Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PERITONITIS

Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :

Nor Saimah
72020040136

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP PENYAKIT PERITONITIS


1. PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum suatu membran yang melapisi rongga
abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat masunya bakteri dari saluran cerna atau organ-
organ abdomen ke dalam ruang perotonium melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ.
(Corwin, 2010).
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi
bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ
reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2010).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peritonitis adalah radang selaput perut
atau inflamasi peritoneum baik bersifat primer atau sekunder, akut atau kronis yang
disebabkan oleh kontaminasi isi usus, bakteri atau kimia.
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2011), penyebab dari peritonitis antara lain :
a. Infeksi bakteri :
Organisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ
reproduktif internal. Bakteri paling umum yang terkait adalah E. coli, klebsiella, proteus,
dan pseudomonas.
b. Sumber eksternal seperti cedera atau trauma (misal luka tembak atau luka tusuk) atau
inflamasi yang luas yang berasal dari organ diluar peritoneum seperti ginjal.
c. Penyakit gastrointestinal : appendicitis, ulkus perforasi, divertikulitis dan perforasi usus,
trauma abdomen (luka tusuk atau tembak) trauma tumpul (kecelakaan ) atau
pembedahan  gastrointestinal.
d. Proses bedah abdominal dan dialisis peritoneal.
3. PATOFISIOLOGI
Disebabkan oleh kebocoren dari  organ abdomen kedalam rongga abdomen bisanya
sebagai akibat dari inflamasi,infeksi,iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadi proliferasi
bacterial, yang menimbulkan edema jaringan, dan dalam waktu yang singkat terjadi eksudasi
cairan. cairan dalam peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan protein, sel darah putih,
debris seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikut oleh
oleh ileus pralitik, disertai akumudasi udara dan cairan dalam usus.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen (meningkatkan
aktivitas inhibitor activator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan
jajaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari system
pertahanan tubuh, sengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak
diantara matrika fibrin. Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan
mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri
untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat
banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan
penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen yang dikenal sebagai abses.
Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang
paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit visceral atau intervensi bedah
yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam
rongga abdomen, peritonitis juga terjadi karena virulensi kuman yang tinggi hingga
mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin
buruk jika infeksinya disertai dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur.

4. TANDA DAN GEJALA


Menurut Corwin (2010), gambaran klinis pada penderita peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang.
b. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan
kedalam peritoneum.
c. Mual dan muntah.
d. Abdomen yang kaku.
e. Ileus paralitik (paralisis saluran cerna akibat respon neurogenik atau otot terhadap trauma
atau peradangan) muncul pada awal peritonitis.
f. Tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih dan
takikardia.
g. Rasa sakit pada daerah abdomen
h. Dehidrasi
i. Lemas
j. Nyeri tekan pada daerah abdomen
k. Bising usus berkurang atau menghilang
l. Nafas dangkal
m. Tekanan darah menurun
n. Nadi kecil dan cepat
o. Berkeringat dingin
p. Pekak hati menghilang
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (2010), pemeriksaan diagnostic pada peritonitis
adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih dari
20.000/mm³. Sel darah merah mungkin meningkat menunjukan hemokonsentrasi.
b. Albumin serum, mungkin menurun karena perpindaahan cairan.
c. Amylase serum biasanya meningkat.
d. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada.
e. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret atau cairan
asites.
f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi usus ileum. Bila perforasi visera
sebagai etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen.
g. Foto dada, dapat menyatakan peninggian diafragma.
h. Parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus/eksudat, amilase,
empedu, dan kreatinin.
6. PENATALAKSANAAN
Menurut Netina (2011), penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan
medik.
b. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
c. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.
e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.
f. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).
g. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi ( appendks  ), reseksi ,
memperbaiki  (perforasi ), dan drainase ( abses ).
h. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERITONITIS


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama pasien, Umur, Jenis kelamin, Suku /Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat
b. Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah kanan
dan menjalar ke pinggang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal diawali
terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus, dan
sirosis hepatis dengan asites.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, operasi
yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan
ruptur hati.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini disebabkan oleh
bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka kemungkinan diturunkan ada.
f. Pemeriksaan Fisik
Sistem pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan serta
menggunakan otot bantu pernafasan.
Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena
anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok  (neurogenik,
hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami
penurunan kesadaran.
Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urin.
Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses patologis
organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu
terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun
(<12x/menit).
Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas.
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan turgor
kulit menurun akibat  kekurangan volume cairan.
g. Pengkajian Psikososial
Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas sosial yang sering
dilakukan.
h. Personal Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
i. Pemeriksaan Penunjang.
1. Test laboratorium: Leukositosis, Hematokrit meningkat, Asidosis metabolik
2. X-Ray : Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan : Illeus
merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar dilatasi,
udara bebas (air fluid level) dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
2. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia dan muntah.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
5. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan sekunder distensi
abdomen dan menghindari nyeri.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi Rasional
keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri, catat 1. Perubahan pada
berhubungan tindakan lokasi, lama, lokasi/intensitas tidak
dengan keperawatan intensitas (skala 0- umum tetapi dapat
proses dalam ….. jam 10) dan menunjukkan terjadinya
inflamasi, nyeri klien karakteristik   nyeri komplikasi. nyeri
demam dan berkurang 2. Observasi tanda- cenderung menjadi
kerusakan tanda vital konstan, lebih hebat, dan
jaringan. Kriteria hasil : 3. Pertahankan posisi menyebar ke atas, nyeri
-Laporan nyeri semi Fowler sesuai dapat lokal bila terjadi
hilang/terkontrol indikasi abses
-Menunjukkan 4. 4. Berikan tindakan 2. Tanda-tanda vital terkontrol
penggunaan kenyamanan, contoh 3. Memudahkan drainase
ketrampilan pijatan punggung, cairan/luka karena
relaksasi. napas dalam, gravutasi dan membantu
-Tanda-tanda vital latihan   relaksasi meminimalkan nyeri karena
dalam batas atau visualisasi. gerakan.
normal 5. Kolaborasi 4. Meningkatkan relaksasi dan
TD : 128/80 pemberian analgetik mungkin meningkatkan
mmHg sesuai indikasi: kemampuan koping pasien
S : 36-37,5ºC denagn memfokuskan
N : 60-100 kembali perhatian.
x/menit 5. Menurunkan laju metabolik
RR : 16-20 dan iritasi usus karena
x/menit toksin sirkulasi/lokal, yang
membantu menghilangkan
nyeri dan meningkatkan
penyembuhan.
2 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Catat faktor risiko 1. Mempengaruhi pilihan
infeksi tindakan individu contoh intervensi
berhubungan keperawatan trauma abdomen, 2. Tanda adanya syok septik,
dengan luka dalam …. jam apendisitis akut, endotoksin sirkulasi
post operasi. mengurangi dialisa peritoneal. menyebabkan vasodilatasi,
infeksi yang 2. Kaji tanda vital kehilangan cairan dari
terjadi, dengan sering, catat sirkulasi, dan rendahnya
meningkatkan tidak membaiknya status curah jantung.
kenyamanan atau berlanjutnya 3. Hangat, kemerahan, kulit
pasien. hipotensi, penurunan kering adalah tanda dini
tekanan nadi, septikemia. Selanjutnya
Kriteria hasil: takikardia, demam, manifestasi termasuk
-Meningkatnya takipnea. dingin, kulit pucat lembab
penyembuhan 3. Catat warna kulit, dan sianosis sebagai tanda
pada waktunya, suhu, kelembaban. syok.
bebas drainase 4. Pertahankan teknik 4. Mencegah penyebaran,
purulen atau aseptik ketat pada membatasi pertumbuhan
eritema, tidak perawatan drein bakteri.
demam. abdomen, luka  5. Menurunkan resiko terpajan
-Menyatakan insisi/terbuka, dan pada/menambah infeksi
