Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ DIABETES MILITUS”

OLEH:

NOVI AMEILYSAH ABIDIN

20204663062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2020
A. KONSEP

1.1 Definisi

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus


merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.

1.2 Etiologi

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)


a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I.

b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi
insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat
dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi
reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran
sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
1.3 Patofisiologi

Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk


menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan
menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan  (polifagia),
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
1.4 Manifestasi Klinis

1. Diabetes Tipe I
a) hiperglikemia berpuasa
b)  glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c) keletihan dan kelemahan
d)  ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang
sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit
vaskular perifer)
1.5 Klasifikasi

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s


Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009):
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I.
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk
mengontrol kadar gula darah
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik),
obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
1.6 Penatalaksanaan

1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :

a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan 
dikurangi atau ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus
disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body
Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

    
1) Kurus (underweight)    BBR < 90 %
2) Normal (ideal)              BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight)    BBR > 110%
4) Obesitas apabila         BBR > 120%
a) Obesitas ringan        BBR 120 % - 130%
b) Obesitas sedang       BBR 130% - 140%
c) Obesitas berat           BBR 140% -  200%
d) Morbid                     BBR >200 %

b. Latihan

c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.

2) Mekanisme kerja Biguanida


Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
3) Insulin
Indikasi penggunaan insulin:
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan faal hati yang berat
 DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan koma lain pada DM
 DM operasi
 DM patah tulang
 DM dan underweight
 DM dan penyakit Graves
1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Smeltzer, 2010 adapun pemeriksaan penunjang pada penyakit


Diabetes Melitus, yaitu sebagai berikut:

1. Pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
2.Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari.

Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine

a. Warna hijau ( + )
b. Warna kuning ( ++ )
c. Warna merah bata ( +++ )
d. Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict
dan ansipatik ( paper strip ).
3.Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes
melitus yaitu

a. Kelompok usia dewasa tua ( > 40 tahun )


b. Kegemukan
c. Tekanan darah tinggi
d. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gr
e. Riwayat keluarga diabetes melitus
f. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
g. Dislipidemia

1.8 Komplikasi

1. Makroangiopati
a. Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah.
b. Jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otok.
2. Mikroangiopati
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, diabetik, netropati diabetik.

3. Neuropati
Diabetik
4. Rentan infeksi
Seperti tuberculosis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.

5. Kaki diabetik
Menurut, Tarwoto (2012). Pasien dengan DM berisiko terjadi
komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya:
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya
terjadi pada NIDDM
b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme
lemak dan protein terutama terjdi pada NIDDM
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak
terkontrol.
2. Komplikasi kronis
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf prifer) pada organ-
organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
1) Retinopati deabetika (kerusakan saraf retina mata) sehingga
menjadi kebutaan
2) Neuropati deabitika (kerusakan saraf-saraf perifer)
mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada tubuh.
3) Nefropati deabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)dapat
mengakibatkan gagal ginjal
3. Makroangiopati
a. Penyakit vaskuler perifer
b. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah

c. Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke

4. Gangguan diabetika karna adanya neoropati dan terjadi luka yang


tidak sembuh-sembuh.
5. Difungsi erektil deabetika angka kematian dan kesakitan dari
deabetes terjadi akibat komplikasi seperti karena:
a. Hiperglikemia atau hipoglikemia
b. Meningkatnya resiko infeksi
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
d. Komplikasi neurofatik
e. Komplikasi makrovaskuler seprti penyakit jantung koroner,
stoke. (Subekti, 2005).
1.9 Web Of Caution

DM Tipe 1 DM Tipe II

Reaksi autoimun Idiopatik, usia, genetik dll

Sel β pankreas hancur Jumlah sel pankreas menurun

Defisiensi Insulin

Hiperglikemi Katabolisme protein meningkat Lipofisi meningkat

Fleksibilitas darah Pembatasan diit


Penurunan BB
merah

Intake tidak adekuat Resiko Defisit Nutrisi


Pelepasan O2

Resistensi Insulin Keidakstabilan Kadar


Hipoksia perifer
Glukosa Darah

Perfusi perifer
tidak efektif

Mempercepat terjadinya
arteriosklerosis

Penurunan aliran
darah ketungkai

Diabetes Neuropti

Kebas, kesemutan

Nyeri
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah
Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung
jawab.

2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien
datang ke rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan
utamanya seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing,
badan lemas, luka yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan.

3. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari akhir masa sehat
yang ditulis secara kronologis sesuai urutan waktu, dicatat perkembangan
dan perjalanan penyakitnya, keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti
polifagia, polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes
Melitus.

4. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang penyakit sistem
cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, adanya
penyakit infeksi dll, yang dicatat adalah keterangan terperinci mengenai
semua penyakit dan komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian
mungkin dicatat menurut urutan waktu.

5. Riwayat penyakit keluarga


Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga adalah
bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang dimiliki pada salah satu
anggota keluarga, pada klien dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah
ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit
kronis atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang dilakukan
jika mengalami sakit.

Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan
dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak, pada
klien dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada
sistem pernafasan.

b.Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan
makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan,
penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah
dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami
gangguan atau perubahan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien
mengalami peningkatan nafsu makan, klien sering merasa lapar dan haus,
sehingga klien menjadi banyak makan dan banyak minum.

c. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih,
ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus
mengalami gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan
melalui Diit yang juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula
dalam darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah
berlebih,yang menjadikan klien menjadi sering BAK.
d.Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami
gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau
akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya
kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.

e.Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur
pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama
tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan
Diabetes Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan
tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.

f.Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk melakukan
(menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami hambatan dalam
pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu berhubungan dengan
kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren tersebut.

g.Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas
klien mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya
terganggu karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.

h. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang lain,
serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.

i. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan
saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan ibadah,
pada keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut klien
apakah tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena
penyakit yang dialami.

a. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu
inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan
umum dan status generalis (Head to toe)

1) Inspeksi: sering dijumpai status


dehidrasi, gelisah, keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat
pada tulang kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat
pembesaran hati, bila disertai neuropatik maka akan ada sensasi
terhadap jarum, rasa getar serta reflek pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal
jantung, radang paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl

Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl

Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl

2) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit
sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim
dilakukan 3 kali sehari sebelum makan. Urin reduksi normal warna
biru, bila terdapat glukosa dalam urin :

Warna hijau : +

Warna kuning : ++

Warna merah : +++

Warna merah bata / coklat : ++++


2. Diagnosa
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan kadar dalam darah/urin tinggi
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi ditandai
dengan nyeri ektremitas
3) Nyeri kronik berhubungan dengan penekanan saraf ditandai dengan
mengeluh nyeri
4) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient ditandai dengan berat badan menurun

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil
1. Ketidakstabilan Setelah Manajemen Hiperglikemi 1) Dengan memonitor
kadar glukosa dilakukan O: glukosa dan tanda gejal
darah tindakan 1) Monitor glukosa darah hiperglikemi akan
berhubungan keperawatan 2) Monitor tanda dan gejala menurunkan tingkat
dengan ...x24 jam hiperglikemia( poliuria,poli kekambuhan berulang
hiperglikemia dapat dipsia, polifagia,kelemahan 2) dengan mengetahui
ditandai dengan mengurangi dan malaise) penyebab dari
kadar dalam masalah 3) Identifikasi penyebab hiperglikemi maka akan
darah/urin tinggi keperawatan hiperglikemi meningkakan
yang muncul T: pencegahan terhadap
dengan 1) Berikan asupan cairan oral hiperglikemi berulang
kriteria hasil: 2) Konsultasi dengan medis 3) pemebrian asupan oral
1) Kadar jika ada tanda dan gejala untuk menghidrasi
glukosa hiperglikemi 4) monitor glukos secara
dalam E: mandiri dapat memantau
darah 1) Anjurkan memonitor kadar kadar glukosa sehingaga
cukup glukosa darah secara mampu menurunan
membai mandiri tingkat kekambuhan
k (4) 2) Anjurkan kepaatuhan diit 5) olahraga dan diit
2) Kadar dan olahraga merupakan anjuran yang
glukosa 3) Ajarkan pengelolaan pentimg terhadap
dalam diabetes ( penggunaan diabetes militus karna
urine insulin, obat oral, asupan mengurangi resiko
cukup cairan) hiperglikemi berlanjut
mebaik K: 6) pnggunaan insulin dapat
(4) 1) Kolaborasi pemebrian menstabilakn kadar
3) Lelah insulin glukosa dalam darah
cukup 2) Kolaborasi pemberian
menurun kalium
(4)
4) Pusing
cukup
menurun
(4)

2. Perfusi perifer Setelah Perawatan sirkulasi 1) Identifikasi faktor resiko


tidak efektif dilakukan O: sebagai langkah awal
berhubungan tindakan 1) Identifikasi faktor resiko deteksi dini terhadap
dengan keperawatan gangguan sirkulasi gangguan sirkulsi
hiperglikemi .......... x24 ( diabetes, hipertensi dan perifer
ditandai dengan jam dapat kadar kolestrol tinggi) 2) Untuk mengetahui
nyeri ektremitas mengurangi 2) Monitor panas, adanya nyeri, kebas dan
masalah kemerahan,nyeri atau begkak
keperawatan bengkak pada ektremitas 3) Mengindari penekanan
yang muncul pada daerah yang cedera
dengan T: untuk menurangi resiso
kriteria 1) Lakuakn perawatan kaki keparahan daerah yang
hasil : dan kuku cedera
1) Nyeri 2) Hindari penekanan dan 4) Olahraga rutin mampu
ektremit pemasangan tourniquet meningkatkan sensasi
as cukup pada daerah yang cedera pada derah
menurun E: ektermitas(kaki)
(4) 1) Anjurkan berolahraga rutin
2) Sensai 2) Ajarkan program diet untuk
cukup memperbaiki sirkulasi
mrningk
at (4)
3) Parastesi
menurun
(5)
3. Nyeri kronik Setelah Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi
berhubungan dilakukan O: dan skala nyeri sehingga
dengan tindakan 1. Identifikasi lokasi, dpata diberikan terapi baik
penekanan saraf keperawatan. karakteristik,durasi,freku
faramakolis dan non
ditandai dengan . x24 jam ensi, kualitas,intensitas
mengeluh nyeri dapat nyeri farmakologi dengan baik.
mengurangi 2. Identifikasi skala nyeri 2. Dengan diketahui faktor
masalah 3. Identifikasi faktor yang pemicunya maka
keperawatan memperberat dan penanganan nyeri dapat di
yang muncul memperingan nyeri atasi dengan cepat.
dengan T: 3. Pemberian terapi non
kriteria 1. Berikan teknik non
faramkologi seperti terapi
hasil : farmakologis untuk
1. Keluhan mengurangi rasa nyeri musik dan araomaterapy
(hipnosis, akupresur, dapat merpengaruhi
nyeri terhadap tingkat nyeri
terapi musik, terapi pijat,
cukup aromatheraphy) 4. Dengan pasien memonitor
2. Fasilitasi istirahat dan nyeri secara mandiri,
menurun
(4) tidur pasien akan mengerti kapan
E: nyeri tersebut muncul dan
2. Melapork
1. Jelaskan strategi dapat ditangani atauapun
an nyeri meredakan nyeri
dicegah sebeleum nyeri
2. Anjurkan memonitor
terkontrol tersebut muncul kembali
nyeri secara mandiri
cukup 3. Ajarkan teknik non 5. Pemberian analgetik dapat
farmakologi untuk mmbantu menurunkan
meningkat
meredakan nyeri skala nyeri
(4)
K:
3. Kemampu
Kolaborasi pemberian analgetik
an jika perlu
mengenali
onset
nyeri
cukup
meningkat
(4)
4. Kemampu
an
mengenali
penyebab
nyeri
cukup
meningkat
(4)
5. Kemampu
an
mengguna
kan teknik
non-
farmakolo
gis
4. Defisit Nutrisi Setelah Manajemen Nutrisi 1) Untuk mengetahui jumlah
berhubungan dilakukan O: kalori yang dibutuhkan
dengan tindakan 1) Identifikasi kebutuhan kalori 2) Untuk mengetahui berat
ketidakmampua keperawatan. dan jenis nutrien badan ideal sehingga
n mengabsorpsi . x24 jam 2) Monitor asupan makanan memudahkan untuk
nutrient ditandai dapat 3) Monitor berat badan memmonitor asupan
dengan berat mengurangi T: makanan
badan menurun masalah 1) Fasilitasi menetukan 3) Pedoman diet berguna
keperawatan pedoman diet (piramida untuk penentuan jumlah
yang muncul makanan) kalori dan jenis makanan
dengan 2) Berikan makan tinggi sera yang dipilih
kriteria untuk mencegah konstipasi 4) Diet yang diprogramkan
hasil : E: bertujuan untuk
1) Pengetahu 1) Ajarkan diet yang di membatasi jumlah kalori
an tentang programkan dan gula setiap hari
pemilihan K:
makanan 1) Kolaborasi dengan ahli gizi
yang untuk mentukan jumlah
sehat kalori dan jenis makanan
meningkat yang dibutuhkan,jika perlu
(5)
2) Sikap
terhadap
makanan/
minuman
sesuai
dengan
tujuan
kesehatan
3) Indeks
masa
tubuh
cukup
membaik
(4)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

Anda mungkin juga menyukai