PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak dibidang
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Obat yang digunakan sebaiknya
memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya kemurnian, yaitu suatu
keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya, tidak ada pencampuran dan
potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas
berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas.
2.2 Prinsip Enam Benar Pemberian Obat
Prinsip enam benar dalam pemberian obat yaitu benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi.
2.2.1
Benar Pasien
Pemberian obat pada pasien yang benar dapat dipastikan dengan
tepat
lewat
telepon,
pasien
yang
masuk
bersamaan,
kasus
penyakitnya sama, ataupun adanya pindahan pasien dari ruang yang satu
keruang
yang
lainnya.
Perawat
harus
mengidentifikasi
pasien
dengan
untuk mengurangi kejadian pemberian obat pada pasien yang tidak tepat
(Wijayaningsih, 2013).
2.2.2
Benar Obat
Obat yang benar berarti pasien menerima obat yang telah diresepkan.
Label obat harus dibaca 3 kali untuk menghindari kesalahan, yaitu: saat
melihat botol atau kemasan, sebelum menuang
Perawat juga harus menyadari bahwa obat- obat tertentu mempunyai nama
yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip. Jika ada
keraguan,
perawat dapat menghubungi apoteker atau pemberi resep (Kee dan Hayes, 1996).
Benar obat dapat dilakukan dengan mengecek program terapi pengobatan dari
dokter, menanyakan ada tidaknya alergi obat, mengecek label obat, menanyakan
keluhan pasien sebelum dan setelah
hasil
yang diperoleh
pemberian obat melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang jelas
(Wijayaningsih, 2013).
2.2.3
Benar Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang
2.2.4
Benar Waktu
Waktu yang benar adalah saat obat yang diresepkan harus diberikan. Jika
obat harus diminum sebelum makan untuk memperoleh kadar yang diperlukan
harus diberi satu jam sebelum makan, jika obat harus dimakan sesudah makan
maka harus diberi sesudah pasien makan. Perawat juga harus memeriksa tanggal
kadaluarsa obat (Kee dan Hayes, 1996).
Benar waktu dapat diterapkan dengan memberikan obat pada frekuensi
yang tepat dan pada waktu yang diprogramkan oleh pemberi resep. Obat yang
diberikan dalam 30 menit sebelum atau sesudah waktu yang dijadwalkan
dianggap memenuhi waktu standar yang benar (Kozier, et al., 2010).
Benar waktu meliputi interval yang benar dan juga waktu yang tepat setiap
harinya. Memberikan obat dengan frekuensi lebih sering atau kurang dari yang
telah diresepkan berpotensi mempengaruhi efek yang diharapkan dari obat
tersebut. Selain itu, beberapa obat harus diberikan di waktu tertentu pada hari
tersebut. Sebagai contoh, diueretik (obat yang diberikan untuk mengurangi
kelebihan cairan dari tubuh) biasanya diberikan pagi hari. Pemberian jenis obat ini
di malam hari akan mengganggu pasien beristirahat (Vaughans, 2013).
Obat yang dikonsumsi secara berulang lebih berpotensi menimbulkan
kesalahan dalam waktu pemberiannya. Misalnya pada kasus gawat darurat henti
jantung, epinefrin diberikan setiap 3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan
menghasilkan kadar obat yang tidak sesuai dan dapat menimbulkan efek samping
yang tidak diharapkan. Selain itu, perawat juga perlu memperhatikan dalam
pemberian obat berupa injeksi ataupun infus (Wijayaningsih, 2013).
2.2.5
Benar Rute
Rute yang benar perlu untuk absorbsi yang tepat dan memadai. Obat
diberikan melalui rute yang berbeda, tergantung keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat obat (kimiawi dan fisik obat) serta tempat kerja yang
diinginkan. Rute pemberian obat dapat dibagi menjadi:
a. Oral, obat yang masuk melalui mulut, dapat diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal).
b. Topikal, terdiri dari krim, salep, lotion, liniment dan sprei. Obat ini
digunakan pada permukaan luar badan untuk melindungi, melumasi, atau
Benar Dokumentasi
Perawat harus segera mendokumentasi tindakanpemberian obat pada
pasien yang meliputi nama, dosis, rute, waktu dan tanggal pemberian obat serta
inisial dan tanda tangan perawat. Respon pasien terhadap pengobatan juga perlu
didokumentasikan. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk
mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat yang sama kembali (Kee
dan Hayes, 1996).
Dokumentasikan pemberian obat setelah memberikan obat pada pasien
bukan sebelum memberikan obat. Apabila waktu pemberian obat berbeda dari
waktu yang ditentukan ataupun ada perubahan dari pemberian obat yang sudah
diresepkan dan yang diberikan pada pasien segera didokumentasikan dan
mencantumkan alasannya dengan jelas (Kozier, et al., 2010).
Mendokumentasikan pemberian obat merupakan tambahan atas lima benar
pemberian obat, dan ini juga harus benar. Penting bagi anggota tim kesehatan lain
yang terlibat dalam perawatan pasien untuk mengetahui jumlah, waktu, dan rute
medikasi yang diberikan pada pasien. Penting juga bagi anggota tim kesehatan
lain untuk mengetahui bagaimana medikasi mempengaruhi pasien (Vaughans,
2013).
Dokumentasi meliputi nama pasien, nama obat, dosis, jalur pemberian,
tempat pemberian, alasan kenapa obat diberikan, dan tanda tangan orang yang
memberikan. Hal ini diperlukan perawat sebagai pertanggunggugatan secara legal
tindakan yang dilakukan (Wijayaningsih, 2013).
2.3 Tindakan-Tindakan Prinsip 6 Benar
Tindakan tindakan dalam komponen prinsip enam tepat :
1.
Tepat obat
a. Menegecek program terapi pengobatan dari dokter
b. Menanyakan ada tidaknya alergi obat
c. Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat
d. Mengecek label obat 3 kali ( saat melihat kemasan, sebelum
menuangkan, dan setelah menuangkan obat) sebelum memberikan
obat
g.
2. Tepat dosis
a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter
b.
c.
d.
e.
f.
Mencatat
jumlah
cairan
yang
digunakan
untuk
diidentifikasi
sebelum
pemberian
pengobatan
dan
tindakan/prosedur.
Identifikasi dilakukan pada saat :
-
SKP
II
Rumah
sakit
mengembangkan
pendekatan
untuk
10
12
13
BAB 3
FORMAT LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)
RUANG RAWAT RINDU 4 ANAK
Nama Ruangan
: Rindu 4 Anak
Tanggal Pelaksanaan
diagnosis,
mencegah,
mengurangi,
menghilangkan,
14
meragukan obat yang didapat maka kita harus konfirmasi dulu kepada
apoteker mengenai kandungan obat tersebut.
Standar IPSG I Rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien yang
digunakan untuk memperbaiki/ meningkatkan ketelitian. Pasien diidentifikasi
sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur. Perawat meminta
pasien untuk menyebutkan nama , tanggal lahir (umur), dengan mencocokan
nomor rekam medik pada gelang pasien.
Standar IPSG III yaitu peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high alert), yang termasuk dalam obat HAM yaitu elektrolit
konsetrat serta obat yang terlihat mirip atau nama kedengaran mirip (Nama
Obat dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
Ketidaksesuaian nama pasien dalam pemberian obat dapat menimbulkan
kecacatan bahkan kematian pada pasien. ketidaksesuaian dalam pemberian
obat sering ditemukan meliputi ketidaksesuaian nama dalam pemberian
cairan infus. Hal ini dapat memicu terjadinya kesalahan dalam pemberian
obat. Banyak tenaga medis yang kurang peduli dalam pemberian cairan infus
yang tidak sesuai dengan nama pasiennya. Padahal ada cairan infus yang
terlihat mirip atau nama kedengaran mirip seperti WIDA 4:1 dengan WIDA
2:1
Pemberian obat pada pasien merupakan tanggung jawab perawat.
Perawat berkewajiban untuk mematuhi standar prosedur tetap dalam
pemberian obat sehingga kesalahan dalam pemberian obat tidak terjadi.
Perawat harus mempunyai pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pemberian
obat untuk memberikan obat dengan cara yang aman dan efektif pada pasien.
Pemberian obat yang efektif oleh perawat pelaksana dapat dipengaruhi
oleh supervisi yang dilakukan kepala ruangan (Searl, 2009). Pada penelitian
Kuntarti (2005) menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan prinsip enam benar pemberian obat dan salah satunya adalah
faktor eksternal yaitu supervisi atasan.
C. Rencana Tindak Lanjut
NO
.
1.
Isu
Kegiatan
medis
dalam tenaga
medis
memberikan
15
Indikator
pada Cairan infus sesuai
untuk dengan nama pasien
cairan masing-masing
Misalnya
dengan
2.
Keterbatasan
cairan infus
memberikan
sanksi.
sediaan Membuat
pemakaian
jam Sediaan
infus
cairan mencukupi
yang
sudah
ditentukan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Prinsip enam benar dalam pemberian obat yaitu benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi. Sebelum
16
memberikan obat kepada pasien kita harus memperhatikan jenis obat apa yang
akan diberikan, apakah sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pasien.
Standar IPSG I Rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien yang
digunakan untuk memperbaiki/ meningkatkan ketelitian. Standar IPSG III yaitu
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert), yang termasuk
dalam obat HAM yaitu elektrolit konsetrat serta obat yang terlihat mirip atau
nama kedengaran mirip (Nama Obat dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look
Alike Sound Alike/LASA).
Ketidaksesuaian nama pasien dalam pemberian obat dapat menimbulkan
kecacatan bahkan kematian pada pasien. ketidaksesuaian dalam pemberian obat
sering ditemukan meliputi ketidaksesuaian nama dalam pemberian cairan infus.
Hal ini dapat memicu terjadinya kesalahan dalam pemberian obat. Banyak tenaga
medis yang kurang peduli dalam pemberian cairan infus yang tidak sesuai dengan
nama pasiennya. Padahal ada cairan infus yang terlihat mirip atau nama
kedengaran mirip seperti WIDA 4:1 dengan WIDA 2:1
Pemberian obat yang efektif oleh perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh
supervisi yang dilakukan kepala ruangan (Searl, 2009).
4.2 Saran
Perawat dalam pelaksanaan pemberian obat sesuai dengan enam benar.
17