Anda di halaman 1dari 21

 

LAPORAN PENDAHULUAN
CEREBRO VASCULAR DISEASE
INFARK

A.  KONSEP DASAR


1.   Pengertian
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular
Disease (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan
suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) atau merupakan
suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang
disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh
sistem pembuluh darah otak (Doengoes, 2000: 290).
Penyebab dari stroke adalah 1) trombosis, 2) embolisme serebral (3/4
kasus stroke), dan 3) perdarahan baik intra serebral maupunn subarachnoid
(1/4 kasus stroke) (Hudak & Gallo, 1996: 254).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak.
Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam
tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall
Carpenito, 1995).
Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang
 berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro
Susilo, 2000)

2.   Anatomi Fisiologi
a.  Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak),
dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan
korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus
frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab
untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih
tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk
impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks
 penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari
sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan
otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
 pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons
merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden
dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan
 pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan
 pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer
yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)

 b.  Sirkulasi darah otak


Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20%
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan
arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
 berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.
(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis
komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke
dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,
menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi
suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen
 basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian
(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks
somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah
untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini
 bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai
setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk
sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris.
Ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah
dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan
temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A.
Price, 1995)
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok vena
interna yang mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan
kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak yang
mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke
 jantung. (Harsono, 2000)
Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar dan
karotis internal bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri serebral,
arteri komunikans anterior, kedua arteri serebral posterior dan kedua arteri
komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini memungkinkan darah
 bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain dan dari bagain
anterior ke posterior otak. Ini merupakan sistem yang memungkinkan
sirkulasi kolateral jika satu pembuluh mengalami penyumbatan. (Hudak
& Gallo, 1996: 254)

3.   Faktor Resiko Stroke


a.   Hypertensi, faktor resiko utama

 b.  Penyakit kardiovaskuler


c.  Kadar hematokrit tinggi
d.   DM (peningkatan anterogenesis)
e.   Pemakaian kontrasepsi oral
f.   Penurunan tekanan darah berlebihan dalam jangka panjang
g.   Obesitas, perokok, alkoholisme
h.   Kadar esterogen yang tinggi
i.  Usia > 35 tahun
 j.  Penyalahgunaan obat
k.   Gangguan aliran darah otak sepintas
l.   Hyperkolesterolemia
m.   Infeksi
n.   Kelainan pembuluh darahh otak (karena genetik, infeksi dan ruda paksa)
o.   Lansia
 p.  Penyakit paru menahun (asma bronkhial)
q.  Asam urat
(Brunner & Suddarth, 2000: 94-95, Harsono, 1996:60-65)

4.   Klasifikasi
a.   Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:

a)   Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut
dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh
karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja
et. al, 1994)
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:

(a)  Perdarahan Intraserebral


Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan
otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hypertensi sering
dijumpai di daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
(Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah
Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000, Juwono, 1993: 19).

(b)  Perdarahan Subarachnoid


Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
 parenkim otak (Juwono, 1993: 19). Pecahnya arteri dan keluarnya
ke ruang sub arachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
 penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi
sensorik, afasia, dll). (Simposium Nasional Keperawatan
Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid
mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat.
Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan
selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali
terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya
hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid.
Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia danlain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang
dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila
kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala
disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid
(PSA)

Gejala PIS PSA


Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
 Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan +/- +++
Meningeal.
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++
Disadur dari Laporan Praktik Klinik Keperawatan Medical Bedah di Ruang Syaraf
RSUD Dr. Soetomo Surabaya

b)   Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark)


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
 perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umummnya baik.

Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai berikut:

Gejala (anamnesa) Infark Perdarahan


Permulaan (awitan) Sub akut/kurang mendadak Sangat akut/mendadak
Waktu (saat “serangan”)  Bangun pagi/istirahat Sedang aktifitas
Peringatan + 50% TIA -
 Nyeri Kepala +/- +++
Kejang - +
Muntah - +
Kesadaran menurun Kadang sedikit +++

