Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Latar belakang: Telenursing merupakan manajemen atau penyampaian perawatan kesehatan jarak
jauh yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan telenursing penyampaian informasi,
edukasi, intervensi, dapat dilakukan secara jarak jauh, selain itu monitoring kondisi pasien diabetes
dapat dilakukan secara 24 jam tidak terbatas watu dan tempat. Tujuan: untuk mengetahui
efektivitas intervensi telenursing pada pasien dengan diabetes. Metode: pencarian literatur
dilakukan pada 2 database eletronik yaitu pubmed dan proquest. Hasil pencarian didapatkan 15
artikel, dan setelah dilakukan skrining dan evaluasi didapatkan sebanyak 5 artikel yang memenuhi
kriteria inklusi. Hasil: terdapat beberapa pengaruh dari intervensi secara telenursing yang dilakukan
kepada para responden diantaranya: Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index
(BMI), Penurunan nilai HbA1c, Peningkatan self-Efficacy pada pasien diabetes, dan Perbaikan nilai
Profil Lipid (Kolesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida).
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata ajar Sinstem Informasi dala
Keperawatan yang berjudul “Efektivitas Intervensi Telenursing pada Pasien Dengan
Diabetes” yang dapat diselesaikan tepat waktu.
Dalam penyusunannya ini kami menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan untuk memenuhi kebutuhan dalam
bidang keperawatan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih khususnya kepada:
1. Ibu Ns. Elizabeth Ari Setyarini, S.Kep., M.Kes.AIFO selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Santo Borromeus.
2. Bapak Ns. Ferdinan Sihombing, M.Kep selaku Kepala Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus.
3. Bapak Ns Albertus Budi Arianto., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Mata Ajar Sistem
Dalam Informasi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus.
4. Teman-teman Kelompok 1 Mata Ajar Sistem Informasi Dalam Keperawatan. Serta
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penulisan
makalah telaah jurnal ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi semua pada umunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II METODELOGI PENYUSUNAN LITERATUR REVIEW.........................................3
A. Tahap Penyusunan Literature review......................................................................3
B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi......................................................................................4
C. Flowchart Systematic Review..................................................................................5
D. Summarize the Literature........................................................................................5
E. Synthesize the Literature.........................................................................................6
F. Write the Review.....................................................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................7
A. Hasil..........................................................................................................................7
B. Pembahasan.............................................................................................................13
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
LAMPIRAN..............................................................................................................18
A.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum penyakit dan
salah satu masalah kesehatan terbesar bagi banyak negara. Faktor gaya hidup seperti pola
makan tidak sehat, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol yang
berlebihan diketahui meningkatkan risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 (Kusnanto et al., 2019).
Menurut WHO Pada tahun 2012 saja diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian dan komplikasi
dari penyakit diabetes dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal
(Yang et al., 2019). Prevalensi diabetes meningkat secara global, menurut IDF pada tahun 2015
terdapat 415 juta orang yang menderita diabetes di seluruh dunia, dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 642 juta pada tahun 2040 (Kotsani et al., 2018). Di tahun 2015, Indonesia
menduduki peringkat tertinggi ketujuh dunia untuk prevalensi penderita diabetes di dunia,
dengan angka perkiraan penderita diabetes lebih dari 10 juta (Kusnanto et al., 2019). Pada april
2016, laporan flobal tentang diabetes menyuarakan tindakan untuk mengurangi factor resiko
dan meningkatkan kualitas perawatan untuk penderita diabetes (WHO, 2018).
Untuk mengurangi factor resiko terjadinya komplikasi diperlukan peningkatan kualitas
dan perilaku gaya hidup seperti pola makan yang lebih sehat, sering aktivitas fisik secara
teratur, dan mengurangi stres serta depresi (Yang et al., 2019). Namun di banyak negara pasien
diabetes tidak menerima edukasi ketika mereka meninggalkan perawatan di rumah sakit, hal ini
menyebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk memamtau dan mngontrol
kondisi di rumah. Selain itu terdapat beberapa hambatan potensial untuk penatalaksanaan
diabetes seperti kurangnya waktu dan informasi terkait diabetes, jarak yang jauh dan biaya
yang tinggi serta ketidakpatuhan terhadap pengobatan yang rendah menyebabkan kondisi
kesehatan yang memburuk (Yang et al., 2019).
Telenursing berasal dari kata “tele” yang berarti jarak, dan “nursing” yang berarti
perawatan sehingga memiliki arti sebuah manajemen atau penyampaian perawatan kesehatan
jarak jauh yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (Asimakopoulou, 2020). Teknologi
informasi dan komunikasi di bidang keperawatan adalah teknologi informasi yang
mengintegrasikan ilmu keperawatan, computer, ilmu pengetahuan dan ilmu informasi untuk
mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktiek
keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi dan
pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan
1
keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002
dalam (Irfan Maulana, 2020).
Munculnya teknologi manajemen pasien berbasis web, termasuk olah pesan berbasis
web, konferensi video, jarak jauh pemantauan tanda-tanda vital, dan program pendidikan
berbasis web, telah menghasilkan berbagai inovasi dalam dunia medis (Jeong et al., 2018).
Sebagai penyakit progresif, DM merupakan kondisi kronis yang membutuhkan intervensi
perilaku, seperti terapi diet, terapi olahraga, dan self-testing gula darah, dll. Pendidikan
diabetes dilakukan melalui konsultasi tatap muka di klinik dan kunjungan dengan perawat atau
pendidik diabetes (Yang et al., 2019). Namun, telenursing, telemedicine, model berbasis web,
bantuan telepon konsultan lini kesehatan dan komunitas menerapkan strategi baru untuk
meningkatkan manajemen penyakit kronis (Liang et al., 2015; Lu, Chi, & Chen, 2014). Intervensi
tersebut berpotensi mencapai populasi yang luas karena tersedia 24 jam, dan dapat dihosting
oleh lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Telenursing dirancang untuk memberikan
kesempatan bagi pendidikan pasien, keperawatan telekonsultasi, pemantauan hasil perawatan
medis, dan dapat membantu dokter dalam menerapkan protokol medis (Ali ‐ Akbari,
Khalifehzadeh, & Parvin, 2009; Glinkowski, 2010). Apalagi terkait studi menunjukkan bahwa
telenursing adalah alat yang berguna untuk mengoptimalkan kontrol dan kepatuhan terhadap
rekomendasi pengobatan pada pasien dengan diabetes (Aliha et al., 2013; Liang et al., 2015;
Solaiman, 2016). The American Academy of Ambulatory Care Nursing mendefinisikan
telenursing sebagai penyampaian, pengelolaan, dan koordinasi semua jenis asuhan
keperawatan dan layanan yang disediakan melalui telekomunikasi teknologi yang mencakup
berbagai macam telekomunikasi teknologi, seperti telepon, faks, surat elektronik, Internet,
video monitoring, dan video interaktif (Aytekin, Ovayolu, & Ovayolu, 2016; Blackberry dkk.,
2013; Bond et al., 2007; Borhani, Lashkari, Sabzevari, & Abbaszadeh, 2013; Crowley dkk., 2013;
Elgaphar & El‐Gafar, 2017; Hansen, Perrild, Koefoed, & Zander, 2017; dalam Kotsani et al.,
2018), yang dapat menghilangkan hambatan waktu dan jarak untuk pengiriman asuhan
keperawatan (Sorrells-Jones, Tschirch, & Liong, 2006). Meskipun itu tidak dapat menggantikan
kontak pribadi dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan hasil pencarian literatur dan pemaparan diatas penulis ingin mengetahui
lebih dalam dan tertarik untuk membahas beberapa hasil penelitian mengenai efktifitas
intervensi telenursing pada pasien dengan diabetes.
B. Tujuan
2
Untuk melakukan sintesa dari beberapa jurnal dan hasil penelitian terkait Efektivitas
Intervensi Telenursing pada Pasien Diabetes.
BAB II
METODELOGI PENYUSUNAN LITERATURE REVIEW
2. Identifikasi Literatur
Dalam penyusunan telaah jurnal ini penulis melakukan penelusuran yang terkait
dengan efektivitas intervensi telenursing pada pasien dengan diabetes. Artikel yang dicari
harus relevan sehingga membantu untuk mendapatkan gambaran dari tujuan penyusunan
literature review ini, mulai dari strategi pencarian literatur berlanjut dengan menentukan
kriteria inklusi dan eksklusi, dan mencari atrikel menggunakan Flowchart Systematic
Review Prisma 2009.
