1) tradisi
2) sikap fatalism
3) nilai
4) ethnocentrism
5) unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari
proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan
terjadi wabah kuru
Sikap fatalistis juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama
Islam, percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati itu
adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit atau
menyelamatkan seseorang dari kematian. Contoh: Penelitian Proyek
ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) di kabupaten Cianjur, ditemukan
bahwa di kalangan ibu-ibu yang beragama Islam percaya bahwa bayi
yang mati akan menarik ibunya ke surga, sehingga ibu-ibu pasrah dan
tidak mendorong mereka untuk segera mencari pertolongan pengobatan
bagi bayinya yang sakit (Hadi Pratomo, dkk., 2003).
Di samping itu ditemukan pula, di kalangan
masyarakat yang beragama Islam di Kalimantan
Selatan
Sikap fatalistik tersebut diketemukan pada
masyarakat Islam di pedesaan Mesir. Menurut Dr.
Fawzy Gandala dari Mesir, yang dikutip oleh Foster
dalam buku Tradisional Societies and Technological
Change (1973), menyatakan bahwa masyarakat
Mesir di pedesaan percaya bahwa kematian adalah
kehendak Allah, dan tak ada seorang pun yang
dapat memperpanjang kehidupan.
Hal itu dituliskan dalam Al Quran yang menyatakan
bahwa ”kemana saja kamu pergi, kematian akan
mencari kamu, meskipun kamu berada dalam
rumah yang bangunannya kuat.”
Zeinab Shahin dan dikutip oleh Foster (1973),
terdapat pepatah yang mengungkapkan
sbb: ”Meskipun anda lari, secepat binatang buas
tetapi tetap anda tidak akan terhindar dari apa yang
telah ditakdirkan Tuhan.”
Sikap ethnocentris adalah sikap yang memandang kebudayaan sendiri,
yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
Misal: ”Orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan
teknologi yang dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa
kebudayaannya yang paling maju, sehingga merasa superior terhadap
budaya dari masyarakat yang sedang berkembang.:
Tetapi di sana di sisi lain, semua anggota dari budaya lainnya,
menganggap bahwa apa yang dilakukan secara alamiah adalah yang
terbaik. Contoh: orang Eskimo beranggapan bahwa orang Eropa datang
ke negaranya untuk memperlajari sesuatu yang baik bagi bangsa Eskimo.
Menurut pandangan kaum relativistis tidak benar
menilai budaya lain dari kacamata budaya sendiri,
karena kedua budaya tersebut berbeda. Oleh
karena itu, sebagai petugas kesehatan harus
menghindari sikap menganggap bahwa petugas
adalah orang yang paling pandai, paling
mengetahui tentang masalah kesehatan karena
pendidikan petugas lebih tinggi dari masyarakat
setempat, sehingga tidak perlu mengikutsertakan
masyarakat tersebut dalam mengatasi masalah
kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, memang
lebih mengetahui dan menguasai tentang masalah
kesehatan, tetapi masyarakat dimana mereka
berada lebih mengetahui keadaan di
masyarakatnya sendiri.
Perasaan bangga terhadap budayanya berlaku pada semua
orang.
Merle S. Farland menyampaikan pengalaman kerjanya di
Taiwan dalam program kesehatan ibu dan anak. Di Taiwan,
extended family atau keluarga luas masih berpengaruh kuat
terhadap perilaku anggota keluarganya. Ia menemukan
kasus seorang ibu muda dicegah oleh wanita dari generasi
yang lebih tua untuk memeriksakan kehamilannya kepada
bidan, meskipun ibu muda tersebut sudah termotivasi untuk
menggunakan pelayanan bidan (Foster, 1973).
Dalam melakukan upaya perbaikan gizi di kecamatan Pasar
Minggu (Kresno, Sudarti, 1976) masalah yang diketemukan
adalah masyarakat petani di daerah tersebut menolak
makan daun singkong (ketela pohon) meskipun mereka
mengetahui dari petugas kesehatan bahwa kandungan
vitaminnya tinggi. Setelah dilakukan pertemuan dengan
masyarakat beranggapan daun singkong hanya pantas untuk
makanan kambing dan mereka menolaknya karena status
mereka tidak dapat disamakan dengan kambing
Norma yang berpengaruh dan berlaku di masyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakat yang
mendukung norma tersebut.
Sebagai contoh: di beberapa negara di Amerika Latin dan negara lainnya
yang masyarakatnya beragama Islam berlaku norma untuk tidak
diperbolehkan seorang wanita berhubungan dengan laki-laki yang bukan
muhrimnya. Norma tersebut berdampak pada perilaku wanita, dimana
yang bersangkutan tidak mau memeriksakan kandungannya kepada
dokter laki-laki karena bukan muhrimnya.
Untuk memecahkan masalah tersebut, pemeriksaan kehamilan bisa
dilakukan oleh dokter wanita.
Tetapi masyarakat Micronesia di Pulau Yap, seorang
wanita menolak dokter laki-laki untuk memeriksa
genitalnya, tetapi lebih menolak untuk diperiksa
oleh dokter wanita, karena potensial dalam menarik
perhatian laki-laki, wanita lain dipandang sebagai
saingan. Mereka percaya bahwa hal tersebut akan
mengancam hilangnya perhatian laki-laki terhadap
mereka (G.M.Foster, 1973).
Masalah terjadi pada masyarakat beragama Islam di
Indonesia pada awal KB diperkenalkan, di daerah
Serpong sekitar tahun 1976, akseptor KB menurun
pada puskesmas yang pelayan KB-nya dipegang
oleh dokter laki-laki (Kresno, Sudarti, 1976).
Nilai yang berpengaruh di dalam masyarakat, berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan.
Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang
merugikan kesehatan.
Nilai yang merugikan kesehatan misalnya adanya penilaian
yang tinggi terhadap beras putih, meskipun masyarakat
mengetahui bahwa beras merah lebih banyak mengandung
Vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih.
Masyarakat lebih memberikan nilai yang tinggi bagi beras
putih, karena mereka menilai beras putih lebih enak dan
lebih bersih.
Contoh lain: masih banyak petugas
kesehatan yang merokok meskipun mereka
mengetahui bagaimana bahayanya merokok
terhadap kesehatan. Memberikan nilai tinggi
untuk perilaku merokok, karena rokok
memberikan kenikmatan, sedangkan bahaya
merokok tidak dapat segera dirasakan
Apabila pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan
perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan,
adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat
(berpengaruh) pada perubahan, dari berusaha untuk
memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut.
Apabila mengetahui budaya masyarakat setempat, dan
mengetahui proses perubahan kebudayaan, maka harus
mengantisipasi reaksi yang akan muncul, yang
mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah
direncanakan.
Misal: masyarakat India di pedesaan, menggunakan
kayu untuk memasak, dan di dapur tidak ada
cerobong asap, dapur penuh dengan asap yang
mengakibatkan banyaknya yang sakit pernapasan
dan mata. Petugas menjual cerobong asap kepada
masyarakat dengan harga murah, tetapi mengalami
kegagalan di rumah penduduk banyak semut putih
(rayap) yang merusak kayu, karena tidak ada asap
yang dapat mematikan semut putih. Semut
tersebut akan mati kalau kena asap. Akibatnya
biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan rumah
makin banyak. Pemasangan cerobong asap tidak
bisa diterima, kerugiannya dianggap lebih tinggi
dari pada keuntungannya.
Pada tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak
diajarkan antara lain bagaimana cara makan, bahan
makanan apa yang dimakan, cara buang air kecil
dan besar, dll. Kebiasaan tersebut terus dilakukan
sampai anak tersebut dewasa, dan bahkan menjadi
tua. Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi
perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah.
Misal: manusia yang biasa makan nasi sejak
kecil akan sulit untuk diubah kebiasaan
makannya setelah dewasa dengan makanan
pokok lainnya. Oleh karena itu, upaya untuk
menganjurkan kepada masyarakat untuk
makan makanan yang beraneka ragam harus
dimulai sejak kecil.
Pelayanan Kesehatan dan
Kebudayaan
Biasanya masyarakat berasumsi bahwa sistem
kesehatan mereka dapat menyembuhkan
sedangkan yang lain tidak
Pandangan etnosentris ini menyebabkan dokter
dan perawat yang dilatih dalam ilmu kesehatan
modern menolak pengetahuan dan metodologi
pengobatan tradisional terutama jika melibatkan
penjelasan personal untuk penyakit.
Tetapi, seluruh sistem pengobatan memiliki
keberhasilan maupun kegagalan dalam mengobati
penyakit.
Pengobatan dengan sistem pengobatan mungkin berhasil
disebabkan oleh tiga faktor.
Pertama, pengobatan mungkin berhasil karena prosedur
medis membantu pasien sembuh dari penyakitnya.
Contohnya, antibiotik dapat mengeliminasi infeksi
Dahulu, pengobatan tradisional dan praktek pengobatan
diasumsikan oleh beberapa dokter barat tidak mempunyai
kekuatan pengobatan dan hanya berdasarkan pada
kebetulan
Tetapi, etnofarmakologis telah menemukan bahwa
beberapa tanaman obat mempunyai efek pengobatan.
Termasuk, beberapa teknik pengobatan seperti akupuntur,
dapat menghilangkan nyeri
Alasan kedua, pengobatan dapat berhasil
adalah karena pasien akan membaik dengan
sendirinya walaupun tanpa pengobatan.
Diperkirakan 90% penyakit dapat sembuh
sendiri. Terutama infeksi virus seperti
influenza. Pengobatan pada penyakit ini
hanya diperlukan untuk mengurangi gejala
seperti sakit kepala atau batuk.
Alasan ketiga, pengobatan dapat berhasil adalah
karena efek plasebo. Yaitu, pasien dapat sembuh
karena mereka percaya pada keefektifan
pengobatan walaupun kenyataannya pengobatan
tersebut sama sekali tidak membantu mereka.
Sebagai contoh, dokter memberikan tablet gula dan
mengatakan pada pasien bahwa ini adalah obat
yang manjur
Plasebo ini dapat membuat pasien merasa lebih
baik dan bahkan dapat menyembuhkan penyakit
Bagaimana ini dapat terjadi?
Ada pendapat, bahwa jika pasien sangat
percaya bahwa pengobatannya akan
berhasil, maka akan ada efek fisiologis yang
akan mengurangi jumlah hormon stress
kortisol sehingga meningkatkan efektivitas
sistem imun.
Jenis plasebo yang bekerja sangat
berhubungan dengan budaya
Plasebo terutama efektif jika pasien maupun dokter percaya
bahwa mereka dapat menyembuhkan penyakit
Dr. Alan Roberts, head of the Division of Medical Psychology
at Scripps Clinic in La Jolla, California. Selama tahun 1990,
memeriksa catatan dari 6.931 pasien yang memakai satu dari
lima pengobatan yang berbeda yang dikira efektif tetapi
kemudian ditinggalkan karena terbukti tidak efektif.
Pengobatan tersebut meliputi glomektomi (prosedur
pembedahan untuk asma), pembekuan gaster untuk ulkus
peptikum dan tiga prosedur untuk mengobati virus herpes
simplex
Sedangkan fakta dari pengobatan ini adalah 40% pasien
berhasil dengan sangat baik, dan 30% berhasil baik dan
hanya 30% yang dilaporkan tidak membaik
Hasil yang sama diamati oleh tim psikologis yang
dipimpin oleh Andrew Leuchter. Mereka melakukan
penelitian dimana plasebo digunakan untuk
mengobati pasien dengan depresi. Tidak hanya
membuat pasien depresi menjadi lebih baik sesudah
memakai plasebo, tetapi hasil scan otak mereka
menunjukkan peningkatan aktivitas di area yang
berhubungan dengan mood dan memori.
Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada
pengobatan dapat menyebabkan perubahan
organik dalam tubuh.
Pengobatan, baik itu pengobatan oleh sendiri atau
pengobatan modern oleh dokter atau pengobatan
tradisional, prosesnya meliputi dua tahap yang
sama yaitu diagnosis dan pengobatan
Dalam setiap sistem pengobatan, pengobatan
dimulai dengan penemuan gejala dan membuat
diagnosis. Tahap awal ini diikuti dengan pengobatan
spesifik
Satu perbedaan terbesar antara pengobatan tradisional dengan
pengobatan modern adalah waktu yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis dan melakukan pengobatan
Pengobat tradisional Amerika menghabiskan beberapa jam dengan
setiap pasien , memperlihatkan perhatian yang besar. Sebaliknya
kunjungan rutin biasa pada seorang dokter lebih banyak waktu untuk
menunggu dan hanya memerlukan wawancara singkat dengan dokter.
Pada kasus penyakit ringan, dokter biasanya membuat diagnosis dalam
beberapa menit dan segera memberikan pengobatan dan menulis resep.
Waktu yang diperlukan untuk interaksi dengan pasien kurang dari lima
menit, kemudian dokter akan segera memeriksa pasien lain karena
banyaknya pasien. Hal ini menyebabkan beberapa pasien merasa kurang
puas dan kecewa pada kurangnya perhatian dokter terhadap pribadi
mereka.
Perbedaan besar lainnya antara pengobatan tradisional dengan
pengobatan modern adalah pada pengobatan tradisional, pengobatan
dilakukan dalam lingkungan yang kekeluargaan, nyaman dan tanpa
tekanan pada pasien. Biasanya, keluarga dan teman pasien dapat hadir
untuk memberikan dukungan emosional selama pengobatan
Sebaliknya, dokter modern sering mengobati pasien dalam lingkungan
yang asing dan kadang mengintimidasi pasien. Pasien biasanya
dipisahkan dari keluarga dan teman-temannya selama pengobatan
kecuali anak-anak. Tidak heran jika dokter memeriksa tekanan darah
pasien di ruangannya sering lebih tinggi dari normal. Hal ini disebut
"white lab-coat phenomenon" disebabkan karena pasien merasa cemas
karena lingkungan dan situasi yang asing.
Pembagian klasik pelayanan kesehatan :
Tradisional dan modern