Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI DISKUSI KASUS (RDK)

“PELAKSANAAN PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN RAWAT INAP”


DI RUANG ANAK Lt. 1

Mentor : Darmono, S.Kep, Ns

DISUSUN OLEH:
BAGUS PRABOWO
NIP. 19962358

BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT MEDIK DAN KEPERAWATAN
RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi oksigen meliputi metode sistem aliran tinggi dan sistem aliran rendah.
Sistem aliran tinggi ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan
tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur serta sistem aliran rendah yang juga dapat menambah
konsentrasi oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi dalam memberi asuhan
keperawatan. Salah satu pemberian oksigen dengan metode aliran rendah yaitu nasal
kanul. Pemberian oksigen yang berasal dari sumbernya tidak dapat digunakan langsung
oleh pasien karena dibutuhkan alat penurun aliran dan humidifier. Proses humidifikasi
dilakukan dengan mengalirkan oksigen ke humidifier yang diisi dengan air untuk
membentuk gelembung-gelembung udara guna mengasilkan uap air. (Aryono, 2012)
Pemakaian humidifier penting untuk dicermati karena tabung humidifier
yang terisi air dapat menjadi reservoir infeksi yang baik bagi bakteri (Scaffer, et al.,
1996). Bakteri dapat tumbuh di humidifier diperkirakan karena lingkungan yang lembab.
Bakteri yang ditemukan adalah adalah Staphylococcus Epidermidis dan Enterobakter
Aeruginosa yang merupakan bakteri flora normal. Bakteri ini dapat menjadi patogen bila
masuk ke individu yang sangat lemah, sehingga menjadi infeksi nosokomial.(Perry dan
Potter, 2006).
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal antara lain
tabung humidifier harus dalam kondisi bersih, air dalam humidifier harus air steril dan
diganti setiap 24 jam, dan bila cairan hendak ditambahkan sisa cairan harus dibuang
terlebih dahulu (Nafisah, 2007). Pencegahan lain yaitu pemakaian humidifier dengan
aliran oksigen kurang dari 5 liter per menit tidak perlu mengisi air (Kenji, 2004).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 23 Maret 2019 di Ruang Anak lt. 1,
terdapat 8 pasien yang terpasang terapi oksigen nassal cannul < 4 liter/menit dengan
menggunakan air steril pada tabung humidifier.
Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan refleksi diskusi
kasus tentaang “Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Rawat Inap di
Ruang Anak Lt. 1”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena di atas, penulis mengajukan refleksi diskusi kasus tentang
“Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Rawat Inap di Ruang Anak Lt. 1”.

C. Tujuan Refleksi Diskusi Kasus


1. Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan
oksigen di Ruang Anak Lt. 1
2. Perawat dapat melakukan pemberian terapi oksigen dengan non humidifier di Ruang
Anak Lt. 1

D. Manfaaat Refleksi Diskusi Kasus


1. Bagi Pasien
Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan citra baik dari masyarakat dan meningkatkan tingkat kepuasan
pasien terhadap rumah sakit.
3. Bagi Perawat
Meningkatkan keamanan dan kenyamanan dalam menjalankan tugas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terapi Oksigen


1. Pengertian Oksigen
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem
respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologis (Anggraini & Hafifah, 2014).
2. Tujuan Terapi Oksigen
Tujuan utama pemberian terapi oksigen secara klinis untuk mencegah atau
mengatasi keadaan hipoksia (Perry & Potter, 2006). Sedangkan menurut Smeltzer &
Bare (2008) terapi oksigen adalah memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam
darah sambil menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stress miokardium.
Berdasarkan tujuan terapi oksigen, dapat ditentukan indikasi utama pemberian
oksigen yaitu klien dengan hipoksia, distres pernapasan atau henti napas, hipotensi atau
henti jantung, penurunan curah jantung dan atau asidosis (Leach & Bateman, 1998).
3. Metode Pemberian Oksigen
Cara pemberian terapi oksigen (O2) dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem aliran
rendah dan sistem aliran tinggi. Pada sistem aliran rendah, sebagian dari volume tidal
berasal dari udara kamar. Alat ini memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) 21%-90%,
tergantung dari aliran gas oksigen (O2) dan tambahan asesoris seperti kantong
penampung. Alat-alat yang umum digunakan dalam sistem ini adalah: nasal kanul dan
simple mask tanpa atau dengan kantong penampung dan oksigen (O2). Alat ini
digunakan pada pasien dengan kondisi stabil (Widiyanto, 2014).
Sistem aliran tinggi merupakan teknik pemberian oksigen dengan frekuensi
cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan volume inspirasi pasien. contoh sistem aliran
tinggi adalah masker dengan venturi, yaitu sampai 14 LPM (Aryono, 2012).

B. Konsep Humidifier
Humidifier merupakan alat yang digunakan untuk memberikan kelembapan dengan
gelembung-gelembung udara pada saat terapi Oksigen. Jadi, humidifier merupakan alat
humidifikasi atau penambahan kadar air dalam udara (oksigen) sehingga dapat mencapai
suatu kelembapan ( Tucker, 2000).
Penggunaan Humidifier sangat penting dalam memberikan terapi oksigen karena
selain sebagai pelembap oksigen juga sebagai konektor selang oksigen yang diberikan
kepada pasien ( Perry & Potter, 2006 ).
Saraswati (2008) membagi jenis humidifier menjadi dua yaitu humidifier aktif yang
mengeluarkan gelembung udara dari tabung yang berisi air saat teralisi oksigen dan humifier
pasif merupakan pelembab udara yang menggunakan alat pemanas. Hilton (2004) membagi
dua humifier yaitu hangat dan dingin. Pembagian jenis humidifier menurut Saraswati dengan
Hilton secara umum sama yaitu humidifier aktif sama dengan humidifier dingin dan
humidifier pasif sama dengan humidifier hangat.
Humidifier hangat merupakan alat pelembap udara dengan melepaskan uap air atau
embun air hangat. Pemanasan air dilakukan dengan mesin listrik sehingga uap akan keluar
dari air yang mendidih. Humidifier tipe ini digunakan pada terapi oksign dengan cara
Closed System yang digunakan pada Ventilator ( Perry & Potter, 2006 ).
Humidifier dingin adalah pelembap udara dengan suatu alat akan melepaskan uap
dingin / droplet air yang dingin. Humidifier tipe ini diberikan pada terapi oksigen yang
alirannya dapat bernafas spontan melalui jalan nafas atas. Humidifier ini secara
konvensional dengan teknik mengalirkan oksigen melalui air yang akhirnya timbul
gelembung-gelembung udara yang akan mendorong uap air ke udara. Kelembapan yang
dihasilkan kurang lebih 72,5% sampai dengan 78,7 % pada suhu ruangan ( Perry & Potter,
2006 ).
Dalam penggunaan humidifier perlu memperhatikan beberapa hal antara lain tabung
humidifier harus dalam kondisi bersih, air dalam humidifier harus air steril dan diganti
setiap 24 jam, dan bila cairan hendak ditambahkan sisa cairan harus dibuang terlebih
dahulu (Nafisah, 2007).
REFLEKSI DISKUSI KASUS (RDK)

PERAWAT ORIENTASI
RSUP Dr. KARIADI SEMARANG 2019

Tanggal Pelaksanaan : Maret 2019


Topik diskusi kasus : Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Rawat Inap di
Ruang Anak Lt. 1
Penyaji : Bagus Prabowo, Amd.Kep
A. Masalah/isu yang muncul
Ruang Anak Lt. 1 merupakan ruang perawatan kelas III untuk anak di usia 1 bulan
sampai dengan 18 tahun, selama training di ruang Anak Lt. 1 rata rata tiap hari pasien yang
dirawat berjumlah > 45 pasien dari jumlah kapasitas bed rawat maksimal 50 pasien.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 23 Maret 2019 di Ruang Anak lt. 1, terdapat 8
pasien yang terpasang terapi oksigen nassal cannul < 4 liter/menit dengan menggunakan air
steril pada tabung humidifier yang digunakan secara aktif dan terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Dalam melakukan pemasangan oksigen, semua perawat telah melakukan sesuai
standar prosedur operasional di RSUP Dr. Kariadi yaitu dengan menggunakan air steril
untuk mengisi tabung humidifier, namun terdapat penelitian bahwa tabung humidifier yang
diiisi air steril menjadi tempat pertumbuhan bakteri.

B. Pembahasan
Pada pelaksanaan pemberian terapi oksigen, perawat di ruangan sudah menerapkan
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang telah ditetapkan atau yang berlaku di
RSUP Dr. Kariadi Semarang, dimana perawat dalam memberikan terapi oksigen
menggunakan air steril dalam Tabung Humidifier dengan tujuan untuk menjaga
kelembapan. Namun terdapat penelitian tentang berbedaan pertumbuhan bakteri pada tabung
humidifier yang diisi air steril dan yang tidak diisi air steril. Penelitian yang dilakukan oleh
Bakar, A tahun 2009 dengan judul Perbedaan Pertumbuhan Bakteri di Humidifier dan Non-
Humidifier pada Pasien yang Mendapat Terapi Oksigen mendapatan hasil Perbedaan
pertumbuhan bakteri di humidifier dan non humidifier terjadi pada jam ke-12. Hasil uji
statistik ini membuktikan bahwa non humidifier lebih terjaga kesterilannya. Pertumbuhan
bakteri setelah digunakan selama 12 jam ditumbuhi bakteri secara teori dapat terjadi karena
menurut Scaffer, et al. (1996) bakteri dapat tumbuh kurang lebih 6 jam setelah disterilkan.
Bakteri yang ditemukan, semua berada di sampel yang menggunakan humidifier. Kondisi ini
dimungkinkan karena faktor resiko yang terdapat di humidifier yaitu dalam pemakaiannya
menggunakan air sehingga mudah ditumbuhi bakteri. Jrank (2009) menyebutkan bahwa
bakteri 80-90% terdiri air dan membutuhkan air untuk tumbuh dan mendapatkan nutrisi.
Pernyataan ini didukung oleh Gibson (1990) yang menyatakan bahwa bakteri membutuhkan
air untuk pertumbuhan dan bila kondisi tidak kondusif akan menjadi spora.
Menanggapi hasil penelitian tersebut maka perlu untuk dilakukan pencegahan
pertumbuhan bakteri dengan memperhatikan beberapa hal diantara lain tabung humudifier
harus dalam kondisi bersih, air dalam humidifier harus steril dan diganti setiap 24 jam, dan
bila cairan hendak ditambahkan sisa cairan harus dibuang terlebih dahulu (Nafisah, 2007).
Perawat ruangan sudah melakukan cara pencegahan tersebut untuk meminimalkan
pertumbuhan bakteri. Namun penulis memiliki sebuah inovasi yang sederhana dan dapat
diterapkan di ruangan, yaitu pelaksanaan pemberian terapi oksigen dengan non humidifier
(tidak menggunakan air steril) dengan ketentuan terapi oksigen menggunakan Nassal
cannule < 4 liter/ menit.

Perry & Potter (2006), menyebutkan bahwa terapi oksigen yang menggunakan nasal
kanul dengan kecepatan aliran oksigen kurang dari 4 LPM tidak perlu memakai humidifier.
Pernyataan ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ninuk Dian, dan Abu
Bakar (2011) tentang “Pencegahan Iritasi Mukosa Hidung Pada Pasien Yang Mendapatkan
Oksigen Nasal” bahwa pemakaian oksigen nasal tanpa memakai humidifier dengan flow
rata rata 3lpm tidak didapatkan adanya efek yang berarti apada mukosa hidung maupun
keluhan tidak nyaman pada daerah hidung responden. Hasil yang sama pun juga didapatkan
pada pasien yang mendapat terapi oksigen 4lpm. Dan dalam hasil penenitian tersebut juga
menyebutkan terdapat responden yang mendapat terapi oksigen 4lpm dengan waktu 140 jam
tidak ditemukan tanda iritasi pada hidung maupun keluhan tidak nyaman pada hidung. Hasil
tersebut membuktikan bahwa pemakaian non humidifier dengan flow meter kurang dari 4
lpm atau dengan nasal kanul aman untuk digunakan pasien. Hasil penelitian tersebut juga
diperkuat dengan penelitian dari Kenji (2009), pemakaian oksigen 4-5 LPM tidak
membutuhkan humidifier karena aliran oksigen 4-5 LPM dengan menggunakan nasal kanul
atau masker sederhana masih dipengaruhi oleh udara ruangan. Kelembapan udara ruangan
masih mencukupi untuk membantu kelembaban terapi oksigen yang diberikan.
C. Rencana Tindak Lanjut

No Masalah/isu Rencana Tindak Lanjut Indikator


1 Air pada tabung 1. Penggunaan Indikator
humidifier menjadi humidifier tanpa diisi peningkatan mutu
tempat pertumbuhan air pada terapi pelayanan di rumah
bakteri oksigen kurang dari sakit tercapai
3lpm atau aliran
rendah
2. Melakukan perawatan
atau penggantian
tabung humidifier
setiap 24jam sekali
3. Membuang sisa air
humidifier saat akan
menambahkan air
humidifier pada terapi
oksigen aliran tinggi
4. Penggunaan aquapack
atau disposible
humidifier untuk
pemberian oksigen
aliran tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini & Hafifah. (2014). Hubungan Antara Oksigenasi Dan Tingkat Kesadaran Pada
Pasien Cedera Kepala Non Trauma Di ICU RSU Ulin Banjarmasin. Semarang: Program
Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
www.keperawatan.undip.ac.id

Aryono. 2012, Terapi Oksigen, Semarang: Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed.

Gibson, J.M. 1990. Modern microbiology and pathology for nurse. Oxford: Blackwell scientific
publications.

Kenji, M. 2009, Is it necessary to humidify inhaled low-flow oxygen or low-concentration oxygen.


Journal of the japanes respiratory society.

Perry, A.G. and Potter, P.A. 2006. Fundamental of nursing: Concepts, process and practice. St.
Louis : CV Mosby Company

Scaffer, S.D., Burnett, C.B., Crowford, P.E., Duffy, J.R., Fontaine, D.K., et al. 1996. Pocket
guide to infection prevention and safe practice. Virginia: Mosby Year Book Inc.

Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi Oksigen terhadap Perubahan Saturasi Oksigen melalui
Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark Miokard Akut (IM-A). Prosiding
Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. 2014; 1(1): 138-43.
DAFTAR HADIR RDK
No Nama Tanda tangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20

Mengetahui,
Kepala Ruang Anak Lt. 1

PENILAIAN PRESENTASI KASUS


NAMA PERAWAT ORIENTASI : BAGUS PRABOWO
NIKK : 19962358
UNIT KERJA :
TEMA/ ISU : Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien
Rawat Inap
NO KOMPONEN BOBOT NILAI KOMENTAR
1. Persiapan: 20
a. Diri
b. Masalah yang diangkat menarik
2. Tujuan presentasi dirumuskan dan 10
disampaikan dengan jelas
3. Penyajian: 30
a. Jelas dan sistemastis
b. Menjelaskan hubungan masalah
yang diangkat dengan konsep
terkait
c. Menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar
d. Menggunakan waktu efektif dan
efisien
e. Menggunakan media secara tepat
4. Diskusi: 30
a. Menjawab pertanyaan dengan
menggunakan kerangka fikir yang
jelas
b. Bersikap menghargai pendapat
orang lain
5. Penutup: 10
a. Menyampaikan kesimpulan hasil
diskusi dengan baik
b. Membuat rencana tindak lanjut
dengan tepat (sesuai masalah)

Semarang,…………………….
Perawat Orientasi Evaluator
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MEMBERIKAN OKSIGEN DENGAN KANUL BINASAL

Anda mungkin juga menyukai