“ DIABETES MILITUS”
OLEH:
20204663062
2020
A. KONSEP
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi
insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat
dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi
reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran
sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system
transport glukosa
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
1.3 Patofisiologi
1. Diabetes Tipe I
a) hiperglikemia berpuasa
b) glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c) keletihan dan kelemahan
d) ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang
sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit
vaskular perifer)
1.5 Klasifikasi
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus
disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi
dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body
Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
1) Kurus (underweight) BBR < 90 %
2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight) BBR > 110%
4) Obesitas apabila BBR > 120%
a) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
b) Obesitas sedang BBR 130% - 140%
c) Obesitas berat BBR 140% - 200%
d) Morbid BBR >200 %
b. Latihan
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan
kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
d. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.
1. Pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
2.Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine
a. Warna hijau ( + )
b. Warna kuning ( ++ )
c. Warna merah bata ( +++ )
d. Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict
dan ansipatik ( paper strip ).
3.Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes
melitus yaitu
1.8 Komplikasi
1. Makroangiopati
a. Mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah.
b. Jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otok.
2. Mikroangiopati
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, diabetik, netropati diabetik.
3. Neuropati
Diabetik
4. Rentan infeksi
Seperti tuberculosis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.
5. Kaki diabetik
Menurut, Tarwoto (2012). Pasien dengan DM berisiko terjadi
komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya:
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya
terjadi pada NIDDM
b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme
lemak dan protein terutama terjdi pada NIDDM
c. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak
terkontrol.
2. Komplikasi kronis
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf prifer) pada organ-
organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
1) Retinopati deabetika (kerusakan saraf retina mata) sehingga
menjadi kebutaan
2) Neuropati deabitika (kerusakan saraf-saraf perifer)
mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada tubuh.
3) Nefropati deabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)dapat
mengakibatkan gagal ginjal
3. Makroangiopati
a. Penyakit vaskuler perifer
b. Kelainan pada jantung dan pembuluh darah
DM Tipe 1 DM Tipe II
Defisiensi Insulin
Perfusi perifer
tidak efektif
Mempercepat terjadinya
arteriosklerosis
Penurunan aliran
darah ketungkai
Diabetes Neuropti
Kebas, kesemutan
Nyeri
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah
Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan sumber biaya, penanggung
jawab.
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang
manyebabkan klien datang berobat, yang akan muncul saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali, Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien
datang ke rumah sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan
utamanya seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing,
badan lemas, luka yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan.
Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi pernafasan, gerakan
dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien merasa sesak, pada
klien dengan Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan pada
sistem pernafasan.
b.Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus, suplement yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah cairan dan
makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan,
penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah
dalam status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami
gangguan atau perubahan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien
mengalami peningkatan nafsu makan, klien sering merasa lapar dan haus,
sehingga klien menjadi banyak makan dan banyak minum.
c. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih,
ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus
mengalami gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan asupan cairan
melalui Diit yang juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula
dalam darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin dalam jumlah
berlebih,yang menjadikan klien menjadi sering BAK.
d.Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah baring untuk
mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus klien akan mengalami
gangguan gerak atau aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau
akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya
kelemahan otot, atau adanya luka Ulkus atau gangren.
e.Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur
pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama
tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan
Diabetes Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan
tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.
f.Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami hambatan untuk melakukan
(menjaga) kebersihan dirinya, kemungkinan klien mengalami hambatan dalam
pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka
gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu berhubungan dengan
kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren tersebut.
g.Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas
klien mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya
terganggu karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat
terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
h. Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga maupun orang lain,
serta begaimana klien berinteraksi dengan lingkungannya.
i. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan
saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan ibadah,
pada keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut klien
apakah tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena
penyakit yang dialami.
a. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu
inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan
umum dan status generalis (Head to toe)
2) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit
sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim
dilakukan 3 kali sehari sebelum makan. Urin reduksi normal warna
biru, bila terdapat glukosa dalam urin :
Warna hijau : +
Warna kuning : ++
3. Intervensi