Anda di halaman 1dari 8

BAB II

Tinjauan Teori

A. Pengertian paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan


memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam
jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,
fisik, psikososial dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002).
Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, sebelum meninggal sudah siap secara psikologis dan
spiritual. Etik adalah Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan,
sistem nilai,standar perilaku individu dan atau kelompok tentang
penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik
dan mana yang buruk, apa yang
merupakan kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.
Etika Keperawatan adalah Kesepakatan / peraturan tentang
penerapan nilai moral dan keputusan keputusan yang ditetapkan untuk
profesi keperawatan (Wikipedia,2008).

B. Dasar Hukum Keperawatan Paliatif

Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi :


1. Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. Menkes

NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007)
a. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
1. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif melalui komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan
pasiendan keluarganya.
2. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan
kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran
(medis) yang membutuhkan informed consent, tetapi pada
perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan yang
berisiko dilakukan informed consent.
4. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan
diutamakan pasien sendiri apabila ia masih kompeten,
dengan saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang
cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi
dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak
kompeten, makakeluarga terdekatnya melakukannya atas
nama pasien.
5. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk
memperoleh pesan atau pernyataan pasien pada saat ia
sedang kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau
tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya
kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat
memuat secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau
tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya menunjuk
seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam membuat
keputusan pada saat ia tidak kompeten. Pernyataan tersebut
dibuat tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi tim
perawatan paliatif.
6. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien,
tim perawatan paliatif dapat melakukan tindakan
kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat diberikan
pada kesempatan pertama.
b. Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif.
1. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan
resusitasi dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh
Tim Perawatan paliatif.
2. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada
saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
3. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya
untuk membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan
tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced
directive) atau dalam informed consent menjelang ia
kehilangan kompetensinya.
4. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat
keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam
advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan
tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan patut,
permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat
dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
5. Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang
ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal dan
tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau
memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada
saat tersebut
c. Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan
umum yang berlaku. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim
perawatan paliatif harus mengikuti pedoman penentuan kematian
batang otak dan penghentian peralatan life-supporting.
d. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien paliatif.
Tindakan yang bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenaga
medis, tetapi dengan pertimbangan yang mempertimbangkan
keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
2. Medikolegal Euthanasia
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu
untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.
C. Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif

1. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang perawatan mulai dari


medis perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara
praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan
prinsip pada praktek medis yang baik. Prinsip dasar perawatan paliatif :
(Rasjidi, 2010)

a. Sikap peduli terhadap pasien

Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala aspek


dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan. Pendekatan
yang dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi. Faktor karakteristik,
kepandaian, suku, agama, atau faktor induvidal lainnya tidak boleh
mempengaruhi perawatan.
b. Menganggap pasien sebagai seorang individu.
Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun
gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun yang sama
persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harus inilah yang
harus dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk
tiap individu.
c. Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien. Perbedaan ini harus diperhatikan
dalam perencanaan perawatan .
d. Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlakdiperlukan sebelum perawatan
dimulai atau diakhiri. Pasien yang telah diberi informasi dan setuju
dengan perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti
segala usaha perawatan.
e. Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya
harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal
sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.
f. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan
keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam
pelaksanaan perawatan paliatif.
g. Aspek klinis :
Perawatan yang sesuaisemua perawatan paliatif harus sesuai dengan
stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita pasien.Hal ini
penting karena karena pemberian pareawatan yang tidak sesuai, baik
itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan pasien.
Pemberian perawatn yang berlebihan beresiko untuk memberikan
harapan palsu kepada pasien.Hal ini berhubungan dengan masalah
etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang diberikan hanya
karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia
adalah tidak etis.
h. Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang
profesi perawatan palitif memberikan perawtan yang bersifat holistik
dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup
keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang baik dari
masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang
maksimal kepada pasien dan keluarga.
i. Kualitas perawatan yang sebaik mungkin
Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi dan berkelanjutan.
Perawatn medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan
terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan
sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.
j. Perawatan yang berkelanjutan.
Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir.
merupakan dasr tujuan dari parawtan paliatf.Masalah yang sering
terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu tempat ketempat lain
sehingga sulit untuk mempertahankan komunitas perawatan .
k. Mencegah terjadinya kegawatan
Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk
mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi
dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluarga harus diberituaukan
sebelumnya mengenai masalah yang sering terjadi dan membentuk
rencana untuk meminimalisasi stress fisik dan emosional.
l. Bantuan kepada sang perawat
Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress
fisik dan emosianal terutama apabila pasien dirawat di rumah sehingga
perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka, mengingat keberhasilan
dari perawatan paliatif tergantung dari pemberi perawatan.

2. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikirlogis dan mampu membuat keputusan sendiri.prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.

1. Non maleficence (tidak merugikan)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkewajiban jika
melakukan suatu tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain.
2. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlukan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti
3. Beneficience (berbuat baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang yang baik. Kebaikan
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain
.Terkadang dalam situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
4. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika tim perawatan
paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
5. Kerahasiaaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang
pasien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak
ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali diizinkan
oleh pasien dengan bukti persetujuannya
6. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung
jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang
lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
DAFTAR PUSTAKA

https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-Paliatif-

Kelompok-1(04/09/2018;07:42)
Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan.
Edisi 2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai