Disusun Oleh :
Agung Fahri Riyanto
1921001
A. DEFINISI
Hernia adalah prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan
isi hernia (Suratan dan Lusianah, 2010).
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding
abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Hernia tipe
ini sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan (Huda dan Kusuma, 2015).
B. ETIOLOGI
Menurut suratan dan lusianah (2010), etiologi terjadinya hernia yaitu :
1. Defek dinding otot abdomen
Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau didapat seperti usia, keturunan,
akibat dari pembedahan sebelumnya.
2. Peningkatan tekanan intra abdominal
Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan, obesitas. Adanya
Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan
berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal.
C. Web of Caution PO. HIL
Isi rongga abdomen (usus) melewati Isi rongga abdomen (usus) melewati
dinding inguinal anulus inguinal
Edema
Suplai terhambat
Ischemik
Nekrosis
Ansietas Pembedahan
E. KOMPLIKASI
Kerusakan pada usus dan jaringan yang terjepit, kerusakan testis akibat tekanan dari
hernia, infeksi pada organ yang terjepit, gangguan pada saluran pencernaan termasuk
obstruksi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suratan dan Lusianah (2010), pemeriksaan diagnostik pada klien hernia
yaitu :
1. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit.
Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis
intraoperasi atau post operasi
2. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan infeksi.
3. Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas perhatian untuk
memberikan anestesi
4. Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Suratan dan Lusianah (2010), penatalaksanaan medik hernia inguinalis
antara lain :
1. Terapi konservatif
a. Reposisi
Tindakan memasukan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini hanya dapat dilakukan
pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukan isi hernia
melalui leher hernia tadi.
b. Pemakaian penyangga/ sabuk hernia
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
diresposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
2. Terapi operatif
a. Herniatomi
Pada herniatomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya.Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
c. Medikasi
1) Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
2) Pemberian antibiotik untuk menyembuhan infeksi.
d. Aktivitas dan diet
1) Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah pembedahan.
2) Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran
gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang.
Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan
mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman
berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang
memperburuk gejala.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Proses keperawatan dalam mengumpulkan inforasi atau tentang data Pasienagar dapat
mengidentifikasikan, mengenali masalah-masalah keluhan dan keperawatan pasien. Baik
fisik, metal, sosial, dan lingkungan. Pengkajian pada pasien
d. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan Umum
Pasien Nampak Lemah, Kesadaran Composmentis, TTV: tekanan darah 140/100
mmHg, Nadi: 85 x/menit, Suhu: 36,5 ᴼC, RR: 18 x/menit, Antromometri : Tinggi
badan :160 cm, Berat badan sebelum masuk rumah sakit : 60 kg, Berat badan saat
pendarahan, tidak ada nyeri tekan pada dada, CRT <2 detik, akral hangat kering
merah, tidak ada oedema, bunyi jantung s1 s2 tunggal tidak ada bunyi jantung
tambahan.
pasien dapat membaca papan nama perawat, Nervus Kranial III pasien mampu
menggerakan bola mata, mengangkat bola mata, mengangkat kelopak mata, Nervus
Kranial IV pasien mampu menggerakan mata keatas dan kebawah tidak terdapat
deviasi bola mata, Nervus Kranial V pasien dapat meggerakan bola mata, Nervus
Kranial VI mata pasien berkedip secara normal, Nervus kranial VII pasien dapat
berbicara harus keras, Nervus krinial IX pasien dapat menggerakan lidah kedepan,
Nervus krinial X pasien dapat menelan dengan baik, Nervus krinial XI pasien dapat
mengangkat bahu, Nervus krinial XII pasien dapat menggerakan lidah kesegala arah.
terpasang volley kateter dengan urin produksi ± 1.200 cc/24jam, tidak ada distensi
kandung kemih. Intake : 1.500 cc/24 jam Output : 1.200 cc/24 jam
membran mulkosa kering, tidak ada pembesaran faring, perut simetris, bising usus
10x/menit, tidak ada kelainan abdomen, terdapat luka jahitan ± 10, tertutup kassa
sepanjang 15 cm. Diit sebelum masuk rumah sakit makan 3 x/hari Jenis nasi, lauk
pauk dan sayur minum ± 6-8 gelas/hari dan tidak ada pantangan. Eliminasi alvi
SMRS frekuensi 1x/sehari konsistensi, lembek dan warna kuning, MRS : BAB
sedikit, tidak ada kolostomi, tidak ada nyeri abdomen, hepar klien tidak teraba,
terdapat luka Post Operasi Herniotomi tertutup kassa steril ± 15 cm. BB sebelum
gangguan pada kulit, tugor kulit elastis, kekuatan otot ekstermitas atas kanan kiri,
ekstermitas bawah kanan kiri dalam batas normal tidak ada perubahan fungsi. Post
operasi herniotomi hari kedua, ROM aktif, tulang belakang simetris. Warna kulit
8) B7 Sistem Penginderaan
Pada post herniotomy pada sistem ini tidak mengalami gangguan baik pengindraan,
perasa, peraba, pendengaran dan penciuman semua dalam keadaan normal.
9) B8 Sistem Endokrin
Pasien tidak mengalami perubahan yang signifikan pada sistem ini, tidak ada
pembesaran kelenjar dan tidak ada gangguan pada keseimbangan gula darah.
gangguan.
B. Diagnosis keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
1.identifikasilokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
1. 1. Perawatan luka
2. 2. Pemberian obat anti biotik
3. 3. Ajarkan perawatan luka secara mandiri
4. Observasi luka
5. Perawatan luka
6. Pemberian obat salep
DAFTAR PUSTAKA
Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Kusuma Hardhi dan Nurarif Amin Huda. Handbook For Health Student.
Yogyakarta : Mediaction. 2012.