Anda di halaman 1dari 20

A S U H A N K E P E R A W ATA N

PAS I E N D E N G A N
KERACUNAN

KELOMPOK 5

YANESITA KOBA

ANGKLI TAKASABARE

NOVITA WAANI

HANNA EMOR
DEFINISI

Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak


sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman,
2009).
Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan makanan adalah
keracunan yang terjadi akibat menelan makanan atau air yang
mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang telah
terkontaminasi racun.
ETIO
LOG
I

Penyebab keracunan makanan adalah kuman


Clostridium botulinum yang hidup dengan kedap
udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat yang
tidak ada udaranya (Junaidi, 2011). Keracunan
makanan dapat disebabkan oleh pencemaran
bahan-bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat
kimia, mikroba, bakteri, virus dan jamur yang
masuk ke dalam tubuh manusia (Suarjana,
2013).
TANDA DAN GEJALA

Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi pada


saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat
menyebabkan diare. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem
saraf adalah adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan
kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan (Arisman, 2009).
patofisilogi

Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung
akan mengadakan perlawanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk
ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang
zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka
tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar
bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan
akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi keluarnya keringat dingin
akan merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan
homeostatis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera
diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan
pingsan sampai kematian.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Gas Darah Arteri
3. Uji Fungsi Ginjal
4. Osmolalitas Serum
5. Elektrokardiogram
6. CT-Scan
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:

• Penatalaksanaan Kegawatan

• Resusitasi

• Pemberian cairan intravena untuk pasien penurunan kesadaran

• Pemberian norit/zat karbon aktif

• Kumbah Lambung

• Pemberian antidot/penawar

• Pemberian antibiotik

• Penilaian Klinis

• Terapi suportif, konsultasi, dan rehabilitasi


Penatalaksanaan keperawatan pasien keracunan meliputi:

• Penatalaksanaan syok bila terjadi.

• Pantaulah tanda vital secara berkala.

• Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.

• Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.

• Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi dan kejang.

• Bila pasien merasa mual dan ingin muntah, anjurkan untuk


memiringkan kepalanya ke samping.

• Kompres hangat pada perut. Hal ini akan meringankan kejang dan nyeri
di perut dan kecenderungan untuk muntah
PENGKAJIAN
1. Survei Primer

Penatalaksanaan keracunan memerlukan suatu pengetahuan tentang


bagaimana mengobati hipoventilasi, koma, syok, kejang, dan psikosis.
Pertimbangan toksikokinetik yang mendetil titik banyak artinya bila fungsi-
fungsi vital tidak dipertahankan. Hipoventilasi dan koma memerlukan
perhatian khusus pada penatalaksanaan saluran napas. Gas darah arteri harus
sering diperiksa, dan aspirasi isi lambung harus dicegah. Penatalaksanaan
cairan dan elektrolit mungkin kompleks. Monitoring berat badan, tekanan vena
sentral, tekanan yang mendesak kapiler paru, dan gas darah arteri diperlukan
untuk memastikan pemberian cairan mencukupi tetapi tidak berlebihan.
Dengan tindakan suportif yang tepat untuk koma, syok, kejang, dan agitasi,
umumnya memberikan harapan hidup bagi pasien keracunan.
2. Survei Sekunder

a. Riwayat: Pernyataan dengan mulut tentang jumlah dan jenis obat yang ditelan
dalam kedaruratan toksik mungkin tidak dapat dipercayai.

b. Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan yang cepat harus dilakukan dengan penekanan


pada daerah yang paling mungkin memberikan petunjuk ke arah diagnosis
toksikologi. Hal ini termasuk tanda-tanda vital, mata dan mulut, kulit, abdomen,
dan sistem saraf.

 Tanda-tanda vital. Evaluasi dengan teliti tanda-tanda vital (tekanan darah,


denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh) merupakan hal yang esensial dalam
kedaruratan toksikologi

 Mata. Mata merupakan sumber informasi toksikologi yang berharga.

 Mulut. Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat


korosif. atau jelaga dan inhalasi asap.
 Kulit. Kulit sering tampak merah, panas, dan kering pada keracunan dengan
atropin dan antimuskarinik lain. Keringat yang berlebihan ditemukan pada
keracunan dengan organofosfat, nikotin, dan obat-obat simpatomimetik.

 Abdomen. Pemeriksaan abdomen dapat menunjukkan ileus, yang khas pada


keracunan dengan antimuskarinik, narkotik, dan obat sedatif.

 Sistem saraf. Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial.


C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap
Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
Pemeriksaan EKG.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis.

2. Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake


tidak adekuat (anoreksia, mual dan muntah), kesulitan menelan.

4. Defisit volume cairan b/d muntah, diare.

5. Hambatan mobilitas fisik b/d paralisis, ketidakmampuan otot


berkontraksi.

6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.


INTERVENSI
NO Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, durasi
frekuensi, karakteristik, kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan 1x 24 jam diharapkan
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
nyeri berkurang, menghilang dengan
3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
kriteria hasil: 4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Pain level, dibuktikan dengan respon pencahayaan dan kebisingan

nonverbal pasien menunjukkan tidak 5) Kurangi faktor presipitasi nyeri


6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
ada nyeri, tanda vital dalam batas
7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi,
normal, tidak ada masalah pola tidur,
kompres hangat/ dingin
pasien melaporkan nyeri berkurang. 8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
Pain control, dibuktikan dengan pasien 9) Tingkatkan istirahat
dapat melakukan teknik 10) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
nonfarmakologis untuk mengurangi
11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
nyeri.
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign

keperawatan 1x 24 jam 2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas

diharapkan pola nafas menjadi buatan

efektif dengan kriteria hasil: 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan

NOC : Status Pernapasan : ventilasi

Pertukaran Gas tidak akan 4. Monitor status respirasi: adanya suara

terganggu dibuktikan dengan : nafas tambahan

Kesadaran composmentis, TTV 5. Kolaborasi dengan tim medis: pemberian

menjadi normal, pernafasan oksigen

menjadi normal yaitu tidak

mengalami nafas

Dangkal
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake dan output makanan/cairan

keperawatan selama 1 x 24 jam dan hitung masukan kalori perhari sesuai


pemenuhan nutrisi dapat kebutuhan
adekuat/terpenuhi dengan 2. Kaji kebutuhan nutrisi parenteral

kriteria hasil:
3. Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
Status Gizi Asupan Makanan
4. Bantu pasien memilih makanan yang lunak
dan Cairan ditandai pasien
dan lembut
nafsu makan meningkat, mual
5. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai
dan muntah hilang, pasien
batas diet yang dianjurkan
tampak segar
6. Kolaborasikan pemberian anti emesis
Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi
sesuai indikasi
dibuktikan dengan BB

meningkat, BB tidak turun.


No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
4. Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor intake dan output,

keperawatan selama 1x24 karakter serta jumlah feses

jam diharapkan kebutuhan 2) Observasi kulit kering berlebihan

cairan terpenuhi dengan dan membran mukosa,

kriteria hasil: penurunan turgor kulit

a. Tidak adanya tanda-tanda 3) Anjurkan klien untuk

dehidrasi meningkatkan asupan cairan per

b. Vital sign dalam batas oral

normal 4) Kolaborasi pemberian cairan

paranteral sesuai indikasi


No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
5. Setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan batasan pergerakan sendi

keperawatan selama 1x24 jam dan efeknya terhadap fungsi sendi

diharapkan kemampuan 2) Monitor lokasi dan kecenderungan

mobilitas fisik meningkat adanya nyeri dan ketidaknyamanan

dengan kriteria hasil: selama pergerakan/aktivitas

a. Kekuatan otot meningkat 3) Lakukan latihan ROM pasif atau ROM

b. Tidak ada kaku sendi dengan bantuan, sesuai indikasi

c. Dapat bergerak dengan 4) Jelaskan pada pasien atau keluarga

mudah manfaat dan tujuan melakukan latihan

sendi

5) Dukung pasien untuk melihat gerakan

tubuh sebelum memulai latihan


No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
6. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya pembatasan

keperawatan selama 1x24 klien dalam melakukan aktivitas

jam diharapkan klien dapat 2. Kaji adanya fakor yang

memenuhi kebutuhan menyebabkan kelelahan

dirinya dengan kriteria 3. Monitor nutrisi dan sumber energi

hasil: yang adekuat

a. Ketidaknyamanan 4. Bantu klien dalam memenuhi

setelah beraktivitas kebutuhannya

berkurang 5. Bantu klien dalam melakukan

b. Dapat memenuhi aktivitas sehari-hari

kebutuhan sehari-hari.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai