Anda di halaman 1dari 12

PEMASANGAN OROFARING AIRWAY

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah kegawatdaruratan dan manajemen bencana


Yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :
Vitri Lutvia Arum (1601100048)
Savira Dwi Rahmalita (1601100053)
Candra Mring Cahyani (1601100054)
Diah Febianty (1601100063)
Ardiansyah Ainur (1601100068)
Taufik Mustofa (16011000)
Qurril Dyah Mustikawati (1601100081)
Farrah Fathia (1601100088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada penulis dan tidak pula shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik yang berjudul “Pemasangan Orofaring Airway ”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis tidak akan berhasil sedemikian rupa tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, dalam
kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maklaah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Malang, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung
dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien
ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga
terhindar dari kecacatan atau kematian. Kondisi kekurangan oksigen merupakan
penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem
pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain.
Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat
darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen
6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan
menyebabkan kematian.
Data morbiditas dan mortilitas yang telah dipublikasikan menunjukkan dimana
kesulitan dalam menangani jalan napas dan kesalahan dalam tatalaksananya justru
akan memberikan hasil akhir yang buruk bagi pasien tersebut. Keenan dan Boyan
melaporkan bahwa kelalaian dalam memberikan ventilasi yang adekuat menyebabkan
12 dari 27 pasien yang sedang dioperasi mengalami mati jantung (cardiac arrest).
Salah satu penyebab utama dari hasil akhir tatalaksana pasien yang buruk yang didata
oleh American Society of Anesthesiologist (ASA) berdasarkan studi tertutup terhadap
episode pernapasan yang buruk, terhitung sebanyak 34% dari 1541 pasien dalam studi
tersebut. Tiga kesalahan mekanis, yang terhitung terjadi sebanyak 75% pada saat
tatalaksanan jalan napas yaitu : ventilasi yang tidak adekuat (38%), intubasi esofagus
(18%), dan kesulitan intubasi trakhea (17%). Sebanyak 85% pasien yang didapatkan
dari studi kasus, mengalami kematian dan kerusakan otak. Sebanyak 300 pasien (dari
15411 pasien di atas), mengalami masalah sehubungan dengan tatalaksana jalan napas
yang minimal.
Menurut Cheney et al menyatakan beberapa hal yang menjadi komplikasi dari
tatalaksana jalan napas yang salah yaitu : trauma jalan napas, pneumothoraks,
obstruksi jalan napas, aspirasi dan spasme bronkus. Berdasarkan data-data tersebut,
telah jelas bahwa tatalaksana jalan napas yang baik sangat penting bagi keberhasilan
proses operasi dan beberapa langkah 1 berikut adalah penting agar hasil akhir menjadi
baik, yaitu : (1) anamnesa dan pemeriksaan fisik, terutama yang berhubungan dengan
penyulit dalam sistem pernapasan, (2) penggunaan ventilasi supraglotik ( seperti face
mask, Laryngeal Mask Airway/LMA), (3) tehnik intubasi dan ekstubasi yang benar,
(4) rencana alternatif bila keadaan gawat darurat terjadi. Oleh karena itu pengkajian
pernafasan pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien
dan penatalaksanaan jalan nafas (airway management) perlu dilakukan. Salah satu
penatalaksanaan jalan nafas adalah Oropharyngeal Airway (OPA).
Oropharyngeal Airway (OPA) Pemasangan oral airway kadang-kadang
difasilitasi dengan penekanan refleks jalan nafas dan kadang-kadang dengan menekan
lidah dengan spatel lidah. Oral airway dewasa umumnya berukuran kecil (80
mm/Guedel No 3), medium (90 mm/Guedel no 4), dan besar (100 mm/Guedel no 5).
Alat bantu napas ini hanya digunakan pada pasien yang tidak sadar bila angkat
kepala-dagu tidak berhasil mempertahankan jalan napas atas terbuka. Alat ini tidak
boleh digunakan pada pasien sadar atau setengah sadar karena dapat menyebabkan
batuk dan muntah. Jadi pada pasien yang masih ada refleks batuk atau muntah tidak
diindikasikan untuk pemasangan OPA.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari Oropharyngeal Airway (OPA)?
1.2.2. Organ apa yang bisa dipasang Oropharyngeal Airway (OPA)?
1.2.3. Apa indikasi pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA)?
1.2.4 Apa kontraindikasi dari pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA)?

1.3 Tujuan
1.3.1 Apa pengertian dari Oropharyngeal Airway (OPA)?
1.3.2. Organ apa yang bisa dipasang Oropharyngeal Airway (OPA)?
1.3.3. Apa indikasi pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA)?
1.3.4 Apa kontraindikasi dari pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Oropharyngeal Airway (OPA) adalah suatu alat biasanya terbuat dari plastik
yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam rongga faring posterior di sepanjang
lidah. Pemasangan alat ini bertujuan untuk membebaskan jalan napas, ketika teknik
head tilt chin lift dan jaw thrust belum mampu membuka jalan napas secara adekuat.
Selain itu, alat ini juga dapat mencegah lidah jatuh kebelakang atau tertelan.
Oropharyngeal airway (OPA) adalah alat yang berfungsi membantu ventilasi
dengan cara mencegah lidah jatuh ke belakang dan menutup saluran nafas. Walau
demikian penempatan OPA kurang justru dapat mendorong lidah kearah hipofaring
dan menjadi obstruksi, karena berada di dalam mulut, OPA hanya digunakkan pada
pasien tanpa reflex batuk maupun muntah.

2.2 Fungsi Oropharingeal Airways

Ada beberapa kegunaan dari oropharingeal seperti :


1. Mencegah lidah jatuh kebelakang yang menutup saluran nafas.
2. Membuka jalan pernafasan karena lidah yang sudah terlanjur menutup
saluran nafas.

2.3 Indikasi

Oropharyngeal Airway (OPA) digunakan pada pasien tidak sadar untuk


mencegah lidah supaya tidak jatuh ke belakang faring yang dapat menutupi jalan
napas. Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat mencegah gigitan korban yang
dilakukan pemasangan intubasi. Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat digunakan
pada korban yang mendapatkan oksigenasi melalui bag mask untuk memudahkan
ventilasi dan mencegah insuflasi gastric.

2.4 Hal Yang Perlu Diperhatikan

- Oropharyngeal Airway (OPA) sebaiknya tidak dilakukan pada korban yang


terstimulus oleh reflek muntah, karena dapat beresiko aspirasi.
- Oropharyngeal Airway (OPA) memiliki ukuran yang bervariasi, maka dari itu
sebelum memasang OPA harus diukur terlebih dahulu, pengukuran OPA yaitu
dari ujung mulut hingga ujung daun telinga. Ukuran yang terlalu keci dapat
mengakibatkan lidah terdorong ke orofaring. Sedangkan ukran yang terlalu besar
dapat menyumbat trakea.
- Pemsangan Oropharyngeal Airway (OPA) yang kurang tepat justru dapat
menyumbat jalan napas, hal ini terjadi apabila OPA mendorong lidah ke
tenggorokan.
- Lakukan pemasangan dengan cara memutar 180o. akan tetapi, teknik ini tidak
dilakukan pada infant karena dapat melukai jaringan lunak di orofaring. Solusinya
dapat menggunakan tongue spatel untuk menekan lidah infant sebelum memasang
OPA
- Lepas segera OPA bila korban memiliki reflek muntah yang adekuat untuk
mencegah muntah

2.5 Komplikasi Yang Dapat Muncul

- Trauma mulut, gigi, lidah, dan mukosa mulut


- Muntah atau aspirasi
- Obstruksi jalan napas
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN OROPHARINGEAL
AIRWAY

POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :


MALANG
STANDARD OPERASIONAL No. Revisi :
PROSEDUR
Tanggal Terbit :
PEMASANGAN OROPHARINGEAL
AIRWAY Halaman :

Unit : Laboratorium Keperawatan Petugas / Pelaksana :