Strategi pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan model PICO. Model
PICO adalah sebuah metode pencarian jurnal berdasarkan topik pencarian. Adapun format
PICO yang digunakan mencakup:
P (population / Problem) Pasien Diabetes
I (Intervention) Intervensi Telenursing
C (Comparison) Tidak ada
O (outcome) Efektivitas
Pencarian literatur dilakukan melalui Pubmed, Proquest. Kata kunci yang digunakan
mencari jurnal adalah (effectivity) AND (Telenursing) AND (Intervention) AND (Patient) AND
(Diabetes). Pencarian awal yang dilakukan pada database Pubmed mendapatkan 14 jurnal,
Proquest mendapatkan 1 Jurnal. Keseluruhan jurnal tersebut adalah 15 kemudian dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil pencarian literatur pada dua database
sebagai berikut:
3
a. Pubmed
Artikel yang didapatkan dari database ini sebanyak 14 atrikel, setelah menggunakan
filter 5 tahun terakhir: 8 artikel. Tidak ditemukan duplikasi artikel pada database lain.
b. Proquest
Artikel yang didapat pada saat pencarian dengan kata kunci, menggunakan filter 5
tahun terakhir hanya didapatkan 1 artikel, tidak terdapat duplikasi pada database
lainnya.
PubMed = 14
ProQuest = 1
(N = 15)
(N=7)
Jurnal yang masuk
berdasarkan judul, abstrak, Hasil screening yang tidak
dan kata kunci sesuai dengan outcome
(N =8) (N = 2)
Eligibility
4
Inclusion
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Judul, Penulis, dan Tempat Penelitian, Sumber
No. Tujuan Penelitian Metode Penelitian Temuan Penelitian
Tahun Artikel Jumlah Sampel Artikel
1. Video consultations Denmark. Pubmed Untuk mengetahui apakah Randomized Control Trial Setelah intervensi semalma 8
as add-on to Sampel 165 pasien konsultasi dengan video 165 pasien dengan diabetes tipe 2 bulan menghasilkan penurunan
standard care penderita Diabetes yang didahului dengan secara acak dibagi menjadi 2 signifikan HbA1c pada
among patients tipe 2: Kelompok pengukuran glukosa kelompok: kelompok intervensi
with type 2 Intervensi (n=83), darah, berat badan, dan 1. Kelompok Intervensi telemedicine dibandingkan dengan
diabetes not dan kelompok tekanan darah sebagai (n=83). Intervensi terdiri dari perawatan standar (0,69%;
responding to Control (n=82). tambahan dari perawatan konfrensi video bulanan dengan P<0,000001 vs 0,18%; P =
standard regimens: Pada standar dapat ber- perawat melalui computer berbasis 0,022) dari hasil pengukuran
a randomized pelaksanaannya kontribusi untuk mencapai tablet dan berlangsung selama 32 awal.
Peserta yang tidak mengalami
controlled trial, terdapat pasien dan mempertahankan minggu (8 bulan) ditambah
komplikasi diabetes memiliki
(Hansen et al., yang tidak kontrol diabetes yang baik perawatan berbasis klinik yaitu
penurunan tertinggi pada
2017) melanjutkan pada pasien diabetes tipe perawatan yang terdiri dari
HbA1c diikuti oleh peserta
sehingga jumlah 2 yang tidak dapat di atur kunjungan dokter setiap 3-6 bulan.
dengan komplikasi
sampel yang selesai dengan baik. Pengukuran GD, TD, dan BB yang makrovaskular dan peserta
setelah 8 bulan dipantau secara teratur di unggah dengan komplikasi
intervensi adalah: dan dapat di lihat oleh pasien dan mikrovaskular dan
kelompok perawat. makrovaskular.
intervensi (n=69), 2. Kelompok control (Control Group) :
kelompok control kelompok dengan perawatan biasa.
(n=77).
7
2. Smart Care Based Korea Selatan. Pubmed Penelitian ini dilakukan Randomized Control Trial. Hasil utama adalah Setelah 24
on Sampel 338 pasien untuk mengetahui 338 pasien dewasa dengan Diabetes minggu ketiga kelompok
Telemonitoring dengan diabetes efektivitas layanan Tipe 2 secara acak dibagi menjadi 3 menunjukkan penurunan yang
and Telemedicine Smart Care untuk signifikan pada nilai HbA1c dari nilai
tipe 2. kelompok:
awal (−0.66% ± 1.03% di grup
for Type 2 kontrol glukosa 1. Group A (Control Group, n=113) kontrol, −0.66% ± 1.09% dalam grup
Diabetes Care: berdasarkan Seletah mendapatkan edukasi telemonitoring, dan −0.81% ± 1.05%
Multi-center telemedicine dan
tentang standar perawatan pada kelompok telemedicine, p
Randomized telemonitoring serta <0,001 masing-masing).
mandiri Diabetes yang
dibandingkan dengan Hasil sekunder setelah 24 minggu
Controlled Trial, direkomendasikan oleh
pengobatantatap muka didapatkan adanya perubahan
(Jeong et al., American Diabetes Association.
konvensional pada konsentrasi glukosa darah puasa,
2018) pasien dengan Diabetes Pasien disarankan untuk penurunan profil lipid, penurunan
tipe 2. melaporkan kondisi kepada berat badan dan indeks massa tubuh
(IMT) atau Body Mass Index (BMI)
dokter (endocrinologist) sesuai terjadi terutama pada telemonitoring
dengan perjanjian yaitu pada dan telemedicine group.
awal, setelah 8, 16, dan 24
minggu penelitian. Setiap
pasien di berikan alat
glucometer dan di di dorong
untuk memantau sendiri kadar
glukosa darah mereka.
2. Group B (Telemonitoring Group,
n=113) pasien melaporkan
kondisi pada dokter
(endocrinologist) setelah 8, 16,
dan 24 minggu penelitian.
pasien di ajarkan cara untuk
melakukan self monitoring of
8
blood glucose (SMBG),
mengukur Body Composition,
dan mengirimnya ke Smart Care
Center (SCC) dengan
menggunakan alat Smart Care
Unit (SCU), pasien akan
menerima pesan singkat yang
dihasilkan oleh pendukung
keputusan klinis otomatis oleh
sistem dan pengobatan akan
diresepkan oleh dokter
berdasarkan data yang dikirim,
pasien juga menerima informasi
umum tentang manajemen
diabetes setiap minggunya dari
SCC.
3. Group C (Telemedicine Group,
n=112). Pasien pada group ini
diberikan peralatan untuk
monitoring. Pasien tidak
mengunjungi dokter pada minggu
ke 8 dan 16, tetapi menghubungi
dokter dari rumah dengan alat SCU
yang dilengkapi dengan kamera,
berdasarkan cara komunikasi ini,
dan data yang dikirimkan
berdasarkan SMBG serta berat
9
badan pasien, dokter memeriksa
pasien dan langsung meresepkan
pengobatan ke setiap rumah.
Setelah 24 minggu, konsultasi
diklakukan secara tatap muka di
Rumah sakit.
3. The role of Yunani Pubmed Untuk mengevaluasi Randomized Control Trial Kedua kelompok tidak berbeda
telenursing in the Sampel 94 pasien pengaruh telenursing pada 94 pasien dengan DM tipe 1 dibagi umur, jenis kelamin, aktivitas fisik
management of kepatuhan pasien secara acak menjadi 2 kelompok: atau awal HbA1c. Setelah
dengan DM tipe 1 Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes Type 1: 1. Kelompok Intervensi (n=48) yang penelitian selama 3 bulan
(T1DM) dengan self-
A randomized diberikan layanan telenursing didapatkan hasil dalam kelompok
monitoring glukosa dan
controlled trial, dimana seorang perawat membuat intervensi, glukosa darah
kontrol glikemik
(Kotsani et al., kontak mingguan melalui telepon menurun secara signifikan pada
2018) untuk memotivasi pasien agar akhir penelitian di semua
sering mengukur glukosa darah pengukuran yang telah ditentukan
sebelumnya, dibandingkan
dan melaksanakan gaya hidup
dengan kelompok kontrol: pagi
yang sehat.
(93,18 ± 13,30 mg / dl vs. 105,17 ±
2. Kelompok control (n=46)
13,74 mg / dl, p <0,005), pra-
menerima nasehat dan perawatan
prandial atau sebelum makan
diabetes standar di klinik. siang (114,76 ± 9,54mg / dl vs.
120,84 ± 4,05mg / dl, p <0,005),
pasca-prandial atau setelah
makan siang (193,35 ± 25,36mg /
dl vs. 207,84 ± 18,80mg / dl, p
<0,005), dan HbA1c menurun
secara signifikan dari waktu ke
waktu pada kelompok intervensi
(8,3 ± 0,6% pada awal penelitian
vs. 7,8 ± 1% pada akhir penelitian,
10
p = 0,03)
4. DM-calendar app Bali, Indonesia Pubmed Untuk mengevaluasi Randomized Experimental Design 1. Pada kedua kelompok didapatkan
as a diabetes self- Sampel 30 pengaruh aplikasi kalender Penelitian dilakukan selama 3 bulan efek yang signifikan terhadap
management responden dengan diabetes mellitus sebagai a terhadap 30 responden yang dibagi peningkatan self efficacy (p<0,05).
education on Program Diabetes Self-
diagnosa DM tipe 2 menjadi 2 kelompok (Kelompok Jika dilihat dari hasil mean:
Management Education
adult Eksperimen: n=15), (Kelompok kelompok eksperimen memiliki
(DSME) tentang efikasi
type 2 diabetes Kontrol: n=15). Pada kedua kelompok peningkatan nilai rata-rata yang
diri, kadar HbA1c, profil
mellitus: a lipid, dan insulin pada dilakukan penilaian awal self-efficacy lebih tinggi (33,73±2,4 menjadi
randomized orang dewasa tipe 2 dan pengukuran HbA1c. Semua 49,2±2,54) dibandingkan kelompok
controlled trial, diabetes mellitus (DMT2) responden diberi Diabetes Self control (31,47±2,75 menjadi
(Kusnanto et al., Management Education (DSME) 41,07±1,94).
2019) selama empat sesi, masing-masing 2. Penurunan nilai yang signifikan
selama 30 menit. Sesi pertama pada HbA1C pada kelompok
membahas tentang konsep dasar DM; ekperimental dibandingkan
Sesi kedua membahas tentang terapi kelompok control.
nutrisi dan perawatan aktitivitas fisik; 3. Pada hasil profil Lipid (kolesterol
sesi ketiga membahas perawatan kaki total, HDL, LDL, Trigliserida)
dan pemantauan yang perlu terdapat perbaikan yang lebih baik
dilakukan; dan sesi keempat pada kelompok ekperimental
membahas manajemen stres, dibandingkan kelompok control.
dukungan psikososial, dan akses
pasien ke fasilitas kesehatan.
Selanjutnya kelompok eksperimental
diberi aplikasi kalender DM yang di
pasang pada ponsel mereka, dimana
aplikasi ini akan memberikan
pemberitahuan sebanyak 6 kali
perhari kepada pasien: pukul 06.00
(sarapan pagi),
11
09.00 (snack pagi), 12.00 (makan
siang), 15.00 (snack sore), 16.00
(aktivitas fisik / senam kaki
diabetik), dan 18.00 (makan
malam) serta Pengingat untuk
pemeriksaan gula darah yang
muncul sebulan sekali mulai dari
login pertama. Sedangkan
kelompok control diberikan leaflet
yang berisi tentang program diet
dan informasi tentang aktivitas
fisik dan kontrol glukosa darah
5. Is Telenursing an Iran. Pubmed Untuk mengetahui Randomized Control Trial Hasil menunjukkan penurunan
Effective Method to Sampel 60 pasien keefektifan telenursing 60 pasien dengan diabetes tipe 2 IMT yang signifikan secara
Control BMI and dengan diabetes pada Indeks Massa yang dirujuk ke klinik diabetes statistik pada akhir pelatihan dari
HbA1c in Illiterate tipe 2 Tubuh (IMT) / Body Aligoodarz (Lorestan, Iran) dibagi 29,28 (3,29) menjadi 28,35 (3,37)
Patients Aged 50 secara acak menjadi 2 kelompok:
Mass Index (BMI) dan kg / m2 dan penurunan HbA1c
Years and Older
HbA1C pada pasien kelompok intervensi (n=30) dan yang signifikan secara statistik
With Type 2
dengan diabetes tipe 2 kelompok control (n=30). Setiap dari 8,96 (1,24) hingga 7,56 (0,71)
Diabetes? A
Randomized yang buta huruf berusia pasien di asesmen sebelum dan pada kelompok intervensi.
Controlled Clinical 50 tahun ke atas. sesudah intervensi. Parameter
Trial, (Shahsavari & klinis yang dinilai adalah: HbA1c
Bakhshandeh menggunakan Drew-DS5 analyzer
Bavarsad, 2020) dan IMT menggunakan skala
(Sahand BMI electronic scale).
Semua pasien menerima pelatihan
perawatan mandiri diabetes
selama 3 hari sebelum penelitian.
Tindak lanjut melalui telepon
diterapkan dalam Kelompok
12
Intervensi selama 12 minggu.
Responden menerima telepon dari
peneliti untuk menilai kepatuhan
mereka terhadap rencana
pengobatan (olahraga, diet, dan
pengobatan) sebanyak 2 kali
perminggu di bulan pertama dan
kedua serta seminggu sekali di
bulan ketiga. Sedangkan pada
Kelompok Kontrol hanya
menerima perawatan rutin di
klinik rawat jalan diabetes selama
penelitian.
13
B. Pembahasan
Artikel penelitian yang ditelaah berjumlah lima artikel, seluruh penelitian menggunakan
desain penelitian ekperimental dengan Randomized Control Trial evaluasi dilakukan dengan
membandingkan hasil pada sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan artikel dari
(Hansen et al., 2017), (Jeong et al., 2018), (Kotsani et al., 2018), (Kusnanto et al., 2019),
(Shahsavari & Bakhshandeh Bavarsad, 2020) didapatkan bahwa terdapat efektivitas intervensi
telenursing pada pasien diabetes, diantaranya: Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body
Mass Index (BMI), Penurunan nilai HbA1c, Peningkatan self-Efficacy pada pasien diabetes, dan
Perbaikan nilai Profil Lipid (Kolesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida).
1. Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI)
Dari 5 artikel yang ditemukan, terdapat 2 artikel yang menyebutkan mengenai
efektivitas intervensi telenursing adalah terjadinya Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT) /
Body Mass Index (BMI) pada pasien diabetes.
Menurut hasil penelitian dari (Jeong et al., 2018) selama 24 minggu penelitian secara
statistic didapatkan penurunan IMT pada responden terutama pada kelompok
telemedicine dan kelompok telemonitoring, namun selisih perbedaan pada ketiga
kelompok tidak terlalu terlalu berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan (Shahsavari &
Bakhshandeh Bavarsad, 2020) mengatakan terjadi penurunan signifikan pada secara
statistik pada kelompok Intervensi daripada kelompok Kontrol dari 29,28 (3,29) menjadi
28,35 (3,37) kg / m2. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dapat peningkatan
komunikasi antar pasien dan perawat sehingga kontrol penyakit menjadi lebih terkendali
(Shahsavari & Bakhshandeh Bavarsad, 2020).
14
1,2% vs. 7,9 ± 0,8%, p = 0,15). Hasil penelitian juga menunjukkan komunikasi melalui
telepon meningkatkan kepatuhan pasien dan kotrol glikemik yang lebih baik. Penelitian
(Kusnanto et al., 2019), menyebutkan terdapat penurunan nilai yang signifikan pada HbA1C
pada kelompok ekperimental dibandingkan kelompok control yaitu: kelompok
eksperimental 8,74 ± 1,34% (pre test) - 7,64 ± 1,29% (post test) sedangkan kelompok
kontrol 8,18 ± 1,02% (pre test) - 7,91 ± 0,88% (post test). Berdasarkan (Shahsavari &
Bakhshandeh Bavarsad, 2020) penurunan yang signifikan secara statistik di HbA1c terjadi
pada kelompok intervensi dari 8,96 (1,24) menjadi 7,56 (0,71).
Penurunan Tingkat HbA1c dapat dikaitkan dengan perbedaan program pelatihan,
prosedur tindak lanjut telepon dibandingkan dengan kelompok Kontrol. Saat ini, sebagian
besar pasien pelatihan perawatan diri dengan penyakit kronis seperti diabetes dilakukan
oleh perawat. Telenursing dapat membantu pasien untuk meningkatkan proses perawatan
diri, sehingga hubungan antara pasien dan perawat dan aktif partisipasi pasien dalam
rencana perawatan diabetes (Shahsavari & Bakhshandeh Bavarsad, 2020). Selain itu
penurunan Hba1c dikarenakan adanya peningkatan kepatuhan terhadap program
pengobatan, dan telenursing dapat memotivasi pasien diabetes untuk dapat lebih
mengontrol penyakitnya (Kotsani et al., 2018).
3. Peningkatan Self-Efficacy
Dari lima artikel hanya artikel dari (Kusnanto et al., 2019) yang mengatakan terjadi
peningkatan self-efficacy pada pasien diabetes. Ini ditunjukkan dengan hasil rata-rata
statisktik self-efficacy pada kelompok eksperimen memiliki peningkatan nilai rata-rata yang
lebih tinggi (33,73±2,4 menjadi 49,2±2,54) dibandingkan kelompok control (31,47±2,75
menjadi 41,07±1,94).
Efikasi diri adalah salah satu faktor terpenting - didefinisikan sebagai kepercayaan
pasien dalam mempertahankan dan meningkatkannya kondisi medis. Efikasi diri
dipengaruhi oleh proses kognitif, motivasi, proses efektif dan seleksi pro-cases, dalam
penelitian (Kusnanto et al., 2019) proses kognitif ditunjukkan adanya pemberian edukasi
berupa Diabetes Self Management Education (DSME) sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan tentang program nutrisi, aktivitas, perawatan, dan kontrol glukosa darah.
Pemberian informasi melalui media aplikasi kalender DM dinilai lebih effektif daripada
dengan media leaflet konvensional. Teknologi aplikasi berbasis ponsel telah terbukti
meningkatkan layanan komunikasi penyedia, lebih mudah diakses oleh pasien, dan
15
memberikan pilihan yang tepat untuk memfasilitasi perawatan diri dan kepatuhan
pengobatan (Kusnanto et al., 2019).
4. Perbaikan Profil Lipid (Kolesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida)
Terdapat 2 artikel yang mengatakan perbaikan profil lipid pada efektivitas intervensi
telenursing pada pasien diabetes. Menurut (Jeong et al., 2018), setelah 24 minggu
didapatkan adanya perubahan profil lipip, dan penelitian (Kusnanto et al., 2019) pada profil
lipid didapatkan hasil perbaikan yang lebih baik pada kelompok ekperimental dibandingkan
kelompok control. Hal ini dikarenakan intervensi telenursing (aplikasi DM-Calendar) dapat
menjadi pengingat bagi responden untuk mengkonsumsi obat secara teratur, aktivitas fisik
secara teratur, pola makan, dan edukasi informasi yang penting bagi responden (Kusnanto
et al., 2019).
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telenursing dapat diartikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan
teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of nursing, 2011 dalam (Irfan
Maulana, 2020). Teknologi informasi dan komunikasi di bidang keperawatan ini
mengintegrasikan ilmu keperawatan, ilmu Komputer, dan ilmu informasi untuk mengelola dan
mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktik keperawatan, sehingga
integrasi data, informasi dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia
lainnya dalam pengambilan keputusan dalam peran pengobatan pasien. Telenursing dapat
mengoptimalkan kontrol dan kepatuhan terhadap rekomendasi pengobatan pada pasien
dengan diabetes, terutama pada kondisi kurangnya waktu dan informasi, jarak yang jauh dan
biaya yang tinggi. Efektifitas intervensi telenursing yang didapatkan dari literature review ini
diantaranya:
1. Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI)
2. Penurunan nilai HbA1c
3. Peningkatan self-Efficacy pada pasien diabetes
4. Perbaikan nilai Profil Lipid (Kolesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida)
B. Saran
Diharapkan hasli literature review ini dapat menambah referensi bagi
mahasiswa perawat sehingga dapat mengetahui mengenai efektivitas intervensi
telenursing pada pasien dengan diabetes. Dan perlunya pencarian literature lebih lanjut
untuk melihat sejauh mana efektifitas telenursing terhadap pasien diabetes pada jangka
waktu yang lebih panjang.
Mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
literatur review ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
18