Anda di halaman 1dari 92

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn.

S
(54 TAHUN) DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN :
DIABETES MELLITUS (DM) TIPE II DI RUANG INTERNE
RSUD LUBUK SIKAPING
TAHUN 2021

Seminar Akhir Siklus Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

1. Yulfanri (201000414901134)
2. Yusrina (201000414901135)
3. Prima Jela Tiara Putri (201000414901136)
4. Muhammad Nur Refki (201000414901145)
5. Gusti amrita (201000414901146)
6. Rina (201000414901147)
7. Doharni (201000414901148)
8. Gentimar (201000414901149)

Pembimbing
Klinik Akademik

( ) ( )

PRODI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN


KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia yang dilimpahkanNya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan

penyusunan laporan tentang “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.S (54

Tahun) Dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Mellitus (MD) di Ruang

Interne RSUD Lubuk Sikaping ”Penulisan laporan ini diajukan sebagai salah satu

syarat guna menyelesaikan tugas akhir siklus KMB.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, untuk itu kelompok mengucapkan Terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Dr. Yong Marzuhaili selaku Direktur RSUD lubuk sikaping

2. Ibu Ns. Vera Kurnia.M.kep selaku pembimbing akademik

3. Ibu Ns. Febri Wenni.M. Kep selaku pembimbing klinik

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ners Prima Nusantara

Bukittinggi yang telah memberi semangat dan kerja sama yang baik

dalam penyusunan laporan ini

Kepada yang teristimewa Bapak, Ibu, kakak dan adikku serta teman dan

sahabat yang telah memberi dukungan kepada kelompok untuk menyelesaikan

Laporan ini. Terima kasih atas pengorbanan dan dorongan yang telah diberikan

i
pada kelompok, baik moril atau materil. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahNya, kepada semua pihak yang telah membantu

kelompok.

Dalam penulisan Kasus ini kelompok mengharapkan kritikan dan saran

yang konstruktif demi kesempurnaan laporan ini.

Lubuk Sikaping, Februari 2021

Kelompok

ii

iiilis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................


KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................1
B. Tujuan..............................................................................3
C. Manfaat............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep DM.....................................................5
B. Asuhan Keperawatan DM............................21

BAB III PENGKAJIAN KASUS


A. Pengkajian.....................................................................30
B. Diagnosa........................................................................39
C. Intervensi......................................................................41
D. Implementasi dan Evaluasi.........................................46

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian....................................................54
B. Diagnosa.......................................................55
C. Intervensi......................................................57
D. Implementasi...............................................58
E. Evaluasi .......................................................58

BAB VII KESIMPULAN


A. Kesimpulan........................................................60
B. Saran...................................................................61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang

kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita diabetes

tersebut sudah terdiagnosis ; sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika

Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap

tahunnya dan merupakan penyebab kematian ketiga serta merupakan

penyebab utama kebutaan pada orang dewasa angka kesakitan, kematian,

kecacatan diseluruh dunia (Irawan, 2010).

Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal

karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan

gangren adalah komplikasi utama. Selain itu kematian fetus intrauterine

pada ibu-ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol juga meningkat.

Pada tahun 2014, diseluruh dunia terdapat 171 juta penyandang Diabetes

dan diperkirakan akan meningkat menjadi 300 juta jiwa pada tahun 2025,

serta menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Parkeni, 2015). Fenomena ini

terjadi di hampi semua negara baik maju maupun berkembang (Muin,

2015).

Indonesia merupakan ranking keempat dalam prevalensi DM

terbanyak di Dunia setelah India, China, America Serikat (Muin, 2011).

Badan kesehatan dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang


DM sebanyak 2-3x lipat pada tahun 2030 (Parkeni 2015). Prevalensi

pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2 penduduk lima belas tahun keatas di

daerah urban Indonesia adalah 5,98 % dari total penduduk (Riskesdes,

2011).

Angka rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih

besar pada orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila

dibandingkan dengan populasi umum. Separuh dari keseluruhan penderita

diabetes yang berusia lebih dari 65 tahun dirawat di rumah sakit setiap

tahunnya. Komplikasi yang serius dan dapat membawa kematiansering

turut menyebabkan peningkatan angka rawat inap bagi penderita diabetes.

Penyebab yang paling sering berupa perubahan gaya hidup, seperti pola

makan dan aktivitas. (Sudoyo, et all, 2009).

Managemen terapeutik pada pengelolaan diabetes melitus terdiri

atas empat pilar utama yaitu mencangkup edukasi , terapi gizi, aktivitas

fisik atau olah raga dan intervensi farmakologis. Peran perawat dirumah

sakit dalam pelayanan klien dengan Diabetes Melitus adalah sebagai

pemberi asuhan keperawatan dan sebagai educator. Sebagai pemberi

asuhan keperawatan perawat mengontrol gula darah klien dan

mempertahankan gula darah klien mencapai kadarnormal. Salah satu cara

mengontrol gula darah klien agar tetap normal adalah dengan memotivasi

klien untuk melakukan olah raga. Olah raga yang dapat dilakukan dirumah

sakit adalah olah raga ringan berupa latihan pergerakan sendi yang

bertujuan untuk meningkatkan otot, meningkatkan metabolisme dan


mencegah hiperglikemi (Sudoyo, et all, 2009). Sebagai educator perawat

bertugas meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit

DM agar mereka mengerti penyebab penyakit DM dan cara perawatan

dirumah untuk keluarga yang mengalami DM (Damayanti, 2012).

RSUD lubuk sikaping merupakan salah satu rumah sakit umum

daerah berada di sumatera barat,salah satu ruangan rawat inap di rsud

tersebut adalah ruangan interne dengan kasus di jumlah klien diabetes

mellitus sebanyak 20 penderita per bulanya di tahun 2020,jumlah ini terus

menggalami peningkatan disetiap tahunnya,umumnya penderita diabetes

mellitus yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam RSUD lubuk

sikaping rata-rata berusia 45-60 tahun.

Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertarik untuk

melakukan pengelolaan kasus pada pasien Diabetes Melitus (DM) dengan

judul ” Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan Gangguan Sistem

Endokrin: Diabetes Melitus (DM) di Ruang Interne RSUD Lubuk sikaping

Tahun 2021”.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan melakukan Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Diabetes Mellitus (DM).

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep Diabetes Mellitus (DM)


b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan

Diabetes Mellitus (DM).

c. Mahasiswa mampu membuat analisa data dan menegakkan diagnosis

keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus (DM).

d. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Mellitus (DM).

e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Mellitus (DM).

f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien

dengan Diabetes Mellitus (DM).

g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Diabetes Mellitus (DM).

h. Mampu membandingkan antara teori, kasus dan evidance based yang

ada

3. Manfaat

a. Bagi Pelayanan kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus (DM), sehingga

dapat dilakukan tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang

terjadi pada pasien dengan Diabetes Mellitus (DM).

b. Bagi Pembaca
Memberikan pengertian/ pengetahuan dan pengambilan keputusan

yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan

mengatasi jika ada penderita Diabetes Mellitus (DM)

c. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan Asuhan

Keperawatan khususnya pada pasien dengan Diabetes Mellitus (DM)

d. Bagi Klien

Diharapkan klien dapat menerima asuhan keperawatan yang diberikan

dan mampu mencegah komplikasi lebih lanjut.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Defenisi Diabetes Melitus

a. Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat

menurun atau pankreas dapat menghentikan sama sekali poduksi insulin

(Brunner and Suddarth, 2001 : 1220).

b. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan

klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat. Jika telah berkembang secara klinis, maka diabetes mellitus

ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan

penyakit vascular mikroangiopati, dan neuropati ( Sylvia A. Price dan

Lorraine M. Wilson, 2005 : 1260).

c. Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop elektron ( Arif M. Mansjoer, 2000 : 580).

d. Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang ditandai

oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya


hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya (Jennifer P.

Kowalak, dkk, 2011 : 519).

e. Diabetes melitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau

memakai insulin sebagaimana mestinya ( Jan Tambayong, 2000 : 157).

f. Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang

memiliki karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi

insulin, kerjainsulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association,

2015).

Jadi, dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes

melitus adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kenaikan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia akibat kurangnya hormon

insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada

membran basalis.

2. Klasifikasi Diabetes Militus

Klasifikasi penyakit diabetes mellitus menurut PERKENI (2011); Price &

Wilson (2005); Smeltzer & Bare (2008) adalah sebagai berikut:

a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh disfungsi autoimun,

ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas


telah dihancurkan oleh proses autoimun dan idiopatik, tanpa bukti autoimun

dan tidak diketahui sumbernya.

b. Diabetes mellitus Tipe 2

Pasien Diabetes mellitus tipe 2 mengalami dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu dominan penurunan sensitivitas terhadap

insulin (resistensi insulin) dan gangguan sekresi insulin disertai resistensi

insulin.

c. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus gestasional terjadi pada wanita yang tidak mengalami

diabetes mellitus sebelum kehamilan akan tetapi terjadi peningkatan gula

darah pada masa kehamilan. Faktor risiko yang dapat menyebabkan diabetes

mellitus gestasional ini antara lain usia tua, etnik, obesitas, multiparitas,

riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Kadar glukosa

darah pada wanita yang mengalami Diabetes mellitus gestasional akan

kembali normal setelah melahirkan.

3. Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang terletak di bagian

posterior dari dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di

depan aorta abdominalis dan arteri serta vena mesenterica superior. Organ ini

konsistensinya padat, panjangnya ±11,5 cm, beratnya ±150 gram. Pankreas

terdiri bagian kepala/caput yang terletak di sebelah kanan, diikuti corpus

ditengah, dan cauda di sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari pankreas yang
berada di bagian belakang Arteri Mesenterica Superior yang disebut dengan

Processus Uncinatus (Simbar, 2005).

Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari :

Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang

disebut sebagai asinus/Pancreatic acini, yang merupakan jaringan yang

menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum. Jaringan endokrin yang

terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of Langerhans yang tersebar di

seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam

darah.

Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari :

Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang

disebut sebagai asinus/Pancreatic acini, yang merupakan jaringan yang

menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum. Jaringan endokrin


yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of Langerhans yang tersebar di

seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam

darah.

Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher,

2010) yaitu: 1. Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon. 2. Sel ß

(dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin. 3. Sel δ

(sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin. 4. Sel F atau PP (paling

jarang), menghasilkan polipeptida pankreas.

Masuknya glukosa ke dalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan.

Pertama, ketika sel otot melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih

permeabel terhadap glukosa. Kedua, ketika beberapa jam setelah makan,

glukosa darah akan meningkat dan pankreas akan mengeluarkan insulin yang

banyak. Insulin yang meningkat tersebut menyebabkan peningkatan transport

glukosa ke dalam sel (Guyton dan Hall, 2006). Insulin dihasilkan didarah

dalam dengan bentuk bebas dengan waktu paruh plasma ±6 menit, bila tidak
berikatan dengan reseptor pada sel target, maka akan didegradasi oleh enzim

insulinase yang dihasilkan terutama di hati dalam waktu 10-15 menit (Guyton

dan Hall, 2006). Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit

yang berikatan dengan ikatan disulfida yaitu dua subunit-α yang berada di

luar sel membran dan dua unit sel-ß yang menembus membran. Insulin akan

mengikat serta mengaktivasi reseptor α pada sel target, sehingga akan

menyebabkan sel ß terfosforilasi. Sel ß akan mengaktifkan tyrosine kinase

yang juga akan menyebabkan terfosforilasinya enzim intrasel lain termasuk

insulin-receptors substrates (IRS) (Guyton dan Hall, 2006).

Dalam tubuh kita terdapat mekanisme reabsorbsi glukosa oleh ginjal,

dalam batas ambang tertentu. Kadar glukosa normal dalam tubuh kira-kira

100mg glukosa/100ml plasma dengan GFR/Glomerular Filtration Rate

125ml/menit. Glukosa akan ditemukan diurin jika telah melewati ambang

ginjal untuk reabsorbsi glukosa yaitu 375 mg/menit dengan glukosa di plasma

darah 300mg/100ml (Sherwood, 2011).


4. Etiologi

Menurut Brunner and Suddarth dalam Buku Ajar Keperawatan

Medikal-Bedah, 2001 : 1224-1225 ; Etiologi diabetes melitus terdiri dari :

a. Diabetes tipe I

Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran (destruksi) sel-sel beta

pankreas. Hal-hal yang diperkirakan dapat menimbulkan destruksi sel

beta meliputi :

a. Faktor-faktor Genetik

Kecenderungan genetik yang diwarisi oleh penderita DM tipe I

ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human

leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor-faktor Imunologi

Terdapat adanya suatu respons autoimun. Ini merupakan

respons abnormal di mana antibodi terarah pada jaringan normal

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoantibodi

terhadap sel-sel Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi

pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum

timbulnya tanda-tanda klinis DM tipe I. Obat-obat tertentu yang

diketahui dapat memicu penyakit autoimun lain juga dapat memulai

proses autoimun pada pasien-pasien diabetes tipe I (Sylvia A. Price

dan Lorraine M. Wilson, 2005 : 1261).


c. Faktor-faktor lingkungan

Hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi

sel beta.

b. Diabetes tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam terjadinya resistensi

insulin. Faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses

terjadinya diabetes tipe II meliputi :

1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65

tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

Sedangkan menurut Mansjoer Arif dalam Kapita Selekta Kedokteran

(2000 : 580), etiologi dari DM terdiri dari :

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) / Diabetes Melitus

Tergantung Insulin (DMTI)

Disebabkan oleh destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) / Diabetes Melitus

Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)


Disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi

insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi

insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.

Penyakit Diabetes Bisa disebabkan oleh beberapa faktor resiko,diantaranya:

a. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang

dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.

konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi

insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula

dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes

melitus.

b. Jenis Kelamin

Wanita lebih berpeluang mengidap DM karena fisik wanita

memiliki resiko peningkatan Indeks Masa Tubuh yang besar dan

peningkatan siklus hormonal. Premenstrual syndrome dan pasca

monopouse membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah

terakumulasi akibat hormonal.

c. Obesitas (kegemukan)

Obesitas dihubungkan dengan resistensi insulin. Pada obesitas

sentral, terjadi resistensi insulin yang mengakibatkan peningkatan Free


Fatty Acid (Asam Lemak Bebas) yang bisa menyebabkan gangguan

metabolisme glukosa baik secara oksidatif maupun non oksidatif

sehingga menganggu pemakaian glukosa oleh jaringan perifer (Ditjen

PP&PL, 2008).

d. Pendidikan

Orang dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya akan memiliki

banyak pengetahuan tentang kesehatan, juga mempengaruhi aktifitas

fisik sehari-hari karena terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.

e. Faktor genetis

Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak

sebesar 15% bila salah satu orang tua menderita diabetes dan 75% bila

kedua orang tuanya diabetesmelitus.. Gen penyebab diabetes mellitus

akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.

Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun

resikonya sangat kecil.

f. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang

menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan

mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi

hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.

Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat

mengiritasi pankreas.
g. Aktivitas fisik dan kurang olah raga

Aktivitas fisik dan olah raga bermanfaat karena dapat

meningkatkan kebugaran, mencegah berat badan berlebih, mengurangi

lemak tubuh, membakar glukosa darah menjadi energi, sel-sel tubuh

dapat menjadi lebih sensitif terhadap insulin, peredaran darah menjadi

lebih baik dan dapat menurunkan resiko diabetestipe 2 sampai 50%.

h. Kurang tidur

Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil

riset para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur

selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa

menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga

dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu

makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap

makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.

i. Sering stress

Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir

besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon

epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi

untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk

maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena

stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri

pelan-pelan.
j. Kecanduan rokok

Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria

dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik

sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma

disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat,

seperti pola makan dan olahraga.

5. Patofisiologi

Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

penurunan progresif fungsi sel ß dan resistensi insulin. Pada pulau langerhans

pankreas pasien diabetes mellitus tipe 2, ditemukan deposit amiloid yang

berasal dari islet amyloid peptide protein (IAPP), disebut juga amilin. Peptida

tersebut menyebabkan terjadinya apoptosis pada sel ß, terutama jika dalam

bentuk islet amyloid peptide protein (IAPP) oligomer kecil. Oligomer IAPP

dalam bentuk besar bersifat inert ( Perkeni, 2011)

Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi

intrasel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan (Smelzer & Bare, 2008).

Terjadi bermacam-macamkelainan biokimia, tetapi gangguan yang

mendasari sebagian besar kelainan tersebut adalah penurunan pemasukan

glukosa ke dalam berbagai jaringan perifer dan peningkatan pelepasan

glukosa ke dalam sirkulasi dari hati (Ganong, 2008).


Semakin banyak glukosa yang tidak dapat dimetabolisme dan digunakan

oleh jaringan, maka kebutuhan jaringan terhadap glukosa semakin meningkat.

Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya proses pemecahan lemak dan

protein atau sering disebut dengan glukoneogenesis (Smeltzer & Bare, 2008).

Penurunan fungsi sel ß pankreas disebabkan oleh beberapa faktor yang

meliputi glukotoksisitas. Pembentukan glikolisis dan glukoneogenesis

semakin meningkat. Proses ini disertai nafsu makan meningkat atau

poliphagia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hiperglikemi.

Glukotoksisitas (peningkatan kadar glukosa darah yang berlangsung lama

akan menyebabkan stress oksidatif, IL-Iß dan NF-kß dengan akibat

peningkatan apoptosis sel beta) dan lipotoksisitas (peningkatan asam lemak

bebas yang berasal dari jaringan adiposa dalam proses lipolisis akan

mengalami metabolisme non oksidatif menjadi ceramide yang toksik terhadap

sel beta sehingga sel beta mengalami apoptosis) (DeFronzo, 2008 dalam

Suyono, 2009).

Penumpukan amiloid dan adanya efek inkretin yang mempunyai pengaruh

langsung terhadap sel beta dengan cara meningkatkan proliferasi sel beta,

meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel beta (DeFronzo,

2008 dalam Suyono, 2009). Apabila sel-sel beta pankreas tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, kadar glukosa akan meningkat

dan terjadi diabetes mellitus tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2008).


WOC :
Dm tipe I Dm tipe II Dm tipe III

Genetik Obesitas Malnutrisi


kalori protein

Proses auto imun Penurunan sensitivitas


reseptor Kerusakan
Kerusakan pankreas pankreas
Insulin yang ada kurang efektif
Kehancuran sel Penurunan fungsi
beta sel beta

Prosuksi insulin Insulin tidak adekuat/gangguan


Mk : ketidak menurun toleransi glukosa
Peningkatan LDL
stabilan
glukosa darah hiperglikemia Mk : kurang
Penurunan glukosa dalam sel Penebalan membran pembuluh darah
pengetahua
Melebihi ambang batas n
sekresi ginjal Produksi energi menurun
aterosklerosis Retinopati
Mk:kelemahan
glukosuria Diuresis osmotic kelemahan Pengambilan Penyumbatan vascular
cadangan makanan Pandangan kabur
p di lemak dan otot Penurunan O2
Mk: resiko Poliuria Dehidrasi
ketidakseimbangan Katarak/ kebutaan
cairan Hipotensi Penurunan BB Atrofi otot Nekrotik jaringan

Syok ulkus Mk : gangguan


Mk : Defisit amputasi persepsi sensori
nutrisi
Mk : resiko
Mk : gangguan
infeksi
Sumber : Andra 2013 citra tubuh
6. Manifestasi Klinis
Kewaspadaan klinis

a. Diabetes tipe I biasanya terjadi secara cepat disertai gejala khas polidipsia,

poliuria, polifagia, kelemahan, penurunan berat badan, kulit yang kering,

dan ketoasidosis

b. Diabetes tipe II secara khas berjalan lambat dengan awitan yang insidius

dan biasanya tidak disertai gejala. Pada hiperhlikemia berat, pasien

mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah, dan samnolen. Biasanya

mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi

insulin secara absolut namun hanya relatif.

Tanda dan gejala Diabetes Melitus, terdiri dari :

a. Poliuria dan polidipsia yang disebabkan oleh osmolaritas serum yang

tinggi akibat kadar glukosa serum yang tinggi

b. Anoreksia dan polifagia

c. Penurunan berat badan karena tidak terdapat metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang normal sebagai akibat fungsi insulin yang rusak

atau tidak ada.

d. Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang berkurang, dan

gangguanpada kinerja sekolah serta pekerjaan, hal ini disebabkan oleh

kadar glukosa intrasel yang rendah

e. Kram otot, iritabilitas, dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan

elektrolit

f. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur, akibat pembengkakan

yang disebabkan glukosa


g. Patirasa (baal) dan kesemutan akibat kerusakan jaringan saraf

h. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen akibat neuropati otonom

yang menimbulkan gastroparesis dan konstipasi

i. Mual, diare, atau konstipasi akibat dehidrasi dan ketidakseimbangan

elektrolit ataupun neuropati otonom

j. Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya; rasa gatal pada kulit

k. Infeksi kandida yang rekuren pada vagina atau anus

7. Komplikasi

a. Komplikasi Metabolik Akut

Disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari konsentrasi

glukosa plasma. Terdiri dari :

atas dua kategori mayor, yaitu :

1) Ketoasidosis diabetik (DKA)

Ini adalah komplikasi metabolik yang paling serius pada diabetes

tipe I.

2) Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)

Adalah komplikasi metabolik akut pada penderita diabetes tipe II yang

lebih tua. Pada HHNK tidak terdapat ketosis

3) Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin) terutama komplikasi terapi

insulin

b. Komplikasi Kronik Jangka Panjang


1) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang

kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal

(nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-

otot serta kulit

2) Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa

aterosklerosis. Jika arteri-arteri perifer tersumbat, dapat

mengakibatkan insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena

adalah arteria koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina

dan infark miokardium

3) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi

saluran kemih

4) Kaki diabetik.

(Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran, 2000)

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan

ersiko tinggi untuk DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun),

obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan

dengan berat badan lahir bayi > 4.000 g, riwayat DM pada kehamilan, dan

dislipidemia.

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal merupakan

kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes. Kadar gula darah

plasma pada waktu puasa (gula darah nuchter) yang besarnya di atas 140
mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu (gula darah random) yang diatass

200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes. Jika kadar gula darah puasanya normal atau

mendekati normal, penegakan diagnosis harus berdasarkan tes toleransi

glukosa. Untuk kelompok usia tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya

negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun. Bagi pasien berusia

> 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap

3 tahun.

Tes toleransi glukosa

Dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana. Cara

pemeriksaan TTGO, meliputi :

a. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa

b. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak

c. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam

d. Periksa glukosa darah puasa

e. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum

dalam waktu 5 menit

f. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa

g. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok

Kriteria Diagnostik WHO untuk Diabetes Melitus pada Orang Dewasa yang
Tidak Hamil

Pada sedikitnya dua kali pemeriksaan :


a. Glukosa plasma sewaktu/ random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa/ nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L) atau

c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 g karbohidrat [ 2 jam postprandial (pp) ] > 200 mg/dl

(11,1 mmol/ L). (Worl Health Organization, Diabetes Mellitus, Report of a

WHO study group. Tech Report Series NO: 727, 1985)

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu


Plasma vena < 110 110-199 > 200
Darah kapiler < 90 90-199 > 200

Kadar glukosa darah puasa


Plasma vena < 110 110-125 > 126
Darah kapiler < 90 90-109 > 110
Langkah diagnostik diabetes melitus

Keluhan klinis diabetes

Keluhan klasik (+) Keluhan klasik (-)

Glukosa darah Glukosa darah Glukosa darah 110-< 126 < 110
puasa > 126 atau puasa <126 atau puasa > 126
glukosa darah glukosa darah atau glukosa
sewaktu > 200 sewaktu < 200 darah sewaktu 110-199
> 200

Ulangi glukosa Tes toleransi


darah sewaktu glukosa oral
atau glukosa glukosa darah
darah puasa 2 jam

Glukosa >126 Glukosa darah


atau glukosa puasa < 126 >200 140-199 < 140
darah sewaktu atau glukosa
>200 darah sewaktui
< 200

Diabetes
Melitus
Toleransi Glukosa
glukosa darah puasa Normal
terganggu terganggu

 Evaluasi status gizi


 Evaluasi penyulit DM
 Evaluasi dan
perencanaan makan  Nasihat umum
sesuai kebutuhan  Perencanaan makan
 Latihan jasmani
 Berat idaman
 Belum perlu obat
penurunan glukosa
9. Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk

menghilangkan keluhan/ gejala DM. Sedangkan tujuan panjangnya adalah

untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara

menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Kerangka utama

penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat

hipoglikemik, dan penyuluhan.

Non Farmakologi

a. Edukasi

Pomosi perilaku sehat merupakan faktor penting dalam kegiatan

pelayanan kesehatan, dan untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes

yang optimal dibutuhkan perubahan perilaku dari penderita. Edukasi

dengan tujuan promosi hidup sehat perlu selalu dilakukan sebagai bagian

dariupaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari

pengelolaan diabetes secara hlistik. Beberapa materi educasi yangharus

diberikan padapasien DM adalah konsep dengan penyakit DM,

penatalaksanaan DM, diet nutrisi, pencegahan komplikasi akut dan

kronik, pencegahan luka dan perawatan kaki, monitoring kadar gula darah,

latihan jasmani, obat hiperglikemi oral dan pengenalan insulin (Gultom,

2012).

b. Pengaturan Makan
Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)

telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan

komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan

lemak (20-25%). Apabila diperlukan, santapan dengan komposisi

karbohidrat sampai 70-75 % juga memberikan hasil yang baik, terutama

untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan

pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk

mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/ hari.

Jumlah kandungan serat ± 25 g/ hari, diutamakan jenis serat larut.

Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat

digunakan secukupnya.

c. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±

0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval,

Progressive, Endurance training). Latihan dilakukan terus-menerus tanpa

berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling

antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan

yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu.

Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari,

renang, bersepeda, dan mendayung. Hal yang harus diperhatikan dalam

latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan,

memakai sepaatu yang pas, harus didampingi oleh orang yang tahu

mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen,


membawa tanda pengenal sebagai pasien DM dalam pengobatan, dan

memeriksa kaki secara cermat setelah berolahraga.

Farmakologi

a. Obat berkhasiat hipoglikemik

Jika pasien telah melakukan pengatruran makan dan kegiatan jasmani

yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik,

dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/

suntikan).

Macam-macam obat hipoglikemik oral (OHO), terdiri dari :

1) Sulfonilurea

Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara :

a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

b) Menurunkan ambang sekresi insulin

c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan

normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang bertanya sedikit

lebih. Klorpropamid dan glibenklamid kurang dianjurkan pada

keadaan pada keadaan insufisiensi renal dan orang tua kena resiko

hipoglikemia yang berkepanjangan. Untuk orang tua dianjurkan

preparat dengan wakyu kerja pendek (tolbutamid, glikuidon).

Glikuidon juga diberikan pada pasien DM dengan gangguan fungsi

ginjal atau hati ringan.


2) Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal.

Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan

untuk pasien gemuk sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat

lebih dapat dikombinasikan dengan obat golongan sulfonilurea.

3) Inhibitor α glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α

glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan

glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial

4) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek

farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga bisa

mengatasi masalah rsistensi insulin dan berbagai masalah akibat

resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum

beredar di Inndonesia.

b. Insulin

Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM, yaitu :

1) DM dengan berat badan menurun cepat/ kurus

2) Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar

3) DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik, operasi berat, dan

lain-lain)

4) DM dengan kehamilan / DM gestasional yang tidak terkendali dengan

perencanaan makan
5) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis

maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut

Preparat insulin yang tersedia

Jenis kerja Preparat

Kerja pendek Actrapid Human 40/ Humulin


Actrapid Human 100

Kerja sedang Monotard Human 100


Insulatard
NPH

Kerja panjang PZI (tidak dianjurkan karena resiko


hipoglikemik)

Campuran kerja pendek dan Mixtard


sedang/ panjang
B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus SecaraTeoritis

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer register, diagnosis

medis

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta

pertolongan kesehatan adalah Pasien biasanya poliuria, polidipsia,

polifagia.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pusing, kesemutan, kebas, kelemahan otot, gangguan penglihatan

3) Riwayat penyakit dahulu

Pernah menderita hipertensi

4) Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga yang lain mengalami Diabetes melitus

1) Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus

otot menurun, gangguan tidur/ istirahat

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau

dengan aktivitas. Letargi/ disorientasi, koma. Penurunan

2) Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut. Klaudikasi, kebas,

dan kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan

yang lama.

Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi.

Nadi yang menurun/ tidak ada. Disritmia. Krekels; GJK. Kulit panas,

kering, dan kemerahan, bola mata cekung.

3) Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri/

terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/ berulang. Nyeri

tekan abdomen, diare.

Tanda : Urin encer, pucat, kuning; poliuri (dapat berkembang

menjadi oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urin

berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asites. Bising

usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).

4) Nutrisi/ Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan. Mual muntah. Tidak mengikuti diet;

peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat. Penurunan berat badan


lebih dari periode beberapa hari/ minggu, haus, penggunaan diuretik

(tiazid)

Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan

metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halitosis/ manis, bau

buah (napas aseton)

5) Neurosensori

Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan

otot, parastesia, gangguan penglihatan

Tanda : Disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/ koma (tahap

lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks

tendon dalam (RTD) menurun (koma), aktivitas kejang (tahap lanjut

dari DKA)

6) Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum

purulen (tergantung adanya infeksi/ tidak)

Tanda : Lapar udara, batuk dengan/ tanpa sputum purulen

(infeksi), frekuensi pernapasan

7) Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ ulserasi. Menurunnya

kekuatan umum/ rentang gerak. PArestesia/ paralisis otot termasuk


otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup

tajam)

8) Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada

pria; kesulitan orgasme pada wanita

2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah : hiperglikemia berhubungan

dengan disfungsi pankreas

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan

masukan oral; anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri

abdomen,perubahan kesadaran

3. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,

perubahan kimia darah; insufisiensi insulin

4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi

5. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan diuresis

osmotik, kehilangan gastrik berlebihan; diare, muntah

6. Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan

fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan/ sruktur bentuk

tubuh

8. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan


3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No SLKI SIKI Aktivitas
Keperawatan

1 Manajemen hiperglikemia Observasi :


Ketidak stabilan Setelah dilakukan perawatan a. Identifikasi tanda dan gejala
kadar glukosa darah: 2 x 24 jam diharapkan hipoglimemia/hiperglikemia
hiperglikemi dengan ekspektasi meningkat b. Identifikasi penyebab
berhubungan dengan dengan : Terapeutik :
disfungsi pankreas Kriteria Hasil : a. Berikan asupan sederhana
a. Kesadaran meningkat b. Berikan glukagon
b. Koordinasi meningkat c. Berikan karbohidrat
c. Pusing menurun komplek
d. Lalah/lesu menurun d. Pertahankan kepatenan jalan
e. Rasa haus menurun nafas
f. Kadar glukosa dalam Edukasi :
darah membaik a. Anjurkan menghindari olah
g. Kadar glukosa dalan raga saat kadar glukosa
urine membaik darah lebih dari 250 mg/dL
Jumlah urine membaik b. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
c. Anjurkan kepatuhan diet
d. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine
e. Ajarkan pengelolaan
diabetes
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
insulin jika perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan
IV jika perlu
c. Kolaborasi pemberian
kalium jika perlu.

2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan perawatan Observasi :


ketidakcukupan 2 x 24 jam diharapkan Manajemen nutrisi a. Identifikasi status nutrisi
insulin, penurunan dengan ekspektasi membaik b. Identifikasi alergi dan
masukan oral; dengan : intoleransi makanan
anoreksia, mual, c. Identifikasi makanan yang
lambung penuh, nyeri Kriteria Hasil : disuakai
abdomen,perubahan a. Porsi makan yang d. Identifikasi kebutuhan kalori
kesadaran dihabiskan meningkat dan jenis nutrien
b. Kekuatan otot mengunyah e. Monitor asupan makanan
meningkat f. Monitor BB
c. Kekuatan otot menelan Terapeutik :
meningkat a. Lakukan oral hygiene
d. Serum albumin meningkat sebelum makan, jika perlu
e. Verbalisasi keinginan b. Fasilitasi menentukan
untuk meningkatkan nutrisi pedoman diet
meningkat c. Sajikan makanan secara
f. Pengetahuan tentang menarik dengan suhu yang
pilihan makanan yang sesuai
sehat meningkat d. Berikan makanan tinggi
g. Pengetahuan tentang serat mencegah konstipasi
pilihan minuman yang e. Berikan makanan tinggi
sehat meningkat kalori dan tinggi protein
h. Pengetahuan tentang Edukasi :
standar asupan nutrisi yang a. Anjurkan posisi duduk ,jika
tepat meningkat perlu
i. Penyiapan dan b. Ajarkan diet yang diajarkan
penyimpanan Kolaborasi :
makanan/minuman yang Nutrition Monitoring a. Kolaborasi pemberan
aman meningkat medikasi sebelum makan
j. Sikap terhadap b. Kolaborasi dengan ahli gizi
makanan/minuman sesuai untuk menentukan jumlah
dengan tujuan kesehatan kalori dan jenis nutrien yang
meningkat dibutuhkan jika perlu
k. Sariawan menurun
l. Rambut rontok menurun
m. BB membaik
n. IMT membaik
o. Frekuensi makan membaik
p. Nafsu makan membaik
q. Bising usus membaik
r. Membran mukosa
membaik
3 Resiko ketidak Setelah dilakukan perawatan Manajemen cairan Observasi:
2 x 24 jam diharapkan a. Monitor frekuensi dan
seimbangan cairan b.d dengan ekspektasi meningkat kekuatan nadi
dengan : b. Monitor frekuensi nafas
diuresis osmotik, Kriteria Hasil : c. Monitor Td
a. Asupan cairan d. Monitor BB
kehilangan gastrik meningkat e. Monitor waktu pengisian
b. Haluaran urine kapiler
berlebihan; diare, meningkat f. Monitor elastisitas atau
c. Kelembaban membran turgor kulit
muntah mukosa meningkat g. Monitor jumlah,warna dan
d. Asupan makanan berat jenis urine
meningkat h. Monitor kadar albumin dan
e. Edema menurun protein total
f. Dehidrasi menurun i. Monitor intake dan output
g. Tekanan darah cairan
membaik j. Monitor tanda- tanda
h. Membran mukosa hipovolemia
membaik k. Identifikasi tanda-tanda
i. Mata cekung membaik hipervolemia
j. Turgor kulit membaik l. Identifikasi faktor resiko
k. Berat badan membaik ketidakseimbangan cairan
Terapeutik :
a. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan prosedur
b. Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
BAB III
LAPORAN PENGKAJIAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. S DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI Ners
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI

DATA KLINIS
Nama Klien : Tn.S No. Rek. Medis :15.76.89
Jenis Kelamin : laki-laki Ruangan : interne (kelas III.4)
Usia : 54 TB : 160 BB : 60 (aktual/potensial)
Suhu : 36,5 Nadi : 80x/i RR : 26x/i
Tekanan Darah : 90/60 mm/ Hg
Tanggal Kedatangan : 03-02-2021 Waktu/ Jam : 20.50 wib
Tanggal Pengkajian : 05-02-2021
Orang yang bisa dihubungi : istri Telepon :
Catatan Kedatangan : Kursi roda Ambulans Brankar
Lain-lain

KELUHAN UTAMA KLIEN SAAT INI


Klien mengatakan badanya terasa lemah,tidak nafsu makan dan sering buang air kecil,sering
merasa haus,dan batuk kadang-kadang berdahak,sputum susah dikeluarkan , Rochy (+)
.
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif
Defisit nutrisi
.

ALASAN DIRAWAT DI RUMAH SAKIT SAAT INI


Klien mengatakan badan terasa lemah,klien mengatakan berat badanya 2 bulan terakhir
menurun,sering merasa haus,dan sering buang air keci/BAK,klien juga meneluhkan batuk dan
kadang-kadang berdahak. Ronchy (+)
Masalah Keperawatan: defisit nutrisi
.
Bersihan jalan nafas tidak efektif .

PERAWATAN DI RUMAH SAKIT TERAKHIR


Tanggal : 22-12-2020 Alasan : tidak nafsu makan badan terasa lemah
.
.
RIWAYAT MEDIS YANG LALU
DM tipe II, asma(-),jantung(-),Ht(-),
TB paru putus pengobatan
.
.
Masalah Keperawatan: 1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah
. 2. bersihan jalan nafas tidak efektif
3.Defisit pengetahuan .

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Klien mengatakan orang tua laki-laki mengidap penyakit hipertensi dan 2 orang anak laki-laki
klien meninggal dan tidak diketahui penyebab kematian anaknya.

Genogram dan penyakit yang dialami oleh anggota keluarga lain

Keterangan :
X : meninggal
: laki-laki

: perempuan

: klien tinggal serumah

POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN


Persepsi terhadap penyakit :
Klien menggap penyakitnya biasa saja,jadi klien tidak ada pantangan dalam hal makan dan sering
minum kopi manis 6-7 kali per hari,klien menggatakan tidak tahu terhadap penyakitnya tiba-tiba
badanya terasa lemah dan sering BAK,klien menggatakan minum obat bila sakit saja dan itu piun
hanya beli obat di warung dan jarang kontrol kesehatan ke fasilitas kesehatan .
.
.

17
PENGGUNAAN
Tembakau Tidak Ya Sudah Berhenti
:
Berhenti (Tanggal) :
Jumlah penggunaan : <1 bks/hari 1-2 bks/hari >2 bks/hari
Alkohol Tidak
:
Ya, Jumlah penggunaan: / hari
Obat lain :√ √ Tidak
Ya, Jenis: Penggunaan : .
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna) : .
Reaksi Alergi : tidak ada alergi
.
Masalah Keperawatan: defisit pengetahuan
.
.

