Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN DIABETES MELITUS (DM)

Dibuat oleh :
BIMA BINTARA PUTRA
1921004

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KONSEP KASUS PENYAKIT DM (DIABETES MELITUS)
I. DEFINISI
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolic yang terjadi oleh interaksi
berbagai factor: genitik, imumologik, lingkungan, dan gaya hidup. Diabetes mellitus
adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
adanya peningkatan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin progresif
dilatar belakangi oleh resistensi insulin. Pernyataan ini selaras dengan IDF (2017)
yang menyatakan bahwa diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi
saat meningkatnya kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak mampu
memproduksi banyak hormone insulin atau kurangnya efektifitas fungsi insulin.
Menurut American Diabetes Melitus Association (ADA) diabetes sangatlah
kompleks dan penyakit kronik yang perlu perawatan medis secara berlanjut dengan
strategi pengontrolan indeks glikemik berdasarkan multifactor resiko.
II. KLASIFIKASI
Penyakit diabetes mellitus memiliki beberapa jenis yaitu diantaranya sebagai
berikut :
1. Diabetes Melitus (DM) tipe 1
Diabetes Mellitus (DM) yang disebabkan tidak adanya produksi insulin sama
sekali.
2. Diabetes Melitus (DM) tipe 2
Diabetes Melitus (DM) yang disebabkan tidak cukup dan tidak efektifnya kerja
insulin.
3. Diabetes Melitus (DM) Gestasional
Diabetes mellitus (DM) yang terjadi saat kehamilan.
4. Diabetes Melitus (DM) tipe lainnya
Diabetes Melitus (DM) tipe lain yang disebabkan oleh pemakaian obat, penyakit
lain-lain, dsb.
III. ETIOLOGI
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetic biasanya memegang
perangkat penting pada anak buah DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari orang sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin
2. Factor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang berhenti
secara berlebihan, obesitas, dan kehamilan.
3. Gangguan system imunitas. System ini dapat dilakukan oleh automunitas yang
diresep sel-sel antibody antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel-sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat tingkat reseptor insulin yang terdapat pada membrane sel
yang responsir terhadap insulin
Factor-faktor yang berpengaruh atas pelaksanaan gangrene kaki diabetic
dibagi menjadi endogen dan factor eksogen.
- Factor endogen
a. Sebuah genetic,metabolic
b. Angiopati diabetic
c. Neuropati diabetic
- Factor eksogen
a. Sebuah trauma
b. Infeksi
c. Obat

IV. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada penyakit diabetes mellitus (DM)
1) Sering merasa haus
2) Sering buang air kecil, terutama di malam hari
3) Sering merasa sangat lapar
4) Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas
5) Berkurangnya massa otot
6) Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan
lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energy
7) Lemas
8) Pandangan kabur
9) Luka yang sulit sembuh
10) Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, dll.
11) Mulut kering
12) Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki
13) Gatal-gatal
14) Mengalami hipoglikemia reaktif yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam
setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan
15) Dll
V. WEB OF CAUTION

VI. MANIFESTASI KLINIK


Manifestasi klinik DM, Black (2014) adalah peningkatan kadar gula darah
disebut hiperglikemia, mengarah kepada manifestasi klinis umum yang berhubungan
dengan DM. pada DM tipe 1, onset manifestasi klinis mungkin tidak ketara dengan
kemungkinan situasi yang mengacam hidup yang biasanya terjadi (misal,
ketoasisdosis diabetikum). Pada DM tipe 2, onset manifestasi klinis mungkin
berkembang secara bertahap yang klien mungkin mencatat sedikit atau tanpa
manifestasi klinis selama beberapa tahun. Menurut setiati (2014) manifestasi klinis
DM adalah peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus
dan minum (polidipsi), dank arena penyakit berkembang, penurunan berat badan
meskipun lapar dan peningkatan makan (poliphagi).

VII. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetic
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglekemi hyperosmolar
d. Efek somogyi (penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti
peningkatan rebound pada pagi hari)
e. Fenomena fajar/down phenomenon (hiperglekemi pada pagi hari antara jam 5-
9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa pada
pagi hari)
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
 Penyakit arteri coroner (aterosklerosis)
 Penyakit vaskuler perifer
 Stroke
b. Mikroangiopati
 Retinopati
 Nefropati
 Nefropati diabetik
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan labotarium utama berupa pemeriksaan kadar gula darah dan HbA1c
untuk diagnosis dan control diabetes mellitus. Diabetes mellitus di diagnose
berdasarkan kadar gula darah sewaktu >200mg/dl atau kadar gula darah puasa diatas
126 mg/dl.

IX. PENATALAKSANAAN MEDIS


Penatalaksanaan medis pada diabetes mellitus ada 5 komponen yaitu:
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial. Misalnya vitamin, mineral.
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM Karena dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot
dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikimia serta hiperglikemia.
4. Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetic
 Sulfonaria
1. Asetoheksamid (250 mg, 500 mg)
2. Clorpopamid (100 mg, 250 mg)
3. Glipizid (5 mg, 10 mg)
4. Glyburide (1,25 mg; 2,5 mg; 5 mg)
5. Totazamid (100 mg; 250 mg; 500 mg)
6. Tolbutamid (250 mg, 500 mg)
 Biguanid
Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi/hiperglikemi
b. Tindakan preventif (perawatan kaki, perawatan mata, hygiene umum)
c. Meningkatkan kepatuhan program diet dan obat

X. ASKEP
1. PENGKAJIAN
Fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama untuk mengumpulkan
informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan
mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnose medis).
2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pengkerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian. Pada post debridement ulkus kaki diabetic yaitu
nyeri 5-6 (skala 0-10)
2) Riwayat kesehatan sekarang, Data diambil saat pengkajian berisi
tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD
sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal
3) Riwayat kesehatan dahulu, adakah riwayat penyakit terdahulu yang
pernah di derita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi
beberapa kali, dan dirawat di RS berapa kali
4) Riwayat kesehatan keluarga, adakah anggota keluarga dari pasien yang
menderita penyakit diabetes mellitus, karena DM ini termasuk
penyakit turunan
c. Pola fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan, adakah riwayat infeksi sebelumnya, persepsi
pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota
keluarganya
2) Pola nutrisi dan cairan, pola makan dan minum sehari-hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan
minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun atau tidak,
jenis makanan yang disukai, penurunan berat badan
3) Pada eleminasi, mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
sakit, mencatat konsistensi, warna, bau, dan berapa kali sehari,
konstipasi, beser
4) Pola aktivitas dan latihan, reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat
dingin, kelelahan/keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas,
kemampuan pasien dalam akivitas secara mandiri
5) Pola tidur dan istirahat: berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman
6) Pola persepsi kognitif: kosentrasi,daya ingat, dan kemampuan
mengetahui tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri, adakah perasaan terisolasi diri atau
perasaan tidak percaya diri karena sakitnya
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping: emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,
kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi,
komunikasi, cara berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah
selama sakit, ketaatan dalam berdoa dan beribadah
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus DM biasanya timbul nyeri akibat
pembedahan skala nyeri (0-10), luka kemungkinan rembes pada
balutan. Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi),
kelemahan akibat sisa reaksi obat anesti
2) System pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh
obat anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan
semi fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas
3) System kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi
meningkat.
4) System pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat bius,
setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan,
biaing usus, berat badan
5) System muskuluskoletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada system ini
karena pada bagian kaki biasanya jika sudah mencapai stadium 3-4
dapat menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada
bagian kaki yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6) System integument
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output
yang tidak seimbang. Pada luka post debridesment kulit ke lupas untuk
membuka jaringan mati yang tersembunyi dibawah kulit tersebut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) berhubungan dengan
hiperglikemia (gangguan glukosa darah puasa). (SDKI, Hal : 71)
b. Deficit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan. (SDKI, Hal : 56)
c. Gangguan integritas jaringan (D. 0129) berhubungan dengan perubahan status
nutrisi (kekurangan). (SDKI, Hal : 282)
3. PERENCANAAN

NO MASALAH TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1, Ketidakstabilan kadar Setelah melakukan asuhan 1. Monitor kadar
glukosa darah (D.0027) keperawatan selama 3×24 glukosa darah
berhubungan dengan jam, kestabilan kadar 2. monitor intake
hiperglikemia (gangguan glukosa darah meningkat dan output cairan
glukosa darah puasa) dengan kriteria hasil : 3. berikan asupan
1. Lelah menurun cairan oral
2. Berkeringat 4. anjurkan monitor
menurun kadar glukosa
3. Kadar glukosa darah secara
dalam darah mandiri
membaik 5. anjurkan
kepatuhan diet
dan olahraga
6. kolaborasi
pemberian cairan
intravena
2. Deficit nutrisi (D.0019) Setelah melakukan asuhan 1. identifikasi status
berhubungan dengan keperawstan selama 2×24 nutrisi
ketidakmampuan jam, status nutrisi 2. identifikasi
mencerna makanan membaik dengan kriteria makanan disukai
hasil : 3. monitor hasil
1. diare menurun pemeriksaan
2. nafsu makan labotarium
membaik 4. lakukan oral
3. membrane mukosa hygiene sebelum
membaik makan
5. anjurkan diet
yang
diprogramkan
6. kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan
3. Gangguan integritas Setelah melakukan asuhan 1. monitor tanda-
jaringan (D. 0129) keperawatan selama 2×24 tanda infeksi
berhubungan dengan jam, integritas kulit dan 2. jadwalkan
perubahan status nutrisi jaringan meningkat dengan perubahan posisi
(kekurangan) kriteria hasil : setiap 2 jam atau
1. hidrasi menurun sesuai kondisi
2. kerusakan jaringan pasien
meningkat 3. anjurkan
3. tekstur membaik mengonkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
4. kolaborasi
pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
- Assoclation for Clinical Biochemistry.2012. Glucose (blood, serum, plasma).
Diperoleh dari http://www.acb.org.uk/Nat%20Lab%20Med%20Hbk/
Glucose.pdf.
- Carpernito-Moyet,L.J.(2013). Nursing diagnosis application to clinical
practice.14 Ed.Philadelphia:Lippincott Williams & Willkins.
- Amerine,E.,& Keirsey,M. (2006).Managing acute
diarrhea.Nursing,36(9),64hn-1-64hn4.
- http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-
melitus/page8/apa-saja-tipe-penyakit-dm#:~:text=DM%20tipe%201%20%3A
%20DM%20yang.penyakit%20lain%2C%20dsb.

Anda mungkin juga menyukai