pemahaman sisi invasif. sekunder pada pasien.
penyebab 5. Lakukan perawatan 7. Terapi ditujukan pada
individu / faktor luka dengan steril bakteri anaerob dan basil
resiko. 6. kolaboraso dalam aerob gram negatif.Lavase
pemberian dapat digunakan untuk
antibiotik, contoh membuang jaringan
gentacimin nekrotik dan mengobati
(Garamycyin), inflamasi yang
amikasin (amikin), terlokalisasi/menyebar
Klindamisin dengan buruk.
(Cleocin). Lavase
pritoneal/IV
3 Perubahan Setelah dilakukan 1. Timbang berat 1. Kehilangan atau
nutrisi kurang tindakan badan tiap hari. peningkatan dini
dari keperawatan 2. Auskultasi bising menunjukkan perubahan
kebutuhan dalam …. jam usus, catat bunyi hidrasi tetapi kehilangan
berhubungan nafsu makan tak  ada atau lanjut diduga ada defisit
dengan dapat timbul hiperaktif. nutrisi.
anoreksia dan kembali dan 3. Catat kebutuhan 2. Meskipun bising usus
muntah. status nutrisi kalori yang sering tak ada, inflamasi
terpenuhi. dibutuhkan. atau iritasi usus
4. Monitor Hb dan dapat                 menyertai
Kriteria Hasil: albumin hiperaktivitas usus,
5. Kaji abdomen penurunan absorpsi air dan
-Status nutrisi dengan sering untuk diare.
terpenuhi kembali ke bunyi 3. Adanya kalori (sumber
-Nafsu makan yang lembut, energi) akan mempercepat
klien timbul penampilan bising proses penyembuhan.
kembali usus normal, dam 4. Indikasi adekuatnya protein
-Berat badan kelancaran flatus. untuk sistem imun.
normal 6. Kolaborasi dengan 5. Menunjukan kembalinya
-Jumlah Hb dan ahli gizi dalam diet. fungsi usus ke normal
albumin normal 6. Agar nutrisi klien tetap
terpenuhi.
4 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda vital, 1. Membantu dalam evaluasi
volume tindakan catat adanya derajat defisit
cairan keperawatan hipotensi (termasuk cairan/keefektifan
berhubungan dalam …. jam perubahan penggantian terapi cairan
dengan keseimbangan postural),  dan respons terhadap
kehilangan cairan dapat takikardia, takipnea, pengobatan.
volume terpenuhi demam. Ukur CVP 2. Menunjukkan status hidrasi
cairan aktif. bila ada. keseluruhan.
Kriteria hasil: 2. Pertahankan intake 3. Hipovolemia, perpindahan
dan output yang cairan, dan kekurangan
-Haluaran urine adekuat lalu nutrisi mempeburuk turgor
adekuat dengan hubungkan dengan kulit, menambah edema
berat jenis berat badan harian. jarinagan.
normal, 3. Observasi 4. Memberikan informasi
-Tanda vital stabil kulit/membran tentang  hidrasi dan fungsi
-Membran mukosa untuk organ.
mukosa lembab kekeringan, turgor, 7. 5. Mengisi/
-Turgor kulit baik catat edema mempertahankan volume
-Berat badan perifer/sacral. sirkulasi dan keseimbangan
dalam rentang 4. Awasi pemerikasaan elektrolit. Koloid (plasma,
normal. laboratorium, contoh darah) membantu
Hb/Ht, elektrolit, menggerakkan air ke dalam
protein, albumin, area intravaskular dengan
BUN, kreatinin. meningkatkan tekanan
5. Kolaborasi osmotik.
pemberian
plasma/darah,
cairan, elektrolit.
5 Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Pantau hasil analisa 1. Indikator hipoksemia;
fan pola tindakan gas darah dan hipotensi, takikardi,
nafas b.d keperawatan indikator hiperventilasi, gelisah,
penurunan dalam…. jam hipoksemia: depresi SSP, dan sianosis
kedalaman pola nafas efektif, hipotensi, takikardi, penting untuk mengetahui
pernafasan ditandai bunyi hiperventilasi, adanya syok akibat
sekunder nafas normal, gelisah, depresi SSP, inflamasi (peradangan).
distensi tekanan O2 dan dan sianosis 2. Gangguan pada paru (suara
abdomen dan saturasi O2 2. Auskultasi paru nafas tambahan) lebih
menghindari normal. untuk mengkaji mudah dideteksi dengan
nyeri Kriteria Hasil: ventilasi dan auskultasi.
-Pernapasan tetap mendeteksi 3. Posisi membantu
dalam batas komplikasi memaksimalkan ekspansi
normal pulmoner. paru dan menurunkan
-Pernapasan tidak 3. Pertahankan pasien upaya pernafasan, ventilasi
sulit pada posisi maksimal membuka area
-Istirahat dan semifowler. atelektasis dan
tidur dengan 4. Berikan O2 sesuai meningkatkan gerakan
tenang progra sekret kedalam jalan nafas
-Tidak besar untuk dikeluarkan.
menggunakan 4. Oksigen membantu untuk
otot bantu napas bernafas secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, C. (2010). Ensiclopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Herdman, H. (2013). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Dahlan. M., Jusi. D., Sjamsuhidajat. R., 2010, Gawat Abdomen dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta : EGC
Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.
NANDA, (2016). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.  Alih Bahasa Budi Santosa, Prima
Medika.

Anda mungkin juga menyukai