Koma/kesadaran menurun +/- +++

Kaku kuduk - ++
Kernig
- +
 pupil edema
- +
Perdarahan Retina
- +
Bradikardia
hari ke-4 sejak awal
Penyakit lain
Tanda adanya Hampir selalu
aterosklerosis di retina, hypertensi,
koroner, perifer. Emboli aterosklerosis, HHD
 pada ke-lainan katub,
fibrilasi, bising karotis
Pemeriksaan:
Darah pada LP
-
X foto Skedel
+ +
Kemungkinan
Angiografi
Oklusi, stenosis  pergeseran glandula
 pineal
Aneurisma. AVM.
CT Scan
Densitas berkurang massa intra hemisfer/
(lesi hypodensi) vaso-spasme.
Massa intrakranial
Opthalmoscope
Crossing phenomena densitas bertambah.
Lumbal pungsi Silver wire art (lesi hyperdensi)
Perdarahan retina atau
  Tekanan
 Normal corpus vitreum
  Warna Jernih
  Eritrosit < 250/mm3 Meningkat
Arteriografi oklusi Merah
EEG di tengah >1000/mm3
ada shift
shift midline echo
Disadur dari Makalah Simposium Sehari “Peran Perawat dalam Kegawat Daruratan” dalam Rangka
Dirgahayu PPNI XIX di Tirta Graha Lantai V Jl. Myjen Prof. Dr. Moestopo No. 2 Surabaya (Gedung
PDAM Kotamadya Surabaya yang diselenggarakan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II Kotamadya Suarabaya.

 b.  Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:


a)   TIA (Trans Iskemik Attack):

Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai


 beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b)   Stroke involusi:

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis


terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam
atau beberapa hari.

c)   Stroke komplit:
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai
dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

5.   Manifestasi Klinis
Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya Keperawatan Kritis:
Pendekatan Holistik (1996: 258-260), terdapat manifestasi akibat stroke, yaitu:
a.    Defisit Motorik

  Hemiparese, hemiplegia
  Distria (kerusakan otot-otot bicara)
  Disfagia (kerusakn otot-otot menelan)

b.    Defisit Sensori

  Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian besar


 pada hemisfer serebri)

  Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah


 bidang pandang pada sisi yang sama)

  Diplopia (penglihatan ganda)


  Penurunan ketajaman penglihatan
  Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
  Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi
(pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)

c.    Defisit Perseptual (Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan

menginterpretasi diri dan/atau lingkungan)


  Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap
ekstremitas yang mengalami paralise; kelainan unilateral)
  Disorientasi (waktu, tempat, orang)
  Apraksia (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek
dengan tepat)
  Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan
melalui indera)
  Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang,
memperkirakan ukurannya dan menilai jauhnya
  Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
  Disorientasi kanan kiri

d.    Defisit Bahasa/Komunikasi

  Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola


 bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan menggunakan
respons satu kata
  Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu
untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan
tidak sadar tentang kesalahan ini)
  Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) – tidak mampu
 berkomunikasi pada setiap tingkat
  Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
  Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
tulisan)

e.    Defisit Intelektual

  Kehilangan memori
  Rentang perhatian singkat
  Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
  Penilaian buruk
  Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi
ke situasi yang lain
  Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir
secara abstrak

 f.   Disfungsi Aktivitas Mental dan Psikologis


  Labilitas emosional (menunjukkan reaksi dengan mudah atau tidak
tepat)
  Kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial
  Penurunan toleransi terhadap stres
  Ketakutan, permusuhan, frustasi, marah
  Kekacauan mental dan keputusasaan
  Menarik diri, isolasi
  Depresi

 g.  Gangguan Eliminasi (Kandung kemih dan usus)


  Lesi unilateral karena stroke mengakibatkans sensasi dan kontrol
 partial kandung kemin, sehingga klien sering mengalami berkemih,
dorongan dan inkontinensia urine.
  Jika lesi stroke ada pada batang otak, maka akan terjadi kerusakan
lateral yang mengakibatkan neuron motorik bagian atas kandung
kemih dengan kehilangan semua kontrol miksi
  Kemungkinan untuk memulihkan fungsi normal kandung kemih
sangat baik
  Kerusakan fungsi usus akibat dari penurunan tingkat kesadaran,
dehidrasi dan imobilitas
  Konstipasi dann pengerasan feses

h.  Gangguan Kesadaran


  11

6. Patofisiologi Infark Otak (Proses yang terjadi sesudah obstruksi vena dan arteri)

Aliran darah

Obstruksi vena Obstruksi arteri

Dilatasi  tek.pulsasi & aliran darah

 tek.kapiler & reduksi aliran drh Hilangnya aliran pulsatif

Vasoparalisis
Stagnasi darah

Aliran kolateral
Edema Diapedesis Adesi & penimbunan Iskemia
interstitial trombosit

Otak
Endotelium
Edema
Infark hemoragik Gel fibrin interstitial
Edema Edema
Edema Pelepasan neuronal astrositik
seluler  prostasiklin

Jendalan darah
Akumulasi lipid, aktivitas lisosomal
autofagik, inclusion
Diapedesis & nuclear & sitoplasmik, vakuolasi, modifikasi dalam mikrotubuli, Mati
inhibisi divisi mikotik
 penurunan resistensi sawar darah otak

  12

Patofisiologi CVA karena Emboli/trombus dan perdarahan

Pembuluh darah

Trombus/Embolus karena plak ateromatosa, fragmen,


lemak, udara, bekuan darah Hypertensi/aterosklerosis

PD lunak Mendesak arteriol


Oklusi

Herniasi/pecahnya tunika intima


Perfusi jaringan cerebral  
PD pecah
Aneurisma
Iskemia
Perdarahan

Oksipital
Hypoxia Temporalis kiri Parietalis Frontal
Ssefalgia mata  Nyeri telinga  Nyeri homolateral, Hemiparese
Metabolisme Aktifitas elektrolit  Nekrotik jaringan otak ipsilateral, homolateral, disfasia, defisit sensorik kontralateral,
anaerob terganggu (mikrositik neuron) hemianopia hemianopia, kontralateral, sefalgia bifrontal
kuadranopia hemipares ringan

Asam laktat   Na & K pump gagal Infark

 Na & K influk Gg.kesadaran, Gg. rasa nyaman (nyeri), Gg. Istirahat, intoleransi aktivitas,
defisit
kejangperawatan
fokal, hemiplegia,
diri (sindroma),
defek medan
Gg. Komunikasi/bicara,
penglihatan, afasiaketergantungan, Gg.persepsi sensori, Gg. Perfusi jaringan, Gg. Mobilitas fisik, Gg. Konsep diri, Gg. Menelan

Retensi cairan

ODEMA
SEREBRAL
  13

Perdarahan

Thalamus Pons Subtalamik Subthalamus & Putamen Medula oblongata Mesensefalon


  Nyeri kepala diensefalon mesensefalon  Hemiplegia  Gg. Jantung  Paralisis
 Rigiditas deserebri Bola mata melirik dorsal  Sefalgia  Gg. Pernafasan okulomorius
Hemisfer dominan  Hemiplegia ke bawah-dalam dg  Pupil mengecil  Muntah  Refleks telan   ipsilateral
 Afasia kontralateral  paralisis gerakan  Reaksi terhadap cahaya lambat  Kedasaran    Muntah  Koma
 anomia berat dg ke atas &
 Paralisis homolateral posisi kedua bola mata melihat ujung hidung
fasia  Defek hemisensorik  Hypersalivasi  TIK  
 pemahaman & repetisi lumayan
 Defiasi mata  Gg.Grk bola mata  Gg. Sistem
syaraf simpatis

Hedmoimsfienra non TIK  


Koma mendadak Hemisfer Serebelum  gg. perfusi jaringan
 Anosognosia
Gg. sensori  Gg. Okulomotor  gg. Sirkulasi
 penglihatan  Gg. Keseimbangan   bersihan jalan nafas tidak efektif
Kapsula interna   Nistagmus  resti aspirasi
Mati Frontalis
 Hemiparese  Muntahterus- menerus gg. Eliminasi uri & alvi
Gg. motorik Parietalis Gg. proses &
 hemiplegia kontralateral integrasi informasi sensorik Temporalis  Singultus  gg. Pola nafas tak efektif
 gg. rasa nyaman (nyeri) Gg. pendengaran Oksipitalis  gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan
 gg. Istirahat/tidur Gg. penglihatan & sensori warna  rasa nyaman
substansia alba  kejang  kebersihan mulut, dll
hemianopia  resiko injury TIK  
 gg. Perfusi jaringan
 kebutuhan oksigen
 integritas kulit
gg. komunikasi
 mobilitas gg. perfusi jaringan, defisit volume cairan,
ulit, mobilitas fisik, perawatan diri, intoleransi aktivitas, konsepfisik
diri, ketergan- tungan, dll
  perawatan diri  pola nafas tak efektif, resiko perubahan suhu tubuh, resiko infeksi, resiko cedera, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, bersihan jalan nafas tak efektif
 intoleransi aktifitas
 gg. Sensori persepsi

  14

GANGGUAN KESADARAN

A.   PENGERTIAN KESADARAN
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan dengan
lingkungan serta dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan
(limitasi) terhadap lingkungan dan dirinya sendiri (melalui perhatian). Bila kesadaran baik,
maka akan terjadi orientasi (waktu, tempat dan orang), pengertian yang baik serta
pemakaian informasi yang masuk secara efektif (melalui ingatan dan pertimbangan).
(Maramis, 1994: 101).
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter paling mendasar dan paling penting
yang harus ditentukan dan dikaji untuk menentukan status kerusakan pada sistem
persyarafan khususnya pada kasus stroke. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan (Hudak &
Gallo, 1996: 160)

B.   JENIS KESADARAN
a.   Isi Kesadaran
a)   Kognitif

 b)  Afektif
 
b. Derajat/tingkat kesadaran (Aurosal) (Juwono, 1993: 1) 

C.   BENTUK KESADARAN
a.   Kesadaran Menurun

Kesadaran menurun adalah keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan


 pemikiran yang berkurang secara keseluruhan (secara kuantitatif), kemudian muncullah
amnesia sebagian atau total.
Beberapa tingkat dalam menurunnya kesadaran yaitu:
a)  Apati
Mulai mengantuk, acuh-tak acuh terhadap stimulus, untuk menarik perhatiannya

diperlukan stimulus yang sedikit lebih keras


 b)  Somnolen

  15

Sudah mengantuk, untuk menarik perhatiannya dibutuhkan stimulus yang lebih


keras c)  Sopor
Ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang. Hanya berespon dengan
rangsangan yang keras
a)   Subkoma dan koma

Tidak ada respon terhadap stimulus yang kuat/keras, pupil melebar, reflek muntah
hilang. (Maramis, 1996: 101)

b.   Kesadaran Meninggi

Kesadaran meninggi adalah keadaan dengan respon yang meninggi terhadap


stimulus, biasanya disebabkan pengaruh berbagai zat yang menstimulus otak

(psikosimultan) atau oleh faktor psikologi. (Maramis, 1996: 102)


Selain kesadaran menurun, terdapat beberapa sistem yang digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam keawasan dan keterjagaan, istilah-istilah tersebut
antara lain: (Hudak & Gallo, 1996: 160)
a)   Terjaga: normal

 b)  Sadar
Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung saat pertama kali terjaga, tetapi
 berorientasi sempurna ketika bangun.
Dapat berorientasi dan
berkomunikasi c)  Letargi/somnolen
Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana ketika dirangsang
d)  Stupor
Sangat sulit dibangunkan, tidak konsisten dapat mengikuti perintah sederhana atau
 berbicara satu kata atau frase pendek. Menjawab secara refleks terhadap rangsangan
nyeri. Pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Non verbal dengan
menganggukkan kepala.
e)  Semikomatosa
Gerak bertujuan ketika dirangsang; tidak mengikuti perintah atau berbicara koheren
f)  Koma

  16

Dapat berespon dengan postur secara refleks ketiak distimulasi atau dpat tidak
 berespon pada setiap stimulus.
Berdasarkan kwalitas kesadaran, yaitu pengkajian mutu mental seseorang
terhadap dunia luar: (Catatan Ruang Tropik Wanita, 1998)
a)  Composmentis
Bereaksi secara adekuat
 b)  Abstensia/kesadaran tumpul/drowsky
Tidak tidur dan tidak megitu waspada, perhatian terhadap sekeliling berkurang,
cenderung mengantuk
c)  Bingung/confused
Disorientasi waktu, tempat dan
orang d)  Delirium
Mental dan motorik kacau, ada halusinasi dan bergerak sesuai dengan kekacauan
 pikirannya
e)  Apatis
Tidak tidur, tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa

D.   GANGGUAN KESADARAN
a.   Gangguan Isi Kesadaran
a)   Gangguan Kognitif
  Afasia

  Gangguan persepsi
  Gangguan berfikir
  Gangguan daya ingat
 b)  Gangguan Afektif
  Apatis
  Agitasi

b.   Gangguan Kesadaran Akut

a)   Kesadaran Berkabut (clouding of Consciousness)

  Penurunan kewaspadaan (awareness) 

  17

  Penurunan keadaan bangun


  Hypereksitabilitas
  Iritabilitas

  Mengantuk diselingi agitasi


  Gagguan perhatian
  Kebingungan
  Gangguan persepsi sensori (terutama persepsi visual)
  Tidak selalu ada disorientasi
  Akut atau subacut confusional state bila berat
  Salah interpretasi
  Gangguan ingatan (kesulitan mengulang angka-angka ke belakang lebih dari 4
atau 5 angka).
 b)  Delirium 
  Disorientasi 
  Takut 
  Iriabilitas 
  Gangguan persepsi sensori dan halusinasi visual 
  Tidak mengenal diri sendiri dan lingkungannya 
  Penyakiy yang menyebabkan delirium c) 
Optundation 
  Penumpulan mental (torpidity) 
  Penurunan kewaspadaan yang cukup berat
  Penurunan minat
  Lambatnya jawaban terhadap rangsangan
  Sering mengantuk dan banyak tidur
d)  Stupor 
e)  Koma
c.   Gangguan Kesadaran Sub akut atau Kronik
a)   Demensia

 b)  Hypersomnia

  18

c)   Keadaan vegetatif (termasuk coma vigil, spsllic syndrome, mati serebral, mati
neokortikal, dementia total)
d)   Mutisme akinetik
e)    Apallic syndrome: fungsi neokorteks tidak ada tapi batang otak masih ada

f)    Locked-in syndrome:
  Tidak ada penurunan kesadaran
  Kelumpuhan keempat ekstremitas dan syaraf otak bawah
  Pergerakan bola mata ke atas dan berkedip masih ada
g)  Mati otak
Fungsi korteks, subkortikal dan batang otak secara permanen sudah tidak ada.
(Juwono, 1993: 1-4)

E.   PROSES PATOLOGIS PENYEBAB GANGGUAN KESADARAN

a.   Keadaan yang secara luas dan langsung menekan fungsi hemisfer serebri (biasanya pada
waktu bersamaan juga mengenai struktur batang otak)
 b.  Kelainan yang menekan atau merusak substansia grisea (diencepalon, mesenchepalon dan
 pons atas).

F.   CARA PENGUKURAN TINGKAT KESADARAN


a.   Glasgow Coma Scale (GCS)

a)    Respon Membuka Mata

Spontan 4
Terhadap bicara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
b)    Respon Verbal

Terorientasi 5
Percakapan yang membingungkan 4
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai 3
Suara mengguman 2
Tidak ada respon 1
  19

c)    Respon Motorik

Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat rangsangan 5
Menghindar dari stimulasi 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Ekstensi abnormal (deserebrasi) 2
Tidak ada respon 1
 Penilaian:
 Nilai 3 : kesadaran terburuk
 Nilai 3-5 : koma yang dalam
 Nilai 6-10 : gangguan kesadaran intermediate
 Nilai 11-14 : kesadaran lebih baik
 Nilai 15 : terbaik

b.   Penggambaran stimulus dan respon klien


a)   Panggil pasien dengan namanya

 b)  Panggil namanya dengan keras


c)   Kombinasikan memanggil nama dengan sentuhan ringan
d)   Kombinasikan memanggil nama dengan sentuhan kasar (guncangan dan kejutan)
e)   Timbulkan nyeri

c.   Skala Tingkat (Reaksi –  Stimuli)


1Terjaga; tidak menunda respon
2Mengantuk tetapi berespon terhadap stimulus lembut. Bingung tentang nama, tempat dan waktu
3Sangat mengantuk, berespon terhadap rangsangan yang kuat dengan
orientasi gerakan mata, memenuhi perintah atau menunjuk dan secara aktif berupaya untuk menyingkirkan stimulus
4Tidak sadar. Dapat menunjuk tetapi tidak berhasil menyingkirkan stimulus
5Tidak sadar. Gerakan menghindar pada setiap stimulus 6Tidak sadar. Gerakan fleksi yang umum terhadap nyeri
7Tidak sadar. Gerakan ekstensi yang umum terhadap nyeri 8Tidak sadar. Tidak berespon pada stimulasi nyeri
  20

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE

a.  Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan
diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)
a)   Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
 perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E.
Doenges et al, 1998)
(a)  Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
 pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
(b)  Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)

(c)  Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
 bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000) Sedangkan stroke infark tidak
terlalu mendadak, saat istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang
dan tidak muntah, kesadaran masih baik.

  21
(d)  Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)
(e)  Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes

militus. (Hendro Susilo, 2000)


(f)  Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
 pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
 biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.(Harsono, 1996)
(g) Pola-pola fungsi kesehatan
  Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
  Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut,
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai
dengan kesulitan menelan, obesitas (Doengoes, 2000: 291)
  Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia
urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder berlebih), bising usus
negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan
 peristaltik usus.(Doengoes, 1998 dan Doengoes, 2000: 290)
  Pola aktivitas dan latihan
Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis),
paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,
gangguan tingkat kesadaran (Doengoes, 1998, 2000: 290)

  22

  Pola tidur dan istirahat


Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri
otot
  Pola hubungan dan peran

Anda mungkin juga menyukai