Perawat, dosen
Pengertian Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara
yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas
yang menjadi terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau
untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005)
Indikasi  Untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka
 Tidak sadar
 Kejang yang akan berkembang menjadi tonik atau gerakan
klonik
Tujuan  Untuk Menjaga kepatenan jalan nafas pasien
 Memudahkan penghisapan lendir
Persiapan tempat dan alat  Mayo / Guidel / oropharyngeal tube sesuai kebutuhan
 Sarung tangan
 gunting dan Plester
 Bengkok
 Tounge spatel
 Kassa steril
 Suction
 Selang penghisap
Persiapan pasien 1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan pada keluarga
2. Menjelaskan prosedur pemasangan oropharingeal tube
3. Melakukan inform consent
4. Menyiapkan pasien dalam posisi nyaman sesuai kebutuhan ,
yaitu Posisikan klien terlentang
Persiapan lingkungan 1. Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta
kooperatif
2. pasang sampiran atau sketsel
Pelaksanaan 1) Cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2) Membuka mulut pasien, tahan dengan menggunakan tongue
spatel
3) Bersihkan mulut dengan kassa steril menggunakan ujung
penyedot faring yang kaku (Yaunker), bila memungkinkan
4) pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien. yaitu
dengan menempatkan OPA di samping wajah, dengan ujung
OPA pada sudut mulut, ujung yang lain pada sudut rahang
bawah. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat, maka
OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glotis
5) Masukkan oropharing tube dengan mengikuti salah satu cara
dibawah ini.
 Balik oropharing tube sehingga bagian atasnya menghadap
kemuka atau ke palatum. setelah masuk
dinding posterior pharing lalu putar oropharingeal tube 180º
sampai posisi ujung mengarah ke oropharing.
 Gunakan penekan lidah , gerakkan lidah keluar untuk
menghindari terdorong ke belakangmasuk faring posterior.
Masukkan oropharing tube oral ke dalam posisi
yang seharusnya dengan bagian atas masuk kebawah dan
tidak perlu diputar.
6) Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas
dengan segera dan masukkan kembali.
7) Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester
tanpa menutup lubang oropharing tube.
8) Berikan posisi yang nyaman.
9) Rapikan pasien
10) Rapikan alat
11) Lepas handschoen
12) Perawat cuci tangan
Sikap 1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah
2. Menjamin privacy pasien
3. Bekerja dengan teliti
Evaluasi  Keadaan umum pasien
 Tindakan dan hasil setelah dilakukan
 Tanda-tanda vital
 Pola nafas
 harus dilakukan oral hygiene
 Instruksikan keluarga untuk segera laor pada perawat jika
pasien merasa tidak nyaman atau terdapat sumbatan
Dokumentasi 1) Ukuran dari jalan napas yang digunakan
2) Waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
3) Setiap perubahan dalam status pasien dan atau setiap
komplikasi
4) Kecepatan dan sifat dari pernapasan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Oropharyngeal airway (OPA) adalah alat yang digunakan untuk membantu ventilasi
dengan cara mencegah lidah jatuh ke belakang dan menutup saluran nafas. Pemasangan
Oropharyngeal airway (OPA) ini berfungsi untuk mencegah lidah jatuh kebelakang yang
menutup saluran nafas dan membuka jalan pernafasan karena lidah yang sudah terlanjur
menutup saluran nafas. Oropharyngeal Airway (OPA) digunakan pada pasien tidak sadar
untuk mencegah lidah supaya tidak jatuh ke belakang faring yang dapat menutupi jalan napas
dan Oropharyngeal Airway (OPA) sebaiknya tidak dilakukan pada korban yang terstimulus
oleh reflek muntah, karena dapat beresiko aspirasi.
Oropharyngeal Airway (OPA) memiliki ukuran yang bervariasi, maka dari itu sebelum
memasang OPA harus diukur terlebih dahulu, pengukuran OPA yaitu dari ujung mulut
hingga ujung daun telinga. Ukuran yang terlalu kecil dapat mengakibatkan lidah terdorong ke
orofaring. Sedangkan ukuran yang terlalu besar dapat menyumbat trakea. Pemasangan
Oropharyngeal Airway (OPA) yang kurang tepat justru dapat menyumbat jalan napas, hal ini
terjadi apabila OPA mendorong lidah ke tenggorokan selain itu, pemasangan OPA yang
kurang tepat juga dapat menyebabkan komplikasi seperti trauma mulut, gigi, lidah, dan
mukosa mulut, muntah atau aspirasi, obstruksi jalan napas.

3.2 Saran

Pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA) yang kurang tepat dapat menyebabkan


komplikasi dan akan memperparah keadaan pasien, Oleh karena itu untuk menghindari
komplikasi yang disebabkan pemasangan OPA yang kurang tepat diharapkan penolong yang
akan memasang OPA sudah berkompeten dalam pemasangan OPA ataupun penolong
sebaiknya saat melakukan pemasangan OPA harus sesuai dengan prosedure atau SOP tentang
pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA) yang sudah dipelajari sebelumnya.
DAFTAR RUJUKAN

America Academy of pediatric (AAP). Pediatric for Prehospital Professional (2bd ed).
Boston : Jones dan Bartlet.
American Heart Association (AHA). (2005). Textbook of advanced life support. Dallas :
Autor.
Vrocher, D & Hopson, L. 2004. Basic Airway Management and Decision-Making. J.R
Robbert & J.R. Hedges (Eds), Clinical in Emergency Medicine (4th ed., pp. 53-68).
Philadelphia : Saunders.
Clark, D.Y. 2009. “Oral Airway Insertion” in Proehl, J.A., Emergency Nursing Procedure.
Saunders, an imprint of Elseiver Inc. St Louis, Missouri.

Edwards, G.J. 2005, “Airway Management” in Newberry, Lorene, Criddle, Laura. Sheehy’s
Manual of Emergency Care. –Ed. 6-. Missouri : Elseveir Mosby

Wilson WC, Grande CM, Heyt DB. Trauma Emergency Resuscitation Perioprative
Anesthesia Surgical Management Volume 1. Informa Health care, New York 2007.

Rushman GB, Davies NJH, Cashman JN. Lee Synopsis of Anesthesia 12 th edition.
Butterworth Heineman, Oxford, 2000

Prasenohadi, 2010. Manajemen Jalan Napas; Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat
Napas. FK UI, Jakarta.

Student Course Manual, Advance Trauma Life Support, Edisi 8. American College Surgeon,
1997.

Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut edisi 2011, PERKI 2011

ABC of Practical Procedures 1st edition, Blackwell Publishing, 2010.

Anda mungkin juga menyukai