18
POLA NUTRISI / METABOLISME
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

1. Selera makan Pasien berselera makan Selera makan klien


menurun

2. Diet khusus Tidak ada diet khusus DD TKTP


sebelum sakit Tanpa gula sederhana(gula
pasir,gula merah)

3. Jenis makanan dan


Tidak ada pantangan
minuman
makanan selama sehat klien
sering minum kopi manis
dan makanan manis

4. Frekuensi makan dan Makan 3x sehari di tambah 3x utama + 1x selingan


minum makan-makanan
gorengan,minum kopi manis
lebih dari 5x sehari

5. Cara pemenuhan Oral Oral

Penurunan sensasi kecap : √ Mual Muntah Stomatitis


Jumlah muntah :
Frekuensi muntah :
Perubahan BB 6 bulan terakhir : a d a 8 k g
Menelan (Disfagia) : Tidak Ya

Gambaran diet pasien dalam sehari


Makan pagi : DD TKTP
(Tanpa gula sederhana )

Makan Siang : DD TKTP


(Tanpa gula sederhana )
Makan malam : DD TKTP ( Tanpa Gula Sederhana )

Pantangan/ Alergi : √ Tidak Ada Ada, Jenis : .


Masalah Keperawatan: defisit nutrisi
.
.

POLA ELIMINASI
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

1. Frekuensi defekasi dan


eliminasi urine
a. Defekasi 1x sehari 1x sehari kadang-kadang
1x2 hari
b. Eliminasi urine 5x sehari Sering BAK 10x sehari

2. Konsistensi feses Lunak Lunak,kadang-kadang


keras

3. Kesulitan defekasi dan


eliminasi urine
a. Defekasi Tidak ada kesulitan Klien selama sakit
mengeluhkan kadang sulit
BAB karena keras
Klien mengeluhkan sering
b. Eliminasi urine Tidak ada kesulitan bak saat malam

Lain-lain :

Masalah Keperawatan: termogulasi tidak efektif


.
.
POLA AKTIVITAS / OLAHRAGA
Kemampuan Perawatan Diri :
0 = Mandiri 2 = Bantuan Orang Lain 4 = Tergantung/ Tidak mampu
1 = Dengan Alat Bantu 3 = Bantuan peralatan dan orang lain
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/Minum 
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Toileting 
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpindah 
Berjalan 

Kemampuan pergerakan sendi: Bebas √ Terbatas


Alat Bantu : Tidak Ada Kruk Walker
Tongkat Belat/ Mitela Kursi Roda
Keluhan saat beraktifitas : Tidak Ada √ Ada, Alasan : klien menggatakan saat
beraktivitas menggeluhkan lelah dan sesak karena ada batuk dan kadang berdahak
.
Masalah Keperawatan: intoleransi aktivitas
.
.

POLA ISTIRAHAT
TIDUR
Kebiasaan :5-6 Jam/ hari
Tidur malam Tidur siang Tidur sore
Merasa segar setelah tidur : Tidak Ya
Masalah tidur : Tidak Ada √ Sering terbangun Terbangun dini
Insomnia Mimpi buruk
Lain-lain :

Masalah Keperawatan: gangguan pola tidur


.
.
POLA KOGNITIF – PERSEPSI
Status mental : √ Sadar Terorientasi Tidak terorientasi
Tidak sadar
Bicara : √ Normal Tidak jelas Gagap
Bahasa sehari-hari : I ndonesia √ Daerah, Lain-lain, _
Kemampuan memahami : Tidak √ Ya
Keterampilan interaksi: √ Tepat Tidak tepat,
. Tingkat ansietas: √ Ringan Sedang
Berat Panik
Vertigo : √ Tidak Ya
Nyeri : √ Tidak Nyeri akut Nyeri kronis
Penalaksanaan nyeri : .
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
.
.
POLA PERAN HUBUNGAN
Status pekerjaan : √ Bekerja Tidak bekerja
Jenis pekerjaan : berdagang
Sistem pendukung : Tidak ada √ Pasangan
Tetangga
Teman Keluarga Lain-lain .
Masalah keluarga berkenaan dengan masalah di Rumah Sakit :
Keluarga klien (anak) menggatakan selama masa pandemi covid 19 anggota keluarganya yang
merawat orang tuanya terbatas sehingga 1 orang yang boleh menemaninya
. .
Lain-lain :

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


.
.
POLA SEKSUALITAS / REPRODUKSI
Masalah menstruasi :
Masalah seksualitas b.d penyakit : klien menggatakan penyakit yang dideritanya tidak
bermasalah dengan seksualnya karena sudah tua
Lain-lain :

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keparawatan


POLA KOPING – TOLERANSI STRES
Perhatian utama tentang perawatan di rumah sakit atau penyakit ( finansial, perawatan diri ) :
. Kehilangan / perubahan di masa lalu : Tidak ada
Ada
Hal yang dilakukan jika ada masalah : .

. Keadaan emosi dalam sehari-hari : Santai Tegang


√ Lain-lain, sedikit tegang
.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
.
.
POLA KEYAKINAN-NILAI
Agama : √ Islam Katolik Protestan
Hindu Budha
Pantangan keagamaan : √ Tidak ada Ada
Pengaruh agama dalam kehidupan : k l i e n m e n g g a t a k a n b a h w a a g a m a
yangdianutnyamemberikan pedoman padanya agar ikhlas
dalam menjalani kehidupan

Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: √ t i d ak


Tid Ya
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
.
.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Baik √ Sedang Gelisah

Tanda-tanda Vital : TD = 90/60 mmHg HR =80 x / menit RR = 26 x/ menit T


= 36,5 0 C

GCS : 15 (E = 4 V=5 M=6 )

1. Rambut dan Wajah


Bentuk Kepala √ Normal Abnormal
:
Keadaan Rambut : √ Mudah Rontok Bau

√ Berminyak Tidak Ada Masalah

Distribusi Rambut : Merata √ Tidak Merata

Kulit Kepala Bersih √ Kotor Ada Lesi


:
Pedikulus
Lain-lain :

Masalah Keperawatan: defisit perawatan diri


.
2. Sistem Sensori Persepsi
Mata

Posisi Mata : √ Simetris Asimetris

Konjungtiva : √ Normal/ Pink Anemis

Perdarahan Sklera : Ik terik √ Anikterik

Perdarahan Kornea : √Normal Keruh Berkabut

Perdarahan Pupil : √Isokor Anisokor

Miosis Midriasis

Fungsi Penglihatan : √ Normal Kabur

Diplopia Exopthalmus

Lain-lain :

Hidung

Sekret Hidung : Ada √ Tidak Ada

Bila terdapat Sekret : Jernih Purulen

Perdarahan Hidung : Ya √ Tidak

Polip Hidung : Ya √ Tidak

Peradangan Mukosa Hidung : Ya √ Tidak

Lain-lain :

.
Telinga

Kondisi Telinga : √ Normal Kemerahan


Bengkak Terdapat Luka

Cairan dari Telinga Ada √ Tidak Ada


:
Rasa Penuh Ditelinga : Ya √ Tidak

Fungsi Pendengaran : Normal Kurang Tuli

Fungsi Keseimbangan : Normal Ada Gangguan√

Lain-lain : fungsi keseimbangan ada ganguan,karena klien sering menggatakan


badan terasa lemah dan mudah lelah

Masalah Keperawatan:
.

3. Sistem Pernafasan
Jalan Nafas Ada Bersih
: Sumbatan
Karakteristik Sumbatan : Sputum√ Lendir

Ludah Darah

Pernafasan : Normal Dispnea

Irama Nafas Teratur √ Tidak Teratur


:
Kedalaman Nafas : Dalam Dangkal√

Pergerakan Dinding Dada√ Simetris Asimetris

Penggunaan Otot Bantu Nafas : Ada √ Tidak Ada

Pernafasan Cuping Hidung Ada √ Tidak Ada


:
Batuk :√ Ya Tidak

Produktif Tidak Produktif

Sputum : Putih Kuning Hijau


Konsistensi Sputum: √Kental Encer

Palpasi Paru: fremitus fokal lemah

Perkusi Paru : pekak

.Suara Nafas Normal Stridor √ Ronchi


Rales Wheezing

Alat Bantu Nafas Tidak Ada O2 Facemask O2 Kanul


:
Saturasi O2 98%
:
Lain-lain :

Masalah Keperawatan: bersihan jalan nafas tidak efektif


.
4. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi Perifer

Nadi : √ Reguler Irreguler

Denyut Nadi : √ Kuat Lemah

Akral √ Hangat Dingin

Pengisian Kapiler (CRT) : √ < 3 detik > 3 detik

Sirkulasi Jantung

Irama Jantung :√ Teratur Tidak


Teratur
Palpasi Jantung:temperatur kulit hangat,menentukan batas jantung iktus kordis

normal turetama pada sela iga 5-6 linea medioklavikularis kiri karena batas kiri

jantung ditentukan dengan perkusi pada line aksilaris media kebawah perubahan

bunyi dari sonor ke tymphani merupakan batas paru kiri dari batas paru kiri dapat

titentukan batas jantung kiri relatif.

Bunyi Jantung : Normal Abnormal

Kelainan Bunyi : Murmur Gallop

√ Tidak Ada Kelainan

Nyeri Dada : Ada √ Tidak Ada

Nyeri Dada Timbul √ : Saat Beraktivitas Tanpa


Aktivitas

Karakteristik Nyeri : Seperti Ditusuk-


tusuk

Seperti Terbakar/ Terasa Panas


Seperti Tertima Benda Berat

Menjalar Kebahu dan Lengan

Kiri

Lain-lain :
.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


.
.

5. Sistem Pencernaan
Mulut

Kebersihan Mulut : Bersih √ Kotor

Bau Mulut : √ Ya Tidak

Stomatitis : Ya √ Tidak

Mukosa Mulut : Lembab √ Kering

Karang Gigi : √ Ada

Tidak Ada

Karies Gigi :√ Ada Tidak Ada

Jumlah dan Nama Gigi yg Karies : 2

Gigi Tanggal : Ada √ Tidak Ada

Jumlah dan Nama Gigi yg Tanggal :

Ginggivitis : Ya √ Tidak

Keadaan Lidah : Bersih √ Kotor

Tepi Lidah :√ Pink

Hiperemis Peradangan Tonsil : Ya √ Tidak

Peradangan Faring : Ya √ Tidak

Tenggorokan : Sakit Saat Menelan √ Tidak Sakit Saat Menelan

Abdomen

Inspeksi : simetris,bentuk rounded,tidak tampak bayangan vena pada abdomen

Auskultasi

Bising Usus : 6 x/ menit (peristaltik usus) di 4 kuadran abdomen

Perkusi : asites (-)


Palpasi : nyeri ringan di palpasi di kuadran kiri atas

Nyeri Tekan : √ Ya Tidak

Nyeri Lepas : Ya √ Tidak

Hepar : Teraba √ Tidak Teraba

Lien/ Spleen : Teraba √ Tidak Teraba

Warna Feses : √ Kuning Coklat Hitam

Seperti Dempul Putih spt Air Cucian Beras

Konsistensi Feses : √ Setengah Padat Cair Berdarah

Terdapat Lendir Tidak Ada Kelainan

Penggunaan Alat : √ Tidak Ada Kolostomi NGT


Seperti Dempul Putih spt Air Cucian Beras

Lain-lain :
.Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
.

6. Sistem Urogenital

Kebersihan : Bersih √ Kotor

Pola BAK : Terkontrol k√T TidaK Terkontrol

Jumlah Urine : 3000 cc/ hari

Warna Urine : √ Kuning Coklat

Merah Putih

Distensi : Ya √ Tidak

Nyeri Tekan : Ya √ Tidak

Nyeri Lepas : Ya √ Tidak

Penggunaan Kateter : Ya √ Tidak

Lain-lain :

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


7. Sistem Muskuloskeletal

Kemampuan melakukan ROM : Baik √ Lemah

Nyeri Sendi : Ya Tidak

Kekuatan Otot : 5555 5555

5555 5555

Lain-lain :

Masalah Keperawatan:

8. Sistem Integumen .

Warna kuning √ coklat hitam


Kulit :
putih
Kondisi Kulit √ Baik/ Utuh Ada Ulkus Ada Lesi
:
Ada bercak merah memar Petekie

Dekubitus

Gatal-gatal Retensi Cairan

Turgor Kulit Elastis Baik Buruk


:
Edema Ada Tidak Ada
:
Lokasi Edema :

Lain-lain :

Masalah Keperawatan:
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnostik :

1. Hasil Thorak

2. Hasil TCM (+)

Laboratorium :

Tanggal 4/02/2021

Hb : 11,6 g/dl normal : 14-18g/dl

Leukosit : 10,300/mm normal : 5.000 mm³

Trombosit : 295.000 normal : 15.000-150.000/mm³

Hematokrit: 33,9% normal : 400-48%

GDP : 245 mg/dl normal : 75-110 mg/dl

Glukosa darah 2 jam pp : 130 mm/dl normal : <140 mm/dl

tanggal 5/02/2021

Hb : 11,6 g/dl normal : 14-18g/dl

Leukosit : 10,300/mm normal : 5.000 mm³

Trombosit : 295.000 normal : 15.000-150.000/mm³

Hematokrit: 33,9% normal : 400-48%

GDP : 214 mg/dl normal : 75-110 mg/dl

Glukosa darah 2 jam pp : 129 mm/dl normal : <140 mm/dl

TERAPY YANG DIBERIKAN

IVFD NaCL 0,9% 8 jam/kolf

Inj ceftriakson 2x1gr

Inj Novorapit 3x12 unit

Inj lovemir 1x10 unit

Inj steptomisin 1x1 vial (im)

Diet pasien ( DD TKTP : Tanpa Gula Sederhana )


RENCANA PEMULANGAN

Rencana Tindak Lanjut

Penjelasan Dm

 Dm tipe II

 Penjelasan tentang pengobatan

 Cara injeksi obat novorapit 3x12 u

 Injeksi levamir 1x10 u

 Penjelasan tentang diet pasien

 Makan tiga kali sehari dan jangan lewatkan waktu

makan

 Kurangi gula dan makanan manis

 Makan lebih banyak buah dan sayur

Penjelasan TB kategori II

 Memberikan edukasi pengobatan OAT cara dan dosis

yaitu 1x4 tablet sebelum makan pagi, injeksi

steptomosin 1x1 sehari (IM)

 Menjelaskan kepada pasien agar patuh pengobatan

OAT tidak boleh terputus

 Memberikan edukasi tentang pemenuhan gizi yang

sesuai dengan gizi pasien Dm.

Nama dan Tanda Tangan Perawat

(……………………………………)
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 Ds :

1. Klien menggatakan Gangguan glukosa Ketidak stabilan kadar

badanya sering merasa darah puasa glukosa darah

lelah atau lesu

2. Klien menggatakan

sering merasa haus

3. Klien mengatakan sering

bak Lebih dari 10 kali

dalam sehari

Do :

tanggal 4/02/2021

1. GDP : 245 mg/dl

2. Glukosa darah 2 jam pp :

130 mm/dl

Tanggal 5/02/2021

1. GDP : 214 mg/dl

2. Gdp 2j pp :129 mg/dl

3. Urine : 3 liter/hari

4. Bb : 2 bulan terakhir turun 8

kg

5. Bb saat pengkajian 60kg

2 Ds: Sekresi yang Bersihan jalan nafas tidak


1. Klien menggatakan tertahan efektif

sering batuk dan kadang-

kadang berdahak

2. Klien merokok >3

bungkus /hari

3. Klien menggatakan susah

untuk mengeluarkan

dahak/sputum

DO :

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 80x/i

RR : 26x/i

S : 36,5 c

Ronchy (+)

TCM (+)
3 Ds : Hambatan Gangguan pola tidur

1. Klien menggatakan susah lingkungan

tidur

2. Klien menggatakan sering

terbangun

3. Klien mengatakan setelah

bangun tidur kurang puas

4. Klien menggatakan tidur

terbatas

Do :
1. Klien tampak sering

terbangun

2. Klien tampak tidak segar

setelah bangun tidur

1.

2.

3.
4 Ds : Kelemahan Defisit perawatan diri

1. Klien menggatakan tidak

mampu

mandi/mengenakan

pakaian sendiri

2. Klien menggatakan

minat melakukan

perawatan diri kurang

Do :

1. klien tampak lemah

2. klin tampak kurang

merawat diri

3. kulit kepala tampak kotor

4. distribusi rambut tidak

merata

5. rambut mudah rontok

6. rambut berminyak
5 Ds : Kurang terpapar Defisit pengetahuan

1. Klien menggatakan tidak informasi

ada pantangan makanan

dan minuman

2. Klien menggatakan

minum obat ketika sakit

saja

3. Klien menggatakan
jarang kontrol kesehatan

ke fasilitas kesehatan

Do :

1. klien tampak kurang

terpapar informasi

tentang penyakitnya

2. klien tampak

kebingunggan

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur Berhubungan dengan hambatan lingkungan

2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Berhubungan dengan gangguan glukosa

darah puasa

3. Defisit perawatan diri Berhubungan dengan kelemahan

4. Bersihan jalan nafas tidak efektif Berhubungan dengan sekresi yang tertahan

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Prioritas diagnosa keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah: hiperglikemia berhubungan dengan gangguan

glukosa darah puasa

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


D. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI Aktifitas Keperawatan
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan perawatan Manajemen Observasi :
kadar glukosa 2 x 24 jam diharapkan hiperglikemia c. Identifikasi tanda dan gejala
darah d.d dengan ekspektasi meningkat hipoglimemia/hiperglikemia
gangguan glukosa dengan : d. Identifikasi penyebab
darah puasa Kriteria Hasil : Terapeutik :
1. Kesadaran meningkat e. Berikan asupan sederhana
2. Koordinasi meningkat f. Berikan glukagon
3. Pusing menurun g. Berikan karbohidrat komplek
4. Lalah/lesu menurun h. Pertahankan kepatenan jalan
5. Rasa haus menurun nafas
6. Kadar glukosa dalam Edukasi :
darah membaik f. Anjurkan menghindari olah raga
7. Kadar glukosa dalan saat kadar glukosa darah lebih
urine membaik dari 250 mg/dL
8. Jumlah urine membaik g. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
h. Anjurkan kepatuhan diet
i. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine
j. Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi :
d. Kolaborasi pemberian insulin
jika perlu
e. Kolaborasi pemberian cairan IV
jika perlu
f. Kolaborasi pemberian kalium
jika perlu.

1. Pertanyaan tentang Edukasi program Observasi :


masalah yang dihadapi pengobatan 1. Identifikasi pengetahuan tentang
menurun pengobatan yang
2. Persepsi yang keliru direkomendasikan
terhadap masalah 2. Identifikasi pengguanaan
menurun penggobatan tradisional dan
3. kemungkinan efek terhadap
pengobatan
Terapeutik :
1. Fasilitasi informasi tertulis atau
gambar untuk meningkatkan
pemahaman
2. Berikan dukungan untuk
menjalani program pengobatan
dengan baik dan benar
3. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan pada
pasien selama pengobatan
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat dan efek
samping penggobatan
2. Jelaskan strategi mengelola efek
samping obat
3. Jelaskan cara
penyimpanan,pemantaun sisa
obat
4. Jelaskan keuagan dan kerugian
program pengobatan
5. Informasikan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan selama
pengobatan
6. Anjurkan perkembangan
keefektifan pengobatan
7. Anjurkan mengkonsumsi obat
sesuai indikasi
8. Anjurkan bertanya jika ada
sesuatu yang tidak dimengerti
sebelum dan sesudah pengobatan
dilakukan
9. Ajarkan kemampuan melakukan
pengobatan mandiri(self-
medication)

2 Bersihan jalan Setelah dilakukan perawatan Manajeman jalan Observasi :


nafas tidak efektif 2x24 jam dengan ekspektasi nafas 1. Monitor pola nafas
d.d sekresi yang meningkat Dengan 2. Monitor bunyi nafas tambahan
tertahan kriretia hasil : 3. Monitor sputum
jalan nafas tidak 1. Batuk efektif meningkat Terapeutik :
efektif d.d sekresi 2. Produksi sputum 1. Pertahankan kepatenan jalan
yang tertahan menurun nafas
3. Frekuensi nafas 2. Posisikan semi fowler
membaik 3. Beri minum hangat
4. Pola nafas membaik Edukasi :
Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian ekspektoran jika
perlu

3. Gangguan pola Setelah dilakukan perawatan Edukasi aktivitas Observasi :


tidur 2x24 jam diharapkan istirahat 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan ekspektasi membaik dengan kemampuan menerima informasi
dengan hambatan kriteria hasil : Terapeutik :
lingkungan 1. Keluhan sulit tidur 1. Sediakan materi dan media
menurun pengaturan aktivitas
tidur 2. Keluhan sering terjaga 2. Jadwalkan pemberian pendidikan
berhubungan menurun kesehatan sesuai kesepakatan
dengan hambatan 3. Keluhan tidak puas 3. Berikan kesempatan pada pasien
lingkungan tidur menurun dan keluarga untuk bertanya
4. Keluhan pola tidur Edukasi :
berubah menurun 1. Jelaskan pentingnya melakukan
5. Keluhan istirahat aktivitas fisik/ olah raga secara
tidak cukup menurun rutin
6. Kemampuan 2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
beraktivitas kelompok
meningkat 3. Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas istirahat
4. Anjarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
5. Ajarkan mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan.

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Tanggal/ja Evaluasi Paraf


m
1 Ketidakstabilan 05-02-2021 1. Management 05-02-2021 S :
kadar glukosa darah Pukul 09.00 Wib Hiperglikemia 11.00 Wib 1. Klien Sering
d.d gangguan minum kopi manis
glukosa darah puasa a. 6-7 kali dalam
kemungkinan penyebab sehari.
hiperglikemia 2. Klien mengatakan
09.15 Wib b. merokok lebih dari
yang menyebabkan 3 bungkus dalam
09.16 Wib kebutuhan insulin sehari
meningkat 3. Klien mengatakn
c. sewaktu sehatnya
darah klien adalah
d. seorang pedagang
09.17 Wib gejala hiperglikemia lebih sering duduk
e. menunggu pembeli
09.20 Wib put cairan dan minum kopi
f. serta merokok
g. sambil berjualan
terhadap diet dan olah 4. menggatakan
09.30 Wib raga badanya sering
h. merasa lelah dan
penggelolaaan dm lesu
i. 5. Klien menggatakan
pemberian cairan IV sering merasa haus
6. Klien mengatakan
sering BAK

O:
1. Klien tampak
lemah
2. TD : 90/60 mmHg
3. RR : 26x/i
4. Nadi : 80x/i
5. Suhu : 36,5 c
6. Intake cairan 1.500
cc/hari
7. Out put cairan
3000 cc/hari
8. Glukosa darah
puasa Tgl 5-2-
2021= 214mg/dl
9. Injeksi novorapid
3x12 unit
10. Inj. Lovemir 1x10
unit
11. Infus terpasang
Nacl 12jam/kolf
12. DD TKTP : Tanpa
gula sederhana
13. Klien tampak
mendengarkan
waktu diberikan
edukasi tentang
penyakit DM
( Pengertian,penye
bab,komplikasi,pe
natalaksanaan DM
dengan
menganjurkan
pada klien untuk
patuh terhadap diet
yang diberikan dan
pengobatan yang
dianjurkan oleh
dokter)

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
a.
dan gejala
hiperglikemia
b.
dan out put cairan
c.
d.
pemberian cairan
IV

2 Ketidakstabilan 05-02-2021 2. Edukasi program 05-02-2021 S :


kadar glukosa darah pengobatan Klien mengatakan
d.d gangguan kurang mengetahui
glukosa darah puasa 09.45 WIB 1. Mengidentifikasi tentang obat yang
pengetahuan tentang dapat digunakan untuk
nafas tidak efektif obat yang menyembuhkan
d.d sekresi yang direkomendasikan penyakitnya.
tertahan 09.55 WIB 2. Memfasilitasi
informasi tertulis atau Klien mengatakan
gambar untuk selama dirawat
meningkatkan dirumah sakit keluarga
pemahaman selalu memberikan
10.10 WIB 3. memberikan dukungan dukungan pada klien
untuk menjalani agar mau
program pengobatan mendengarkan nasehat
dengan baik dan benar dan anjuran dari donter
10.20. WIB 4. meLibatkan keluarga dan petugas kesehatan
untuk memberikan lainya
dukungan pada pasien
selama pengobatan O:
5. menJelaskan manfaat Klien melihat leaflet
dan efek samping yang diberikan serta
penggobatan bertanya tentang
10.25 WIB 6. menJelaskan strategi penyebab dari penyakit
mengelola efek yang dideritanya.
samping obat
7. menJelaskan cara Klien tampak semangat
penyimpanan,pemantau dan berterimakasih
n sisa obat ketika diberikan
10.30 WIB 8. menginformasikan penjelasan atau
fasilitas kesehatan yang informasi pengobatan
dapat digunakan penyakit DM
selama pengobatan
9. menganjurkan
mengkonsumsi obat
sesuai indikasi Klien sering bertanya
10. menganjurkan bertanya diwaktu diberikan
jika ada sesuatu yang penjelasan
tidak dimengerti
sebelum dan sesudah Klien tampak
pengobatan dilakukan memahami setelah
diberikan edukasi
tentang efek samping
pengobatan,cara untuk
mengatasi efek
samping obat dan cara
menyimpan
obat,fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan
selama pengobatan
seperi bidan desa
setempat dan
puskesmas

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi intervensi
dihentikan

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Tanggal/ja Evaluasi Paraf


m
2 Bersihan jalan 05-02-2021 1. memonitor pola nafas 05-02-2021 S:
nafas tidak efektif 10.40 WIB 2. memonitor bunyi nafas 07.20 Wib a. Klien mengatakan
d.d sekresi yang tambahan sering batuk dan
tertahan 10.50 Wib 3. Monitor kadang-kadang
sputum/jumlah,warna berdahak
aroma b. Klien mengatakan susah
11.00 Wib 4. Mempertahankan untuk menggeluarkan
kepatenan jalan nafas dahak
11.05 Wib 5. memberikan posisi semi O:
fowler atau fowler jalan nafas ada sumbatan
11.15 Wib 6. memberikan minuman karena sputum
hangat irama nafas klien tidak
11.20 wib 7. mengjarkan teknik batuk teratur dangkal dan cepat
efektif Ronchi +
Saturasi O2: 98 %
Dahak warna putih kental
Klien dalan posisi semi
fowler
Klien tampak susah
menggeluarkan dahak
Klien memperagakan batuk
efektif yang diajarkan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
mengjarkan teknik batuk
efektif
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kelompok akan membahas mengenai kesenjangan dari

asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Diabetes Melitus (DM).

Berdasarkan tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang telah dibuat serta faktor-

faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksananan asuhan keperawatan yang

mengacu pada teori yang ada.

A. Pengkajian

Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa

dari pasien. Kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat

diketahui kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang

didapat setelah pengkajian pada Tn, S sudah cukup sesuai berdasarkan

tinjauan teoritis yang dibuat. Data-data tersebut menunjang untuk dilakukan

asuhan keperawatan selanjutnya karna data sudah didapatkan jelas dan

sesuai.

Pada tanggal 3 februari 2021, Pasien dibawa oleh keluarga ke RSUD

lubuk sikaping Pukul 11 malam melalui IGD ke Kelas Interne karena

mengalami penurunan kesadaran sejak 1 jam sebelum masuk ke rumah sakit.

pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan letih,tidak nafsu makan,sering

buang air kecil,sering merasa haus,batuk dan kadang-kadang berdahak.

Pada saat pengkajian (5 februari 2021) pasien mengatakan tidak nafsu

makan 8 bulan terakhir ini, sudah 4 hari tidak buang air besar, perut terasa

89
begah, pasien mengeluhkan lemah, kesadaran compos mentis, nafsu makan

berkurang, sakit pada ulu hati, makan sayur dan buah sangat kurang,

terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya, yang

dirasakan hilang timbul, turgor kulit agak kering, mukosa bibir agak kering,

pasien rasanya ingin buang air besar tapi tidak bisa keluar, BAB keras, pasien

selalu bertanya tentang penyakitnya, pasien mengatakan tidak mengetahui

dengan jelas penyakitnya, cara perawatan penyakitnya, pasien mengatakan

tidak teratur kontrol gula darahnya, terlihat bingung ketika ditanya.

B. Diagnosa

Dari sekian banyak diagnosa keperawatan yang ada di teoritis tidak

seluruhnya dialami oleh klien.Sesuai dengan data objektif dan data subjektif

klien maka dirumuskan diagnose keperawatan yang sesuai dengan keadaan

klien yaitu :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d gangguan glukosa darah puasa

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif d.d sekresi yang tertahan

3. Gangguan pola tidur d.d hambatan lingkungan

4. Defisit perawatan diri d.d kelemahan

5. Defisit pengetahuan d.d kurang terpapar informasi

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul dengan pada

Diabetes melitus meliputi :

1. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik, kehilangan gastrik

berlebihan; diare, muntah


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral; anoreksia, mual,

lambung penuh, nyeri abdomen,perubahan kesadaran

3. Resiko tinggi infeksi b. d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi

leukosit, perubahan pada sirkulasi

4. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia

darah; insufisiensi insulin

5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi

Pada kasus ini diagnosa yang muncul pada saat pengkajian hampir

sama dengan teori yang didapat karena yang didapat saat pengkajian adalah

Pasien mengatakan badan sering merasa lelah atau lesu, sering merasa haus,

sering BAK,didapatkan hasil GDP 214 mg/dl,urine 3 liter/hari,BB 2 bulan

terakhir menurun 8 kg,BB saat pengkajian 60kg sehingga timbul masalah

keperawatan ketidak stabilan kadar gluosa darah. Kemudian pasien mengeluh

sering batuk dan kadang-kadang berdahak,merokok >3 bungkus/hari,susak

mengeluarkan dahak atau sputum,TD : 90/60 mmHg,nadi : 80x/i,RR :

26x/i,S : 36,5 c maka timbulah masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak

efektif. pasien juga mengatakan susah tidur,setelah bangun merasa kurang

puas, maka timbul masalah keperawatan gangguan pola tidur,selanjutnya

pasien juga mengatakan tidak mampu mandi atau mengenakan pakaian/makan

dan ketoilet sendir,dan minat melakukan perawatan diri kurangi maka

timbulah masalah keperawatan defisit perawatan diri,dan terakhir pasien


mengatakan tidak ada pantangan makan atau minum,minum obat bila sakit

saja,kurang kontrol kesehatan ke fasilitas kesehatan maka timbulah masalah

keperawatan defisit pengetahuan .

C. Intervensi

Dalam penyusunan rencana keperawatan mahasiswa menggunakan

rencana keperawatan yang telah disusunkan oleh PPNI, SDKI, SLKI, SIKI

sebagai standar acuan asuhan keperawatan yang diberikan. Dalam hal ini

setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat

diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi klien.

Dalam hal ini Kelompok tidak terlalu mengalami kesulitan yang

begitu berarti hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor pendukung

diantaranya dukungan dari para pembimbing dan yang hubungan komunikasi

yang baik antara anggota kelompok, keluarga pasien dan perawat.

Diantara intervensi yang akan dilakukan adalah manajemen

hiperglikemi,edukasi program pengobatan, edukasi proses penyakit dan

manajemen jalan napas.

D. Implementasi

Tahap implementasi yang merupakan penerapan asuhan keperawatan

yang didelegasikan kepada keluarga dan yang dilakukan kepada pasien

.Dalam tahap implementasi ini penulis tidak menemukan kesulitan.

Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencananya yang telah ditetapkan sebagai berikut :


1. Adanya perencanaan yang baik, sehingga memudahkan kelompok dalam

melakukan tindakan keperawatan.

2. Adanya sikap kooperatif, partisipasi keluarga membantu perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan.

3. Adanya bimbingan dari perawat ruangan serta memberikan kesempatan

kepada kelompok dalam melakukan asuhan keperawatan.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama selama 2x pertemuan

kepada Tn,S selama 2x pertemuan kepada Tn.S pada jam pertama sampai

jam ke dua Tn.S memperlihatkan perbaikan dalam kadar gula darahnya

dengan intervensi yang dilakukan, begitupun dengan pertemuan selanjutnya

masalah konstipasi dan pengetahuan sudah teratasi.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Lniwaty (2001), bahwa penyakit

diabetes merupakan penyakit menahun yang bersifat degeneratif atau tidak

dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dalam darah dapat distabilkan

menjadi normal. Untuk menstabilkan gula darah diperlukan berbagai jenis

insulin dan oral serta pengetahuan yang tepat bagi penderita diabetes tentang

diet diabetes melitusdiharapkan dapat menghasilkan suatu tindakan yang

benar dalam penyediaan diet diabetes. Namun saat ini masih banyak

ditemukan penderita diabetes melitus yang tidak patuh dalam pelaksanaan

diet.
Penelitian yang dilakukan oleh Losen Adnyana dkk (2009), terhadap 100

pasien DM yang melakukan kunjungan di poli klinik diabetes RS Sanglah

Denpasar yang patuh dalam pelaksanaan diabetes melitus hanyalah 37% yang

tidak patuh dalam pelaksanaan Diabetesmelitus sebanyak 63%. Ketidak

patuhan pasien dalam melaksanakan diet diabetes dipengaruhi karena faktor

motivasi yang dimiliki pasien, dukungan keluarga, dan pengetahuan tentang

manfaat diet diabetes melitus.

Jadi pasien diabetes melitus harus memiliki pengetahuan yang baik

mengenai Diabetes Melitus agar membentuk perilaku kepatuhan dalam

menjalani diet sehingga tujuan bisa tercapai. Untuk meningkatkan

pengetahuan dan kepatuhan penderita diperlukan peran serta tenaga kesehatan

untuk memberikan informasi yang tepat melalui health education mengenai

cara pelaksanaan diet diabetes melitus sebagai salah satu cara meningkatkan

kepatuhan pasien tersebut dalam mengontrol gula darahnya sehingga masalah

kesehatanya tidak terganggu dikemudin harinya.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh kelompok 3

pada Tn. S pada tanggal 5 Februari 2021 diruangan Kelas III Interne RSUD

Lubuk sikaping dapat disimpulkan:

1. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telah berkembang secara klinis, maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan
penyakit vascular mikroangiopati, dan neuropati ( Sylvia A. Price dan
Lorraine M. Wilson, 2005 : 1260). American Diabetes Association (ADA),
klasifikasi klinis gangguan toleransi glukosa meliputi :
a. Diabetes tipe 1
b. Diabetes tipe 2
c. Diabetes Gestasional (GDM).
d. Tipe khusus lain
Manifestasi klinis :
Poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan, kram otot, kebas, kesemutan, lesi
membran basalis.
2. Hasil pengkajian memperlihatkan terdapatnya keluhan-keluhan pasien seperti

Pasien mengatakan badan sering merasa lelah atau lesu, sering merasa haus,

sering BAK,didapatkan hasil GDP 214 mg/dl,urine 3 liter/hari,BB 2 bulan

terakhir menurun 8 kg,BB saat pengkajian 60kg sehingga timbul masalah

keperawatan ketidak stabilan kadar gluosa darah. Kemudian pasien

mengeluh sering batuk dan kadang-kadang berdahak,merokok >3

bungkus/hari,susak mengeluarkan dahak atau sputum,TD : 90/60


mmHg,nadi : 80x/i,RR : 26x/i,S : 36,5 c maka timbulah masalah keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif. pasien juga mengatakan susah tidur,setelah

bangun merasa kurang puas, maka timbul masalah keperawatan gangguan

pola tidur,selanjutnya pasien juga mengatakan tidak mampu mandi atau

mengenakan pakaian/makan dan ketoilet sendir,dan minat melakukan

perawatan diri kurangi maka timbulah masalah keperawatan defisit perawatan

diri,dan terakhir pasien mengatakan tidak ada pantangan makan atau

minum,minum obat bila sakit saja,kurang kontrol kesehatan ke fasilitas

kesehatan maka timbulah masalah keperawatan defisit pengetahuan .

1. Setelah dilakukan pengkajian didapakan 2 diagnosa prioritas adalah

Ketidakstabilan kadar glukosa darah d.d gangguan glukosa darah puasa,

Bersihan jalan nafas tidak efektif d.d sekresi yang tertahan

2. Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai rencana Asuhan

keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi pasien.

3. Setelah dilakukan Asuhan keperawatan dari tanggal 5-6 Februari 2021 pada

TN. S adanya perbaikan kesehatan meskipun tidak semua masalah

keperawatan teratasi.

B. Saran

Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Diabetes melitus diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada :

1. Bagi Rumah Sakit


Harapan sebagai masukan bagi rumah sakit dalam upaya promotif dan

kuratif pada pasien dengan Diabetes Melitus dapat memberikan asuhan

keperawatan yang lebih intensif.

2. Unit Kelas Interne RSUD Lubuk sikaping

Sebagai bahana acuan kepada tenaga kesehatan RSUD Lubuk

sikaping dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan

pelayanan yang memuaskan pada klien serta melihatkan perkembangan klien

yang lebih baik.

3. Bagi Keluarga Klien dan Masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang Diabetes

Melitus

4. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus dan dapat menerapkan

ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2.

Jakarta:EGC.

Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Howak, Jane Hokanson. (2005). Buku Ajar : Medical Surgical Nursing, Edisi  8.

Volume 1. hal : 1062

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.

Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi

6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi

Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito

Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)  Second

Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT

Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai