BY: NI WAYAN DWI ROSMALAWATI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah pembelajaran selesai, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan mempraktikkan : 1. Cara memberikan obat oral 2. Cara memberikan obat topikal (oles, tetes mata, telinga hidung) 3. Cara memberikan obat per rektal/vagina (suppositora) Prinsip dlm Pemberian Obat • Tepat obat Sebelum menyiapkan obat ke tempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan. • Tepat dosis Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien. • Tepat pasien Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan.hal ini dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor registrasi, alamat, dan program pengobatan pada pasien. • Tepat jalur pemberian Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal, untuk itu, cara pemberiannya harus kita cek dengan melihat cara pemberian/ jalur obat pada lebel yang ada sebelum memberikannya ke pasien. • Tepat waktu Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat. • Tepat dokumentasi Setelah selesai pemberian obat, harus dicatat dengan benar dan diberi tanda tangan, nama terang perawat yang memberikan CARA PEMBERIAN OBAT (ROUTE) 1. Oral Indikasi : - Pasien harus dapat menelan - obat dapat bertahan dalam lambung Kontra indikasi: - muntah-muntah - Kuras/bilas lambung/usus - pasien tidak sadar Keuntungan
1. Harga relatif lebih murah
2. Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien 3. Tidak menimbulkan rasa nyeri 4. Bila terjadi keracunan, obat masih bisa di keluarkan dari tubuh Kerugian - Aksinya lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. - Rasa dan bau obat yang tidak enak seringkali menganggu Jenis obat oral • Kapsul • Tablet • Pil • Puyer/bubuk • Drase • Syrup/emulsion Cara Pemberian • Siapkan obat (cek dari kartu obat) • Antar ke klien • Ajarkan cara minum (sebelum/sesudah makan), tunggu klien samai obatnya benar- benar suda diminum • Dokumentasi 2. Topical
cara pemberian obat bersifat lokal, misalnya
tetes mata, salep mata, tetes telinga dan lain- lain - diberikan pada kulit atau mukosa. - Obat-obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada daerah yang diobati atau medicated baths. - Efek sistemik dapat timbul jika kulit klien tipis. • Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat. a. Pemberian obat pada kulit • merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. b. Pemberian obat pada telinga • cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. • Obat tetes telinga pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik. c. Pemberian obat pada mata • cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. • Obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi/infeksi mata Bentuk sediaan obat topikal 1. Cairan • Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. • Jika bahan pelarutnya murni air disebut sebagai solusio. • Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. • Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. • Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba. 2. Bedak • Sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. • Memberikan efek sangat superfisial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. 3. Salep • Merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. 4. Krim • Bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. 5. Pasta • Pasta ialah campuran salep dan bedak • Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh. 6. Bedak kocok • Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. 7. Gel • Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. • Segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. • Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut 8. Jelly • Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami 9. Losion • Merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. • Pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. 10. Foam aerosol • Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. • Sediaan ini digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru 3. Memberikan obat suppositoria (per rektal, vagina) - suatu bentuk pengobatan yang di desain untuk administrasi via rektal/vagina - diabsorbsi melalui mukosa rektum/vagina dan dapat menghindari absorbsi saluran cerna atas. Indikasi • kontraindikasi pengobatan lewat jalan oral • saat bahan obat yang diberikan dapat mengiritasi mukosa saluran cerna • mengalami mual, muntah, dan tidak mampu untuk makan dan minum • puasa atau yang terpasang alat in situ • tingkat kesadaran rendah • Konstipasi • Gangguan di vagina Kontra Indikasi • Klien dengan nyeri di rektum/vagina, perdarahan, riwayat operasi anorektal atau anal stenosis, mengalami masalah dengan curah jantung. KOMPLIKASI • Memiliki masalah pada kardiak output (gangguan jantung) memasukan supositoria dapat menstimulasi syaraf vagus yang menyebabkan disritmia jantung • Trauma pada Jaringan rektum/vagina, dan resiko infeksi luka oprasi area rektum Bentuk obat suppositoria Suppositoria rektum Peran perawat dalam pemberian obat • Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. • Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan • Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. • Rencana perawatan harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter. TERIMAKASIH