BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hal ini perawat harus mampu memahami dan mengerti tentang bagaimana cara
membantu pasien dalam pemberian obat oral,injeksi,dan distraksi relaksasi untuk menunjang
stastus kesehatan pasien.dan salah satu yugas perawat adalah memberikan obat kepada klien.obat
merupkan alat utama dalam mengobati klien yqang memiliki masalah walaupun menimbulkan
efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya.
Seorang perawat juga nemilki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek
samping yang di timbulkan oleh obat dengan tepat, memantu respon klien dan membantu klien
B. Tujuan
3. Dapat melaksanakan prosedur dari tindakan pemberian obat oral ,injeksi,dan distraksi relaksasi
BAB II
PEMBAHASAN
Obat oral merupakan salah satu bentuk obat padat. Memberikan obat oral adalah suatu
tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui
mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pada umumnya cara ini lebih disukai
Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).
1. 1. Bentuk tablet
Bentuk tablet berupa padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet bukal (di
larutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet
bersalut-enterik (untuk mencegah larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah)
1. 2. Kapsul
Kapsul menganung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut
dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras atau cairan dalam kapsul lunak.
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek
samping obat.
3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya. Pemberian obat secara
sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah dan menganjurkan
pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara selama obat belum larut
seluruhnya. Dalam pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan
obat yang telah ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur. Dalam
pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien makan
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada
penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan serta memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan
setelah dilakukan informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab,
- Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. siapkan sejumlah obat yang sesuai dengan dosis
yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk menjaga kebersihan
obat).
Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali
Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang
diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakan atau sesuai dengan kebijakan
institusi masing-masing.
Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan Anda
Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.
Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril
B.INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan
a.Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum
yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe
jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana
1. a. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat
berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati
rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok.
b) Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit
berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan
menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung
jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar
badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari
objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap,
atau jarum.
1. b. Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual.
Beberapa jarum tidak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang
jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap jarum memiliki tiga karakteristik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan
ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa
ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat
memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan
diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum
b.Proses injeksi
menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat
memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi
membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek
obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan
mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat,
perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam
memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat
menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal
mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di
injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat
yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius
atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya meminimalkan
a) Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil,
tetapi sesuai.
c) Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
d) Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum
diinsersi
f) Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
h) Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan
c) Tempat injeksi
e) Kondisi/penyakit klien
d.Macam-macam injeksi
Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila
diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau
dirusak getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada
pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan
nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman
(harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan
tepat.
Injeksi intra muscular adalah injeksi yang dilakukan pada jaringan otot. Rute intramuscular (IM)
memungkinkan absorpsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih
banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang
dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada risiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.
Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan
SC dan mempenetrasi jaringan otot. Bagaimanapun, berat badan mempengaruhi pemilihan
ukuran jarum. Misalnya, seorang klien dengan berat badan 45 kg mungkin hanya memerlukan
jarum dengan panjang 11/4 sampai 11/2 inci, sedangkan anak yang berat badannya 22,5 kg
biasanya memerlukan jarum berukuran 1 inci. Sudut insersi untuk injeksi IM adalah 90o. Otot
kurang sensitif terhadap obat yang mengiritasi dan kental. Seorang klien perkembangan baik dan
normal dapat menoleransi sejumlah kecil obat tanpa rasa tidak nyaman yang berat pada otot.
Anak-anak, dewasa lanjut, dan klien yang kurus menoleransi kuran dari 2 ml obat. Wong (1995)
menganjurkan untuk tidak memberi obat-obatan lebih dari 1 ml kepada anak kecil dan bayi yang
sudah besar.
Perawat mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot harus bebas dari
nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman yang
berat. Dengan meminta klien untuk rileks perawat dapat mempalpasi otot untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya lesi yang mengeras. Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan padat saat
kontraksi. Perawat dapat meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi dengan membantunya
Otot vastus lateraluis yang tebal dan berkembang baik adalah tempat injeksi yang dipilih
2. Otot Ventrogluteal
3. Otot Dorsogluteus
Otot dorsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Pada klien
yang jaringannya kendur, tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteus berada di bagian
atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm di bawah Krista iliaka. Perawat dapat
4. Otot Deltoid
Pada beberapa orang dewasa, bayi dan kebanyakan anak, otot deltoid belum berkembang
baik. Perawat jarang menggunakan daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat di
akses karena ada balutan, gips, atau obstruksi lain. Tempat injeksi terletak tiga jari di bawah
prosesus akromion.
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu
satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya
hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya,
atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan
reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi,
misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi
dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh
karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
3. INJEKSI SUBKUTAN (SC)
Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di
bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot,
absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi IM. Namun,
obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi normal. Karena jaringan subkutan tersusun
Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas,
abdomen dari batas bawah kosta sampai Krista iliaka, dan bagian anterior paha. Area ini dapat
dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan injeksi insulin secara
mandiri. Tempat yang paling direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat
yang lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal.
Tempat injeksi yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang,
dan otot atau saraf besar di bawahnya. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat
injeksi setiap hari untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan lipodistrofi (atrofi jaringan).
Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam-tujuh minggu.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0.5-1 ml).
Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan
obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang
bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau edema
sudut 45°
aspirasi tidak boleh ada darah
Memasukan obat kedalam jaringan kulit, intracutan biasa digunakan untuk mengetahui
3. Siapkan dosis yang tepat dari ampul atau vial. Pastikan semua udara dikeluarkan. (untuk
obat IM yang khususnya mengiritasi jaringan, isap 0.2 ml udara ke dalam spuit, hati-hati
4. Untuk injeksi IM, ganti jarum jika obat mengiritasi jaringan SC.
6. Identifikasi klien dan memberikan penjelasan kepada klien tentang prosedur yang akan
dilakukan.
8. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak perlu
dipajankan.
9. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inpeksi adanya memar, peradangan, atau edema di
Injeksi Intramuskular (IM) : 1/3 lateral garis sias coccygis pada panggul, paha atau
pangkal lengan/deltoid.
Injeksi Intravena (IV) : pada lengan (vena basilica dan vena sefalika); pada tungkai (vena
safena); pada leher (vena jugularis); pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).
Injeksi Subkutan (SC) : 1/3 lengan atas bagian luar; Paha anterior; daerah abdomen; area
scapula pada punggung atas; daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
Injeksi Intrakutan (IC) : lengan bawah bagian dalam; dada bagian atas; punggung di
bawah scapula.
3. Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan kapas alkohol dengan teknik gerakan sirkuler
dari arah dalam ke luar dengan diameter 5 cm atau dari atas ke bawah sekali hapus.
Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang dominan.
1. Lakukan injeksi:
- Subcutan (SC) :
1. Untuk klien yang ukuran tubuhnya rata-rata, gunakan tangan tidak dominan untuk
meregangkan kulit supaya tegang di tempat injeksi atau pegang jaringan sehingga tercipta suatu
dicubit)
2. Untuk klien gemuk, cubit kulit di tempat injeksi dan injeksikan jarum di bawah lipatan
jaringan.
3. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak
belakang untuk mengaspirasi obat. Apabila darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang
obat dan spuit, dan ulangi prosedur. Pengecualian: Jangan mengaspirasi obat saat
- Intramuskular (IM) :
1. Tempatkan tangan yang tidak dominan pada penanda anatomi yang tepat dan regangkan kulit
untuk membuatnya tegang. Injeksikan jarum dengan cepat ke dalam otot pada sudut 90o.
1. Jika massa otot kecil, cubit badan otot tubuh antara ibu jari dan jari lain.
- Intrakutan (IC) :
1. Dengan tangan tidak dominan, reggangkat kulit tempat injeksi dengan jari telunjuk dan ibu
jari.
2. Ketika jarum mendekati kulit, dengan perlahan insersi jarum pada sudut 5-15o sampai terasa
tahanan. Masukkan terus jarum melalui epidermis sampai kira-kira 3 mm di bawah permukaan
kulit.
3. Injeksikan obat dengan perlahan (adalah normal jika terasa tahanan; jika tidak, jarum masuk
4. Ketika menginjeksi obat, di tempat injeksi terbentuk lingkaran berwarna terang menyerupai
gigitan nyamuk dengan diameter kira-kira 6 mm dan kemudian lenyap. Lalu gambar lingkaran
5. Tarik jarum sambil mengusapkan swab alcohol dengan perlahan di atas atau di tempat injeksi.
- Intravena (IV) :
1. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2.5 cm di bawah area penusukan dengan tangan
nondominan.
2. Pegang jarum pada posisi 30o sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti.
3. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
4. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barrel dari spuit dan tangan dominan
menarik plunger.
6. Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukan.
n. Untuk injeksi SC atau IM, beri pijatan ringan pada kulit. Jangan memijat kulit yang baru
diinjeksi heparin SC atau insulin. Bila perlu: pasang perban. Untuk injeksi IC, jangan pijat
tempat injeksi.
p. Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong pengaman dan
tempatkan dalam wadah berlabel. Apabila perawat tidak bisa meninggalkan sisi tempat tidur
r. Dokumentasikan tindakan.
KEUNTUNGAN INJEKSI
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan
2. Terapi parenteral diperlukan untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara
injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus
kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia,
termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode
7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan
elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi
11.Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara
12.Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika
13.Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan
hidupnya.
KERUGIAN INJEKSI
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu yang lebih
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal
5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk
6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.
7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien hipersensitivitas
terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.
8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau
mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis,
KONTRA INDIKASI
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dihindari pada
klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute
IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup
A.relaksasi
Ralaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri
ansietas,ketegangan otot.
Aada tiga hal yang utama yang di perlukan dalam relaksasi ,yaitu:
Pikiran beristirahat,
Lingkungan yang tenang
Posisi pasien di atur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh di sokong(misalkan :bantal
penyokong leher)pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara perlaha-lahan
udara di hrmbuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman
Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembus pelan-pelan dan membiarkkan telapak
kaki dan tangan yang kendor.perawat minta pasien untuk konsentrasi pikiran pasien pada
Pasien engulang langkah yeng ke 4 dan berkonsentrasi pikiran pada lengan ,perut dan
otot yang lainya,setelah pasien merasa rilek anjurkan bernafas secara pelan-pelan.bila nyeri
Tehnih relaksasiterutama efektif untuk nyeri kronis dan memberikan beberapa keuntungan antara
lain:
B.distraksi
Tehnik distraksi adalah mengalihkan perhatia pasien terhadap nyeri ke stimulus yang
lainya.tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktifitas retikuler
menghambat stimus nyeri.jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat
individu,banyak nya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dan stimulasi .oleh
karena itu.stimulus penglihatan,pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam
distraksi visual
serta gemercik air.individu di anjurkan memilih music sendiri yang di sukai yang dapat
berkonsentrasi atas lirik dan irama lagu.klien juga di perbolehkan untuk mengerakkan
tubuh nya .
objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara
ritmik .pernafasan ritmik dan massase ,intruksiikan klien melakukan pernafasan ritmik
dan pada saat bersamaan lakukan masase pada bagian tubuh yang mengalami nyeri
B. Tahap Orientasi
2. Menanyakan cara yang biasa digunakan agar rileks dan tempat yang paling disukai
C. Tahap Interaksi
1. Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai kondisi pasien (duduk / berbaring)
4. Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pasien pada kedua kakinya untuk dirilekskan,
kemndorkan seluruh otot-otot kakinya, perintahkan pasien untuk merasakan relaksasi kedua kaki
pasien
5. Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada kedua tangan pasien, kendorkan otot-otot
merilekskan otot-otot tubuh pasien mulai dari otot pinggang sampai ke otot bahu, meminta
8. Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pada masuknya udara lewat jalan nafas
D. Tahap Terminasi
2. Menganjurkan pasien untuk mengulangi teknik relaksasi ini, bila pasien merasakan nyeri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pemberian injeksi dan obat harus dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan
agar tidak terjadi kesalahan dan infeksi pada klien. Perawat harus memperhatikan personal
hygiene terutama melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara
parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang
tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara
parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Selain itu
distraksi dan relaksasi merupakan hal terpenting dalam menghilangkan dan mengurangi nyeri
B. Saran
Perawat harus memperhatikan kebersihan terutama pada kebersihan tangan dalam setiap
melakukan tindakan kesehatan kepada klien. Perawat tidak boleh menyepelekan hal kecil seperti
mencuci tangan karna hal kecil itu bisa menjadi besar. Dan paling utama perawat harus berhati-
http://andysmar.blogspot.co.id/2012/10/pemberian-obat-oral.html
DAFTAR PUSTAKA
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/pemberian-obat-secara-topikal.html (19
September 2010)
B. PEMBERIAN OBAT PER ORAL (MELALUI MULUT)
Pengertian :
Yang dimaksud pemberian obat per oral adalah pemberian obat melalui mulut
Tujuannya adalah:
- Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran oral
- Menghindari pemberian obat yang menyebabkan rusaknya kulit dan jaringan
- Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
Pemberian obat harus memperhatikan prinsip 7 benar obat agar aman bagi pasien yaitu
sebagai berikut:
1. Klien yang benar
Klien yang benar dapat di pastikan dengan cara memeriksa gelang identifikasi klien yaitu: No.
Register, nama lengkap klien, alamat klien, dll, jika pasien sadar suruh pasien menyebut
namanya sendiri.
2. Obat yang benar
Untuk memastikan benar obat pastikan obat yang di berikan harus sesuai yang di resepkan oleh
dokter yang merawat, dan pastikan membaca label obat sampai 3 kali yaitu saat : melihat
kemasan obat, saat menuang obat dan sesudah menuang obat.
3. Dosis yang benar
Untuk mendapatkan dosis yang benar perawat harus melihat dosis yang diresepkan dokter, dan
harus mengkaji ulang berat badan pasien agar mendapatkan dosis yang tepat jika obat tersebut di
berikan berdasarkan mg/kg BB
3. Buccal
Obat yang solid diberikan pada mukosa pipi hingga obat terlarut. Bila obat diberikan beberapa
kali, klien diminta untuk menggunakan sisi pipi secara bergantian, untuk mencegah terjadinya
iritasi. Klien tidak boleh mengunyah atau menelan obat. Obat ini hanya bekerja pada mukosa
atau jika telah tertelan akan bekerja secar sistemik. Meskipun pemberian obat melalui mulut
lebih mudah, serta disukai oleh klien, akan tetapi ada beberapa klien tidak diperkenan
melakukanya.
Pemberian obat melalui oral tidak diperbolehkan pada klien yang
memilikigangguan fungsi gastrointestinal,motilitas menurun (misalnya setelah anestesigeneral(,
serta pasca operasi sistim gastrointestinal. Selain itu medikasi oral juga tidak diperkenankan pada
klien dengan gastric suction.
Kerugian yang terdapat pada medikasi oral adalah klien yang tidak sadar
sepenuhnya, tidak dapat menelan atau meletakan obat dibawah lidah. Medikasi oral dapat
menimbulkan rasa tidak enak dan dapat merusak lintasan gastrointestinal, perubahan warna pada
gigi.
http://anikindriono.blogspot.co.id/2013/01/pemberian-obat.html
World Of Women
semua yang berhubungan dengan wanita begitu beauty
undefined
undefinedundefined
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tugas terpenting seorang Bidan adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien.
Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja
menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak
hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek
yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang Bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien,
dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Bidan bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Bidan harus mengetahui
semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak
lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum
Bidan bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau
obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut. Memberikan
obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-
obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara
yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan
secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka
pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.
B. Keuntungan
Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya cocok dan nyaman bagi klien, Ekonomis,
Dapat menimbulkan efek local atau sistemik, dan Jarang membuat klien cemas.
C. Kelemahan
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini
tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu
30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1
½ jam. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat di pakai
pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya
garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau
basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh
dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam
setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang
paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman
dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci
mulut atau kembang gula.
D. Tujuan Pemberian
1. Untuk memudahkan dalam pemberian
2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera
diatasi
E. Indikasi
F. Kontraindikasi
Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall, gangguan menelan, dsb.
A. Pengertian
Pemberian Obat secara Sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat di bawah lidah. Meskipun cara ini
jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih
cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh
darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk
tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan
cairan lambung.
E. Persiapan pasien
1. Cek perencanaan keperawatan pasien.
2. Menjelaskan tujuan pemberian obat sublingual.
3. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan.
4. Posisikan pasien dengan posisi yang nyaman
F. Cara kerja pemberian obat sublingual
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Memberikan obat kepada pasien.
4. Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya
5. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya.
6. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut
seluruhnya.
7. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil
pemberian obat.
8. Cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Tujuan dari pengobatan via oral antara lain mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai
dengan efek terapi dari jenis obat, dan menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit
dan jaringan.
Sedangkan hal yang harus diperhatikan meliputi indikasi, kontraindikasi, penggunaan prinsip 6 benar,
jenis obat, serta memastikan bahwa pasien benar-benar meminum obat tersebut.
Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara pemberiannya di taruh di
bawah lidah. Absorbsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah obat-obatan ini mudah diberikan
sendiri.
Tujuannya Agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan yaitu efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan
Kekurangannya yaitu kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput
lendir mulut.
Hanya obat yang bersifat lipofil dan dapat diberikan dengan jalan ini.
B. Saran
1. Bagi siswa/i diharapkan untuk menambah wawasan dengan banyak membaca buku dan terus mencari
informasi tetang pengobatan melalui oral. Dan Sublingual
2. Bagi para tenaga kesehatan diharapkan untuk melakukan cara pemberian obat dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Potter,Perry. 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit
buku kedokteran EGC.
Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC
Uliyah, Musrfatul. 2009.Ktrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : salemba medika.
http://gumilar69.blogspot.com/2014/01/makalah-peberian-obat-bab-ii.html
Tjay Tan Hoan & Kirana Raharja. 1979.Obat-obat Penting.Jakarta:EGC
Olson,James.2004.Belajar Mudah Farmakologi.Jakarta:EGC
0 komentar
0 Responses
Search ...
Share
Cara Membuat
Followers
TAHITIAN NONI JUICE
About me
world of women
a women sweety...hehehe
Pengunjung
Blog Archive
► 2012 (10)
► 2013 (7)
► 2014 (2)
► 2015 (17)
▼ 2016 (46)
o ► Januari (4)
o ▼ April (23)
MAKALAH PEMBERIAN OBAT MELALUI INHALASI
MAKALAH PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL DAN SUBLINGUAL...
MAKALAH TEHNIK PEMBERIAN OBAT MELALUI REKTUM
MAKALAH PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA
MAKALAH PEMBERIAN OBAT MELALUI PARENTERAL
Makalah Psikologis Kesehatan Kedudukan Manusia Dal...
Langkah - Langkah Cuci Tangan
Tentang Obat
PERDARAHAN DILUAR HAID ( ASUHAN ANTE NATAL CARE )
Makalah Implan
Diabetes Melitus
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR
Makalah Konsep Dasar Asuhan Kehamilan
PERUBAHAN ANATOMI DAN ADAPTASI PISIOLOGIS PADA IBU...
ASUHAN KEHAMILAN KUNJUNGAN ULANG
Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal
TANDA-TANDA DINI BAHAYA/KOMPLIKASI IBU DAN JANIN M...
Makalah Asam Urat
Makalah Haji
Makalah Sholat
Makalah Zakat
MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH
PERSIAPAN DAN PERAWATAN BEDAH KEBIDANAN
o ► Juli (3)
o ► Agustus (16)
► 2017 (1)
https://carissaamelia.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pemberian-obat-melalui-oral-dan.html