2. Klasifikasi pengalaman nyeri
3. Karakteristik nyeri
a. Omset dan durasi
b. Lokasi
c. Keparahan
d. Kualitas nyeri
e. Pola nyeri
Menurut Wong dan Baker (1999) Intensitas nyeri dapat
diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri berikut:
3. Riwayat haid
Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
kosistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal
partus.
4. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah
perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua?
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat kehamilan: berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC,
hasil laboratorium: USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan
termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi
keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
b. Riwayat persalinan: riwayat persalinan lalu: jumlah gravida,
jumlah portal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin,
jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik,
kondisi saat ini.
c. Riwayat nifas pada persalinan lalu: pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas
setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada
payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian asi, respon
dan suport keluarga.
d. Riwayat persalinan saat ini: kapan mulai timbulnya his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan,
dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan
sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat,
lama pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta, jumlah
perdarahan.
e. Riwayat new born: apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi
atau tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis
atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor,
jenis kelamin bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital,
apakah dilakukan bonding attatehment secara dini dengan ibunya,
apakah langsung diberikan asi atau susu formula.
6. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan
datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa
mendatang.
7. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-
ulang?
8. Riwayat psikososisal kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang
melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola
koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan
dengan anggota keluarga lain, dukungan sosial dan pola komunikasi
termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada
klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi
baru lahir, krisi keluarga. Blues: perasaan sedih, kelelahan,
kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi: kosentrasi,
minat, perasaan kesepian, ketidak amanan, berpikir obsesif,
rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan
yang berlebihan pada dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan
dengan budaya pada perawat post partum, makanan atau minuman,
menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan,
harapan dan cita-cita.
9. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetik, menular, kelainan kongenital atau gangguan kejiwaan
yang penuh diderita oleh keluarga
10. Prifil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat,
sibling, type rumah, community seeting, penghasilan keluarga,
hubungan sosial dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat
11. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi: pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi,
konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah, frekuensi.
b. Pola istirahat dan tidur: lamanya, kapan (malam, siang),rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut,lampu
atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi: apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan,
adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urine),
hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blas atau retensi urine
karena rasa telut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet
d. Personal hygiene: pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genetalia, pola berpakaian,
tatarias rambut dan wajah
e. Aktifitas: kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah
melahirkan, kemampuan merawat dan melakukan eliminasi,
kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan: situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks
12. Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan
seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse
pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomi membaik dan
lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
13. Konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan, perasaan klien bila mengalami operasi SC karena CPD
atau karena bentuk tubuh yang pendek.
14. Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orang tua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan
perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel.
Pengetahuan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan
karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan,
kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal
hygiene, payudara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi
(perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju
atau popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfalitasi
hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan sekret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan.
Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
15. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran
b. BB, TB, LLA, tanda vital normal (RR konsisten, nadi cenderung
bradi cardy, suhu 36,2-38, respirasi 16-24)
c. Kepala: rambut, wajah, mata(conjungtiva), hidung, mulut, fungsi
pengecapan, pendengaran, dan leher
d. Breast: pembesaran, simetris pigmentasi, warna kulit, keadaan
arcola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi atau kolostrum.
Perabaan pembesaran kelenjaran getah bening diketiak.
e. Abdomen: teraba lembut, tekstur doughy (kenyal), musculus
reetur abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi,
striae. Tinggi fundus uterus, kosistensi(keras, lunak, boggy),
lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital: lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang.
Perineum: keadaan luka episiotomy, echimosis, edema,
kemerahan, eritema, drainage. Lochia(warna, jumlah, bau, bekuan
darah atau konsistensi, 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba),
anus: hemoroid dan trombosis pada anus
g. Muskoloskeletal: tanda homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot
16. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah: hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum (jika
Hb< 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit,
trombosit
b. Klien dengan dower kateter diperlukan culture urine

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau
pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan trauma jaringan,
penurunan Hb, prosedur infasive, pecah ketuban malnutrisi
3. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetehuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan,
karakteristik payudara

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC
dengan trauma mekanis, 1. Pain level Pain mangement:
edema atau pembesaran 2. Pain control 1. Lakukan
jaringan atau distensi efek- 3. Comfort pengkajian
efek hormonal level nyeri secara
Kriteria Hasil: komprehensif
1. Mampu (PQRST)
mengontrol 2. Monitor vital
nyeri (tahu sign
penyebab 3. Gunakan teknik
nyeri, komunikasi
mampu terapeutik untuk
menggunaka mengetahui
n teknik non pengalaman
farmakologi nyeri pasien
untuk 4. Pilih dan
mengurangi lakukan
nyeri, penanganan
mencari nyeri
bantuan (farmakologi ,
2. Melaporkan non farmakologi
bahwa nyeri dan
berkurang interpersonal)
dengan Analgesic
menggunaka administration
n manajemen 1. Tentukan
nyeri PQRST
3. Mampu sebelum
mengenali pemberian obat
nyeri 2. Tentukan
(PQRST) pilihan
4. Merasakan analgesic tanda
rasa nyama dan gejala
setelah nyeri
berkurang
2. Resiko tinggi terhadap infeksi NOC NIC
berhubungan trauma jaringan, 1. Immune Infection control
penurunan Hb, prosedur status (control infeksi)
infasive, pecah ketuban 2. Knowledge: 1. Bersihkan
malnutrisi infection lingkungan
control setelah dipakai
3. Risk control 2. Pertahankan
teknik isolasi
3. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
perlindungan
4. Pertahankan
lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat
5. Monitor tanda
gejala infeksi
sistemik dan
local
6. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
7. Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
3. Ketidakefektifan menyusui NOC NIC
berhubungan dengan tingkat 1. Breastfeding Breastfeding
pengetehuan, pengalaman ineffective assistence
sebelumnya, tingkat 2. Bretahing 1. Evaliasi pola
dukungan, karakteristik pattern menghisap atau
payudara ineffective menelan bayi
3. Breasfeeding 2. Tentukan
interrupted keinginan dan
Kriteria Hasil: motivasi ibu
1. Kementapan untuk menyusui
pemberian Breast examination
asi bayi: lactation
perlekatan suppression
bayi yang 1. Sediakan
sesuai pada informasi
dan proses tentang laktasi
menghisap dan teknik
dari memompa asi
payudara ibu (secara manual
untuk atau dengan
memperoleh pompa elektrik)
nutrisi cara
selama 3 mengumpulkan
minggu dan menyimpan
pertama asi
pemberian 2. Ajarkan orang
asi tua
2. Ibu mempersiapkan,
mengalami menyimpan,
isyarat lapar menghangatkan
dari bayi dan
dengan kemungkinan
segera pemberian
3. Mengenali tambahan susu
tanda-tanda formula
penurunan
suplai asi
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta:Media


Aesulapius

Azwar, Saifuddin. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Cunningham, et al. (2014).Obstetri Williams. Edisi 23.Jakarta:EGC

Dorland, W.A. Newman. (2012).Kamus Kedokteran Dorland;edisi


28.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Hamilton, (2010).Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC

Manuaba, (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta:EGC

Mochtar, Rustam.(2015). Sinopsis Obstetri. Jakarta:EGC

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC).(I. Nurjanah & R. D. Tumanggor, Eds) (5th
ed). Jakarta:Elsevier Ltd.

Oxom H, Wiliam R, Forte. (2010).Ilmu Kebidanan, Patologi & Fisiologi


Persalinan. Yogyakarta:Yayasan Essentia Medika (YEM)

Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Sarwono, P. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Yuli, Reni. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Amplikasi Nanda
Nic Noc. Jakarta: CV Trans Infomedia

Anda mungkin juga menyukai