Anda di halaman 1dari 80

EVI SOVIA

 Antropologi kesehatan adalah studi tentang


pengaruh unsur-unsur budaya terhadap
penghayatan masyarakat tentang penyakit
dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993)
 Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-
masalah kesehatan dan penyakit
dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub
biologi dan kutub sosial budaya.
 Pokok perhatian Kutub Biologi :
 Pertumbuhan dan perkembangan manusia
 Peranan penyakit dalam evolusi manusia
 Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit
purba)
 Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
 Sistem medis tradisional (etnomedisin)
 Masalah petugas-petugas kesehatan dan
persiapan profesional mereka
 Tingkah laku sakit
 Hubungan antara dokter pasien
 Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan
kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.
 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang
memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku
manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang
sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia. (Foster/Anderson, 1986; 1-3)
 Antropologi kesehatan merupakan bagian
dari antropologi yang menggambarkan
pengaruh sosial, budaya, biologi, dan bahasa
terhadap kesehatan (dalam arti luas) meliputi
pengalaman dan distribusi kesakitan,
pencegahan dan pengobatan penyakit,
proses penyembuhan dan hubungan sosial
manajemen pengobatan serta kepentingan
dan kegunaan kebudayaan untuk sistem
kesehatan yang beranekaragam.
 Antropologi kesehatan mempelajari
bagaimana kesehatan individu, formasi sosial
yang lebih luas dan lingkungan dipengaruhi
oleh hubungan antara manusia dan spesies
lain, norma budaya dan institusi sosial, politik
mikro dan makro, dan globalisasi
 Selama lebih dari 20 abad konsep popular
medicine atau folk medicine (pengobatan
tradisional) telah familiar baik untuk dokter
maupun antropologis.
 Istilah tersebut dipakai untuk
menggambarkan praktek pengobatan
masyarakat setempat terutama dengan
pengetahuan etnobotani mereka.
 Pengetahuan ini merupakan dasar untuk
isolasi alkaloid dan prinsip farmakologi aktif.
 Selanjutnya, mempelajari pengobatan
tradisional menjadi tantangan bagi dunia
barat seperti hubungan antara ilmu
pengetahuan dengan agama
1. Antropologi fisik
2. Etnomedisin
3. Studi-studi tentang kebudayaan dan
kepribadian
4. Kesehatan masyarakat internasional
 Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan
melakukan penelitian di sekolah-sekolah
kedokteran (anatomi)
 Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli
antropologi kesehatan
 Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah
dokter
 Hasan dan Prasad (1959) menyusun daftar
lapangan studi antropologi kesehatan yang
meliputi:
 nutrisi dan pertumbuhan
 korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang
luas dari penyakit-penyakit, misal radang pada
persendian tulang (arthritis), tukak lambung
(ulcer), kurang darah (anemia) dan penyakit
diabetes.
 Underwood
 pengaruh-pengaruh evolusi manusia
serta jenis penyakit yang berbeda-
beda pada berbagai populasi yang
terkena sebagai akibat dari faktor-
faktor budaya, misal: migrasi,
kolonisasi dan meluasnya urbanisasi
 Fiennes
 penyakit yang ditemukan dalam
populasi manusia adalah suatu
konsekuensi yang khusus dari suatu
cara hidup yang beradab, dimulai dari
pertanian yang menjadi dasar bagi
timbulnya dan berkembangnya
pemukiman penduduk yang padat
 kedokteran forensik
 Suatu bidang mengenai masalah-masalah
kedokteran hukum yang mencakup identifikasi
misal: umur, jenis kelamin, dan peninggalan ras
manusia yang diduga mati karena unsur
kejahatan serta masalah penentuan orang tua dari
seorang anak melalui tipe darah, bila terjadi
keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya.
 Dalam usaha pencegahan penyakit
 penelitian mengenai penemuan kelompok-
kelompok penduduk yang memiliki risiko
tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya
mengandung sel sabit (sickle-cell) dan
pembawa penyakit kuning (hepatitis).
 Para ahli ini telah memanfaatkan
pengetahuan mereka mengenai
variasi manusia untuk membantu
dalam bidang teknik biomedikal
(biomedical engineering).
 Ukuran, norma-norma dan standar yang
berasal dari sejumlah studi antropologi,
digunakan dalam bidang-bidang kedokteran
anak serta kedokteran gigi, juga dalam
berbagai survei tentang tingkatan gizi serta
etiologi penyakit dalam populasi yang
berbeda-beda maupun dalam suatu populasi.
 Cabang dari etnobotani atau antropologi
kesehatan yang mempelajari pengobatan
tradisional, tidak hanya yang berhubungan
dengan sumber-sumber tertulis (contohnya
