Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Sumbara, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun oleh :
Kelompok 2
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan atas kehadilan Allah SWT karena atas rahmat
dan kehendak-Nya penulis masih diberi kesempatan, kekuatan, serta pikiran sehingga
dapat menyelsaikan makalah EBP ini dengan judul “Pemberian Progressive Muscle
Relaxation (PMR) pada Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang Anggrek
RSUD Kota Bandung ”.
Dalam makalah ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, masukan serta bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., M.Pd., MH.Kes selaku ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana Bandung
2. Dr. Entris Sutrisno, MH. Kes., Apt. selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
Bandung
3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Dekan Universitas Bhakti Kencana
Bandung
4. Lia Nurlianawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku ketua Program Studi Fakultas
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung
5. Sumbara, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan serta motivasi yang
berharga kepada penulis
6. Ns. Suhastuti, S.Kep Kep selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan serta motivasi yang
berharga kepada penulis.
7. Seluruh dosen, Staff pengajar dan karyawan program studi Profesi Ners
Universitas Bhakti Kencana Bandung
i
D
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan makalah ini dan
semoga bermanfaat bagi semua yang berkepentingan.
Kelompok 2
ii
D
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................4
1.4 Manfaat...................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................5
2.1 Konsep Ulkus Diabetikum....................................................................................5
2.1.1 Definisi...................................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................6
2.2.1 Etiologi............................................................................................................8
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus.......................................................................10
2.2.3 Patofisiologi & Pathway..............................................................................11
2.2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................11
2.2.5 Pemeriksaan penunjang..............................................................................13
2.2.6 Komplikasi...................................................................................................13
2.2.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus & Ulkus Diabetikum........................15
2.2 Konsep Progressive Muscle Relaxation (PMR).................................................17
2.2.1 Definisi PMR................................................................................................17
2.2.2 Manfaat........................................................................................................18
2.2.3 Mekanisme PMR terhadap Gula Darah....................................................19
2.2.4 Prosedur PMR.............................................................................................19
BAB III ANALISIS JURNAL.............................................................................................23
3.1 Langkah-langkah Evidance Based Practice (EBP)...........................................23
3.2 Pembahasan Analisis Jurnal...............................................................................39
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN....................................................................................43
4.1 Simpulan...............................................................................................................43
4.2 Saran.....................................................................................................................43
iii
D
BAB I
PENDAHULUAN
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan
juta jiwa berusia dewasa yang menyandang penyakit DM di dunia pada tahun
2015 dan diperkirakan akan meningkat sampai 642 juta pada tahun 2040.
Sebanyak 5 juta kasus kematian akibat DM terjadi pada tahun 2015. Sekitar 87-
91% dari semua kasus diabetes yang ada di dunia adalah diabetes tipe II, 7-12%
diabetes tipe I, dan 1-3% diabetes lain. IDF membagi wilayah studi populasi DM
menjadi tujuh bagian dimana Indonesia termasuk dalam wilayah Pasifik Barat.
Diperkirakan pada tahun 2015 sebanyak 9,3% atau setara dengan 153 juta
1
D
DM dan sebesar 1,9 juta jiwa mengalami kematian akibat DM. Indonesia
Unite of States America, Brazil, Russian Federation dan Mexico dengan total
10 juta kasus serta diperkirakan Indonesia akan naik keperingkat enam pada
tidak menular penyebab kematian pada semua usia setelah asma, penyakit paru
obstruksi kronik (PPOK), dan kanker dengan persentase 2,1%. Riskesdas 2018
gula darah, diabetes melitus di Indonesia naik dari 6,9% menjadi 8,5%
(Riskesdas 2018). Prevalensi Diabetes Melitus di Jawa Barat naik dari 1,3%
penyebab utama paling lazim untuk terjadinya gagal ginjal tahap akhir. Selain itu,
bawah nontraumatik. Kondisi seperti ini sering kali membuat pasien stres dan
Stres yang menetap menimbulkan respon stres berupa aktivasi sistem saraf
simpatis dan peningkatan kortisol. Kortisol ini akan meningkatkan konversi asam
2
D
amino, laktat, dan piruvat di hati menjadi glukosa melalui proses glukoneogenes
is, dengan demikian stres akan meningkatkan kadar glukosa darah. Di lain pihak
peristiwa kehidupan yang penuh stres telah dikaitkan dengan perawatan diri yang
buruk pada penderita diabetes seperti pola makan, latihan, dan penggunaan obat-
me pengelolaan stres yang dapat dilakukan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.
3
D
1.4 Manfaat
4
D
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
D
(zaidah,2012)
a. Kelenjar pankreas
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak
retroperitonial dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan
II. Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya
sampai ke lien (limpa). Pankreas mendapat darah dari arteri lienalis dan arteri
masenterika superior. Duktus pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus
dan masuk ke duodenum, pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar
endokrin dan kelenjar eksokrin.Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin
bagian dari kelompok sel yangmembentuk pulau-pulau langerhans. Pulau-
pulau langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh pankreas. Dalam tubuh
manusiaterdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans yang dibedakan atas
6
D
granulasi dan pewarnaan, setengah dari sel ini menyekresi hormon insulin.
Dalam tubuh manusia normal pulau langerhans menghasilkan empat jenis sel:
1) Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi factor
hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif
2) Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
3) Sel-sel D 5-15% membuat somatostasin
4) Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino, satu
sama lain di hubungkan oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat berfungsi ia
harus berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam membrane sel.
Sekresi insulin dikendalikan oleh kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah
yang berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan bila kadar glukosa
normal atau rendah maka sekresi insulin akan berkurang.
c. Efek insulin:
1) Efek insulin pada metabolisme karbohidrat, glukosa yang diabsorbsi
dalam darah menyebabkan sekresi insulin lebih cepat, meningkatkan
penyimpanan dan penggunaan glukosa dalam hati, dan meningkatkan
7
D
8
D
gizi yang dapat digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinativum.
(Syarifuddin, 2013)
2.2.1 Etiologi
1. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak
beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia. Pada
kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk
mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka,
dan jaringan adiposa. DM tipe II yang baru didiagnosis sudah mengalami
komplikasi.
1. Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Meski tidak ada
kaitan HLA yang terindentifikasi, anak dari penyandang DM tipe II
memiliki peningkatan resiko dua hingga empat kali menyandang DM
tipe II dan 30% resiko mengalami, intoleransi aktivitas
(ketidakmampuan memetabolisme karbihodrat secara normal).
2. Kegemukan, didefinisikan kelebihan berat badan minimal 20% lebih
dari berat badan yang diharapkan atau memiliki indeks massa tubuh
(IMT) minimal 27 kg/m. Kegemukan, khususnya viseral (lemak
abdomen ) dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin.
3. Tidak ada aktivitas fisik.
4. Ras/etnis.
5. Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik atau
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.
6. Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥ 35 mg/dl dan
atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl.
9
D
10
D
1) Derajat 0: Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan utuh
dengan adanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti
Claw, Callus
2) Derajat I : Ulkus Superfisial yang terbatas pada kulit
3) Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon dan tulang
4) Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa adanya osteomielitis
5) Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal
kaki dengan atau tanpa adanya selulitis
6) Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada
tungkai.
11
D
12
D
2.2.6 Komplikasi
Menurut (Russel, 2011),komplikasi jangka panjang pada diabetes melitus yaitu :
1. Serangan jantung (kardiopati diabetik)
13
D
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
dan Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit.Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
DM dengan neuropati perifer.
Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula
berlebih pada jaringan yangmerupakan media yang baik sekali bagi kuman,
ulkus timbul pada daerah yang sering mendapat tekanan ataupun trauma
pada daerah telapak kaki ulkus berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari
14
D
15
D
d) Serat
Dianjurkan makan makanan dengan serat yang tinggi dalam
1000kkl/hari serat mencapai 25g
4) Farmakoterapi
16
D
17
D
PMR merupakan salah satu intervensi yang bisa berikan untuk pasien DM
karena memiliki efek relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri. Latihan PMR
ini mampu mengurangi ketegangan otot, stress, menurunkan tekanan darah,
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas
sehingga kualitas hidup pasien DM meningkat (Smeltzer & Bare, 2008).
2.2.2 Manfaat
18
D
Stuart & Laraia (2005) dalam Nuwa, Kusnanto & Utami (2018) menjelaskan
bahwa seseorang yang mengalami ansietas akan mengalami ketidakseimbangan
secara fisik seperti perubahan pada tanda-tanda vital, gangguan pola makan, pola
tidur dan adanya ketegangan otot. Kecemasan mencetuskan beberapa sensasi dan
perubahan fisik, meliputi peningkatan aliran darah menuju otot, ketegangan otot,
mempercepat atau memperlambat pernapasan, meningkatkan denyut jantung dan
menurunkan fungsi digestif. Ketegangan otot merupakan salah satu tanda yang
sering terjadi pada kondisi stress dan ansietas yang merupakan persiapan tubuh
terhadap potensial kejadian berbahaya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pada
kondisi ansietas, individu akan memerlukan banyak energi untuk mengembalikan
ketidakseimbangan yang terjadi akibat respon ansietas yang dialami (Program
Magister dan Ners Spesialis Keperawatan Jiwa, 2016). Jacobson (1938) dalam
Nuwa, Kusnanto & Utami (2018) mengatakan manfaat PMR adalah untuk
mengurangi komsumsi oksigen tubuh, laju metabolisme tubuh, laju pernapasan,
ketegangan otot, kontraksi ventricular prematur dan tekanan darah sistolik serta
gelombang alpha otak serta dapat meningkatkan beta endorphin dan berfungsi
meningkatkan imun seluler. Relaksasi dapat digunakan sebagai keterampilan
koping yang aktif jika digunakan untuk mengatasi kecemasan.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam Hidayati (2018) PMR dapat
menurukan gula darah pada pasien DM. Dengan memunculkan kondisi rileks.
Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada jalur aferen ke otak dimana
aktivasi menjadi inhibisi. Perubahan impuls saraf ini menyebabkan perasaan
tenang baik fisik maupun mental seperti berkurangnya denyut jantung,
menurunkan kecepatan metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah peningkatan
gula darah. Hipofisis anterior juga inhibisi sehingga ACTH yang menyebabkan
sekresi kortisol menurun sehingga proses gluconeogenesis, katabolisme protein
dan lemak yang berperan meningkatkan gula darah akan menurun. Hal ini selaras
menurut Dafianto (2016) dalam Simamora & Simanjuntak (2017) setelah
19
D
melakukan PMR, pasien akan rileks dan ada beberapa efek yang ditimbulkan
seperti kecepatan kontraksi jantung menurun dan merangsang sekresi hormon
insulin. Dominasi sistem saraf parasimpatis akan merangsang hipotalamus untuk
menurunkan sekresi corticotropin releasing hormone (CRH). Penurunan CRH
akan mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi sekresi hormon
adenokortikotropik (ACTH). Keadaan ini dapat menghambat proses
glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel, sehingga kadar
gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas normal.
Minta klien untuk melepaskan kacamata dan jam tangan serta melonggarkan ikat
pinggang (jika klien menggunakan ikat pinggang) Atur posisi klien pada tempat
duduk atau ditempat tidur yang nyaman. Anjurkan klien menarik nafas dalam
hembuskan secara perlahan (3‐5 kali) dan katakan rileks (saat menginstruksikan
pertahankan nada suara lembut) Terapis mendemonstrasikan gerakan 1 sampai
dengan 6 yaitu mulai proses kontraksi dan relaksasi otot diiringi tarik nafas dan
hembuskan secara perlahan meliputi :
1.Gerakan 1 : Gerakan pertama ditujukan untuk otot dahi dan mata yang dilakukan
dengan cara mengerutkan dahi dan alis sekeras‐kerasnya, memejamkan mata
sekuat‐kuatnya hingga kulit terasa mengerut dan dirasakan ketegangan disekitar
dahi, alis dan mata. Lemaskan dahi, alis dan mata secara perlahan hingga 10 detik
lakukan kembali sekali lagi.
20
D
6.Gerakan 6: Gerakan keenam bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan.
Gerakan ini dilakukan dengan cara tekuk atau turunkan dagu hingga menyentuh
dada, kemudian pasien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian depan. Lemaskan dan angkat
dagu secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi. e. Minta klien
meredemonstrasikan kembali gerakan 1 sampai dengan 6 f. Terapis memberikan
umpan balik dan pujian terhadap kemampuan yang telah dilakukan klien g. Minta
klien untuk mengingat gerakan 1 sampai dengan 6 dalam terapi PMR ini. Terapis
mendemonstrasikan gerakan 7 sampai dengan 13 yaitu mulai proses kontraksi dan
relaksasi otot diiringi tarik nafas dan hembuskan secara perlahan meliputi :
Relaksasi untuk mengendurkan bagian otot‐otot bahu dapat dilakukan dengan cara
mengangkat kedua bahu kearah telinga setinggi. Lemaskan atau turunkan kedua
bahu secara perlahan hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi. Fokus perhatian
21
D
gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas dan
leher
8.Gerakan 8: Gerakan ketujuh ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan
dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
Selanjutnya pasien diminta membuat kepalan ini semakin kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, pasien dipandu
untuk merasakan rileks selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri dilakukan dua
kali sehingga pasien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan rileks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan
10.Gerakan 10: Gerakan kesepuluh adalah untuk melatih otot‐otot lengan atau
biseps. Otot biseps adalah otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan.
Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot‐otot lengan
bagian dalam menegang. Lemaskan atau turunkan kedua tangan secara perlahan
hingga 10 detik lakukan kembali sekali lagi
12.Gerakan 12: Gerakan dua belas bertujuan untuk melatih otot‐otot perut.
22
D
Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik perut kearah dalam atau
mengempiskan sekuat‐kuatnya. Tahan selama 10 detik hingga perut terasa
kencang dan tegang. Lemaskan perut secara perlahan hingga 10 detik, lakukan
kembali sekali lagi
13.Gerakan 13: Gerakan tigabelas ditujukan untuk otot‐otot betis. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menarik kedua telapak kaki kearah dalam sekuat‐kuatnya
dan kedua tangan berusaha menggapai ibu jari hingga terasa tegang di kedua betis
selama 10 detik. Lemaskan kedua kaki secara perlahan hingga 10 detik, lakukan
kembali sekali lagi.
Minta klien untuk mengingat gerakan 1 sampai dengan 6 dalam terapi PMR ini.
23
D
BAB III
ANALISIS JURNAL
90% dari total kasus diabetes merupakan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2
umumnya terjadi pada orang dewasa, namun beberapa tahun terakhir juga
ditemukan pada anak-anak dan remaja. Hal ini berkaitan erat dengan pola diet
tidak seimbang dan kurang aktivitas fisik yang membuat anak memiliki berat
badan berlebih atau obesitas. Orang yang hidup dengan diabetes tipe 2
memiliki gejala yang begitu ringan. Penderita tidak akan menyadari kondisi
kesehatannya tengah terganggu dalam jangka waktu yang lama, sehingga
penyakit ini pun cenderung terabaikan. Namun penyakit diabetes tipe 2 akan
diam-diam merusak fungsi berbagai organ tubuh dan menyebabkan berbagai
komplikasi serius seperti penyakit kardiovaskular, kebutaan, gagal ginjal, dan
amputasi anggota tubuh bagian bawah. Diabetes yang tidak ditanggulangi
segera dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitas dan kematian
dini (Kemenkes, 2018).
24
D
25
D
3. Step 2
1) Mencari kata kunci untuk mengumpulkan bukti-bukti
Keyword :
Diabetes Millitus tipe 2, Progressive Muscle Relaxation
Mencari Literature :
Mesin pencairan yang dapat digunakan yaitu Google Scholar sebanyak
25.900 kemudian dipilih 5 jurnal yang paling sesuai, 3 jurnal nasional
dan 2 jurnal internasional.
Bukti Literature
1. Akbar, M. A., Malini, H., & Afriyanti, E. (2018). Progressive
Muscle Relaxation in Reducing Blood Glucose Level among Patients
with Type 2 Diabetes. Jurnal Keperawatan Soedirman, 13(2), 77-83.
Diakses melalui google scholar pada 27 November 2021
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/w1112
2. Avianti, N., Desmaniarti, Z., & Rumahorbo, H. (2016). Progressive
muscle relaxation effectiveness of the blood sugar patients with type
2 diabetes. Open Journal of Nursing, 6(3), 248-254. Diakses melalui
google scholar pada 27 November 2021
https://www.scirp.org/journal/paperinformation.aspx?paperid=65196
3. Herlambang, U., Kusnanto, K., Hidayati, L., Arifin, H., & Pradipta,
R. O. (2019). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap
Stres dan Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. Critical Medical and Surgical Nursing Journal, 8(1),
45-55. Diakses melalui google scholar pada 27 November 2021
26
D
27
D
28
D
breathing
(SDB) dengan
senam DM
dan
progressive
muscle
relaxation
(PMR)
terhadap kadar
glukosa darah
pada klien DM
Tipe 2 di
puskesmas
Welahan I
kabupaten
Jepara.
29
D
30
D
d
e
s
i
g
n
.
3 Dian Arif Wellness Untuk P Penderita Diabetes Dijelas Dalam jurnal
Wahyudi, and Healthy mencegah e Diabetes Melitus Tipe 2 kan penelitia ini
Indah Arlita Magazine komplikasi n Melitus Tipe 2 terkontrol secara tidak
Volume 1, dan e yang sebelum rinci dicantumkan
progressive nomor 1, menjaga l tergabung dilakukan nilai abstrak dalam
Muscle February kondisi i dalam intervensi nilai pemeri bahasa
Relaxation 2019, p. 93- kesehatan t komunitas mean kadar ksaan indonesia,
terhadap 100 DM tipe 2 i Diabetes glukosa darah glukos tidak
kadar gula dengan a Melitus Tipe 2 sebesar 155,61 a darah dicantumkan
darah mengontrol n di RSUD mg/dl ± saat kriteria
31
D
32
D
r responden Relaxation
i dalam efektif untuk
m kondisi menurunkan
e nyaman dan kadar glukosa
n fokus darah pada
t dalam pasien
a pemberian Diabetes
l Progressive Melitus Tipe 2
Muscle terkontrol.
t Relaxation Hasil analisis
w 2. responden pada
o diajarkan kelompok
tehnik Diabetes
g relaksasi Melitus Tipe 2
r napas tidak
o dalam terkontrol
u sebelumnya sebelum
p . dilakukan
intervensi nilai
p mean kadar
r glukosa darah
e 311,69 mg/dl
- ± 64,477 dan
p setelah
o intervensi
s kadar glukosa
t darah
t mengalami
e perubahan
s 271,54 mg/dl
t ± 60,363. hasil
ini
d menunjukan
e
33
D
s kadar glukosa
i darah
g responden
n Diabetes
Melitus Tipe 2
tidak
terkontrol
cukup tinggi,
setalah
dilakukan
intervensi
Progressive
Muscle
Relaxation
mengalami
penurunan
namun masih
dalam ambang
rerata diatas
normal. Hasil
uji paired t-
test nilia sign
0,001 secara
statistik
menunjukan
bahwa
Progressive
Muscle
Relaxation
juga efektif
untuk
menurunkan
kadar glukosa
34
D
darah pada
pasien
Diabetes
Melitus Tipe 2
tidak
terkontrol
4 M. Agung Jurnal Untuk q 30 pasien yang menunjukkan menjel Tidak
Akbar, Hema Keperawata menentuka u dipilih bahwa mean askan dijelaskan
Malini, Esi n Soedirman n pengaruh a menggunakan kadar glukosa standar banyaknya
Afriyanti 13 (2) 2018 : PMR s simple random darah pada operasi populasi
77 – 83 terhadap i sampling saat pre-test onal dalam
Progressive penurunan dibagi menjadi dan posttes prosed penelitian
Muscle kadar gula e kelompok pada ur
Relaxation darah pada x intervensi dan kelompok (SOP)
(PMR) is pasien DM p kontrol (15 intervensi secara
Effective to tipe 2. e responden adalah 292,07 mende
Lower Blood r dalam setiap mg/dl dan tail
Glucose i kelompok) 211,60 mg/dl
Levels of m Kriteria masing-
Patient with e sampel adalah masing.
Type 2 n 1. pasien Sedangkan
Diabetes t T2DM pada
Millitus a tanpa kelompok
l diabetes kontrol, rata-
terkait rata kadar
t komplikasi glukosa darah
w 2. diterima pada pre-test
o terapi dan postuji
farmakolog adalah 294,13
g is dan diet mg/dl dan
r dari rumah 230,33 mg/dl
o Sakit masing-
u 3. memiliki masing. Uji-t
p
35
D
36
D
37
D
38
D
Relaxation (PMR) yang diberikan selama 15-30 menit secara signifikan dapat
yang mudah dilakukan namun efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah.
sekresi leptin sehingga membantu masuknya gula ke dalam sel, karena pada
otot yang aktif sensitifitas reseptor insulin pun akan meningkat sehingga
pengambilan gula meningkat 7-20 kali lipat Hal ini disebabkan kepekaan
reseptor insulin yang aktif pada waktu melakukan latihan fisik aliran darah
banyak reseptor insulin pada intrasel atau reseptor insulin pada otot yang
Relaxation (PMR) secara signifikan dapat menurunkan kadar gula darah pada
39
D
Practice sehingga perawat dan tenaga kesehatan yang lain mau melakukan
Bentuk-bentuk desiminasi :
1. Melalui oral presentasi
2. Melalui panel presentasi
3. Melalui roundtable presentasi
4. Melalui poster presentasi
5. Melalui small-group presentasi
6. Melalui podcast/vodcast presentasi
7. Melalui community meetings
8. Melalui hospital/organization-based & professional committee meetings
9. Melalui journal clubs
10.Melalui publishing
otot tubuh (maind-body theraphy) kondisi stress yang dialami oleh penderita DM
tipe 2 baik secara fisik maupun psikologis dikarenakan pola hidup yang buruk
baik dari pola makan, dan penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi selama
40
D
mg/dl dan dan tidak terkontrol > 200 mg/dl dengan kriteria tanpa adanya
komplikasi dibedakan berdasarkan kadar glukosa darah 2 jam puasa dan keduanya
mean kadar glukosa darah sebesar 155,61 mg/dl ± 29,144, sedangkan setelah
dilakukan intervensi mengalami perubahan nilai mean kadar gula darah 133,69
mg/dl ± 30,546 hasil ini menunjukan kadar glukosa darah mengalami penurunan
pada responden tersebut namun tetap dengan rerata glukosa darah normal. Hail uji
paired t-test menunjukan nilai sign 0,001 secara statistik menunjukan bahwa
tipe 2 tidak terkontrol sebelum dilakukan intervensi nilai mean kadar glukosa
darah 311,69 mg/dl ± 64,477 dan setelah intervensi kadar glukosa darah
mengalami perubahan 271,54 mg/dl ± 60,363. hasil ini menunjukan kadar glukosa
masih dalam ambang rerata diatas normal. Hasil uji paired t-test nilai sign 0,001
efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2 tidak
terkontrol.
rogressive Muscle Relaxation (PMR) efektif untuk menurunkan kadar gula darah
41
D
gula darah (KGD) pada pasien DM tipe 2 erat kaitannya dengan stres yang
dialami pasien baik fisik maupun psikologis. Selama stres, hormon- hormon yang
kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat. Selain itu peristiwa kehidupan yang
penuh stres telah dikaitkan dengan perawatan diri yang buruk pada penderita
darah pasien DM tipe 2 memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil pre-test tentang
kadar gula darah pasien DM tipe 2 pada kelompok perlakuan dalam penelitian
PMR dapat menurukan gula darah pada pasien DM dengan memunculkan kondisi
rileks. Pada kondisi ini terjadi perubahan impuls saraf pada jalur aferen ke otak
perasaan tenang baik fisik maupun mental seperti berkurangnya denyut jantung,
gula darah. Perubahan impuls saraf ini menyebabkan perasaan tenang baik fisik
metabolisme tubuh dalam hal ini mencegah peningkatan gula darah. Dalam
Simamora & Simanjuntak (2017) setelah melakukan PMR, pasien akan rileks dan
ada beberapa efek yang ditimbulkan seperti kecepatan kontraksi jantung menurun
dan merangsang sekresi hormon insulin. Dominasi sistem saraf parasimpatis akan
42
D
sel, sehingga kadar gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas
normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Avianti et al., (2016) yang dilakukan pada
(n=24) dan kelompok control (n=24) diperoleh pada kelompok intervensi nilai
rata-rata KGD sebelum latIhan PMR adalah 262,00 mg/dl dan rata-rata KGD
setelah latihan PMR adalah 183,87 mg/dl. Latihan PMR pada peneitian ini
dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan dilakukan 6x sehari pada pagi dan
malam hari. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh penelitian yang dilakukan oleh
Akbar et al., 2018 yang dilakukan pada 30 responden dan membaginya dalam 2
kelompok yaitu kelompok intervensi (n=15) dan kelompok control (n=15) yang
dilakukan selama 3 hari berturut – turut dengan durasi 25-30 menit diperoleh hasil
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat KGD antara kelompok intervensi dan
kelompok control (p<0,05). PMR dapat digunakan sebagai salah satu intervensi
43
D
BAB IV
4.1 Simpulan
Dari 5 jurnal didapatkan bahwa pemberian Progressive Muscle
Relaxation (PMR) secara signifikan dapat menurunkan kadar gula darah pada
4.2 Saran
44
D
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. A., Malini, H., & Afriyanti, E. (2018). Progressive Muscle Relaxation in
Reducing Blood Glucose Level among Patients with Type 2 Diabetes. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 13(2), 77-83.
Avianti, N., Desmaniarti, Z., & Rumahorbo, H. (2016). Progressive muscle relaxation
effectiveness of the blood sugar patients with type 2 diabetes. Open Journal of
Nursing, 6(3), 248-254.
Herlambang, U., Kusnanto, K., Hidayati, L., Arifin, H., & Pradipta, R. O. (2019). Pengaruh
Progressive Muscle Relaxation terhadap Stres dan Penurunan Kadar Gula Darah
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Critical Medical and Surgical Nursing
Journal, 8(1), 45-55.
Hidayati, R. (2018). Pengaruh progressive Muscle Relaxation Terhadap Gula Darah pada
Pasien Diabetes Militus Tipe 2 di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan Aluih
Sicincin Tahun 2016. Jurnal Menara Ilmu, 12(4).
Kemenkes. (2018). Lindungi Keluarga Dari Diabetes.
http://p2ptm.kemkes.go.id/post/lindungi-keluarga-dari-diabetes. Diakses tanggal 28
November 2021
Kurniati, T., & Supriyatna, N. (2017). Perbandingan Pengaruh Kombinasi Senam DM dan
Slow Deep Breathing (SDB) dengan Kombinasi Senam DM dan Progressive Muscle
Relaxation (PMR) Terhadap Kadar Glukosa Darah (KGD) Pada Klien Dm Tipe 2 di
Puskesmas Welahan I Kabupaten Jepara Jawa Tengah, Tahun 2016. Indonesia
Jurnal Perawat, 2(1), 14-19.
Mashudi. (2011). Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap kadar glukosa darah
pasien diabetes miletus tipe 2. Ui, F I K, pp. 1–120.
Najafi Ghezeljeh, T., Kohandany, M., Oskouei, F., and Malek, M . (2017) ‘The Effect of
Progressive Muscle Relaxation on Glycated Hemoglobin and Health-related Quality
of Life in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus’, Applied Nursing Research, 33,
pp. 142–148.
Wahyudi, D. A., & Arlita, I. (2019). Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kadar
Glukosa Darah Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol. Wellness
And Healthy Magazine, 1(1), 93-100.
45