Anda di halaman 1dari 19

akalah pemberian obat melalui telinga OBAT TELINGA ·        Pnggunaan obat telinga yang

dijual bebas terbatas adalah untuk gangguan-gangguan ringan yang  sebenarnya dapat hilang
sendiri dan hanya merupakan gangguan pada telinga luar. ·        Saluran telinga dapat tersumbat
oleh kotoran yang mengeras (serumen). Untuk membersihkan telinga,jangan menggunakan tusuk
gigi,jepit rambut,peniti atau korek api karena dapat menyebabkan infeksi. ·        Telinga terdiri
dari: -Telinga luar : *daun telinga *saluran telinga berupa corong -Telinga tengah: *mulai dari
gendang telinga sampai di tulang pendengaran -Telinga dalam: *berisi organ  pendengaran dan
organ keseimbangan. ·        Gangguan telinga : Gangguan telinga paling sering dijumpai  dengan
gejala-gejala yang umum berupa rasa nyeri,gatal,keluar cairan,rasa ada tekanan dalam
telinga,rasa  panas atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut. ·        Penyebab : Secara umum
gangguan telinga dapat disebabkan oleh : -penyakit di dalam telinga -penyakit diluar telinga
,misalnya penyakit atau kelainan pada daerah lidah,rahang bawah,orofaring,tonsil,atau sinus
paranasalis.Keadaan ini perlu diagnosa yang akurat sehingga memerlukan penanganan dokter.
Pada umumnya gangguan telinga yang dapat diatasi dengan pengobatan sendiri adalah gangguan
telinga luar berupa penumpukan serumen dan kemasukan benda asing ·        Penumpukan
serumen -Penyebab: Terjadi  penumpukan serumen karena produksi kotoran telinga berlebihan.
-Gejala:           Rasa nyeri,gatal dan pendengaran menurun. ·        Penanggulangan -Terapi Non-
obat : Cara membersihkan telinga yang baik adalah : - dengan menggunakan catton bud (lidi
berkapas)yang dicelup ke dalam cairan perhidrol (H2O23%) atau fenolgliserin. - Untuk
membersihkan penumpukan serumen dapat juga dengan meneteskan terlebih dahulu cairan
perhidrol (H2O23%) atau fenolgliserin ke dalam liang telinga,tunggu beberapa saat kemudian
dibersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungya lunak. -kemasukan benda asing Anak-
anak kadang memasukkan benda kecil ke dalam lubang telinga.Benda asing dapat juga berupa
serangga (semut,lalat). ·        Penanggulangan -apabila penyebabnya adalah serangga maka dapat
dilumpuhkan dengan meneteskan cairan perhidrol (H2O23%) kemudian dibersihkan dengan lidi
berkapas. -untuk mengeluarkan benda asingselain serangga agar segera minta bantuan dokter
atau unit pelayanan kesehatan. ·        Terapi obat : ZAT BERKHASIAT OBAT TELINGA 1.    
Fenolgliserol 5 % Kegunaan : sebagai antiseptik, mengurangi rasa nyeri pada telinga. 2.    
Cairan perhidrol (H2O23%) Kegunaan : Sebagai desinfektan juga untuk melunakkan serumen. Ø
Hal yang perlu diperhatikan: -         Simpan di tempat terlindungi cahaya, atau tidak lebih dari
15oC -         Jangan disimpan untuk waktu lama. DAFTAR OBAT TELINGA -        
Fenolgliserol Nama generik : fenolgliserin Nama dagang : Carbol Glycerin (Cendon); Fenocol
(Ireco Pharm). Bentuk sediaan : tetes telinga 4%, 5%, 10%. -         H2O23% Nama generik :
Hidrogen peroksida Nama dagang : Perhydrol (Kimia Farma). Bentuk sediaan : tetes telinga 3%
·        CARA PENGGUNAAN OBAT TETES TELINGA: a.     Perhatikan bahwa ujung alat
penetes jangan menyentuh benda apa pun termasuk telingga. b.     Cuci tangan sebelum
menggunakan obat tetes telenga c.      Bersihkan bagian luar telinga dengan Cotton bud d.     Jika
sediaan berupa suspensi,sediaan harus dikocok terlebih dahulu e.      Cara menggunakan:
penderita berbaring miring dengan telinga yang akan ditetesi obat menghadap ke atas. Agar
lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi, maka bagi penderita dewasa telinga ditarik ke atas
dan ke belakang,sedangkan bagi anak-anak telinga ditarik ke bawah dan ke belakang. Obat
kemudian diteteskan dan dibiarkan selama lima menit f.       Bersihkan ujung penetes
menggunakan tisu bersih. Diposkan oleh ady susanto di 3/23/2014 11:27:00 PM 

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Rabu, 10 Oktober 2012

pemberian obat oral

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hal ini perawat harus mampu memahami dan mengerti tentang bagaimana cara
membantu pasien dalam pemberian obat oral,injeksi,dan distraksi relaksasi untuk menunjang
stastus kesehatan pasien.dan salah satu yugas perawat adalah memberikan obat kepada klien.obat
merupkan alat utama dalam mengobati klien yqang memiliki masalah walaupun menimbulkan
efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya.
Seorang perawat juga nemilki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek
samping yang di timbulkan oleh obat dengan tepat, memantu respon klien dan membantu klien
menggunakan dengan benar dan berdasarkan pengatahuan.

B. Tujuan
Tujuan adanya makalah ni adalah agar mahasiswa/mahasiswi kesehatan mampu untuk :
1.      Mengerti pengertiandan tujuan di berikan obat oral,injeksi.distraksi dan relaksasi
2.      Menjelaskan persiapan alat dalam melakukan tindakan
3.      Dapat melaksanakan prosedur dari tindakan pemberian obat oral ,injeksi,dan distraksi relaksasi

BAB II

PEMBAHASAN

A.PEMBERIAN OBAT ORAL


Obat oral merupakan salah satu bentuk obat padat. Memberikan obat oral adalah suatu
tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui
mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pada umumnya cara ini lebih disukai
karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan.
Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).
1. 1.     Bentuk tablet
Bentuk tablet berupa padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet bukal (di
larutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet
bersalut-enterik (untuk mencegah larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah)
1. 2.     Kapsul
Kapsul menganung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut
dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras atau cairan dalam kapsul lunak.
1. 3.     Lozenges (obat hisap)
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja
setempat dimulut atau tenggorokan.
Yang harus diperhatikan :
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek
samping obat.
2. Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya. Pemberian obat secara
sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah dan menganjurkan pasien agar
tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara selama obat belum larut seluruhnya. Dalam
pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan obat yang telah ditentukan,
siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur. Dalam pemberian obat salep untuk lesi di
mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien makan dan minum, sehingga pemberian obat
efektif.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada
penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan
serta memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah dilakukan
informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, menandatangani surat
penolakan..

 Pemberian Obat Oral

-  Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. siapkan sejumlah obat yang sesuai dengan dosis
yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk menjaga kebersihan
obat).
1. Tablet atau kapsul

  Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali
pakai tanpa menyentuh obat.

  Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang
diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakan atau sesuai dengan kebijakan institusi
masing-masing.
  Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumping penggerus. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan air
atau makanan.
1. Obat dalam bentuk cair

  Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.

  Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.

  Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan Anda
kemudian tuangkan obat jauh dari label.

  Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.

  Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.

  Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril
tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.
B.INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan
prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.

a.Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum
yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe
jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana
yang paling efektif.  
1. a.           Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat
berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati
rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok.
Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun  tipe-tipe spuit yaitu:
a) Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
b) Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
c)  Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
d) Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit
berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan
menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung
jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar
badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari
objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap,
atau jarum.
1. b.            Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual.
Beberapa jarum tidak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari
stainless steel dan hanya digunakan satu kali.
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang
jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap jarum memiliki tiga karakteristik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan
ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa
ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat
memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan
diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum
bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

b.Proses injeksi
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan
menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat
memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi
membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek
obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada
kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan
mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat,
perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan
lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam
memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat
menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal
mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di
injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat
yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius
atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya meminimalkan
rasa nyeri  atau tidak nyaman dengan cara:
a)   Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil,
tetapi sesuai.
b)   Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
c)   Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
d)   Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum
diinsersi
e)   Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
f)   Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
g)  Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
h)  Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan

c.Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan injeksi


Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b)      Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c)      Tempat injeksi
d)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e)      Kondisi/penyakit klien

d.Macam-macam injeksi
Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila
diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau
dirusak getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada
pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan
nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman
(harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan
tepat.

1.  INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM)


Injeksi intra muscular adalah injeksi yang dilakukan pada jaringan otot. Rute intramuscular (IM)
memungkinkan absorpsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih
banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang
dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada risiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.
Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan
SC dan mempenetrasi jaringan otot. Bagaimanapun, berat badan mempengaruhi pemilihan
ukuran jarum. Misalnya, seorang klien dengan berat badan 45 kg mungkin hanya memerlukan
jarum dengan panjang 11/4 sampai 11/2 inci, sedangkan anak yang berat badannya 22,5 kg
biasanya memerlukan jarum berukuran 1 inci. Sudut insersi untuk injeksi IM adalah 90o. Otot
kurang sensitif terhadap obat yang mengiritasi dan kental. Seorang klien perkembangan baik dan
normal dapat menoleransi sejumlah kecil obat tanpa rasa tidak nyaman yang berat pada otot.
Anak-anak, dewasa lanjut, dan klien yang kurus menoleransi kuran dari  2 ml obat. Wong (1995)
menganjurkan untuk tidak memberi obat-obatan lebih dari 1 ml kepada anak kecil dan bayi yang
sudah besar.
Perawat mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot harus bebas dari
nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman yang
berat. Dengan meminta klien untuk rileks perawat dapat mempalpasi otot untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya lesi yang mengeras. Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan padat saat
kontraksi. Perawat dapat meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi dengan membantunya
mengambil posisi yang dapat mengurangi ketegangan otot.
Tempat injeksi IM yaitu:
1.  Otot Vastus Lateralis
             Otot vastus lateraluis yang tebal dan berkembang baik adalah tempat injeksi yang dipilih
untuk dewasa, anak-anak, dan bayi.
2.  Otot Ventrogluteal
3.  Otot Dorsogluteus
            Otot dorsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Pada klien
yang jaringannya kendur, tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteus berada di bagian
atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm di bawah Krista iliaka. Perawat dapat
menggunakan injeksi dorsogluteus pada orang dewasa dan anak-anak (sekurang-kurangnya
berusia 3 tahun) yang otot gluteusnya sudah berkembang.
4.  Otot Deltoid
            Pada beberapa orang dewasa, bayi dan kebanyakan anak, otot deltoid belum berkembang
baik. Perawat jarang menggunakan daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat di
akses karena ada balutan, gips, atau obstruksi lain. Tempat injeksi terletak tiga jari di bawah
prosesus akromion.

2.  INJEKSI INTRAVENA (IV)


Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu
satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya
hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya,
atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan
reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi,
misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi
dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh
karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

3.     INJEKSI SUBKUTAN (SC)


Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di
bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot,
absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi IM. Namun,
obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi normal. Karena jaringan subkutan tersusun
atas reseptor nyeri, klien dapat mengalami rasa tidak nyaman.
Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas,
abdomen dari batas bawah kosta sampai Krista iliaka, dan bagian anterior paha. Area ini dapat
dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan injeksi insulin secara
mandiri. Tempat yang paling direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat
yang lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal.
Tempat injeksi yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang,
dan otot atau saraf besar di bawahnya. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat
injeksi setiap hari untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan lipodistrofi (atrofi jaringan).
Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam-tujuh minggu.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0.5-1 ml).
Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan
obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang
mengeras dan nyeri di bawah kulit.
Prinsip injeksi subkutan :
 bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau edema

 area kulit yang akan diinjeksi diregangkan

 sudut 45°
 aspirasi tidak boleh ada darah

4.     INJEKSI INTRAKUTAN (IC) 


Memasukan obat kedalam jaringan kulit, intracutan biasa digunakan untuk mengetahui
sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan.

PROSEDUR TINDAKAN INJEKSI


1. Perawat cuci tangan.
2. Cek program obat.
3. Siapkan dosis yang tepat dari ampul atau vial. Pastikan semua udara dikeluarkan. (untuk
obat IM yang khususnya mengiritasi jaringan, isap 0.2 ml udara ke dalam spuit, hati-hati agar
dosis obat tidak keluar.
4. Untuk injeksi IM, ganti jarum jika obat mengiritasi jaringan SC.
5. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
6. Identifikasi klien dan memberikan penjelasan kepada klien tentang prosedur yang akan
dilakukan.
7. Tutup gorden atau pintu kamar.
8. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak perlu
dipajankan.
9. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inpeksi adanya memar, peradangan, atau edema di
permukaan kulit tempat injeksi :

  Injeksi Intramuskular (IM) : 1/3 lateral garis sias coccygis pada panggul, paha atau
pangkal lengan/deltoid.

  Injeksi Intravena (IV) : pada lengan (vena basilica dan vena sefalika); pada tungkai (vena
safena); pada leher (vena jugularis); pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).

  Injeksi Subkutan (SC) : 1/3 lengan atas bagian luar; Paha anterior; daerah abdomen; area
scapula pada punggung atas; daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
  Injeksi Intrakutan (IC) : lengan bawah bagian dalam; dada bagian atas; punggung di
bawah scapula.
1. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
2. Merelokasi tempat injeksi menggunakan penanda anatomi tubuh.
3. Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan kapas alkohol dengan teknik gerakan sirkuler
dari arah dalam ke luar dengan diameter 5 cm atau dari atas ke bawah sekali hapus. Pegang spuit
dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang dominan.
1. Lakukan injeksi:
-       Subcutan (SC) :
1. Untuk klien yang ukuran tubuhnya rata-rata, gunakan tangan tidak dominan untuk
meregangkan kulit supaya tegang di tempat injeksi atau pegang jaringan sehingga tercipta suatu
gulungan kulit setebal ½ inci.
1. Injeksi jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45-90o. (kemudian lepas kulit, jika
dicubit)
2. Untuk klien gemuk, cubit kulit di tempat injeksi dan injeksikan jarum di bawah lipatan
jaringan.
3. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak
dominan. Hindari menggerakkan spuit ketika menarik pengisap secara perlahan ke belakang
untuk mengaspirasi obat. Apabila darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit, dan
ulangi prosedur. Pengecualian: Jangan mengaspirasi obat saat menginjeksi heparin. Lali injeksi
obat secara perlahan-lahaN
-       Intramuskular (IM) :
1. Tempatkan tangan yang tidak dominan pada penanda anatomi yang tepat dan regangkan kulit
untuk membuatnya tegang. Injeksikan jarum dengan cepat ke dalam otot pada sudut 90o.
1. Jika massa otot kecil, cubit badan otot tubuh antara ibu jari dan jari lain.
2. Apabila obat mengiritasi, gunakan metode Z-track.
3. Lakukan aspirasi dan injeksi obat secara perlahan-lahan.
-       Intrakutan (IC) :
1. Dengan tangan tidak dominan, reggangkat kulit tempat injeksi dengan jari telunjuk dan ibu
jari.
2. Ketika jarum mendekati kulit, dengan perlahan insersi jarum pada sudut 5-15o sampai terasa
tahanan. Masukkan terus jarum melalui epidermis sampai kira-kira 3 mm di bawah permukaan
kulit.
3.  Injeksikan obat dengan perlahan (adalah normal jika terasa tahanan; jika tidak, jarum masuk
terlalu dalam dan harus ditarik).
4. Ketika menginjeksi obat, di tempat injeksi terbentuk lingkaran berwarna terang menyerupai
gigitan nyamuk dengan diameter kira-kira 6 mm dan kemudian lenyap. Lalu gambar lingkaran
tersebut dengan pensil kulit atau pulpen tinta.
5. Tarik jarum sambil mengusapkan swab alcohol dengan perlahan di atas atau di tempat injeksi.
-    Intravena (IV) :
1. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2.5 cm di bawah area penusukan dengan tangan
nondominan.
2. Pegang jarum pada posisi 30o sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti.
3. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
4. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barrel dari spuit dan tangan dominan
menarik plunger.
5. Observasi adanya darah pada spuit.
6. Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukan.
n. Untuk injeksi SC atau IM, beri pijatan ringan pada kulit. Jangan memijat kulit yang baru
diinjeksi heparin SC atau insulin. Bila perlu: pasang perban. Untuk injeksi IC, jangan pijat
tempat injeksi.
o. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
p. Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong pengaman dan
tempatkan dalam wadah berlabel. Apabila perawat tidak bisa meninggalkan sisi tempat tidur
klien, teknik menutup jarum dengan satu tangan dapat dilakukan.
q. Lepas sarung tangan sekali pakai lalu perawat cuci tangan.
r. Dokumentasikan tindakan.

5. atif, pemberian obat oral dapat melibatkan keluarga.


KEUNTUNGAN INJEKSI
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan
utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.
2. Terapi parenteral diperlukan untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat
dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara
injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus
kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima
obat secara oral.
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada
gigi dan anestesi.
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia,
termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode
panjang secara i.m.
7.  Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan
elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi
melalui rute parenteral.
9. Aksi obat biasanya lebih cepat.
10. Seluruh dosis obat digunakan.
11.Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara
oral, dan harus diberikan secara parenteral.
12.Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika
diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.
13.Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan
hidupnya.

KERUGIAN INJEKSI
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik
dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal
dibandingkan metode rute yang lain.
5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk
mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.
6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.
7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien hipersensitivitas
terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.
8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau
mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis,
pada bagian yang diinjeksikan.

KONTRA INDIKASI
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dihindari pada
klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute
IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup
besar pada klien , khususnya anak-anak.

C.RELAKSASI DAN DISTRAKSI

A.relaksasi
Ralaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri
kronis.latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan konsumsi olsigen,frekwensi
pernafasan ,frekwensi jantung,dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri
ansietas,ketegangan otot.
            Aada tiga hal yang  utama yang di perlukan dalam relaksasi ,yaitu:
 Posisi yang tepat
 Pikiran beristirahat,
 Lingkungan yang tenang
Posisi pasien di atur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh di sokong(misalkan :bantal
penyokong leher)pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara perlaha-lahan
udara di hrmbuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman
hal tersebut,pasien bernafas hingga beberapa kali dengan irama normal
            Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembus pelan-pelan dan membiarkkan telapak
kaki dan tangan yang kendor.perawat minta pasien untuk konsentrasi pikiran pasien pada
kakinya yang terasa ringan dan hangat.
            Pasien engulang langkah yeng ke 4 dan berkonsentrasi pikiran pada lengan ,perut dan
otot yang lainya,setelah pasien merasa rilek anjurkan bernafas secara pelan-pelan.bila nyeri
menjadi hebat pasien dapat bernafas dangkal dan cepat

Tehnih relaksasiterutama efektif untuk nyeri kronis dan memberikan beberapa keuntungan antara
lain:
 Relaksasi akan menurun kan ansietas
 Menurunkan nyeri otot.
 Menolong pasien melupakan nyeri
 Meningkatkan efektifan terapi nyeri lain
 Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi akibat nyeri

B.distraksi
Tehnik distraksi adalah mengalihkan perhatia pasien terhadap nyeri ke stimulus yang
lainya.tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktifitas retikuler
menghambat stimus nyeri.jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat
menyebabkan terhambatnya stimulus ke otak.
            Peredaan nyeri  secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif
individu,banyak nya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dan stimulasi .oleh
karena itu.stimulus penglihatan,pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam
menurunkan nyeri di bandingkan stimus satu indra saja.

Jenis-jenis distraksi antara lain:


1. Distraksi visual:melihat perbandingan ,menonton tv,membaca Koran,yang termasuk
distraksi visual
2. Distraksi pendengaran.diantaranya mendengarkan music yang di sukai atau suara burung
serta gemercik air.individu di anjurkan memilih music sendiri yang di sukai yang dapat
berkonsentrasi atas lirik dan irama lagu.klien juga di perbolehkan untuk mengerakkan tubuh
nya .
3. Distraksi pernfasan.bernafas ritmk,anjurkan klien untuk memandang focus pada satu
objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan
sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan lahan  dengan
menghitung  sampai emmpat(dalam hati)anjurkan pasien untuk berkonsentrasi  pada sesasi
pernafasan dan terhadap gambar yang member  ketenangan.lanjutkan pernafasan ini dengan
hingga terbentuk pola pernafasan ritmik .pernafasan ritmik dan massase ,intruksiikan klien
melakukan pernafasan ritmik dan pada saat bersamaan lakukan masase pada bagian tubuh yang
mengalami nyeri dengan melakukan pejatan atau gerakan memutar di are nyeri.
4. Distraksi intelektual yaitu dengan melakukan mengisi teka-teki silang ,bermain
karty,melakukan kegemaran (di tempat tidur).dan lain nya.

Tahap tahap melakukan disrtaksi dan relaksasi

A.     Tahap Pra Interaksi


1.      Melihat data nyeri yang lalu
2.      Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
3.      Mengkaji program terapi yang diberikan oleh dokter
B.     Tahap Orientasi
1.      Menyapa dan menyebut nama pasien
2.      Menanyakan cara yang biasa digunakan agar rileks dan tempat yang paling disukai
3.      Menjelaskan tujuan dan prosedur
4.      Menayakan persetujuan dan kesiapan pasien
C.     Tahap Interaksi
1.      Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai kondisi pasien (duduk / berbaring)
2.      Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman
3.      Meminta pasien memejamkan mata
4.      Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pasien pada kedua kakinya untuk dirilekskan,
kemndorkan seluruh otot-otot kakinya, perintahkan pasien untuk merasakan relaksasi kedua kaki
pasien
5.      Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada kedua tangan pasien, kendorkan otot-
otot kedua tangannya, meminta pasien untuk merasakan relaksasi keduaanya
6.      Memindahkan focus pikiran pasien pada bagian tubuhnya, memerintahkan pasien untuk
merilekskan otot-otot tubuh pasien mulai dari otot pinggang sampai ke otot bahu, meminta
pasien untuk merasakan relaksasi otot-otot tubuh pasien
7.      Meminta pasien untuk senyum agar otot-otot muka menjadi rileks
8.      Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pada masuknya udara lewat jalan nafas
9.      Membawa alam pikiran pasien menuju ketempat yang menyenangkan pasien
D.     Tahap Terminasi
1.      Mengevaluasi hasil relaksasi (skala nyeri, ekspresi)
2.      Menganjurkan pasien untuk mengulangi teknik relaksasi ini, bila pasien merasakan nyeri
3.      Berpamitan pada pasien
Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dalam catatan perawatan

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dalam pemberian injeksi dan obat harus dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan
agar tidak terjadi kesalahan dan infeksi pada klien. Perawat harus memperhatikan personal
hygiene terutama melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan
teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara
parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang
tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara
parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Selain itu
distraksi dan relaksasi merupakan hal terpenting dalam menghilangkan dan mengurangi nyeri
dalam pelaksaan asuhan keperawatan

B.  Saran
Perawat harus memperhatikan kebersihan terutama pada kebersihan tangan dalam setiap
melakukan tindakan kesehatan kepada klien. Perawat tidak boleh menyepelekan hal kecil seperti
mencuci tangan karna hal kecil itu bisa menjadi besar. Dan paling utama perawat harus berhati-
hati dalam setiap melakukan tindakan.

                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.


www.google.co.id (19 september 2010)
l/  (19 September 2010)andysmar.blogspot.com
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/pemberian-obat-secara-topikal.html  (19
September 2010)

Diposkan oleh andismar di 12.09 

Anda mungkin juga menyukai