Oleh:
PUJIANTI ANUGRAHNI
113063J119036
I. KONSEP TEORI
a. Anatomi Fisiologi
b. Definisi
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum (membran serosa rongga
abdomen). (Arif Muttaqin, 2011)
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis
yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. (Soeparman, dkk, 2012)
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, pada membrane serosa rongga
abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat dari infeksi bakteri: organisme
yang berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ
reproduksi internal (Nanda Nic-Noc, 2015)
Jadi peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi
pada selaput rongga perut (peritoneum) lapisan membrane serosa rongga abdomen
dan dinding perut bagian dalam.
c. Etiologi
1. Infeksi bakteri
a) Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
hemolitik, stapilokokus aureus, enterokokus dan yang paling berbahaya
adalah clostridium wechii.
b) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
c) Appendiksitis yang meradang dan perforasi
d) Dinding lambung mengalami luka.
e) Infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan.
2. Secara langsung dari luar.
a) Operasi yang tidak steril
b) Trauma pada kecelakaan peritonitis lokal seperti rupturs limpa, ruptur hati
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang
saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis.
Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.
(Nanda Nic-Noc, 2015)
e. Komplikasi
1. Sepsis, infeksi yang menyebar pada seluruh tubuh.
2. Syok, tekanan darah yang menurun.
3. Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi (penyumbatan usus), yang
terutama berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus.
Dua komplikasi pascaoperatif paling umum adalah:
1. Eviserasi luka: merupakan keluarnya organ-organ yang terdapat pada rongga
abdomen.
2. Pembentukan abses. Berbagai petunjuk dari pasien tentang area abdomen yang
mengalami nyeri tekan, nyeri, atau “merasa seakan sesuatu terbuka” harus
dilaporkan. Luka yang tiba-tiba mengeluarkan drainase serosanguinosa
menunjukkan adanya dehisens luka.
f. Patofisiologi
1. Narasi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada
pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam
lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen
(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin
dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin
merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara
ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks
fibrin. Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan
mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-
kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril.
Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak
mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran
kuman dengan membentuk kompartemen - kompartemen yang kita kenal
sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari
berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat
penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain
jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen,
peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga
mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil.
Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri
lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis
dan bakterigram negatif, terutama E. coli.
2. Skema
Bakteri Bakteri Cidera atau Benda asing
eksternal luka saluran
cerna
Masuk saluan Bakteri
cerna Peradangan
ginjal Keluar enzim
pancreas, asam
Peradangan lambung, empedu
saluran cerna Masuk ke
ginjal
Masuk ke rongga
peritoneum
Peritonitis
Abses Luka
Absorpsi usus Dx:
menurun Hipertermi
Terjadi perlekatan Dx:
antara usus dan Nyeri Akut
peritoneum Diare
Pergerakan Dx:
usus menurun Kekurangan
volume cairan
Obstruksi usus:
Mual, muntah
Dx:
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh (Kowalak, J. 2012)
g. Pemeriksaan Penunjang
a) Test laboratorium
1) Sel darah putih (leukosit) meningkat kadang-kadang > 20.000/ mm 3. Sel
darah merah mungkin meningkat menunjukkan hemokonsentrasi.
2) Hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan
darah.
b) X-ray
1) Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral)
2) Foto dada: dapat menyatakan peninggian diafragma
3) Parasentesis: contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah,
pus/eksudat, emilase, empedu dan kreatinin.
c) CT abdomen dapat menunjukkan pembentukan abses.
d) USG
USG abdomen berguna untuk evaluasi darah kuadran kanan atas (abses
perihepatik, kolesistis, biloma, pankreatitis, psudokista pankreatik), kuadran
kanan bawah, dan patologi pelvik (apenditis, abses tubo-ovarian, abses cavum
douglas), serta dapat mendeteksi adanya asites dan aspirasi cairan.
h. Penatalaksanaan
a) Medis
1) Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan fokus utama dari
penatalaksanaan medik.
2) Analgetik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
3) Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
4) Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi
ventilasi.
5) Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi (appendiks), reseksi,
memperbaiki (perforasi), dan drainase (abses).
b) Non Medis
1) Istirahat : tirah baring dengan posisi semifowler
2) Diet : cair nasi
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus peritonitis berdasarkan
rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA NIC-NOC 2015 antara lain:
1. Hipertermia b.d respon terhadap trauma (proses peradangan pada peritonium)
2. Nyeri akut b.d agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis) kerusakan
jaringan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (cairan elektrolit)
d. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain. Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Penilaian keperawatan merupakan kegiatan pelaksanaan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil. Hasil evaluasi didapatkan bahwa klien
mampu menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA