Anda di halaman 1dari 48

KONSEP

PSIKOSOSIAL
DALAM
KEPERAWATAN
Disampaikan Oleh:
Icca Stella Amalia, SKM.,
MPH
Tujuan Pembelajaran
 Mahasiswa mampu menerapkan
berbagai konsep psikososial dalam praktik
keperawatan yang mencakup:
1. Konsep diri
2. Konsep spiritual
3. Konsep seksual
4. Konsep stres
5. Konsep kehilangan
Definisi
Konsep diri adalah semua ide-ide,
pikiran, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan
dengan orang lain( Stuart dan
Sundeen,1991: 372 ).
Teori Perkembangan Konsep Diri

 Konsep diri belum ada sejak lahir tapi


berkembang secara bertahap dan
dipelajari
 Timbul melalui kontak sosial dan
pengalaman
 Berkaitan dengan proses eksplorasi diri
sendiri, hubungan dengan orang dekat &
berarti bagi dirinya
Konsep diri berkembang
dengan baik bila..
 budaya dan pengalaman dalam
keluarga memberikan pengalaman yang
positif
 individu memperoleh kemampuan yang
berarti
 Mampu beraktualisasi diri

.
Rentang Respon Konsep Diri
Repon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kekacauan Depersonalisasi


Diri positif Rendah identitas
Gambar
an Diri

Identitas Ideal Diri

Konsep
Diri

Harga
Peran
Diri
Konsep Diri Positif
 Yakin akan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
 Merasa setara dengan orang lain.
 Menerima pujian tanpa rasa malu.
 Menyadari bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat.
 Mampu introspeksi diri dan memperbaiki diri.
Konaep Diri Negatif
 Peka terhadap kritik.
 Responsif sekali terhadap pujian.
 Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu
mengeluh, mencela atau meremehkan
apapun dan siapapun. Mereka tidak
pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau
pengakuan pada kelebihan orang lain.
 Cenderung merasa tidak disenangi oleh
orang lain.
 Bersikap pesimis terhadap kompetisi.
KONSEP
SPIRITUAL
DALAM
KEPERAWATAN
Definisi
 Spiritualitas, keyakinan dan agama
merupakan hal yang terpisah, walau pun
seringkali diartikan sama. Pemahaman
tentang perbedaan antara tiga istilah
tersebut sangat penting bagi perawat
untuk menghindarkan salah pengertian
yang akan mempengaruhi pendekatan
yang digunakan perawat.
Aspek Spiritual
Burkhardt (1993)

 dengan sesuatu yang tidak diketahui


atau ketidakpastian dalam kehidupan.
 Menemukan arti dan tujuan hidup.
 Menyadari kemempuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan
dalam diri sendiri.
 Mempunyai perasaan keterikatan
dengan diri sendiri dan dengan Yang
Maha Tinggi.
Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995;
Murray & Zetner, (1993).
 Dimensi spiritual berupaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang
untuk menjawab atau mendapatkan
kekuatan ketika sedang menghadapi
stress emosional, penyakit fisik, atau
kematian. Kekuatan yang timbul diluar
kekuatan Manusia
Mickley et al (1992)
 menguraikan spiritualitas sebagai suatu
yang multidimensi, yaitu dimensi ekstensial
dan dimensia agama. Dimensi ekstensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus
pada hubungan seseorang dengan
Tuhan Yang Maha Penguasa.
Kepercayaan
 Mempunyai kepercayaan atau
keyakinan berarti mempercayai atau
mempunyai komitmen terhadap sesuatu
atau seseorang. Secara umum agama
atau keyakinan spiritual merupakan
upaya seseorang untuk memahami
tempat seseorang di dalam kehidupan,
yaitu bagaimana seseorang melihat
dirinya dalam hubungannya dengan
lingkungan secara menyeluruh
Agama
 merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisir
atau teratur. Agama mempunyai keyakinan
sentral, ritual, dan praktik yang biasanya
berhubungan dengan kematian, perkawinan dan
keselamatan/penyelamatan (salvation). Agama
mempunyai aturan-aturan tertentu yang
diprakktikan dalam kehidupan sehari-hari yang
memberikan kepuasan bagi yang
menjalankannya. Perkembangan keagamaan
individu merujuk pada penerimaan keyakinan,
nilai, aturan dan ritual tertentu
Karakteristik Spiritual

Hubungan dengan dii sendiri


•Hubungan dengan alam

Hubungan dengan orang lain


•Hubungan dengan Ketuhanan
KETERKAITAN ANTARA SPIRITUALITAS,
KESEHATAN DAN SAKIT
 Keyakinan spiritual sangat penting bagi
perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan perilaku selfcare
klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan
spiritual yang perlu dipahami adalah
sebagai berikut:
Menuntun kebiasaan hidup
sehari-hari
 Praktik tertentu pada umumnya yang
berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna
keagamaan bagi klien. Sebagai contoh,
ada agama yang menetapkan makanan
diit yang boleh dan tidak boleh dimakan.
Begitu pula metode keluarga berencana
ada agama yang melarang cara tertentu
untuk mencegah kehamilan termasuk
terapi medik atau pengobatan.
Sumber dukungan
 Pada saat mengalami stress, individu
akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. Dukungan ini sangat
diperlukan untuk dapat menerima
keadaan sakit yang dialami, khususnya
jika penyakit tersebut memerlukan proses
penyembuhan yang lama dengan hasil
yang belum pasti. Sembahyang atau
berdoa, membaca kitab suci, dan praktik
keagamaan lainnya sering membantu
memenuhi kebutuhan spiritual yang juga
merupakan suatu perlindungan terhadap
tubuh.
Sumber kekuatan dan penyembuhan

 Nilaidari keyakinan agama tidak dapat


dengan mudah dievaluasi (Taylor, Lilis &
Le Mone, 1997). Walaupun demikian
pengaruh keyakinan tersebut dapat
diamati oleh tenaga kesehatan dengan
mengetahui bahwa individu cenderung
dapat menahan distress fisik yang luar
biasa karena mempunyai keyakinan yang
kuat. Keluarga klien akan mengikuti
semua proses penyembuhan yang
memerlukan upaya ekstra, karena
keyakinan bahwa semua upaya tersebut
akan berhasil.
Sumber konflik
 Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi
konflik antara keyakinan agama dengan
praktik kesehatan. Misalnya ada orang
yang memandang penyakit sebagai
suatu bentuk hukuman karena pernah
berdosa.
.
 Ada agama tertentu yang menganggap
manusia sebagai makhluk yang tidak
berdaya dalam mengendalikan
lingkungannya, oleh karena itu penyakit
diterima sebagai nasib bukan sebagai
sesuatu yang harus disembuhkan.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SPIRITUALITAS
 MenurutTaylor, Lilis & Le Mone (1997) dan
Craven & Hirnle (1996), faktor penting
yang dapat mempengaruhi spiritualitas
seseorang adalah:
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SPIRITUALITAS

Tahap Anggapan
Keluarga
perkembangan tentang Tuhan

Pengalaman Krisis dan


Budaya
Hidup perubahan
Isu moral terkait dengan terapi
 Pada kebanyakan agama, proses
penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukkan kebesarannya,
walaupun ada juga agama yang
menolak intervensi pengobatan. Prosedur
medik seringkali dapat dipengaruhi oleh
pengajaran agama, misalnya sirkumsisi,
transplantasi organ, pencegahan
kehamilan, strerilisasi. Konflik antara jenis
terapi dengan keyakinan agama sering
dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
Asuhan keperawatan yang
kurang sesuai
 Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada
klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap
kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai
alasan ada kemungkinan perawat justru
menghindar untuk memberikan asuhan spiritual.
Alasan tersebut antara lain karena perawat
merasa kurang nyaman dengan kehidupan
spiritualnya, kurang menganggap penting
kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan
pendidikan tentang aspek spiritual dalam
keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan
kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya
tetapi menjadi tanggung jawab pemuka agama.
Nilai agama atau spiritual,
mempengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup.
b. Tujuan dan arti kematian.
c. Kesehatan dan pemeliharaannya.
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri
dan orang lain.
Konsep seksualitas
ISU-ISU SEKSUALITAS :
 Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali
dianggap sebagai hal yang tabu
 tidak pantas dibicarakan dalam komunitas
umum
 bersifat pribadi
 hanya dikaitkan dengan masalah hubungan
antar lawan jenis.
Kesehatan seksual
Kesehatan seksual didefinisikan sebagai
pengintegrasian aspek somatik, emosional,
intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual,
dengan cara yang positif yang memperkaya
dan meningkatkan kepribadian, komunikasi
dan cinta (WHO, 1975).
Definisi ini mencakup dimensi biologi, psikologi
dan sosiokultural.
Lanjutan
Kemampuan mengekspresikan seksualitas
melalui komunikasi, sentuhan, emosional dan
cinta
Kemampuan menerina pelayanan kesehatan
seksual untuk mencegah dan mengatasi
semua masalah, dan gangguan seksual
Menerima tanggung jawab yang berkaitan
dengan peran jendernya
Menghargai sistem yang berlaku
Mampu membina hubungan efektif dengan
orang lain
Enam ketrampilan dasar bidan dalam
memberikan pelayanan seksualitas
Pengetahuan dan kenyamanan diri terhadap seksualitas pribadi
Pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan
seksualitas sepanjang rentang kehidupan
Pengetahuan tentang seksualitas dasar, termasuk bagaimana
masalah kesehatan dan penyelesaiannya dapat mempengaruhi
seksualitas dan fungís seks serta intervensi apa yang dapat
memfasilitasi ekspresi seksual
Keahlian komunikasi terapeutik
Menerima seksualitas sebagai area penting dalam intervensi
keperawatan dan adanya kemauan bekerja dengan klien yang
mempunyai berbagai jenis ekspresi seksualitas
Kemampuan mengenal kebutuhan klien dan anggota keluarga
dalam mendiskusikan topik seksualitas, tidak hanya dengan
tulisan atau audiovisual tapi juga melalui diskusi verbal
Faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas
Budaya
berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang
diharapkan sesuai norma. Peran laki-laki dan perempuan
mungkin juga akan dipengaruhi budaya

Nilai-nilai religi (keagamaan)


Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
terkait seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks
tanpa nikah
Status kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena
alasan fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan
seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk
oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien
kehilangan perasaannya secara seksual.
Konsep Stres dan adaptasi
Definisi
 Stes adalah suatu keadaan yang
dihasilkan oleh perubahan lingkungan
yang diterima sebagai suatu hal yang
menantang, mengancam atau merusak
terhadap keseimbangan atau equilibrium
dinamis seseorang
 Hans Selye mendefinisikan stres sebagai
respon nonspesifik tubuh terhadap setiap
kebutuhan, tanpa memperhatikan
sifatnya
 Faktor pencetus stres disebut stresor
 Ada individu yang melihat stress sebagai
suatu stimulus atau suatu kesemapatan
untuk berkembang, tapi ada sebagian
yang menganggap sebagai kesulitan
yang harus dihindari
Sumber Stresor
a. Sumber stres dalam diri
b. Sumber stres dalam keluarga
c. Sumber stres dapat terjadi di lingkungan
atau masyarakat
Faktor Pengaruh Respon
terhadap Stresor

Sifat tresor Lama streor Jumlah stresor

Pengalaman Tipe Tingkat


masa lalu kepribadian perkembangan
Tahapan Stres
1. Tahapan Pertama
 Merupakan tahap ringan dari stress yang ditandai
dengan adanya semangat bekerja besar,
penglihatannya tajam tidak seperti pada
umumnya, merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan seperti biasanya, kemudian merasa
senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan
yang dimilikinya semakin berkurang
2. Tahapan Kedua
 Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri
adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi
yang semestinya segar, terasa lelah sesudah
makan siang, cepat lelah menjelang sore, serung
mengeluh lambung atau perut tidak nyaman,
denyut jantung berdebar-debar lebih dari
biasanya, otot2 punggung dan tengkuk semakin
tegang dan tidak bisa santai
Tahapan Stres
3. Tahapan Ketiga
 Pada tahap ketiga ini, seseorang memiliki ciri mengalami
gangguan seperti pada lambung dan usus, ketegangan
otot akan semakin terasa, perasaan tidak tenang,
gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur,
terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur,
lemah
4. Tahapan Keempat
 Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti
segala pekerjaan yang menyenangkan terasa
membosankan, semula tanggap terhadap situasi
menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons
secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan
sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak
ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat
dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan
ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui
penyebabnya
Tahapan Stres
5. Tahapan Kelima
 Stres tahap ini ditandai dengan adanya
kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan
sederhana, gangguan pada system
pencernaan semakin berat dan perasaan
ketakutan dan kecemasan semakin meningkat
6. Tahapan Keenam
 Tahap ini merupakan tahap puncak dan
seseorang mengalami panik dan perasaan
takut mati dengan ditemukan gejala seperti
detak jantung semakin keras, susah bernafas,
terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat,
kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan
Penyebab stres
 Frustasi
 Tekanan
 Konflik
 Krisis
KONSEP ADAPTASI
 Adaptasi adalah proses dimana dimensi
fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespons terhadap stres
 Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme
otomatis untuk perlindungan, mekanisme
koping dan idealnya dapat mengarah
pada penyesuaian dan penguasaan
(Selye, 1976)
 Mansen (1992) adaptasi bisa terjadi jika
individu berhasil menetralisir stress melalui
perubahan tingkah laku dan proses
berfikir sehingga dia kembali berfungsi
sebagai individu yang utuh
Jenis Adaptasi
1. Adaptasi Fisiologis
2. Adaptasi Psikologis

Anda mungkin juga menyukai