pengobatan tradisional cina, Ayurveda) tetapi
terutama pengetahuan dan praktek yang
secara oral diturunkan selama beberapa
abad.
 Dalam ilmu pengetahuan, etnomedisin
pada umumnya ditandai dengan
pendekatan antropologi yang kuat atau
pendekatan biomedikal yang kuat,
terutama dalam program penemuan
obat.
 kepercayaan dan praktek-praktek yang
berkenaan dengan penyakit, yang
merupakan hasil dari perkembangan
kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak
berasal dari kerangka kedokteran modern,
merupakan urutan langsung dari kerangka
konseptual ahli-ahli antropologi mengenai
sistem medis non-barat
 -Rivers, (Medicine, Magic, and Religion)
 sistem pengobatan asli adalah pranata-pranata
sosial yang harus dipelajari dengan cara yang
sama seperti mempelajari pranata-pranata sosial
umumnya, dan bahwa praktek-praktek
pengobatan asli adalah rasional bila dilihat dari
sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab-
akibat.
 Setelah antropologi kesehatan berkembang,
terutama dalam bidang-bidang yang luas, konsep
kesehatan internasional dan psikiatri lintas budaya
(psikiatri transkultural), kepentingan pengetahuan
praktis maupun teoritis mengenai sistem
pengobatan non-Barat semakin tampak.
 Pengakuan tersebut telah memperbaharui
perhatian dalam penelitian etnomedicine, dan
mengangkatnya sebagai salah satu pokok penting
dalam antropologi kesehatan.
 Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli
antropologi, psikiater dan ahli ilmu tingkah
laku lainnya mulai mempertanyakan tentang
kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat
dan lingkungan sosial budaya di mana
tingkah laku itu terjadi.
 Apakah sikap orang dewasa yang terbentuk
itu, terutama disebabkan oleh pembentukan
semasa kanak-kanak dan oleh penerimanya
terhadap kebiasaan-kebiasaan semasa kecil,
serta karena pengalaman yang diterimanya
kemudian?
 Atau adakah konstitusi psikis yang
merupakan pembawaan berdasarkan faktor
biologis, yang memainkan peranan penting
dalam menentukan kebudayaan dan
kepribadiannya?
 Walaupun bagian terbesar penelitian
kepribadian dan kebudayaan bersifat teoritis,
beberapa ahli antropologi yang menjadi
pimpinan dalam gerakan tersebut menaruh
perhatian besar pada cara-cara penggunaan
pengetahuan antropologi dalam peningkatan
taraf keperawatan kesehatan.
 Sebab itu Devereux, 1944 mempelajari
struktur sosial dari suatu bagian keperawatan
schizophrenia dengan tujuan untuk mencari
cara penyembuhan yang tepat.
 Leighton menulis sebuah buku, yang
menunjukkan tentang adanya konflik antara
masyarakat dan kebudayaan.
 Navaho dengan masalah-masalah dalam
mengintroduksi pelayanan kesehatan
modern.
 Alice Joseph, seorang dokter dan antropologi,
melukiskan masalah hubungan antar pribadi
pada dokter-dokter kulit putih dengan
pasien-pasien Indian di Amerika Barat Daya,
yang menunjukkan bagaimana peranan
persepsi dan perbedaan kebudayaan dalam
menghambat interaksi pengobatan yang
efektif.
 WHO
 Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di
lingkungan yang bersifat lintas budaya, lebih cepat
menemukan masalah daripada mereka yang
bekerja dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya
mereka yang terlibat dalam klinik pengobatan
melihat bahwa kesehatan dan penyakit bukan
merupakan gejala biologik saja, melainkan juga
gejala sosial-budaya
 kebutuhan kesehatan di negara berkembang
tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar
memindahkan pelayanan kesehatan dari
negara-negara industri.
 Kumpulan data pokok mengenai kepercayaan
dan praktek pengobatan primitif dan petani
yang telah diperoleh ahli antropologi
kebudayaan pada tahun-tahun sebelumnya,
informasi mengenai nilai-nilai budaya dan
bentuk-bentuk sosial, serta pengetahuan
mereka mengenai dinamika stabilitas sosial dan
perubahan, telah memberikan kunci yang
dibutuhkan bagi masalah-masalah yang
dijumpai dalam program-program kesehatan
masyarakat awal tersebut.
 Para ahli antropologi dapat menjelaskan
pada petugas kesehatan mengenai
bagaimana kepercayaan tradisional serta
prakteknya bertentangan dengan asumsi
pengobatan Barat, bagaimana faktor sosial
mempengaruhi keputusan perawatan
kesehatan, dan bagaimana kesehatan dan
penyakit semata-mata merupakan aspek dari
keseluruhan pola kebudayaan, yang berubah
bila ada perubahan sosial budaya yang
mencakup banyak hal.
 Pada awal 1950-an, para ahli antropologi
mampu mendemonstrasikan kegunaan
praktis dari pengetahuan mereka dan
metode penelitian mereka kepada petugas
kesehatan masyarakat internasional, yang
banyak menerima mereka dengan tangan
terbuka
 Lingkungan yang terdiri dari lingkungan:
 fisik
 sosial budaya
 ekonomi
 perilaku
 keturunan
 Pelayanan kesehatan

Lingkungan sosial budaya tidak saja mempengaruhi status kesehatan,


tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan (Blum)
 Manusia adalah makhluk sosial
 Manusia harus hidup bermasyarakat
 Manusia adalah makhluk berbudaya yang
dikaruniai akal
 Manusia selalu menggunakan akalnya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya,
termasuk masalah kesehatan
 Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak
suku budaya yang mempunyai latar belakang
beraneka ragam.
 Lingkungan budaya tersebut sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia yang
memiliki budaya tersebut, sehingga dengan
keanekaragaman budaya menimbulkan
variasi dalam perilaku manusia dalam segala
hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
 Dengan permasalahan tersebut, maka
petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan latar belakang budaya yang beraneka
ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan
masyarakat yang dilayaninya, agar pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
menjadi optimal, yaitu meningkatkan
kesehatan masyarakat.
 Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat
tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan
terikat oleh rasa identitas bersama.” Koentjaraningrat
(Pengantar Antropologi, 1996)
 Kelompok manusia yang besar dan mempunyai
kebiasaan, sikap, tradisi, dan perasaan persatuan
yang sama. Gillin dan Gillin dalam bukunya Culture Sociology (1954)
 Unsur masyarakat dapat dikelompokkan ke
dalam 2 bagian, yaitu:
1) Kesatuan sosial
2) Pranata Sosial
 Kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari
kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dalam
kehidupan masyarakat yang meliputi kerumunan,
golongan, dan kelompok

 Pranata sosial, adalah himpunan norma-norma dari


segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok dalam kehidupan masyarakat.

Norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi


tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
 Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta:
budhaya, bentuk jamak dari budhi, yang
berarti budi atau akal.

 Dengan demikian, kebudayaan diartikan


sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan
akal
 2 definisi kebudayaan (Koentjaraningrat, 1996: Pengantar
Antropologi), sebagai berikut:
1. Taylor, dalam buku: Primitive Culture: ”Kebudayaan
sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan
kemampuan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat.”

2. Koentjaraningrat: ”Kebudayaan adalah seluruh kelakuan


dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan
yang harus didapatkannya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.”
 Unsur budaya (Taylor) ada unsur-unsur universal
yang pasti didapatkan di semua kebudayaan di
dunia, yaitu:
1) sistem religi
2) sistem dan organisasi masyarakat
3) sistem pengetahuan
4) bahasa
5) kesenian
6) mata pencaharian
7) teknologi dan peralatan
 Apa manfaat petugas kesehatan mempelajari
unsur kebudayaan dalam upaya memperbaiki
status kesehatan masyarakat?

 Petugas kesehatan perlu juga mempelajari


bahasa lokal dan istilah lokal tentang
penyakit.
 Menurut Koentjaraningrat (1996) ada beberapa
konsep untuk mempelajari kebudayaan suatu
masyarakat, adalah:
 Menghindari sikap ethnocentrism, yaitu sikap yang
memberi penilaian tertentu kepada kebudayaan yang
dipelajari. Misal: adanya sikap bahwa kebudayaan
mereka sendiri yang paling baik
 Masyarakat yang hidup di dalam kebudayaannya
sendiri, biasanya tidak menyadari memiliki
kebudayaan, kecuali apabila mereka memasuki
masyarakat lain dan bergaul dengan masyarakat
tersebut
 Terdapatnya variabilitas di dalam perubahan
kebudayaan, atau unsur kebudayaan yang satu
akan lebih sukar berubah bila dibandingkan
dengan unsur kebudayaan lain
 Unsur kebudayaan saling kait-mengait
 Aspek budaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang antara lain sbb (G.M.Foster
(1973) :

1) tradisi
2) sikap fatalism
3) nilai
4) ethnocentrism
5) unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari
proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan
 terjadi wabah kuru
 Sikap fatalistis juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
 Beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama
Islam, percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati itu
adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit atau
menyelamatkan seseorang dari kematian. Contoh: Penelitian Proyek
ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) di kabupaten Cianjur, ditemukan
bahwa di kalangan ibu-ibu yang beragama Islam percaya bahwa bayi
yang mati akan menarik ibunya ke surga, sehingga ibu-ibu pasrah dan
tidak mendorong mereka untuk segera mencari pertolongan pengobatan
bagi bayinya yang sakit (Hadi Pratomo, dkk., 2003).
 Di samping itu ditemukan pula, di kalangan
masyarakat yang beragama Islam di Kalimantan
Selatan
 Sikap fatalistik tersebut diketemukan pada
masyarakat Islam di pedesaan Mesir. Menurut Dr.
Fawzy Gandala dari Mesir, yang dikutip oleh Foster
dalam buku Tradisional Societies and Technological
Change (1973), menyatakan bahwa masyarakat
Mesir di pedesaan percaya bahwa kematian adalah
kehendak Allah, dan tak ada seorang pun yang
dapat memperpanjang kehidupan.
 Hal itu dituliskan dalam Al Quran yang menyatakan
bahwa ”kemana saja kamu pergi, kematian akan
mencari kamu, meskipun kamu berada dalam
rumah yang bangunannya kuat.”
 Zeinab Shahin dan dikutip oleh Foster (1973),
terdapat pepatah yang mengungkapkan
sbb: ”Meskipun anda lari, secepat binatang buas
tetapi tetap anda tidak akan terhindar dari apa yang
telah ditakdirkan Tuhan.”
 Sikap ethnocentris adalah sikap yang memandang kebudayaan sendiri,
yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
Misal: ”Orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan
teknologi yang dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa
kebudayaannya yang paling maju, sehingga merasa superior terhadap
budaya dari masyarakat yang sedang berkembang.:
 Tetapi di sana di sisi lain, semua anggota dari budaya lainnya,
menganggap bahwa apa yang dilakukan secara alamiah adalah yang
terbaik. Contoh: orang Eskimo beranggapan bahwa orang Eropa datang
ke negaranya untuk memperlajari sesuatu yang baik bagi bangsa Eskimo.
 Menurut pandangan kaum relativistis tidak benar
menilai budaya lain dari kacamata budaya sendiri,
karena kedua budaya tersebut berbeda. Oleh
karena itu, sebagai petugas kesehatan harus
menghindari sikap menganggap bahwa petugas
adalah orang yang paling pandai, paling
mengetahui tentang masalah kesehatan karena
pendidikan petugas lebih tinggi dari masyarakat
setempat, sehingga tidak perlu mengikutsertakan
masyarakat tersebut dalam mengatasi masalah
kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, memang
lebih mengetahui dan menguasai tentang masalah
kesehatan, tetapi masyarakat dimana mereka
berada lebih mengetahui keadaan di
masyarakatnya sendiri.
 Perasaan bangga terhadap budayanya berlaku pada semua
orang.
 Merle S. Farland menyampaikan pengalaman kerjanya di
Taiwan dalam program kesehatan ibu dan anak. Di Taiwan,
extended family atau keluarga luas masih berpengaruh kuat
terhadap perilaku anggota keluarganya. Ia menemukan
kasus seorang ibu muda dicegah oleh wanita dari generasi
yang lebih tua untuk memeriksakan kehamilannya kepada
bidan, meskipun ibu muda tersebut sudah termotivasi untuk
menggunakan pelayanan bidan (Foster, 1973).
 Dalam melakukan upaya perbaikan gizi di kecamatan Pasar
Minggu (Kresno, Sudarti, 1976) masalah yang diketemukan
adalah masyarakat petani di daerah tersebut menolak
makan daun singkong (ketela pohon) meskipun mereka
mengetahui dari petugas kesehatan bahwa kandungan
vitaminnya tinggi. Setelah dilakukan pertemuan dengan
masyarakat beranggapan daun singkong hanya pantas untuk
makanan kambing dan mereka menolaknya karena status
mereka tidak dapat disamakan dengan kambing
 Norma yang berpengaruh dan berlaku di masyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakat yang
mendukung norma tersebut.
 Sebagai contoh: di beberapa negara di Amerika Latin dan negara lainnya
yang masyarakatnya beragama Islam berlaku norma untuk tidak
diperbolehkan seorang wanita berhubungan dengan laki-laki yang bukan
muhrimnya. Norma tersebut berdampak pada perilaku wanita, dimana
yang bersangkutan tidak mau memeriksakan kandungannya kepada
dokter laki-laki karena bukan muhrimnya.
 Untuk memecahkan masalah tersebut, pemeriksaan kehamilan bisa
dilakukan oleh dokter wanita.
 Tetapi masyarakat Micronesia di Pulau Yap, seorang
wanita menolak dokter laki-laki untuk memeriksa
genitalnya, tetapi lebih menolak untuk diperiksa
oleh dokter wanita, karena potensial dalam menarik
perhatian laki-laki, wanita lain dipandang sebagai
saingan. Mereka percaya bahwa hal tersebut akan
mengancam hilangnya perhatian laki-laki terhadap
mereka (G.M.Foster, 1973).
 Masalah terjadi pada masyarakat beragama Islam di
Indonesia pada awal KB diperkenalkan, di daerah
Serpong sekitar tahun 1976, akseptor KB menurun
pada puskesmas yang pelayan KB-nya dipegang
oleh dokter laki-laki (Kresno, Sudarti, 1976).
 Nilai yang berpengaruh di dalam masyarakat, berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan.
 Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang
merugikan kesehatan.
 Nilai yang merugikan kesehatan misalnya adanya penilaian
yang tinggi terhadap beras putih, meskipun masyarakat
mengetahui bahwa beras merah lebih banyak mengandung
Vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih.
Masyarakat lebih memberikan nilai yang tinggi bagi beras
putih, karena mereka menilai beras putih lebih enak dan
lebih bersih.
 Contoh lain: masih banyak petugas
kesehatan yang merokok meskipun mereka
mengetahui bagaimana bahayanya merokok
terhadap kesehatan. Memberikan nilai tinggi
untuk perilaku merokok, karena rokok
memberikan kenikmatan, sedangkan bahaya
merokok tidak dapat segera dirasakan
 Apabila pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan
perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan,
adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat
(berpengaruh) pada perubahan, dari berusaha untuk
memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut.
 Apabila mengetahui budaya masyarakat setempat, dan
mengetahui proses perubahan kebudayaan, maka harus
mengantisipasi reaksi yang akan muncul, yang
mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah
direncanakan.
 Misal: masyarakat India di pedesaan, menggunakan
kayu untuk memasak, dan di dapur tidak ada
cerobong asap, dapur penuh dengan asap yang
mengakibatkan banyaknya yang sakit pernapasan
dan mata. Petugas menjual cerobong asap kepada
masyarakat dengan harga murah, tetapi mengalami
kegagalan di rumah penduduk banyak semut putih
(rayap) yang merusak kayu, karena tidak ada asap
yang dapat mematikan semut putih. Semut
tersebut akan mati kalau kena asap. Akibatnya
biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan rumah
makin banyak. Pemasangan cerobong asap tidak
bisa diterima, kerugiannya dianggap lebih tinggi
dari pada keuntungannya.
 Pada tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak
diajarkan antara lain bagaimana cara makan, bahan
makanan apa yang dimakan, cara buang air kecil
dan besar, dll. Kebiasaan tersebut terus dilakukan
sampai anak tersebut dewasa, dan bahkan menjadi
tua. Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi
perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah.
 Misal: manusia yang biasa makan nasi sejak
kecil akan sulit untuk diubah kebiasaan
makannya setelah dewasa dengan makanan
pokok lainnya. Oleh karena itu, upaya untuk
menganjurkan kepada masyarakat untuk
makan makanan yang beraneka ragam harus
dimulai sejak kecil.
Pelayanan Kesehatan dan
Kebudayaan
 Biasanya masyarakat berasumsi bahwa sistem
kesehatan mereka dapat menyembuhkan
sedangkan yang lain tidak
 Pandangan etnosentris ini menyebabkan dokter
dan perawat yang dilatih dalam ilmu kesehatan
modern menolak pengetahuan dan metodologi
pengobatan tradisional terutama jika melibatkan
penjelasan personal untuk penyakit.
 Tetapi, seluruh sistem pengobatan memiliki
keberhasilan maupun kegagalan dalam mengobati
penyakit.
 Pengobatan dengan sistem pengobatan mungkin berhasil
disebabkan oleh tiga faktor.
 Pertama, pengobatan mungkin berhasil karena prosedur
medis membantu pasien sembuh dari penyakitnya.
Contohnya, antibiotik dapat mengeliminasi infeksi
 Dahulu, pengobatan tradisional dan praktek pengobatan
diasumsikan oleh beberapa dokter barat tidak mempunyai
kekuatan pengobatan dan hanya berdasarkan pada
kebetulan
 Tetapi, etnofarmakologis telah menemukan bahwa
beberapa tanaman obat mempunyai efek pengobatan.
Termasuk, beberapa teknik pengobatan seperti akupuntur,
dapat menghilangkan nyeri
 Alasan kedua, pengobatan dapat berhasil
adalah karena pasien akan membaik dengan
sendirinya walaupun tanpa pengobatan.
 Diperkirakan 90% penyakit dapat sembuh
sendiri. Terutama infeksi virus seperti
influenza. Pengobatan pada penyakit ini
hanya diperlukan untuk mengurangi gejala
seperti sakit kepala atau batuk.
 Alasan ketiga, pengobatan dapat berhasil adalah
karena efek plasebo. Yaitu, pasien dapat sembuh
karena mereka percaya pada keefektifan
pengobatan walaupun kenyataannya pengobatan
tersebut sama sekali tidak membantu mereka.
Sebagai contoh, dokter memberikan tablet gula dan
mengatakan pada pasien bahwa ini adalah obat
yang manjur
 Plasebo ini dapat membuat pasien merasa lebih
baik dan bahkan dapat menyembuhkan penyakit
 Bagaimana ini dapat terjadi?
 Ada pendapat, bahwa jika pasien sangat
percaya bahwa pengobatannya akan
berhasil, maka akan ada efek fisiologis yang
akan mengurangi jumlah hormon stress
kortisol sehingga meningkatkan efektivitas
sistem imun.
 Jenis plasebo yang bekerja sangat
berhubungan dengan budaya
 Plasebo terutama efektif jika pasien maupun dokter percaya
bahwa mereka dapat menyembuhkan penyakit
 Dr. Alan Roberts, head of the Division of Medical Psychology
at Scripps Clinic in La Jolla, California. Selama tahun 1990,
memeriksa catatan dari 6.931 pasien yang memakai satu dari
lima pengobatan yang berbeda yang dikira efektif tetapi
kemudian ditinggalkan karena terbukti tidak efektif.
Pengobatan tersebut meliputi glomektomi (prosedur
pembedahan untuk asma), pembekuan gaster untuk ulkus
peptikum dan tiga prosedur untuk mengobati virus herpes
simplex
 Sedangkan fakta dari pengobatan ini adalah 40% pasien
berhasil dengan sangat baik, dan 30% berhasil baik dan
hanya 30% yang dilaporkan tidak membaik
 Hasil yang sama diamati oleh tim psikologis yang
dipimpin oleh Andrew Leuchter. Mereka melakukan
penelitian dimana plasebo digunakan untuk
mengobati pasien dengan depresi. Tidak hanya
membuat pasien depresi menjadi lebih baik sesudah
memakai plasebo, tetapi hasil scan otak mereka
menunjukkan peningkatan aktivitas di area yang
berhubungan dengan mood dan memori.
 Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada
pengobatan dapat menyebabkan perubahan
organik dalam tubuh.
 Pengobatan, baik itu pengobatan oleh sendiri atau
pengobatan modern oleh dokter atau pengobatan
tradisional, prosesnya meliputi dua tahap yang
sama yaitu diagnosis dan pengobatan
 Dalam setiap sistem pengobatan, pengobatan
dimulai dengan penemuan gejala dan membuat
diagnosis. Tahap awal ini diikuti dengan pengobatan
spesifik
 Satu perbedaan terbesar antara pengobatan tradisional dengan
pengobatan modern adalah waktu yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis dan melakukan pengobatan
 Pengobat tradisional Amerika menghabiskan beberapa jam dengan
setiap pasien , memperlihatkan perhatian yang besar. Sebaliknya
kunjungan rutin biasa pada seorang dokter lebih banyak waktu untuk
menunggu dan hanya memerlukan wawancara singkat dengan dokter.
Pada kasus penyakit ringan, dokter biasanya membuat diagnosis dalam
beberapa menit dan segera memberikan pengobatan dan menulis resep.
 Waktu yang diperlukan untuk interaksi dengan pasien kurang dari lima
menit, kemudian dokter akan segera memeriksa pasien lain karena
banyaknya pasien. Hal ini menyebabkan beberapa pasien merasa kurang
puas dan kecewa pada kurangnya perhatian dokter terhadap pribadi
mereka.
 Perbedaan besar lainnya antara pengobatan tradisional dengan
pengobatan modern adalah pada pengobatan tradisional, pengobatan
dilakukan dalam lingkungan yang kekeluargaan, nyaman dan tanpa
tekanan pada pasien. Biasanya, keluarga dan teman pasien dapat hadir
untuk memberikan dukungan emosional selama pengobatan
 Sebaliknya, dokter modern sering mengobati pasien dalam lingkungan
yang asing dan kadang mengintimidasi pasien. Pasien biasanya
dipisahkan dari keluarga dan teman-temannya selama pengobatan
kecuali anak-anak. Tidak heran jika dokter memeriksa tekanan darah
pasien di ruangannya sering lebih tinggi dari normal. Hal ini disebut
"white lab-coat phenomenon" disebabkan karena pasien merasa cemas
karena lingkungan dan situasi yang asing.
 Pembagian klasik pelayanan kesehatan :
Tradisional dan modern

 Pelayanan kesehatan tradisional :


Menggunakan perbendaharaan kebudayaan
lokal; teknik-teknik pencegahan,
pemeliharaan, pengobatan lokal; penyembuh
lokal; bersifat internal; diasosiasikan dengan
masyarakat simpleks.
 Pelayanan kesehatan modern: Menggunakan
perbendaharaan kebudayaan dari luar; inter-
vensi (program); bersifat eksternal;
diasosiasikan dengan masyarakat kompleks.
 Akrab dengan definisi kebudayaan setempat :
Khususnya religi.
 Hubungan personal dengan penyembuh.
 Contoh-contoh kesembuhan yang ada
 Merasa aman berada di lingkungan sendiri
 Lebih murah secara ekonomi
 Akses ke pelayanan mudah dan tidak
birokratik
 Kurang memperhatikan kebudayaan setempat ;
menyeragamkan semua kebudayaan
 Menggunakan konsep-konsep, terminologi, dan
teknik-teknik yang kurang (tidak) dikenal pasien.
 Mahal secara ekonomi.
 Tempat perawatan yang asing (misalnya, rumah
sakit, klinik; hubungan dokter-pasien-perawat.
 Akses yang kerapkali birokratik dan tidak mudah
 Contoh-contoh kesembuhan.
 Penderita (warga masyarakat) mengetahui
dan menyadari adanya sejumlah
kemungkinan pelayanan kesehatan  harus
memilih pelayanan tertentu (keputusan
keluarga/kerabat/kelompok, keyakinan,
biaya, akses, kedekatan jarak, dsb).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai