Anda di halaman 1dari 4

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/5

Tanggal Terbit Ditetapkan di :


Kepala Dep. Keperawatan Anak

PROSEDUR TETAP

_____________________________
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien
PENGERTIAN
(Darmawan, 2008).

a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung


air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan melalui oral.
b. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit.
TUJUAN c. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
d. Memberikan tranfusi darah
e. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
f. Membantu pemberian nutrisi parenteral.

INDIKASI/SYARAT a. Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan rjp) yang


memungkinkan pemberian obat secara langsung ke dalam
pembuluh darah intravena.
b. Untuk dapat memberikan respon yang cepat terhadap pemberian
obat (seperti furosemide, digoksin).
c. Pasien yang mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara
terus menerus melalui pembuluh darah intravena.
d. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan elektrolit.
e. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kepentingan dengan injeksi intramuskular.
f. Pasien yang mendapatkan transfusi darah.
g. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur
(contohnya pada operasi besar dengan resiko perdarahan, dipasang
jalur infus intravena untuk persiapan seandainya berlangsung shock,
juga untuk memudahkan pemberian obat).
h. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, contohnya
shock (meneror nyawa) dan resiko dehidrasi (kekurangan cairan),
sebelum pembuluh darah kolaps (tak teraba), maka tak mampu
dipasang pemasangan infus
a. Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena,
luka bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.

b. Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal


ginjal, terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal
KONTRAINDIKASI
karena lokasi ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-
vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).

c. Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran


darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).
A. PERSIAPAN ALAT
Alat steril
PROSEDUR
1. Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril.
PELAKSANAAN 2. Infus set steril.
3. Jarum / wingnedle / abocath dengan nomer yang sesuai.
4. Korentang dan tempatnya.
5. Kom tutup berisi kapas alcohol atau alkohol swab

Alat tidak steril


1. Standart infus.
2. Bidai dan pembalut jika perlu.
3. Perlak dan alasnya.
4. Pembendung (tourniquet).
5. Plester.
6. Gunting verban.
7. Bengkok.
8. Sarung tangan bersih.

Obat-obatan
1. Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Dextrose
5% dll.

B. PERSIAPAN PASIEN
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat.
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
5. Jaga privasi klien

C. PENATALAKSANAAN
1. Mencuci tangan.
2. Memakai sarung tangan.
3. Membuka daerah yang akan dipasang infus.
4. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan
dipasang infus.
5. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen
steril.
6. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian
mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok
untuk mengeluarkan udara dan mengisi selang infus.
7. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya.
8. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke
arah bawah).
9. Menggantungkan selang infus pada standar infus.
10. Buka abocath dari bungkusnya.
11. Potong 3 lembar plester.
12. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan
syarat : pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah
tidak bercabang, pembuluh darah tidak di area persendian
13. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang
akan dipasang infus dengan torniquet.
14. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengan ibu jari
pasien di dalam genggaman.
15. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus .
16. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan
abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh
darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath.
17. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk.
18. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam
pembuluh darah.
19. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung sela infus set ke abocath.
20. Fiksasi secara menyilang menggunakan plester abocath
yang sudah terpasang.
21. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan
membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di
pembuluh darah yang benar.
22. Fiksasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan
cara terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan.
23. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan
diplester.
24. Mengatur/menghitung jumlah tetesan.
25. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu
diberi spalk.
26. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester
terakhir.
27. Merapikan alat dan pasien.
28. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

a. Aliran dan tetesan infus lancar.


EVALUASI b. Tidak terjadi hematom.
c. Sterilitas terjaga.
d. Infus terpasang rapi.
e. Pasien nyaman .
f. Lingkungan bersih.

Dilakukan pada pasien :


KEBUTUHAN
1. Pasien dengan dehidrasi.
2. Pasien sebelum transfusi darah.
3. Pasien yang memerlukan pengobatan yang cara pemberiannya
harus dengan cairan infus.
4. Pasien pasca bedah

Ruang Rawat Inap


UNIT TERKAIT

Ariningrum, D & Subandono, J. 2018. Pemasangan Infus. Surakarta:


REFERENSI
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai