Anda di halaman 1dari 178

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS

YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

Oleh :

NAMA : FARY MISDINOOR ARIANTO


NIM : P07220117048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
KEPERAWATAN SAMARINDA
2020
2

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS

YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada Jurusan


Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :

NAMA : FARY MISDINOOR ARIANTO


NIM : P07220117048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
KEPERAWATAN SAMARINDA
2020
3

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri

dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain

untuk memperoleh gelardari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi

manapun baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia

menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Balikpapan……………..

Yang menyatakan

FARY MISDINOOR ARIANTO

P07220117048

ii
1

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL 14 MEI 2020


Oleh Pembimbing

Nurhayati,S.ST, M.Pd NIDN. 4024016801

Pembimbing Pendamping

Ns.Asnah, S.Kep, M.Pd


NIDN. 4008047301

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim

Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep


NIP. 196803291994022001

iii
2

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cholelithiasis Di Rawat Di
Rumah Sakit.
Telah diuji
Pada tanggal 14 Mei 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji:
Ns. Siti Nuryanti, S.kep.,M.Pd NIDN. 4023126901 (………………………………)

Penguji Anggota :
1. Nurhayati,S.ST, M.Pd NIDN. 4024016801
(………………………………)

2. Ns.Asnah. S.Kep.M.Pd (………………………………)


NIDN. 4008047301

Mengetahui,
Ketua Jurusan KeperawatanKetua Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan TimurPo

Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M
NIP. 19650825198503200 NIP. 196803291994022001

iv
3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri
1. Nama : Fary Misdinoor Arianto
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Tempat, Tanggal Lahir : Tabalong, November 1998
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Karang jati
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN 021 Balikpapan Tengah
2. SMPN 9 Balikpapan
3. SMK KESEHATAN AIRLANGGA Balikpapan
4. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017
sampai sekarang.

v
4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata'ala

sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam rangka memenuhi

persyaratan ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan

Jurusan Keperawatan dengan judul “Literatur review Asuhan keperawatan pada

Pasien Cholelithiasis di Ruang Flamboyan B dan E RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan”

Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat selesai. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. H. Supriadi B, S. Kp., M. Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kaltim.

2. Dr. Edy Iskandar, Sp.PD.,FINASIM.,MARS, selaku Direktur Rumah Sakit

Umum dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M. Kes, selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Lis Arming G, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

5. Ns. Grace Carol Sipasulta, M. Kep.,Sp. Kep. Mat, selaku penanggung jawab

Prodi D-III Keperawatan Samarinda jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes

Kaltim.
vi
5

6. Nurhayati, S.ST., M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I penyelesaian laporan

Karya Tulis Ilmiah.

7. Ns.Asnah. S.Kep.M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II dalam penyelesaian Karya

Tulis Ilmiah.

8. Para Dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam masa

pendidikan.

9. Rekan-rekan mahasiswa/I jurusan keperawatan Prodi D-III Keperawatan

Samarinda Poltekkes kemenkes kaltim.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,

saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan proposal ini.

Balikpapan, Mei 2020

Fary Msidinoor Arianto

vii
6

ABSTRAK

Pendahuluan: Menjaga asupan makanan juga diperhatikan karna mengkonsumsi


makanan yang memiliki kadar kalori dan lemak berlebih dari jumlah yang
dibutuhkan juga berbahaya bagi tubuh karna akan menyebabkan berbagai penyakit
salah satunya Cholelithiasis.Penelitian ini bertujuan untuk Mempelajari dan
memahami secara mendalam mengenai Asuhan keperawatan pada pasien pre dan
post Cholelithiasis di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pendekatan


Asuhan Keperawatan dengan melaksanakan asuhan sebagai unit analisis. Unit
analisis adalah klien dewasa . Instrumen pengumpulan data menggunakan format
pengkajian Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di Prodi
Keperawatan Poltekkes Kaltim.

Hasil dan pembahasan: Berdasarkan pada pengkajian, penegakkan diagnosa,


intervensi, implementasi dan hasil evaluasi, didapatkan data dari masing-masing
pasien mengeluh nyeri pada area perut. Pada pasien pertama ditemukan 1 diagnosa
pre operatif dan 3 diagnosa post operatif sedangkan pada pasien 2 didapatkan 2
diagnosa post operatif dan 3 diagnosa post operatif

Kesimpulan dan saran: Dapat disimpulkan bahwa setiap pasien dengan


Cholelithiasis memiliki respon yang berbeda terhadap penyakitnya. Diharapkan
perawat lebih mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif serta
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien pre dan post operatif Cholelithiasis.

viii
7

ABSTRACT

Introduction: Maintaining food intake is also considered because consuming foods


that have excessive levels of calories and fat than the amount needed is also
dangerous for the body because it will cause various diseases, one of which is
Cholelithiasis. This research aims to study and understand deeply about nursing
care in pre and Cholelithiasis post at RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Methods: This study uses the literature review method with the Nursing Care
approach by carrying out care as a unit of analysis. The unit of analysis is a mature
client. The data collection instrument used the format of Nursing Care assessment in
accordance with the applicable provisions in East Kalimantan Poltekkes Nursing
Study Program.

Results and discussion: Based on the assessment, diagnosis, intervention,


implementation and evaluation results, data from each patient complained of pain in
the fractured area. In the first patient found 1 preoperative diagnosis and 3 post
operative diagnoses while in patient 2 there were 2 post operative diagnoses and 3
post operative diagnoses

Conclusions and suggestions: It can be concluded that each patient with


Cholelithiasis has a different response to the disease. It is expected that nurses are
better able to carry out comprehensive nursing care and increase the ability and
knowledge in conducting nursing care in patients with pre and post operative
Cholelithiasis

ix
8

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman sampul...................................................................................................i

Surat pernyataan..................................................................................................ii

Lembar persetujuan............................................................................................iii

Lembar pengesahan............................................................................................iv

Daftar riwayat hidup............................................................................................v

Kata pengantar....................................................................................................vi

Abstrak.............................................................................................................viii

Daftar isi..............................................................................................................x

Daftar Gambar..................................................................................................xiv

Daftar Tabel......................................................................................................xvi

Daftar Lampiran..............................................................................................xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................6

C. Tujuan Penelitian.............................................................................6

x
9

1. Tujuan Umum............................................................................6
2. Tujuan Khusus...........................................................................6

D. Manfaat Penelitian...........................................................................7
1. Bagi Peneliti...............................................................................7
2. Bagi Tempat Peneliti..................................................................7
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan.....................................7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Cholelithiasis


1. Definisi..........................................................................................8
2. Etiologi..........................................................................................9
3. Anatomi.......................................................................................11
4. Fisiologi.......................................................................................12
5. Patofisiologi................................................................................14
6. Manifestasi klinis........................................................................15
7. Komplikasi..................................................................................16
8. Pencegahan dan penanganan.......................................................16
9. Pemeriksaan diagnostik...............................................................19
10. Pathway.......................................................................................22

B. Konsep Masalah Keperawatan


1. Pengertian Masalah Keperawatan...............................................23
2. Kriteria Mayor dan Minor...........................................................23
3. Kondisi Klinis Terkait.................................................................23
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Konsep asuhan keperawatan.......................................................32
2. Pengkajian...................................................................................32
3. Diagnose keperawatan................................................................35
4. Intervensi.....................................................................................37
5. Implementasi...............................................................................47

xi
10

6. Evaluasi.......................................................................................47

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan atau desain penelitian...................................................49


B. Subjek penelitian.............................................................................49
C. Batasan istilah..................................................................................51
D. Lokasi dan waktu penelitian............................................................52
E. Prosedur penelitian..........................................................................53
F. Metode dan instrument pengumpulan data......................................55
G. Keabsahan data................................................................................56
H. Analisa data.....................................................................................56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran lokasi penelitian...........................................................58


2. Data asuhan keperawatan..............................................................60

a. Pengkajian................................................................................60
b. Diagnosa keperawatan.............................................................79
c. Perencanaan keperawatan........................................................81
d. Implementasi keperawatan.......................................................84
e. Evaluasi keperawatan...............................................................97
B. Pembahasan

1. Pengkajian..............................................................................103
2. Diagnosa keperawatan...........................................................111
3. Perencanaan keperawatan......................................................134
4. Implementasi keperawatan.....................................................146
5. Evaluasi keperawatan.............................................................151

xii
11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan..................................................................................154
2. Saran............................................................................................156
DAFTAR PUSTAKA

xiii
1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Anatomi Kandung Empedu................................................................13

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan Pathway Cholelithiasis...........................................................................22

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Nyeri Akut pre operatif.........................................................37

Tabel 2.2 Intervensi Gangguan Mobilitas Fisik pre operatif.................................38

Tabel 2.3 Intervensi Hipertermi pre operatif..........................................................39

Tabel 2.4 Intervensi Defisit Nutrisi pre operatif....................................................40

Tabel 2.5 Intervensi Resiko Ketidakseimbangan Cairan pre operatif....................41

Tabel 2.6 Intervensi Resiko Syok pre operatif.......................................................42

Tabel 2.7 Intervensi Nyeri Akut post operatif.......................................................43

Tabel 2.8 Intervensi Gangguan Mobilitas Fisik post operatif................................44

Tabel 2.8 Intervensi Resiko infeksi post operatif...................................................45

Tabel 2.9 Hasil anamnese pasien Cholelithiasis....................................................60

Tabel 3.0 Hasil pemeriksaan fisik pasien Cholelithiasis........................................63

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan data penunjang.........................................................72

Tabel 3.1 Penatalaksanaan terapi pasien................................................................74

Tabel 3.3 Analisa data pada pasien 1 pre operatif..................................................75

Tabel 3.4 Analisa data pada pasien 2 pre operatif..................................................77

Tabel 3.5 Diagnosa keperawatan...........................................................................79

Tabel 3.6 Perencanaan...........................................................................................81

Tabel 3.7 Pelaksanaan............................................................................................84

Tabel 3.9 Implementasi..........................................................................................90

Tabel 4.0 Evaluasi..................................................................................................97

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1..............................................................................Lembar Konsultasi

Lampiran 2.......................................................Literature Riview Kasus Pasien 1

Lampiran 3.........................................................Literature review kasus pasien 2


1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah harta paling berharga dari kehidupan, seluruh aktivitas

hanya bisa dilakukan ketika kondisi badan sehat. Menjalani pola makan sehat

merupakan cara termudah untuk menjaga kebugaran badan dan mencegah tubuh

terserang dari penyakit. Menjaga asupan makanan merupakan pondasi untuk

memiliki tubuh yang sehat. Sayangnya, masih banyak orang yang tak tergerak

meluangkan waktu untuk melakukannya (Nathaniel et al., 2018).

Menjaga asupan makanan juga diperhatikan karna mengkonsumsi

makanan yang memiliki kadar kalori dan lemak berlebih dari jumlah yang

dibutuhkan juga berbahaya bagi tubuh karna akan menyebabkan penyakit

obesitas. Obesitas merupakan suatu gangguan yang melibatkan lemak tubuh

berlebihan yang meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti hipertensi, penakit

jantung, stroke, penyakit kandung empedu atau Cholelithiasis (Putri Sella Agustin,

2016).

Cholelithiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu merupakan

penyakit yang didalamnya terdapat batu empedu yang dapat ditemukan di dalam

kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-duanya.

Cholelithiasis adalah material atau kristal yang terbentuk di dalam kandung

empedu (Musbahi et al., 2019).

1
2

Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa

terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700

juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk

akibat ketidak seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang

menyebabkan pengendapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis

merupakan masalah kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia,

walaupun memiliki prevalensi yang berbeda beda di setiap daerah (Arif

Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).

Di Amerika Serikat, sebanyak 10% sampai 15% populasi orang dewasa

menderita batu empedu. Prevalensi tertinggi terjadi di Amerika Utara yaitu suku asli

Indian, dengan presentase 64,1% pada wanita dan 29,5% pada pria. Sementara

prevalensi yang tinggi juga terdapat pada suku Non Indian di Amerika Selatan,

dengan presentase 49,9% pada wanita negara Chili suku Mapuche Indian asli dan

12,6% pada pria. Prevalensi ini menurun pada suku campuran Amerika yaitu 16,6%

pada wanita dan 8,6% pada pria. Prevalensi menegah terjadi pada masyarakat Asia

dan masyarakat Amerika kulit hitam yaitu 13,9% pada wanita dan 5,3% pada pria.

Sedangkan prevalensi terendah ditemukan pada masyarakat Sub-Saharan Afrika yaitu

< 5% (Alhawsawi et al., 2019) .

Di Asia prevalensi Cholelithiasis yaitu sebesar 3% sampai 10%. Di

indonesia, riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi Cholelithiasis pada dewasa adalah sebesar 15,4%, dan prevalensi

tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu 11,7%. Saat ini

penderita Cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat karena perubahan gaya


hidup seperti orang-orang barat yang suka mengkonsumsi makanan cepat saji

yang dapat menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan menjadikan

pemicu terjadinya Cholelitiasis (Riskesdas, 2018).

Insiden batu empedu dapat dilihat dalam kelompok berisiko tinggi yang di

singkat dengan “6F” yaitu : fat, fifties, female, fertile, food, dan family.

Terbentuknya batu empedu disebabkan oleh banyak faktor risiko dimana

kejadiannya akan meningkat seiring dengan banyaknya faktor risiko yang

dimiliki, dimana faktor risikonya terdiri dari usia, jenis kelamin, obesitas, dan

diabetes mellitus. Di dalam kantung empedu terdapat cairan yang disebut sebagai

empedu dan berperan dalam pencernaan lemak. Batu empedu akan terbentuk

ketika cairan empedu tersebut mengeras. Ukuran batu empedu bisa bermacam-

macam, mulai dari yang sekecil butiran pasir hingga sebesar bola pingpong.

Cairan empedu yang mengeras dan menjadi batu tersebut memiliki jumlah yang

bervariasi. Seseorang bisa memiliki banyak batu, bisa juga hanya memiliki satu

batu pada kantong empedu, jika orang tersebut mengidap batu empedu (Andalas,

2017).

Batu empedu bisa terjadi karena adanya kolesterol yang mengeras dan

tertimbun dalam cairan empedu. Ini terjadi karena ada ketidakseimbangan antara

senyawa kimia dan kolesterol dalam cairan tersebut. pada umumnya batu empedu

tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, apabila batu empedu menyumbat saluran

empedu, maka pengidap batu empedu akan mengalami rasa sakit pada bagian

kanan perut yang datang secara tiba-tiba atau disebut juga kolik bilier.
Cholelithiasis dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Cholelithiasis

dapat menyebabkan terjadinya kolesistitis, kolangitis, pankreatitis, jaundice, dan

kanker kandung empedu (Winata et al., 2018).

Pada pasien yang sudah didiagnosa mengalami Cholelithiasis dapat

dilakukan tindakan dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan secara

bedah adalah dengan cara kolesistektomi. Sedangkan penanganan secara non-

bedah adalah dengan cara melarutkan batu empedu menggunakan MTBE, ERCP,

dan ESWL. Sehingga masalah yang terjadi pada saat sebelum tindakan bedah

pasien mengalami gejala nyeri mendadak dan terus-menerus pada perut kanan atas

bahkan mengalami kecemasan saat ingin menjalani tindakan pembedahan, dan

setelah dilakukannya tindakan Cholecystectomy dapat menimbulkan masalah baru

yaitu, terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur tindakan invasive

mengakibatkan munculnya gangguan integritas kulit dan mengakibatkan kuman

atau bakteri mudah masuk kedalam jaringan kulit, sehingga pasien beresiko untuk

terkena infeksi (Bruno, 2019).

Maka disini perawat berperan penting dalam memberikan asuhan pre

maupun post agar tidak terjadinya peningkatan keparahan penyakit pada pasien.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan,

dituntut mampu melakukan pengkajian secara komprehensif, menegakkan

diagnose, merencanakan intervensi, memberikan intervensi keperawatan dan

intervensi yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam melaksanakan


pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, serta melakukan evaluasi dan

tindak lanjut. Salah satu intervensi perawat dalam penanganan Pasien

Cholelithiasis pada pre operasi adalah dengan mengurangi keluhan nyeri pada

pasien dengan cara pencegahan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.

Selain itu perawat juga berperan penting dalam melakukan perawatan luka kepada

pasien selesai tindakan pembedahan atau post operasi untuk mencegah terjadinya

infeksi (Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).

Berdasarkan observasi ruangan di RSUD dr. Kanudjoso Djatiwobowo

didapatkan data bahwa dalam dua tahun terakhir kasus pasien dengan diagnosa

Cholelithiasis di ruangan Flamboyan E mengalami peningkatan. Selama Tahun

2018 kasus pasien dengan diagnosa Cholelithiasis di ruangan flamboyan E adalah

sebanyak 36 kasus. Sedangkan data kasus pasien dengan diagnosa Cholelithiasis

diruangan falmboyan E selama tahun 2019 adalah sebanyak 46 kasus (Rekam

Medik RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo, 2019) .

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang kejadian penyakit Cholelitiasis pada ruang Flamboyan E RSKD

dr. Kanujoso Djatiwibowo.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah

ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.x di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah ini dibedakan

menjadi dua tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran

tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Cholelithiasis di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo tahun 2020 di Balikpapan ?

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan pre dan post operatif

Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo tahun 2020 di

Balikpapan.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan pre dan

post operatif Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo tahun 2020

di Balikpapan.

c. Mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan

masalah keperawatan pada pasien dengan pre dan post operatif

Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo tahun 2020 di

Balikpapan.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan

tindakan keperawatan pada pasien pre dan post Cholelithiasis di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo tahun 2020 di Balikpapan.

e. Mampu mengevaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan pada pasien Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

tahun 2020 di Balikpapan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman

belajar di lapangan dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Cholelithiasis.

2. Bagi tempat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada bidang

Pelayanan Kesehatan mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

Cholelithiasis sehingga dapat menjadi perantara untuk mengatasi masalah

pasien dalam proses penyembuhan.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang

aplikasi teori Asuhan Keperwatan pada pasien Cholelithiasis secara langsung


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Cholelithiasis

1. Definisi

Cholelithiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu

merupakan penyakit yang didalamnya terdapat batu empedu yang dapat

ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau

pada kedua-duanya. Cholelithiasis adalah material atau kristal yang

terbentuk di dalam kandung empedu. Beberapa faktor risiko yang sering

ditemui pada kejadian Cholelithiasis dikenal dengan “6F” (Fat, Female,

Forty, Fair, Fertile, Family history). Keluhan klinis yang sering

ditemukan adalah nyeri pada perut kanan atas, nyeri epigastrium, demam,

ikterus, mual, muntah. Kandung empedu merupakan sebuah kantung yang

terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan dan menyimpan empedu

sampai dilepaskan ke dalam usus. Fungsi dari empedu sendiri sebagai

ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan sebagai pembantu proses

pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh garam-garam empedu. Selain

membantu proses pencernaan dan penyerapan lemak, empedu juga

berperan dalam membantu metabolisme dan pembuangan limbah dari

tubuh, seperti pembuangan hemoglobin yang berasal dari penghancuran

sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Garam empedu membantu

8
9

proses penyerapan dengan cara meningkatkan kelarutan kolesterol,

lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak (Musbahi et al., 2019).

Cholelithiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam

kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-

duanya. Diperkirakan lebih dari 95% penyakit yang mengenai kandung

empedu dan salurannya adalah penyakit Cholelithiasis. Adanya infeksi

dapat menyebabkan kerusakan dinding kandung empedu, sehingga

menyebabkan terjadinya statis dan dengan demikian menaikkan batu

empedu. Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan.

Infeksi bisa merambat ke saluran empedu sampai ke kantong empedu.

Penyebab paling utama adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar tanpa

terasa menyebabkan peradangan pada saluran dan kantong empedu

sehingga cairan yang berada di kantong empedu mengendap dan

menimbulkan batu. Infeksi tersebut misalnya tifoid atau tifus. Kuman

tifus apabila bermuara di kantong empedu dapat menyebabkan

peradangan lokal yang tidak dirasakan pasien, tanpa gejala sakit ataupun

demam (Musbahi et al., 2019).

2. Etiologi

Cholelithiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan

di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada

kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol,

terbentuk di dalam kandung empedu. Hati terletak di kuadran kanan atas


abdomen di atas ginjal kanan, kolon, lambung, pankreas, dan usus serta

tepat di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang

berawal di sebelah anterior di daerah kandung empedu dan meluas ke

belakang vena kava. Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh hati

serta saluran empedu dan kandung empedu. Pembentukan dan ekskresi

empedu merupakan fungsi utama hati. Kandung empedu adalah sebuah

kantung terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan dan menyimpan

empedu sampai ia dilepaskan ke dalam usus. Kebanyakan batu duktus

koledokus berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada juga yang

terbentuk primer di dalam saluran empedu (Alhawsawi et al., 2019) .

Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu

mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran. Batu empedu

di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran

empedu (kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan

tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran.

Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di

bagian tubuh lainnya. Berdasarkan jenis batu yang terbentuk, faktor yang

mempengaruhi terbentuknya batu berbeda-beda. Kondisi-kondisi yang

menjadi faktor predisposisi terbentuknya batu pigmen adalah penyakit

hemolitik yang kronik, pemberian nutrisi parenteral total, kolestasis

kronik dan sirosis dan pemberian obat (cefriaxone). Sedangkan faktor

predisposisi terbentuknya batu pigmen coklat adalah adanya infestasi


parasit seperti Ascharis lumbricoides. Untuk batu kolesterol, faktor resiko

terjadinya batu kolesterol adalah kegemukan, Jadi dari beberapa sumber

penyebab dan faktor resiko terjadinya batu pada kandung empedu

(Cholelithiasis) adalah penyakit hemolitik dan penyakit spesifik non-

hemolitik, wanita dengan usia lebih dari 40 tahun dan menggunakan

kontrasepsi hormonal, kegemukan, dan makanan berlemak (Widodo,

2015).

3. Anatomi

Gambar 1.1 Kandung empedu

Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga

yang panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang

menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung
empedu merupakan kantong berongga berbentuk bulat lonjong seperti

buah advokat tepat di bawah lobus kanan hati. Kandung empedu

mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung

buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di atas tepi hati.

Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum adalah

bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus

dan daerah duktus sistika. Empedu yang disekresi secara terus-menerus

oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran

empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang

keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan

kiri yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus

hepatikus bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus

koledokus (Bruno, 2019).

4. Fisiologi

Fungsi kandung empedu, yaitu:

a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu

yang ada di dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit.

Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel

hati.

b. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol,

lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu

penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari


penghancuran sel darah merah diubah menjadi bilirubin (pigmen

utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.

Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan

penyerapan lemak, berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari

tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah

merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu meningkatkan

kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk

membantu proses penyerapan, garam empedu merangsang pelepasan

air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya, bilirubin

(pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai

limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, serta obat dan limbah

lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.

Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh

hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal

sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam

tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap

sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar

(kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi

berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali

dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya sekitar 5% dari asam

empedu yang disekresikan dalam feses (Reinecke, 2018).


5. Patofisiologi

Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun

dari pigmen dan tersusun dari kolesterol. Batu pigmen, akan terbentuk

bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu mengalami presipitasi atau

pengendapan, sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya batu semacam

ini semakin besar pada pasien serosis, hemolysis dan infeksi percabangan

bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan

operasi. Batu kolesterol, merupakan unsur normal pembentuk empedu

bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam

empedu dan lesitin (fosfo lipid) dalam empedu. Pada pasien yang

cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam

empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, mengakibatkan

supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari getah empedu

mengendap membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol

merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan

sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu

(Nanda, 2020).

Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung

empedu 4 kali lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada

wanita berusia > 40 tahun, multipara, obesitas. Penderita batu empedu

meningkat pada pengguna kontrasepsi pil, estrogen dan klofibrat yang

diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier. Insiden pembentukan


batu meningkat bersamaan dengan penambahan umur, karena

bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam

empedu juga meningkat akibat mal absorbs garam empedu pada pasien

dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM.

(Ferreira Junior et al., 2019).

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada pasien Cholelithiasis sangat bervariasi, ada

yang mengalami gejala asimptomatik dan gejala simptomatik. Pasien

Cholelithiasis dapat mengalami dua jenis gejala: gejala yang disebabkan

oleh penyakit kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat

obstruksi pada jalan perlintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya

bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh,

distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas

abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi bila individu

mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng (Nanda,

2020) .

Gejala yang mungkin timbul pada pasien Cholelithiasis adalah

nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan feses dan

defisiensi vitamin. Pada pasien yang mengalami nyeri dan kolik bilier

disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus sistikus yang tersumbat

oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan menimbulkan infeksi.

Kolik bilier tersebut disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan
atas, pasien akan mengalami mual dan muntah dalam beberapa jam

sesudah mengkonsumsi makanan dalam posi besar (Nanda, 2020).

7. Komplikasi

Komplikasi yang umum dijumpai adalah kolesistisis, kolangitis,

hidrops dan emfiema.

a. Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu yang terjadi

karena adanya infeksi yang menyebar akibat obstruksi pada saluran

empedu.

b. Hidrops merupakan obstruksi kronik dari kandung empedu yang biasa

terjadi di duktus sistikus sehingga kandung empedu tidak dapat diisi

lagi oleh empedu.

c. Emfiema adalah kandung empedu yang berisi nanah. Komplikasi pada

pasien yang mengalami emfiema membutuhkan penanganan segera

karena dapat mengancam jiwa

d. Kolesistisis merupakan peradangan pada kandung empedu, dimana

terdapat obstruksi atau sumbatan pada leher kandung empedu atau

saluran kandung empedu, yang menyebakan infeksi dan peradangan

pada kandung empedu (Baloyi, Rose, & Morare, 2020).

8. Pencegahan dan Penanganan

Pencegahan Cholelithiasis dapat di mulai dari masyarakat yang

sehat yang memiliki faktor risiko untuk terkena Cholelithiasis sebagai

upaya untuk mencegah peningkatan kasus Cholelithiasis pada masyarakat


dengan cara tindakan promotif dan preventif. Tindakan promotif yang

dapat dilakukan adalah dengan cara mengajak masyarakat untuk hidup

sehat, menjaga pola makan, dan perilaku atau gaya hidup yang sehat.

Sedangkan tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah dengan

meminimalisir faktor risiko penyebab Cholelithiasis, seperti menurunkan

makanan yang berlemak dan berkolesterol, meningkatkan makan sayur

dan buah, olahraga teratur dan perbanyak minum air putih. Pada pasien

yang sudah didiagnosa mengalami Cholelithiasis dapat dilakukan

tindakan dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan secara

bedah adalah dengan cara kolesistektomi. Sedangkan penanganan secara

non-bedah adalah dengan cara melarutkan batu empedu menggunakan

MTBE, ERCP, dan ESWL (Bruno, 2019).

Kolesistektomi merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan

pada sebagian besar kasus Cholelithiasis. Jenis kolesistektomi

laparoskopik adalah teknik pembedahan invasif minimal didalam rongga

abdomen dengan menggunakan pneumoperitoneum sistim endokamera

dan instrumen khusus melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh

langsung kandung empedunya. Keuntungan dari kolesistektomi

laparoskopik adalah meminimalkan rasa nyeri, mempercepat proses

pemulihan, masa rawat yang pendek dan meminimalkan luka parut

(Paasch, Salak, Mairinger, & Theissig, 2020).


Penanganan Cholelithiasis non-bedah dengan cara melarutkan batu

empedu yaitu suatu metode melarutkan batu empedu dengan

menginfuskan suatu bahan pelarut (monooktanion atau metil tertier butil

eter) ke dalam kandung empedu. Pelarut tersebut dapat diinfuskan

melalui jalur berikut ini: melalui selang atau kateter yang dipasang

perkutan langsung ke dalam kandung empedu; melalui selang atau drain

yang dimasukkan melalui saluran T-Tube untuk melarutkan batu yang

belum dikeluarkan pada saat pembedahan; melalui endoskop ERCP atau

kateter bilier transnasal. Pengangkatan non-bedah digunakan untuk

mengeluarkan batu yang belum terangkat pada saat kolesistektomi atau

yang terjepit dalam duktus koledokus (Baloyi et al., 2020).

Endoscopi Retrograde Cholangi Pancreatography (ERCP)

terapeutik dengan melakukan sfingterektomi endoskopik untuk

mengeluarkan batu saluran empedu tanpa operasi, pertama kali dilakukan

tahun 1974. Batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket

kawat atau balon-ekstraksi melalui muara yang sudah besar tersebut

menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja atau

dikeluarkan melalui mulut bersama skopnya. Extracorporeal Shock-

Wave Lithoripsy (ESWL) merupakan prosedur non-invasif yang

menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock waves) yang

diarahkan kepada batu empedu di dalam kandung empedu atau duktus

koledokus dengan maksud untuk memecah batu tersebut menjadi sebuah


fragmen. Gelombang kejut dihasilkan dalam media cairan oleh percikan

listrik, yaitu piezoelektrik, atau oleh muatan elektromagnetik (Bini, Chan,

Rivera, & Tuda, 2020).

Setelah penanganan bedah maupun non-bedah dilakukan, maka

selanjutnya dilakukan perawatan paliatif yang fungsinya untuk mencegah

komplikasi penyakit yang lain, mencegah atau mengurangi rasa nyeri dan

keluhan lain, serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan

tersebuit bisa dilakukan dengan salah satu cara yaitu memerhatikan

asupan makanan dengan intake rendah lemak dan kolesterol (Bini et al.,

2020).

9. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien Cholelithiasis

adalah (Bini et al., 2020) :

a. Pemeriksaan Sinar-X Abdomen

Dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan akan penyakit kandung

empedu dan untuk menyingkirkan penyebab gejala yang lain. Namun,

hanya 15-20% batu empedu yang mengalami cukup kalsifikasi untuk

dapat tampak melalui pemeriksaan sinar-x.

b. Ultrasonografi

Pemeriksaan USG telah menggantikan pemeriksaan kolesistografi

oral karena dapat dilakukan secara cepat dan akurat, dan dapat

dilakukan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Pemeriksaan USG


dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus

koledokus yang mengalami dilatasi.

c. Pemeriksaan pencitraan Radionuklida atau koleskintografi.

Koleskintografi menggunakan preparat radioaktif yang disuntikkan

secara intravena. Preparat ini kemudian diambil oleh hepatosit dan

dengan cepat diekskresikan ke dalam sistem bilier. Selanjutnya

dilakukan pemindaian saluran empedu untuk mendapatkan gambar

kandung empedu dan percabangan bilier.

d. ERCP (Endoscopic Retrograde CholangioPancreatography),

Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang fleksibel

ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.

Sebuah kanul dimasukkan ke dalam duktus koledokus serta duktus

pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus

tersebut untuk memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan

bilier.

e. Kolangiografi Transhepatik Perkutan

Pemeriksaan dengan cara menyuntikkan bahan kontras langsung ke

dalam percabangan bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang

disuntikkan itu relatif besar, maka semua komponen pada sistem bilier

(duktus hepatikus, duktus koledokus, duktus sistikus dan kandung

empedu) dapat dilihat garis bentuknya dengan jelas.

f. MRCP (Magnetic Resonance Cholangiopancreatography)


Merupakan teknik pencitraan dengan gema magnet tanpa

menggunakan zat kontras, instrumen, dan radiasi ion. Pada MRCP

saluran empedu akan terlihat sebagai struktur yang terang karena

mempunyai intensitas sinyal tinggi, sedangkan batu saluran empedu

akan terlihat sebagai intensitas sinyal rendah yang dikrelilingi empedu

dengan intensitas sinyal tinngi, sehingga metode ini cocok untuk

mendiagnosis batu saluran empedu .


B. Konsep Masalah Keperawatan

1. Pengertian Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan merupakan label diagnosis keperawatan yang

menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau

proses kehidupannya (PPNI, 2017).

2. Kriteria Mayor dan Minor

Kriteria mayor adalah tanda/gejala yang ditemukan sekitar 80% - 100%

untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah tanda/gejala

tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung

penegakan diagnosa (PPNI, 2017).

3. Kondisi Klinis Terkait

Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan

klien mengangkat masalah kesehatan (PPNI,2017)

Berikut adalah masalah yang timbul bagi pasien pre dan post Cholelithiasis,

dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI,

2017) :

Masalah keperawatan pada Pre operatif :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi)

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan


e. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan obstruksi

intestinal

f. Resiko syok (Hipovolemik) dibuktikan dengan kekurangan volume

cairan

Masalah keperawatan pada Post operatif :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur

operasi)

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

c. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive

Berikut adalah urian masalah yang timbul bagi pasien pre dan post

Cholelithiasis, dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (PPNI, 2017) :

Uraian diagnosa keperawatan pada Pre operatif :

1) Nyeri akut D.0077

a) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

b) Penyebab

Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia,

neoplasma)
c) Batasan karakteristik

(1) Data mayor

Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

nyeri akut antara lain:

Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

(2) Data Minor

Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

nyeri akut antara lain:

Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

d) Kondisi Klinis Terkait

Infeksi

2) Gangguan mobilitas fisik D.0054

a) Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih

extremitas secara mandiri.

b) Penyebab

Nyeri

c) Batasan karakteristik

(1) Data mayor

Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

gangguan mobilitas fisik antara lain:

Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit 1. Kekuatan otot menurun
menggerakan extremitas 2. Rentang gerak menurun

(2) Data minor

Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose

gangguan mobilitas fisik antara lain:

Subjektif Objektif
1. Nyeri saat bergerak 1. Sendi kaku
2. Enggan melakukan 2.Gerakan tidak terkoordinasi
pergerakan 3. Gerakan terbatas
3. Merasa cemas saat 4. Fisik Lemah
bergerak

d) Kondisi klinis terkait


Nyeri

3) Hipertermi D.0130

a) Definisi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh


b) Penyebab

Proses penyakit ( misalnya infeksi, kanker )

c) Batasan karakteristik

(1) Data mayor

Data mayor yang dapat menunjang munculnya

diagnose hipertermi antara lain :

Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Suhu tubuh di atas normal

(2) Data minor

Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose

hipertermi antara lain :

Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Kulit merah
2. Takikardi
3. Kulit terasa hangat

d) Kondisi klinis terkait

Proses infeksi

4) Defisit nutrisi D.0019

a) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme

b) Penyebab

Ketidakmampuan mencerna makanan


c) Batasan karakteristik

(1) Data mayor

Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

defisit nutrisi antara lain:

Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) Berat badan menurun minimal
10% di bawah rentang ideal

(2) Data minor

Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

defisit nutrisi antara lain:

Subjektif Objektif
1. Kram atau nyeri abdomen 1. Bising usus hiperaktif
2. Nafsu makan menurun 2. Otot menelan lemah

d) Kondisi klinis terkait :

Infeksi

5) Resiko ketidakseimbangan cairan D.0036

a) Definisi

Berisiko mengalami penurunann peningkatan atau percepatan

perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial, atau

intraselular

b) Faktor resiko

Obstruksi intestinal
c) Kondisi klinis terkait

Perdarahan

6) Resiko syok (Hipovolemik) D0039

a) Definisi

Berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan

tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang

mengancam jiwa

b) Faktor resiko

Kekurangan volume cairan

c) Kondisi klinis terkait

Perdarahan

Uraian diagnosa keperawatan pada Post operatif :

1) Nyeri akut D.0077

a) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

b) Penyebab

Agen pencedera fisik (Prosedur operasi)

c) Batasan karakteristik

(1) Data mayor


Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

nyeri akut antara lain :

Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

(2) Data Minor

Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

nyeri akut antara lain:

Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

d) Kondisi Klinis Terkait

Kondisi pembedahan

2) Gangguan mobilitas fisik D.0054

a) Definisi

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih

extremitas secara mandiri.


b) Penyebab

Nyeri

c) Batasan karakteristik

(1) Data mayor

Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa

gangguan mobilitas fisik antara lain:

Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit 1. Kekuatan otot menurun
menggerakan extremitas 2. Rentang gerak menurun

(2) Data minor

Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose

gangguan mobilitas fisik antara lain:

Subjektif Objektif
4. Nyeri saat bergerak 1. Sendi kaku
5. Enggan melakukan 2.Gerakan tidak terkoordinasi
pergerakan 3. Gerakan terbatas
6. Merasa cemas saat bergerak 4. Fisik Lemah

d) Kondisi klinis terkait


Nyeri

3) Resiko infeksi D0142

b) Definisi

Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik

c) Faktor resiko

Efek prosedur invasive


d) Kondisi klinis terkait

Tindakan invasive

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode,

yaitu wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Bolat & Teke, 2020).

Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan, Data yang

dikumpulkan meliputi (Lestari et al., 2019) :

a. Identitas

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,

pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor

register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas

klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2) Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk

memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan,

data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan klien dan alamat.


b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh

klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien

rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui

metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama

keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri

atau gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal

menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang

dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan

Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.

3) Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama

atau pernah di riwayat sebelumnya.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah

menderita penyakit kolelitiasis

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum :

a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien

b) Kesadaran

Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan

klien.

c) Tanda-tanda Vital

Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi

(TPRS)

2) Sistem endokrin

Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu.

Biasanya pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan

teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada kandung

empedu.

d. Pola aktivitas

1) Nutrisi

Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan

2) Aktivitas

Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas

dan anjuran bedrest

3) Aspek Psikologis

Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana

hati

4) Aspek penunjang
b) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin, amylase serum

meningkat)

c) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(PPNI, 2017)

Ada lima tipe diagnosa, yaitu aktual, risiko, kemungkinan, sehat dan

sindrom. Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara

klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang dapat

diidentifikasi. Diagnosa keperawatan risiko menjelaskan masalah

kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.

Masalah dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan

ditunjang dengan faktor risiko yang memberikan kontribusi pada

peningkatan kerentanan. Diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan

klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan

untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada

situasi yang sama atau hampir sama. Diagnosa keperawatan kemungkinan

menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan


masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor

pendukung belum ada tetapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan

masalah. Diagnosa keperawatan Wellness (Sejahtera) atau sehat adalah

keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat

dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang

lebih tinggi yang menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi kesehatan

menjadi fungsi yang positif. Diagnosa keperawatan sindrom adalah

diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan risiko tinggi

yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu

(Yeni & Ukur, 2019).

Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien Cholelithiasis

dan mengalami pembedahan adalah :

Masalah keperawatan pada Pre operatif :

g. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi)

h. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

i. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

j. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan

k. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan obstruksi

intestinal

l. Resiko syok (Hipovolemik) dibuktikan dengan kekurangan volume

cairan
Masalah keperawatan pada Post operatif :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur

operasi)

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

c. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan

masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses perencanaan

keperawatan meliputi penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria

hasil, pemilihan intervensi yang tepat, dan rasionalisasi dari intervensi

dan mendokumentasikan rencana perawatan. Perencanaan keperawatan

adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan

keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana

dilakukan, kapan dilakukan, dan siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Lestari et al., 2019).


Intervensi Keperawatan yang biasa muncul pada klien Cholelithiasis

dan mengalami pembedahan adalah:

Intervensi keperawatan pada pasien pre operatif :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077

Tabel 2.1 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama …. diharapkan nyeri a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,
pada pasien berkurang atau menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri menurun c. Identifikasi respons nyeri non verbal
b. Meringis menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat
c. Sikap protektif menurun dan memperingan nyeri
d. Gelisah menurun e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
e. Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
f. Menarik diri menurun f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
g. Berfokus pada diri sendiri respon nyeri
menurun g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
h. Diaforesis menurun hidup
i. Frekuensi nadi membaik h. Monitor keberhasilan terapi komplementer
j. Pola nafas membaik yang sudah diberikan
k. Tekanan darah membaik i. Monitor efek samping penggunaan
l. Prilaku membaik analgetik
m. Pola tidur membaik Terapeutik :
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
c. fasilitasi istirahat dan tidur
d. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
a. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
b. jelaskan strategi meredakan nyeri
c. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
e. ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri D.0054

Tabel 2.2 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Observasi :
selama …. Diharapkan mobilitas fisik pasien a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
meningkat dengan kriteria hasil: lainnya
a. Pergerakan extremitas meningkat b. Identifikasi toleransi fisik melakukan
b. Kekuatan otot meningkat ambulasi
c. Rentang gerak meningkat c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
d. Nyeri menurun darah sebelum memulai ambulasi
e. Kecemasan menurun d. Monitor kondisi umum selama melakukan
f. Gerakan tidak terkoordinasi menurun ambulasi
g. Gerakan terbatas menurun
h. Kelemahan fisik menurun Terapeutik :
a. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu
b. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi :

a. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


b. Anjurkan melakukan ambulasi dini
c. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit D.0130

Tabel 2.3 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama …. Diharapkan suhu a. Identifikasi penyebab hipertermia
tubuh pasien membaik dengan kriteria hasil: b. Monitor suhu tubuh
a. Mengigil menurun c. Monitor kadar elektrolit
b. Kulit merah menurun d. Monitor haluan urine
c. Akrasianosis menurun e. Monitor komplikasi akibat
d. Pucat menurun hipertermia
e. Piloereksi menurun
f. Kejang meurun Terapeutik :
g. Suhu tubuh membaik a. Sediakan lingkunga yang dingin
h. Suhu kulit membaik b. Basahi dan kipasi permukaan
i. Kadar glukosa darah membaik tubuh
j. Pengisian kapiler membaik c. Berikan cairan oral
k. Ventilasi membaik d. Ganti linen setiap hari atau lebih
l. Tekanan darah membaik sering jika terjadi hyperhidrosis
e. Hindari pemberian antipiretik dan
aspirin
f. Berikan oksigen
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
d. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan D.0019

Tabel 2.4 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama … Diharapkan status a. Identifikasi status nutrisi
nutrisi pasien membaik dengan kriteria b. Identifikasi alergi dan intoleransi
hasil: makanan
a. Porsi makanan yang dihabiskan c. Identifikasi makanan disukai
meningkat d. Identifikasi kebutuhan kalori dan
b. Berat badan membaik jenis nutrient
c. Indeks massa tubuh membaik e. Identifikasi perlunya penggunaan
d. Frekuensi makan membaik selang nasogastric
e. Nafsu makan membaik f. Monitor asupan makanan
f. Nyeri abdomen menurun g. Monitor berat badan
g. Perasaan cepat kenyang menurun h. Monitor hasil pemeriksaan
h. Kekuatan otot menelan meningkat laboratorium
i. Membrane mukosa membaik
j. Bising usus membaik Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
b. Fasilitas menentukan pedoman
diet
c. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
d. Berikan makanan tinggi
seratuntuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
f. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
g. Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastric jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
a. Anjarkan posisi duduk, jika perlu
b. Ajarkan diet yang deprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan, jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang di
butuhkan, jika perlu
e. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan obstruksi

intestinal D.0036

Tabel 2.5 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama …. Diharapkan a. Monitor status hidrasi (mis.
keseimbangan cairan pasien meningkat Frekuensi nadi, kekuatan
dengan kriteria hasil: nadi,akral,pengisian
a. Asupan cairan meningkat kapiler,kelembapan mukosa,
b. Keluaran urin meningkat turgor kulit, tekanan darah)
c. Kelembapan membrane Mukosa b. Monitor berat badan harian
d. Asupan makanan meningkat c. Monitor berat badan sebelum dan
e. Edema menurun sesudah dialysis
f. Asites menurun d. Monitor hasil pemeriksaan
g. Tekanan darah membaik laboratorium
h. Denyut nadi radial membaik e. Monitor status hemodinamik
i. Tekanan arteri rata-rata membaik
j. Mata cekung membaik Terapeutik :
k. Turgor kulit membaik a. Catat intake dan output lalu
l. Berat badan membaik hitung balance cairan 24 jam
b. Berikan asupan cairan , sesuai
kebutuhan
c. Berikan cairan intravena , jika
diperlukan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian diuretic,
jika diperlukan
f. Resiko syok (Hipovolemik) dibuktikan dengan kekurangan volume

cairan D.0039

Tabel 2.6 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama …. Diharapkan pasien a. Monitor status kardiopulmonal
sudah tidak mengalami syok dengan b. Monitor status oksigenasi
kriteria hasil: c. Monitor status cairan
a. Kekuatan nadi meningkat d. Monitor tingkat kesadaran dan
b. Output urinei meningkat respon pupil
c. Tingkat kesadaran meningkat e. Periksa riwayat alergi
d. Saturasi oksigen meningkat
e. Akral dingin menurun Terapeutik :
f. Pucat menurun a. Berikan oksigen untuk
g. Haus menurun mempertahan kan saturasi
h. Tekanan darah sistolik membaik oksigen
i. Tekanan darah diastolic membaik b. Persiapan intubasi dan ventilasi
j. Tekanan nadi membaik mekanis, jika perlu
k. Frekuensi nafas membaik c. Pasang jalur IV, jika perlu
d. Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine, jika perlu
e. Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab atau faktor
risiko syok
b. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
c. Anjurkan melapor jika
menemukan atau merasakan tanda
dan gejala syok
d. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
b. Kolaborasi pemberian transfuse
darah, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
Intervensi keperawatan pada pasien post operatif :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077

Tabel 2.7 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama …. Diharapkan a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,
nyeri pasien berkurang atau menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil: b. Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri menurun c. Identifikasi respons nyeri non verbal
b. Meringis menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat
c. Sikap protektif menurun dan memperingan nyeri
d. Gelisah menurun e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
e. Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
f. Menarik diri menurun f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
g. Berfokus pada diri sendiri respon nyeri
menurun g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
h. Diaforesis menurun hidup
i. Frekuensi nadi membaik h. Monitor keberhasilan terapi komplementer
j. Pola nafas membaik yang sudah diberikan
k. Tekanan darah membaik i. Monitor efek samping penggunaan
l. Prilaku membaik analgetik
m. Pola tidur membaik Terapeutik :
i. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
j. kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
k. fasilitasi istirahat dan tidur
l. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
a. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
b. jelaskan strategi meredakan nyeri
c. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
e. ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
b. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri D.0054

Tabel 2.8 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama … .Diharapkan a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
mobilitas fisik pasien meningkat dengan fisik lainnya
kriteria hasil: b. Identifikasi toleransi fisik melakukan
a. Pergerakan extremitas meningkat ambulasi
b. Kekuatan otot meningkat c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
c. Rentang gerak meningkat darah sebelum memulai ambulasi
d. Nyeri menurun d. Monitor kondisi umum selama
e. Kecemasan menurun melakukan ambulasi
f. Gerakan tidak terkoordinasi menurun
g. Gerakan terbatas menurun Terapeutik :
h. Kelemahan fisik menurun a. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
alat bantu
b. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
c. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
b. Anjurkan melakukan ambulasi dini
c. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan
c. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive D.0142

Tabel 2.9 intervensi keperawatan cholelithiasis

Tujuan Intervensi

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama … diharapkan pasien a. Monitor tanda dan gejala infeksi
tidak mengalami infeksi dengan kriteria local dan sistemik
hasil:
a. Demam menurun Terapeutik
b. Kemerahan menurun a. Batasi jumlah pengunjung
c. Nyeri menurun b. Berikan perawatan kulit pada area
d. Bengkak menurun edema
e. Vesikel menurun c. Cuci tangan sebelum dan sesudah
f. Cairan berbau busuk menurun kontak dengan pasien dan
g. letargi lingkungan pasien
h. Kebersihan tangan meningkat d. Pertahankan teknik aseptic pada
i. Kebersihan badan meningkat pasien beresiko tinggi
j. Kadar sel darah putih membaik
k. Kultur area luka membaik Edukasi :
l. Kadar sel darah putih membaik
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Jarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka oprasi
e. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

4. Implementasi keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana

tindakanuntuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di

mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana

strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh


sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.

Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan

yang telah di tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping

(Harahap, 2019)

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan

klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah

untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang

disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Harahap,

2019)

Terdapa dua jenis evaluasi (Nanda, 2020):

a. Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses

keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini

dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana

keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4


komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif,

objektif, analisis data dan perencanaan.

1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan

klien, kecuali pada klien yang afasia

2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi

yang dilakukan oleh perawat.

3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan

klien yang dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data

objektif.

4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang

pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang

maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki

keadaan kesehatan klien.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua

aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini

bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan

yang telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait

dengan pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:

1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan

perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.


2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau

klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien

menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah

ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya

menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama

sekali.

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis

keperawatan, rencana tindakan dan implementasinya sudah

berhasil di capai. Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan

klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa di laksanakan dengan

mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang di berikan, sehingga

perawat dapat mengambil keputusan.


50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan atau Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Penelitian

kualitatif prinsipnya untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam.

Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencangkup informasi tentang

fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian,

dan lokasi penelitian (Rukajat, 2018).

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk literature review

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien dengan Pre

dan Post Choelelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan keperawatan,

pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam literature review asuhan

keperawatan adalah 2 pasien dengan kasus Cholelithiasis yang akan di review

secara rinci dan mendalam. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini

adalah:

1. Subjek ialah pasien yang dirawat inap

2. Subjek terdiri dari 2 orang pasien (Laki laki maupun perempuan)


51

3. Subjek dengan diagonosa Cholelithiasis

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Definisi operasional menjelaskan semua istilah yang digunakan dan

batasan yang berhubungan dengan judul penelitian “Asuhan Keperawatan

Pasien dengan Cholelithiasis pre dan post di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwobowo Balikpapan Tahun 2020”.

Definisi operasional karya tulis ini adalah :

1. Variabel bebas

Asuhan keperawatan adalah adalah proses atau tahapan kegiatan

dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai

tatanan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan

kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu

dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic, dan berdasarkan

kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien

serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam

lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Dalam proses

perawatan, asuhan keperawatan dilaksanakan dalam beberapa tahap yang

meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Perencanaan (Intervensi),

Pelaksanaan (Implementasi), Evaluasi (formatif/proses dan sumatif).

2. Variabel terikat

Cholelithiasis adalah dikenal sebagai penyakit batu empedu

merupakan penyakit yang di dalamnya terdapat batu empedu yang dapat


ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau

pada kedua-duanya. Cholelithiasis adalah material atau kristal tidak

berbentuk yang terbentuk dalam kandung empedu. Untuk menentukan

penyakit dapat dilihat dari rekam medis yang tercatat diruangan dengan

dinyatakan pasien pre dan post oprasi Cholelithiasis

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di ruang Flamboyan E di

RSUD dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Peneliti memilih lokasi

tersebut karena ruangan tersebut adalah salah satu ruangan yang

dikhususkan untuk merawat subyek dewasa dan terdapat fasilitas serta

sarana yang memadai bagi subyek dan peneliti. Waktu penelitian ini

dilaksanakan pada tanggaal 12 January diRSUD dr.Kanujoso

Djatiwibowo.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Mahasiswa melakukan penyusunan usulan penelitian dengan metode studi

kasus.

2. Mahasiswa melakukan ujian proposal, setelah proposal disetujui oleh

penguji maka penelitian akan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan

data.
3. Politeknik Kemenkes Kaltim mengirimkan surat ke RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

4. Setelah surat dari Politeknik Kemenkes Kaltim masuk, maka mahasiswa

baru dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

5. Mahasiswa melapor kepada Kepala Ruangan dan CI.

6. Bersama Kepala ruangan, CI serta penguji, mahasiswa menentukan klien

studi kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan Asuhan

Keperawatan pada Klien Dewasa dengan Cholelithiasis di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

7. Mahasiswa melakukan Bina Hubungan Saling Percaya kepada klien yang

telah ditentukan.

8. Setelah Bina Hubungan Saling Percaya berhasil dilakukan, kemudian

mahasiswa melakukan pengkajian kepada klien melalui pengisian format

pengkajian, observasi, dan wawancara.

9. Setelah pengkajian telah dilakukan mahasiswa mengumpulkan data fokus

untuk menegakkan diagnosa.

10. Mahasiswa melakukan perencanaan Asuhan Keperawatan pada Klien

dewasa dengan Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.


11. Mahasiswa melakukan tindakan Asuhan Keperawatan pada Klien

Dewasa dengan Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

12. Mahasiswa melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada Klien Dewasa

dengan Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

yang telah diberikan kepada klien

13. Mahasiswa melakukan dokumentasi keperawatan.

14. Kemudian mahasiswa melakukan analisis Asuhan Keperawatan antara

pasien 1 dengan pasien 2.

F. Metode dan instrument Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan, antara lain :

a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien dewasa

dengan Cholelithiasis, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-

dahulu-keluarga dll). Sumber data dari klien, keluarga, perawat

lainnya.

b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi,

auskultasi, palpasi, perkusi pada tubuh klien.

c. Observasi

Observasi yang dapat dilakukan dari hasil laboratorium.


d. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostic)

Studi dokumentasi merupakan data yang didapatkan dari

pemeriksaan diagnostik

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

Asuhan Keperawatan dewasa sesuai ketentuan yang berlaku di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur (instrument

terlampir).

G. Keabsahan Data

Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas.

Keabsahan data pada penelitian ini di tentukan oleh integritas peneliti (karena

peneliti menjadi instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan

keperawatan secara komprehensif pada klien dewasa dengan Cholelithiasis ,

keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan/tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi

dari tiga sumber data utama yaitu klien dewasa dengan Cholelithiasis,

perawat dan orang tua/keluarga klien dewasa yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data


dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis

digsunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti.

Cara analisis data:

1. Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul.

2. Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosiospiritual.

3. Membandingkan data-data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi yang abnormal dengan konsep teori antara 2

responden.

4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang

ditemukan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti mereview hasil dan pembahasan kasus dari Rica nur

safitri dan Tugas seminar kelompok tahun 2018yang selanjutnya akan diuraikan

hasil dan pembahasan mengenai data umum tentang Asuhan keperawatan pada

klien pre dan post Cholelithiasis diruangan Flamboyan B dan E di RSUD

dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan.

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah

Sakit Umum Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949.

Fasilitas yang tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi,

ruang rawat inap, fisioterapi, dan UGD 24 jam.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian Ruang

Flamboyan B dari tanggal 8 April – 13 April 2019 dan Flamboyan E dari

tanggal 11 November – 15 November 2018. Ruang Flamboyan B adalah

ruangan yang dikhususkan merawat klien-klien dengan kasus bedah dan

non bedah untuk laki-laki dewasa. Ruang Flamboyan B dan Flamboyan E

terletak di lantai dua RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.


Adapun batasan-batasan Ruang Flamboyan B yaitu sebagai

berikut: sebelah timur terdapat Ruang Flamboyan A, sebelah selatan

terdapat Ruang Pantry dan tangga lantai dua, sebelah utara berbatasan
dengan
Ruang Flamboyan A dan E serta sebelah barat berbatasan dengan

Ruang Flamboyan C. Batasan – batasan Ruang Flamboyan E yaitu sebagai

berikut: sebelah timur berbatasan dengan Flamboyan D, sebelah selatan

berbatasan dengan ruang Flamboyan A dan Flamboyan B, sebelah utara

terdapat tangga menuju lantai 1, serta sebelah barat terdapat Ruang Pantry

dan Mushola.

Bangunan Ruang Flamboyan B dan Flamboyan E terdiri dari 8

kamar tidur dengan kapasitas 32 tempat tidur. 1 ruang tindakan, 1 ruang

spoel hoek, 1 ruang perawat (nurse station), 1 pantry dan 1 gudang.

Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan B meliputi kasus, Gagal

Ginjal Kronik, Penyakit Paru Obstuktif Kronis, Diabetes Mellitus, Efusi

Pleura, Cholelitiasis, Laparatomy, Fraktur, CHF, CKR, Abses Hepar dan

Batu Ureter. Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan E meliputi kasus,

Pneumonia, Fraktur, CKR, CHF, Cholelitiasis, Dyspepsia, Vertigo dan

Diabetes Melitus. Pada sub-sub ini akan dijelaskan sebagai berikut:


2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Tabel 2.9 Hasil Anamnesis Klien dengan Cholelithiasis

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama Tn. R Nn.T

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

Umur 40 Tahun 18 tahun

Status Perkawinan Menikah Belum menikah

Pekerjaan Pegawai restoran Belum bekerja

Agama Islam Islam

Pendidikan Terakhir SMA SMA

Alamat Jl. Jendral Ahmad Yani Jl. Jendral Sudirman


RT.30 Kec.Balikpapan RT.22 No.20
Tengah Kel.Prapatan

Diagnosa Medis Cholelithiasis Cholelithiasis

Nomor Register 88.70.XX 09.11.48.xx

MRS / Tgl Pengkajian 7 april 2019/ 8 april 2019 11 november 2018/ 11


november 2018

Keluhan utama Pasien mengatakan nyeri Pasien mengeluh nyeri


pada bagian perut pada perut bagian kanan

Riwayat penyakit sekarang Pasien mengatakan Pasien masuk pada


merasa nyeri pada bagian tanggal 11 November
perut sudah seminggu 2018 dengan keluhan
lebih dan berfikir bahwa nyeri bagian perut
itu penyakit magh, pasien kanan atas mulai 2
di bawa ke IRD pada minggu yang lalu, nyeri
pukul 14:00 wita dan datang timbul seperti
dinyatakan mempunyai tertusuk tusuk pada
penyakit batu empedu, bagian abdomen kanan
pasien langsung dibawa atas dengan skala 5
keruang rawat inap ditambahi dengan
Flamboyan B untuk adanya mual tetapi tidak
menjalani perawatan muntah gelisah dan
lanjutan, pasien susah tidur serta sulit
merasakan nyeri yang bergerak
hilang timbul dengan
skala 4 disertai dengan
gelisah
Riwayat penyakit dahulu Klien mengatakan belum Pasien tidak ada riwayat
pernah dirawat di rumah penyakit terdahulu
sakit sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan Pasien mangatakan
keluarga ada yang keluarga tidak ada yang
memiliki riwayat menederita penyakit
penyakit keturunan yaitu seperti pasien , tidak
Hipertensi. ada yang mempunyai
penyakit keturunan dan
menular

Psikososial Pasien dapat a. Pola komunikasi


berkomunikasi dengan pasien terhadap
perawat maupun orang lingkungan,
lain sangat baik dan keluarga dan
lancar serta menjawab petugas kesehatan
pertanyaan yang diajukan baik
oleh perawat. Ekspresi b. Pasien mengatakan
klien terhadap orang yang paling
penyakitnya sedikit dekat dengan
meringis. pasien adalah
Reaksi saat berinteraksi ibunya
pasien dapat kooperatif c. Pasien mengatakan
dan tidak ada gangguan mempunyai hobby
konsep diri. jalan-jalan
d. Dampak dari pasien
dirawat dirumah
sakit adalah pasien
mengatakan sangat
bosan dan segera
ingin sembuh dan
kembali
beraktivitas
e. Pasien berinteraksi
dengan pasien lain
baik
Spiritual Sebelum sakit klien selalu Kebiasaan beribadah
beribadah. Selama di a. Sebelum sakit
rumah sakit klien jarang pasien sering
untuk beribadah. beribadah
b. Setelah sakit
pasien beribadah
hanya kadang -
kadang

Berdasarkan tabel 2.9 ditemukan data dari identitas klien. Pada

klien 1 bernama Tn.R berusia 40 tahun, berjenis kelamin Laki-laki,


masuk rumah sakit pada tanggal 7 April 2019 dan dilakukan

pengkajian pada tanggal 8 April 2019 dengan diagnosa medis

Cholelithiasis. Sedangkan pada klien 2 bernama Nn.T berusia 18

tahun, berjenis kelamin Perempuan, masuk rumah sakit pada tanggal

11 november 2018 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 11

november 2018 dengan diagnosa medis Cholelithiasis.

Pada pengkajian riwayat kesehatan dalam keluhan utama pada

klien 1 dan klien 2 ditemukan ada persamaan seperti nyeri pada daerah

bagian perut. Pada riwayat kesehatan sekarang ditemukan data klien 1

pada tanggal 8 April 2019 Pasien mengatakan merasa nyeri pada

bagian perut sudah seminggu lebih dan berfikir bahwa itu penyakit

magh, pasien di bawa ke IRD pada pukul 14:00 wita dan dinyatakan

mempunyai penyakit batu empedu, pasien langsung dibawa keruang

rawat inap Flamboyan B untuk menjalani perawatan lanjutan, pasien

merasakan nyeri yang hilang timbul dengan skala 4 disertai dengan

gelisah. Sedangkan data pasien 2, Pasien masuk pada tanggal 11

November 2018 dengan keluhan nyeri bagian perut kanan atas mulai 2

minggu yang lalu, nyeri datang timbul seperti tertusuk tusuk pada

bagian abdomen kanan atas dengan skala 5 ditambahi dengan adanya

mual tetapi tidak muntah gelisah dan susah tidur serta sulit bergerak .

Data dari pengkajian data psikososial pada klien 1 dan klien 2, ekspresi

ke dua klien pada penyakitnya yaitu tampak tegang dan gelisah.


Tabel 3.0 Hasil observasi dan pemeriksaan fisik pada Klien 1 di Flamboyan B RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan klien 2 di Flamboyan E RS dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan

Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2

1. Keadaan umum Sedang Sedang


Terpasang infus di
tangan kanan
Sakit sedang

2. Kesadaran Tingkat kesadaran Compos Mentis


Compos Mentis Glasgow E4M5V4
Coma Scale (GCS)
E4M5V4
3. Tanda-tanda vital TD : 140/88 mmHg TD :110/60 mmHg
N : 111 x/menit Nadi : 96 kali/menit
S : 370C RR : 19 kali/menit
RR : 24 x/menit Temp : 37.6 oC
MAP : 222,67 mmHg
4. Kenyamanan/nyeri P: klien mengatakan P : pasien mengatakan
nyeri pada bagian perut nyeri pada bagian perut
Q: klien mengatakan kanan atas
nyeri seperti ditusuk- Q : seperti tertusuk
tusuk R : bagian perut kanan
R:klien mengatakan atas
nyeri pada perut kanan S :5
atas T : Hilang timbul
S: klien mengatakan
skala nyeri 4
T: nyeri terasa hilang
timbul

5. Status Fungsional/ Klien mengatakan bisa Klien mengatakan sulit


Aktivitas dan miring kanan miring kiri untuk bergerak karna
Mobilisasi dengan perlahan-lahan menahan nyeri .
dan bisa duduk dengan Mengendalikan
bantuan. rangsang defekasi
Mengendalikan rangsang (BAB) : 2 (mandiri)
defekasi (BAB) : 2 Mengendalikan
(mandiri) rangsang berkemih
Mengendalikan rangsang (BAK): 2 (mandiri)
berkemih (BAK): 2 Membersihkan diri (cuci
(mandiri) muka, sisir rambut, sikat
Membersihkan diri (cuci gigi): 1 (butuh
muka, sisir rambut, sikat pertolongan orang lain)
gigi): 1 (butuh Penggunaan jamban,
pertolongan orang lain) masuk dan keluar: 1
Penggunaan jamban, (Perlu pertolongan pada
masuk dan keluar: 1 beberapa kegiatan tetapi
(Perlu pertolongan pada dapat mengerjakan
beberapa kegiatan tetapi sendiri kegiatan yang
dapat mengerjakan lain)
sendiri kegiatan yang Makan: 2 (mandiri)
lain) Berubah sikap dari
Makan: 2 (mandiri) berbaring ke duduk: 2
Berubah sikap dari (bantuan)
berbaring ke duduk: 2 Berpindah/berjalan: 2
(bantuan) (berjalan dengan
Berpindah/berjalan: 2 bantuan 1 orang)
(berjalan dengan bantuan Memakai baju: 2
1 orang) (mandiri)
Memakai baju: 2 Naik turun tangga: 1
(mandiri) (butuh pertolongan)
Naik turun tangga: 1 Mandi: 0 (bergantung
(butuh pertolongan) pada orang lain)
Mandi: 1 (mandiri) Total Skor: 13
Total Skor: 16 (Ketergantungan
(Ketergantungan sedang).
sedang).

6. Pemeriksaan kepala Finger print di tengah Simetris, tidak ada


a. Rambut frontal terdehidrasi, kulit benjolan, kulit kepala
kepala bersih, bentuk bersih, tidak ada lesi,
kepala oval, tidak penyebaran rambut
ditemukan adanya merata, warna rambut
penonjolan pada tulang hitam dan penyebaran
kepala klien, penyebaran merata, tidak ada
rambut merata, warna kelainan.
hitam beruban putih,
tidak mudah patah dan
tidak bercabang, rambut
terlihat kusam.

b. Mata Mata lengkap dan Mata lengkap, simetris


simetris kanan dan kiri, kiri dan kanan, tidak ada
tidak ada pembengkakan edem pada kelopak
pada kelopak mata,
mata, kornea mata
kornea mata jernih,
konjungtiva tidak jernih, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak anemis dan sclera
ikterik, pupil isokor. ikterik, reflek pupil baik,
tidak ada kelainan

c. Hidung Tidak ada pernafasan Tidak ditemukan


cuping hidung, tidak ada pernafasan cuping
secret atau sumbatan hidung, tidak ada secret,
pada lubang hidung,
selaput lendir lembab,
mukosa merah muda,
tidak ada masalah pada tidak ada pembengkakan
tulang hidung dan posisi pada tulang hidung dan
septum nasi ditengah. septum nasi
d. Rongga Mulut Tidak ada sianosis, tidak Keadaaan bibir kering,
ada luka, gigi lengkap, tidak ada lesi, tidak ada
warna lidah merah muda, sianosis, tidak ada
mukosa bibir lembab, perdarahan pada gusi
letak uvula simetris dan gigi tidak berlubang,
ditengah. lidah tampak bersih dan
tidak ada lesi, tidak ada
lesi pada palatum, tidak
ada pembengkakan pada
Orifaring
e. Telinga Daun telinga simetris Bentuk telinga simetris,
kanan dan kiri, ukuran ukuran telinga sedang,
sedang, kanalis telinga ketegangan telinga
tidak kotor dan tidak ada elastis, lubang telinga
benda asing, ketajaman terdapat sedikit serumen,
pendengaran baik klien pendengaran pasien baik
dapat mendengar suara
gesekan jari.

7. Pemeriksaan Leher Posisi trakea simetris di Posisi trachea normal


tengah, tidak ada pada posisi nya, tidak
pembesaran pada ada pembesaran tiroid,
kelenjar tiroid dan tidak ada perubahan
kelenjar lympe, denyut suara dan suara
nadi karotis teraba kuat. terdengar jelas, tidak ada
pembesaran kalenjer
lympe, tidak teraba vena
jugularis, denyut nadi
karotis teraba kencang
dan teratur
8. Pemeriksaan thorak : Bentuk thorak simetris Inspeksi :
Sistem Pernafasan (normal chest), pola 1. Bentuk thorak
pernafasan normal dan simetris kiri dan
teratur dengan frekuensi kanan
pernafasan 21x/menit,
tidak terdapat 2. Tidak terdapat otot
penggunaan otot bantu bantu pernafasan
pernafasan, tidak
terdapat pernafasan Palpasi :
cuping hidung. Pada Ekspansi paru simetris,
pemeriksaan vocal pengembangan sama di
premitus getaran paru paru kanan dan kiri,
kanan dan kiri teraba
Tidak ada kelainan
sama kuat, suara perkusi
sonor, batas paru hepar
Perkusi :
normal ICS ke-4, suara
nafas vesikuler, tidak ada Sonor
suara nafas tambahan
Auskultasi :
1. Suara nafas
vesikuler
2. Suara ucapan jelas
3. Tidak terdapat suara
nafas tambahan

9. Pemeriksaan jantung : Tidak ada nyeri dada a. Inspeksi dan palpasi


Sistem Kardiovaskuler a. Inspeksi Ictus cordis tidak
Ictus cordis tidak terlihat dan tidak
terlihat dan tidak tampak adanya
tampak adanya pembesaran jantung.
pembesaran jantung b. Perkusi batas
b. Palpasi jantung : tidak
Ictus Kordis teraba di dilakukan
ICS 5 dan akral pemeriksaan
hangat c. Auskultasi :
c. Perkusi bunyi jantung 1 dan
- Batas atas : ICS II 2 tunggal, lup dup,
line sternal dekstra tidak ada suara
- Batas bawah : ICS jantung tambahan,
V line midclavicula tidak ada bising atau
sinistra murmur
- Batas kanan : ICS
III line sternal
dekstra
- Batas kiri : ICS III
line sternal sinistra
d. Auskultasi
- BJ II Aorta : Dub,
reguler dan
intensitas kuat
- BJ II Pulmonal :
Dub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ I Trikuspid :
Lub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ I Mitral : Lub,
reguler dan
intensitas kuat
- Tidak ada bunyi
jantung tambahan
- Tidak ada kelainan
10. Pemeriksaan Sistem BB: 97 kg BAB pasien dirumah 1-2
Pencernaan dan Status TB: 160 cm x/hari dan dirumah sakit
Nutrisi Kategori: berat badan 1-2x/hari berwarna putih
berlebih seperti dempul dengan
Tidak ada penurunan konsistensi lunak.
berat badan dalam 6 BAK pasien dirumah
bulan terakhir dan nafsu bisa 5-6 x/hari sedangan
makan baik. dirumah sakit bisa 4-
Saat di rumah klien 5x/hari. Tidak ada
memiliki kebiasaan masalah pada BAB dan
makan dengan nasi, dan BAK pasien
lauk sejumlah 1 porsi Pola makan pasien
sedang sekali makan dirumah 3x/hari, edngan
dengan frekuensi 3 kali nas dan lauk sedangkan
sehari pada pagi, siang, dirumah sakit pasien
dan malam. Saat di mengatakan makan
rumah, klien memiliki 3x/hari dengan nasi, lauk
kebiasaan minum dan sayur/1 porsi.
sejumlah ± 1000 ml, Jumlah cairan atau
minuman yang diminum minum pasien dirumah
oleh klien berupa air sampai 1000 cc/hari
putih. Di rumah sakit, sedangkan dirumah sakit
pasien makan dengan 1500 cc/hari. Pasien
nasi, sayur, lauk dan tidak memiliki alergi
buah sejumlah 1 porsi atau pantangan untuk
sedang sekali makan makanan, tidak ada
dengan frekuensi 3 kali kesulitan mengunyah
sehari pada pagi, siang, tidak ada kesulitan
dan malam. Saat di menelan, mual tapi tidak
rumah sakit, klien muntah, pasien dapat
minum sejumlah ± 1000 makan sendiri
ml, minuman yang
diminum oleh klien
berupa air putih. Pasien
tidak memiliki pantangan
atau alergi, tidak
memiliki kesulitan dalam
mengunyah dan menelan,
tidak ada mual dan
muntah. Semenjak sakit,
pasien dapat makan
sendiri.

Abdomen Inspeksi Inspeksi


Bentuk abdomen datar, Bentuk abdomen datar,
tidak ada bayangan vena, tidak ada pembesaran,
tidak ada lesi dan tidak tidak ada lesi, tidak ada
ada benjolan atau massa, benjolan atau massa,
tidak ada luka bekas tidak tampak bayangan
operasi pembuluh darah

Auskultasi Auskultasi
Bising usus 7x/menit Bising usus 8x/menit

Palpasi Palpasi
Terdapat nyeri tekan, Terdapat nyeri tekan pada
terdapat benjolan , tidak area epigastrium, tidak
ada pembesaran hepar dan ada benjolan atau massa,
ginjal. tidak teraba pembesaran
hepar, tidak ada
pembesaran lien
Perkusi Perkusi
tidak ada asites Suara abdomen tympani,
tidak ada asites
11. Sistem Persyarafan a. Tingkat kesadaran : a. Tingkat kesadaran :
Compos mentis Compos mentis
b. Perhatian : Dapat b. Tanda rangasangan
mengulang otak : E4M5V4
c. Bahasa : komunikasi c. Pemeriksaan syaraf
verbal menggunakan otak
bahasa Indonesia - N1 : Pasien dapat
d. Kognisi dan membedakan bau
Orientasi : dapat - N2 : Pasien dapat
mengenal orang, melihat dengan
tempat dan waktu jelas
e. Refleks Fisiologis - N3 : adanya reflek
- Achilles : 2 pupil dan
- Bisep : 2 pergerakan bola
- Trisep : 2 mata
- Brankioradialis : 2 - N4 : mampu
f. Tidak ada keluhan menggerakan bola
pusing mata dari atas ke
g. Istirahat/ tidur 6 bawah
jam/hari - N5 : Pasien
h. Pemeriksaan syaraf mampu
kranial mengunyah
- N1 : Pasien mampu - N6 : adanya reflek
membedakan bau pupil
minyak kayu putih - N7 : Pasien
dan alkohol mampu tersenyum
- N2 : Pasien mampu - N8 : Pasien
melihat dalam jarak mendengar dengan
30 cm baik
- N3 : Pasien mampu - N9 : Pasien
mengangkat mampu
kelopak mata membedakan rasa
- N4 : Pasien mampu manis dan asam
menggerakkan bola - N10 : Pasien
mata kebawah mampu menelan
- N5 : Pasien mampu - N11 : Pasien
mengunyah mampu
- N6 : Pasien mampu menggerakkan
menggerakkan bahu
mata kesamping - N12 : Pasien
- N7 : Pasien mampu mampu
tersenyum dan menjulurkan lidah
mengangkat alis d. Fungsi motoric baik,
mata adapat bergerak
- N8 : Pasien mampu secara aktif melawan
mendengar dengan tahanan
baik e. Fungsi sensorik
- N9 : Pasien mampu baik, pasien dapat
membedakan rasa membedakan nyeri
manis dan asam f. Reflek fisiologis
- N10 : Pasien biak dan reflek
mampu menelan patofisiologis baik
- N11 : Pasien
mampu
menggerakkan
bahu dan melawan
tekanan
- N12 : Pasien
mampu
menjulurkan lidah
dan menggerakkan
lidah keberbagai
arah

12. Sistem Perkemihan a. Kebersihan : Bersih Bersih, tidak ada


b. Kemampuan keluhan kencing.
berkemih : produksi urine 1000
- Spontan ml/hari, warna kuning
- Produksi urine dan bau khas. Tidak ada
1000 ml/hari nyeri tekan dan
- Warna : Kuning pembesaran pada
cerah kandung kemih.
- Bau : Khas urine
c. Tidak ada distensi
kandung kemih tidak
ada nyeri tekan pada
kandung kemih
13. Sistem a. Pergerakan otot a. Pergerakan sendi
muskuloskeletal dan bebas bebas
Integumen b. Kekuatan otot b. Kekuatan otot
5
5
5
5
4
4
4
4
c. Kulit bersih
c. Tidak ada kelainan
tulang belakang d. Akral teraba hangat
d. Turgor kulit baik e. Warna ikterik
e. Tidak terdapat luka
f. Tidak terdapat f. Turgor kulit kembali
edem daam kurang dari 2
g. Nilai reisko detik
decubitus, pasien
dalam kategori g. Tekstrur elastis
rendah yaitu 15
h. lembab

i. tidak ada lesi

14. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


kalenjar tyroid, getah pada kelenjar tyroid dan
bening dan trias DM kelenjar getah bening.
Tidak terdapat
hipoglikemia dan
hiperglikemia. Tidak
terdapat riwayat luka
sebelumnya dan riwayat
amputasi sebelumnya.

15. Keamanan Lingkungan Penilaian risiko klien Penilaian risiko klien


jatuh dengan skala jatuh dengan skala
morse. morse.
Riwayat jatuh yang baru Riwayat jatuh yang baru
atau 3 bulan terakhir atau 3 bulan terakhir
yaitu 0 (tidak), diagnosa yaitu 0 (tidak), diagnosa
sekunder lebih dari 1
sekunder lebih dari 1
diagnosa yaitu 0 (tidak),
menggunakan alat bantu diagnosa yaitu 0 (tidak),
yaitu 30 (berpengangan menggunakan alat bantu
dengan alat-alat sekitar), yaitu 30 (berpengangan
menggunakan IV dan dengan alat-alat
kateter yaitu 0 (tidak), sekitar), menggunakan
kemampuan berjalan IV dan kateter yaitu 0
yaitu 10 (lemah), status
(tidak), kemampuan
mental yaitu 0 (orientasi
sesuai kemampuan diri), berjalan yaitu 10
total skor yaitu 40 (lemah), status mental
(sedang). yaitu 0 (orientasi sesuai
kemampuan diri), total
skor yaitu 40 (sedang).

16. Personal hygiene a. Mandi 1x sehari a. Pemeliharaan


b. keramas 1x sehari badan :
c. ganti pakaian 1x Pasien mengatakan
sehari mandi dirumah
d. sikat gigi 1x sehari sehari 2x
e. tidak merokok sedangkan pasien
f. tidak minum alcohol dirumah sakit
mengatakn seka 1x
sehari
b. Pemeliharaan gigi
dan mulut :
Dirumah pasien
mengatakan sikat
gigi 2x sehari
sedangkan dirumah
sakit pasien
mengatakan sikat
gigi 2x sehari
c. Pemeliharan kuku :
Pasien mengatakan
memotong kuku
bila panjang
Berdasarkan tabel 3.0 ditemukan data dari pemeriksaan

kenyamanan dan nyeri pada klien 1 didapatkan nyeri pada bagian

perut, skala nyeri 4, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Sedangkan

pada klien 2 didapatkan nyeri pada bagian perut kanan atas, nyeri

seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5 dan nyeri yang hilang timbul.

Pemeriksaan status fungsional dan aktivitas dan mobilisasi barthel

indeks pada klien 1 total skor nya adalah 15 (ketergantungan sedang)

sedangkan pada klien 2 total skornya adalah 13 (ketergantugan

sedang).

Pemeriksaan Abdomen pada klien 1 dilakukan Inspeksi dan bentuk

abdomen datar, tidak ada bayangan vena, tidak ada lesi dan ada

benjolan atau massa, tidak ada luka bekas operasi. Lalu, melakukan

Auskultasi didengarkan bising usus 7x/menit. Selanjutnya Palpasi

Terdapat nyeri tekan, terdapat benjolan, tidak ada pembesaran hepar

dan ginjal. Lalu melakukan Perkusi, tidak ada asites. Sedangkan pada

klien 2 dilakukan inspeksi dan bentuk abdomen datar, tidak terdapat

bayangan vena, tidak ada lesi dan tidak ada benjolan atau massa, lalu

melakukan Auskultasi didengarkan bising usus 8x/menit. Selanjutnya

Palpasi terdapat nyeri tekan pada area epigastrium, tidak ada benjolan

atau massa, tidak ada luka operasi. Lalu lakukan perkusi, shifting

dullness tidak ditemukan dan tidak ada asites.

Pemeriksaan keamanan lingkungan pada klien 1 dengan skala


morse didapatkan total skor yaitu 40 (sedang), sedangkan klien 2

penilaian keamanan lingkungan dengan skala morse didapatkan total

skor yaitu 40 (sedang).

Pengkajian personal hygiene dan kebiasaan pada klien 1 tidak

ditemukan masalah selama di rumah sakit. Personal hygiene pada

klien 1, saat dirumah sakit klien mandi sehari 1 kali, keramas 1 kali

sehari, sikat gigi sekali sehari, ganti pakaian 1 kali sehari. sedangkan

Pengkajian personal hygiene dan kebiasaan pada klien 2 didapatkan

data bahwa klien diseka 1 kali sehari, Sikat gigi 2x sehari, dan

memotong kuku bila panjang.

Tabel 3.1 hasil pemeriksaan penunjang pada klien 1 di Flamboyan B RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan klien 2 di Flamboyan E dr.kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan

Pemeriksaan
Penunjang Klien 1 Klien 2

Laboratorium Pada tanggal 7 April 2019 Pada tanggal 11-11- 2018

a. HB : 11 g/dl a. HB : 11,9 g/dl


b. Leukosit : 8.20 b. Leukosit : 8.26
c. Eritrosit : 4,00 c. Eritrosit : 4,41
d. Hematokrit : 36.00 % d. Hematokrit : 35.7 %
e. Trombosit : 200 e. Trombosit : 224
f. Chol : 255 f. MCV : 81
g. MCV : 80 g. MCH : 27
h. MCH : 26 h. MCHC : 33.3
i. Basofil : 0.1 i. Basofil : 0.1
j. Eosinofil : 2 j. Eosinofil : 1.7
k. Neutropil : 48,2% k. Neutropil : 69,5
l. Limposit : 41,4% l. Limfosit : 23.6
m. Monosit : 5.1
n. Masa pendarahan : 3
o. Masa pembekuan : 8
p. GDS ; 125 mg/dl
q. Kolesterol : 180
mg/dl
r. Urem darah : 22 mg/
dl
s. Kreatinin : 0,5

Rontgen Tidak ada Tidak ada

EKG Tidak ada Tidak ada


USG 7 April 2019 03 Oktober 2018 (RSPB)
Terdapat batu diempedu, Cholelithiasisdengan
Hepar tidak ada cholecystitis, liver, lien,
pembesaran intensitas pancreas, kedua ginjal,
gema parenkim normal. vesica urinaria, uterus
Gallbladder tampak tidak tampak kelainan
hiperechoic dengan
diameter terbesar 0,91cm.
Ginjal kanan dan kiri
besar dan kontur normal,
vesica urinaria dalam
batas normal
Lain-lain Tidak ada Tidak ada

Berdasarkan tabel 3.1 ditemukan data dari pemeriksaan penunjang

pada pasien 1 didapatkan nilai hemoglobin rendah yaitu 11. Dan hasil

USG dengan terdapat batu diempedu, hepar tidak ada pembesaran

intensitas, ginjal kanan dan kiri besar dan kontur normal, vesica

urinaria dalam batas normal. Sedangkan dengan pasien 2 didapat hasil


laboratorium neutrophil tinggi 69,5% dan limfosit rendah 23,6. Dan

hasil USG pasien dinyatakan Cholelithiasis dengan Cholecysitis

Tabel 3.2 hasil penatalaksanaan terapi pada pasien 1 di Flalmboyan B RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan pasien 2 di di Flalmboyan E RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Klien 1 Klien 2

Pada tanggal 8 april 2019 Pada Tanggal 11-11-2018


1. NaCl 0.9% 1. NaCl 0,9%
2. Futrolit 24 Tpm 2. Ceftriaxon 2x1 gr
3. Antibiotik 2x1 gr 3. Futrolit 20 Tpm
4. Histamin 2x1 ampul 4. Cefotaxin 2x1 gr
5. Anti nyeri 3x30 mg 5. Ranitidin 2x1 gr
6. Ketorolac 3x30 gr

Berdasarkan tabel 3.2 ditemukan data penatalaksanan terapi

pemberian obat pada klien 1 yaitu Futrolit, antibiotic, histamine, dan

anti nyeri. Sedangkan pada klien 2 yaitu NaCl 0,9%, Ceftriaxon,

Futrolit, Cefotaxim, Ranitidin, dan Ketorolac.


Tabel 3.3 Analisa Data Pada Pasien 1 ( Tn.R ) dengan Cholelithiasis pre dan post operasi

di ruang Flamboan B RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

ANALISA DATA PRE OPERASI

Nama Pasien : Tn.R Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 tahun Ruangan : Flamboyan B

No. Data (DO & DS) Masalah Penyebaba

1 Ds : Nyeri akut Agen pencedera


fisiologis (Inflamasi)
- Pasien mengatakan nyeri perut
- Nyeri seperti tertusuk tusuk dengan skala
nyeri 4 dan nyeri hilang timbul
Do :

- Pasien tampak meringis


- Pasien tampak gelisah

TTV :
- TD : 140/90 mmhg
- N : 111 x/menit
- S : 37,0 ‘C
- RR : 24 x/menit

ANALISA DATA POST OPERASI

Nama Pasien : Tn.R Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 tahun Ruangan : Flamboyan B

No. Data (DO & DS) Masalah Penyebab

1 Ds : Nyeri akut Agen pencedera fisik


(prosedur operasi)
- Pasien mengatakan nyeri perut pada bagian
luka operasi
- Pasien mengatakan nyeri terasa seperti luka
tergores
- Dengan skala nyeri 5
Do :

- Pasien tampak meringis menahan sakit

TTV :
- TD : 145/90 mmhg
- N : 101 x/menit
- S : 37,0 ‘C
- RR : 21 x/menit

2 Ds :

- Pasien mengatakan sulit untuk bergerak Gangguan mobilitas Tindakan invasive


karna nyeri operasi terasa sakit jika bergerak fisik
- Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi
Do :

- Pasien tampak meringis menahan sakit


- Pasien terlihat lemas

TTV :
- TD : 130/90 mmhg
- N : 100 x/menit
- S : 37,0 ‘C
- RR : 20 x/menit

3 Ds :
Resiko infeksi
- Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi Efek prosedur invasive
- Pasien mengatakan ingin lekas sembuh
Do :

- Pasien tampak lemas


- Terdapat luka operasi pada bagain perut

TTV :
- TD : 130/90 mmhg - Suhu : 37,8’C
- N : 100 x/menit - Respirasi : 20 x/menit
Tabel 3.4 Analisa Data Pasien II (Nn.T ) dengan Cholelithiasis di Flamboyan E RSUD
Dr.Kanujoso Djatiwibowo Tahun 2018

ANALISA DATA PRE OPERASI

Nama Pasien : Nn. T Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 tahun Ruangan : Flamboyan B

No. Data (DO & DS) Masalah Penyebaba

1 Ds : Nyeri akut Agen pencedera


fisiologis
- Pasien mengatakan nyeri perut kanan atas
- Nyeri datang tiba tiba seperti tertusuk tusuk
dengan skala nyeri 5 dan nyeri hilang timbul
Do :

- Pasien tampak meringis


- Pasien tampak gelisah

TTV :
- TD : 110/60 mmhg
- N : 96 x/menit
- S : 37,9 ‘C
- RR : 19 x/menit

Ds :
Kekhawatiran
2 - Pasien mengatakan takut dilakukan operasi, Ansietas mengalami kegagalan
khawatir dengan akibat kondisi
Do :

- Pasien tampak gelisah

TTV :
- TD : 110/60 mmhg
- N : 96 x/menit
- S : 37,9 ‘C
- RR : 19 x/menit
ANALISA DATA POST OPERASI POST OP

Nama Pasien : Nn. T Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 tahun Ruangan : Flamboyan E

No. Data (DO & DS) Masalah Penyebaba

1 Ds : Nyeri akut Agen pencedera fisik

- Pasien mengatakan nyeri bagian luka operasi


seperti nyut nyutan dengan skala nyeri 6
Do :

- Pasien tampak meringis


- Pasien tampak gelisah dan sulit tidur

TTV :
- TD : 100/60 mmhg
- N : 110 x/menit
- S : 38,1 ‘C
- RR : 22 x/menit

2
Ds :
Hipertermi Respon trauma
- Pasien mengatakan menggigil dan
kedinginan
Do :

- Pasien tampak menggigil

TTV :
- TD : 110/70 mmhg
- N : 110 x/menit
- S : 38,1 ‘C
- RR : 20 x/menit

Ds :
3 - Pasien mengatakan demam turun naik
Do :

- Kulit pasien teraba hangat


- Terpasang DC
- Terpasang infus NaCL 0,9% 18 tpm Resiko infeksi Efek prosedur invasif
- Tampak luka 3 titik

TTV :
- TD : 110/70 mmhg
- N : 96 x/menit
- S : 38,1 ‘C
- RR : 20 x/menit

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.5 Diagnosa Keperawatan pada klien 1 dengan Pre dan Post
Operatif Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
dan klien 2 dengan Pre dan Post Operatif Cholelithiasis di RSUD
dr. Kanujosos Djatiwibowo

Klien 1 Klien 2
Hari/
Hari/
No. tanggal
tanggal Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan
ditemuk
ditemukan an
Pre Operatif
1 8 April 2019 Nyeri akut b.d agen pencedera 12 Nyeri akut b.d agen
fisiologis ( Inflamasi ) d.d nyeri Novemb pencedera fisiologis d.d
perut seperti tertusuk tusuk, er 2018 nyeri perut kanan atas
pasien tampak meringis dan seperti tertusuk tusuk, pasien
gelisah tampak meringis, gelisah
dan frekuensi nadi
meningkat

2 12 Ansietas b.d kekhawatiran


Novemb mengalami kegagalan d.d
er 2018 pasien mengatakan takut
dilakukan operasi, khawatir
dengan akibat kondisi dan
klien tampak gelisah
Klien 1 Klien 2
Hari/
Hari/
No. tanggal
tanggal Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan
ditemuk
ditemukan
an
Post Operatif
1 10 April Nyeri akut b.d agen pencedera 13 Nyeri akut b.d agen
2019 fisiologis (prosedur operasi) d.d Novemb pencedera fisik d.d pasien
pasien mengatakan nyeri pada er 2018 mengatakan nyeri bagian
bagian luka operasi, nyeri seperti luka operasi seperti nyut
tergores, nyeri terasa hilang nyutan dengan skala nyeri 6,
timbul dengan skala nyeri 5 pasien tampak meringis,
frekuensi nadi meningkat,
gelisah dan sulit tidur

2 10 April 13
2019 Gangguan mobilitas fisik b.d Novemb Hipertermi b.d respon
nyeri d.d pasien mengatakan er 2018 trauma d.d pasien tampak
kesulitas bergerak karna nyeri mengigil dan temperature
bekas luka operasi suhu badan 38,1’C

3 10 April Resiko infeksi b.d Efek prosedur 13


Resiko infeksi b.d efek
2019 invasive d.d luka bekas operasi novembe
prosedur invasif
r

Berdasarkan tabel 4.5 setelah melakukan pengkajian dan menganalisis data

pada pre op cholelithiasis pasien 1 dan pasien 2, ditemukan diagnosa keperawatan

pada tanggal 8 April 2019 pre op Cholelithiasis pasien 1 terdapat 1 diagnosa

sedangkan pada tanggal 12 November 2018 pada pasien 2 didapatkan 2 diagnosa

keperawatan. Setelah dilanjutkan melakukan analisa data pada post op

cholelithiasis pasien 1 dan pasien 2, ditemukan diagnose keperawatan pada

tanggal 9 April 2019 pada pasien 1 terdapat 3 diagnosa sedangkan pada tanggal 13

November 2018 ditemukan 3 diagnosa pada pasien 2.


c. Perencanaan

Tabel 3.6 Perencanaan pada klien 1 dengan Pre dan post Operatif Cholelithiasis
Di Flamboyan B RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
dan klien 2 dengan Pre dan Post Operatif Cholelithiasis Di Flamboyan E RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Hari/ Dx Tujuan dan Kriteria Perencanaan


Tanggal Keperawatan Hasil
Pasien 1 Pre operasi
Senin 8, Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan tindakan 1.1 lakukan pengkajian
April agen keperawatan selama 1 x 8 nyeri secara
2019 pencedera jam rasa nyeri pada pasien komprehensif termasuk
fisiologis menurun dengan kriteria lokasi , karakteristik ,
(Inflamasi) hasil : durasi, frekuensi,
a. Pasien tidak kualitas dan factor
mengeluh nyeri prepitasi
b. Mampu mengenali 1.2 ajarkan tentang teknik
nyeri non farmakologis
c. Melaporkan 1.3 monitor TTV
bahwa nyeri 1.4 kolaborasi dalam
berkurang pemberian antibiotic
d. Mampu
mengontrol nyeri
Pasien 1 Post operasi
Rabu, 10 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1.1 lakukan pengukuran
April berhubungan keperawatan selama 3 x 8 nyeri secara
2019 dengan agen jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk
pencedera fisik lokasi nyeri ,
berkurang dengan kriteria
( tindakan karakteristik, durasi ,
invasive) hasil : frekuensi .
1. mampu mengontrol 1.2 ajarkan tentang teknik
nyeri non farmakologis
2. melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan 1.3 monitor TTV
skala nyeri 0
1.4 kolaborasi pemberian
3. mampu mengenali nyeri
antibiotic
4. mengatakan merasa
sehat

Rabu, 10 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 2.1 Kaji kemampuan


April mobilitas fisik keperawatan selama 3x8 mobilisasi klien
2019 berhubungan jam mobilitas fisik 2.2 Latih ROM pasif
dengan nyeri meningkat dengan kriteria 2.3 Posisikan kaki lebih
hasil: tinggi dari jantung
1. Pergerakan ekstremitas 2.4 Edukasi kepada klien
meningkat untuk tetap mobilisasi
2. Kekuatan otot semampunya semisal
meningkat miring kiri kanan
3. Rentang gerak (ROM) 2.5 Kolaborasi obat dengan
meningkat dokter
a. Kelemahan fisik
menurun

Rabu , 9 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 3.1 monitor tanda dan
April berhubungan keperawatan selama 3 x 24 gejala infeksi sitemik
2019 dengan jam pasien terhindar dari dan local
prosedur infeksi dengan kriteria hasil 3.2 inspeksi kulit dan
invasive : mukosa terhadap
kemerahan
1. pasien bebas dari tanda 3.3 cuci tangan setiap
dan gejala infeksi sebelum dan sesudah
2. jumlah leukosit dalam tindakan keperawatan
batas normal 3.4 beritau pasien untuk
3. menunjukan prilaku batasi pengunjung
hidup sehat 3.5 pertahankan teknik
4. menunjukan asepsis pada pasien
kemampuan untuk beresiko
mencegah 3.6 lakukan perawatan luka
3.7 berikan terapi antibiotic

Hari/ Dx Tujuan dan Kriteria Perencanaan


Tanggal Keperawatan Hasil
Pasien 2 Pre operasi
Selasa, Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan 1.1 lakukan pengkajian
12 agen keperawatan selama 1 x 8 nyeri secara
Novemb pencedera jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk
er 2018 fisiologis berkurang dengan kriteria lokasi , karakteristik ,
hasil : durasi, frekuensi,
a. mampu mengontrol kualitas dan factor
nyeri ( tau penyebab prepitasi
nyeri, 1.2 ajarkan tentang teknik
b. mampu menggunakan non farmakologis
teknik 1.3 monitor TTV
nonfarmakologi untuk 1.4 kolaborasi dalam
mengurangi nyeri ) pemberian antibiotic
c. melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan manajemen
nyeri
d. Mampu mengenali
nyeri (skala ,
intensitas , frekuensi
dan tanda nyeri )

Selasa, Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan 2.1 identifikasi tingkat


12 kekhawatiran keperawatan selama 1 x 24 kecemasan
Novemb mengalami jam diharapkan perasan 2.2 jelaskan semua
er 2018 kegagalan cemas dan tidak nyaman prosedur dan apa yang
bisa diatasi dengan kriteria dirasakan
hasil : 2.3 dorong keluarga untuk
1. Pasien mampu menemani pasien
mengidentifikasidan 2.4 instruksikan pasien
mengungkapkan gejala menggunakan teknik
cemas relaksasi
2. Mengidentifikasi,mengu
ngkapkan gejala cemas
3. Vitas sign dalam batas
normal
4. Postur tubuh , bahasa
tubuh dan expresi wajah
menunjukan berkurang
nya rasa cemas

Pasien 2 Post operasi


Rabu, 13 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1.1 lakukan pengukuran
Novemb berhubungan keperawatan selama 1 x 8 nyeri secara
er 2018 dengan agen jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk
pencedera fisik lokasi nyeri ,
berkurang dengan kriteria
( tindakan karakteristik, durasi ,
invasive) hasil : frekuensi .
1. mampu mengontrol 1.2 ajarkan tentang teknik
nyeri non farmakologis
2. melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan 1.3 monitor TTV
skala nyeri
1.4 kolaborasi pemberian
3. mampu mengenali nyeri
antibiotic
4. mengatakan merasa
sehat

Rabu, 13 Hipertermi b.d Setelah dilakukan asuhan 2.1 monitor TTV


Novemb respon trauma keperawatan selama 1x 4 2.2 instruksikan pada
er 2018 jam diharapkan suhu tubuh keluarga untuk kompres
pasien dapat kembali pasien
normal dengan kriteria 2.3 kolaborasi dalam
hasil : pemberian antipiretik
1. suhu tubuh dalam 2.4 kolaborasi pemberian
rentang normal cairan intravena
2. nadi dan respirasi 2.5 rencanakan monitoring
normal TTV secara kontinyu
tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak
ada pusing

Rabu , 13 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 3.1 monitor tanda dan
Novemb berhubungan keperawatan selama 3 x 24 gejala infeksi sitemik
er 2018 dengan jam pasien terhindar dari dan local
prosedur infeksi dengan kriteria hasil 3.2 inspeksi kulit dan
invasif : mukosa terhadap
kemerahan
1. pasien bebas dari tanda 3.3 cuci tangan setiap
dan gejala infeksi sebelum dan sesudah
2. jumlah leukosit dalam tindakan keperawatan
batas normal 3.4 beritau pasien untuk
3. menunjukan prilaku batasi pengunjung
hidup sehat 3.5 pertahankan teknik
4. menunjukan asepsis pada pasien
kemampuan untuk beresiko
mencegah 3.6 lakukan perawatan luka
3.7 berikan terapi antibiotic

Berdasarkan tabel 3.7 setelah membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan

sesuai dengan masing-masing diagnosa yang ditemukan pada klien 1 dan klien 2,

selanjutnya melakukan pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien

2.

d. Pelaksanaan

Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan Klien 1 dengan Pre dan Post


Operatif Cholelithiasis di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan

Waktu
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi

Pasien 1 Pre Operasi


Senin, Melakukan pengkajian DS:
15.00 wita 1.2 Lakukan pengkajian nyeri a. Pasien mengatakan nyeri
secara komprehensif pada bagian perut
termasuk lokasi , b. Pasien mengatakan nyeri
karakteristik pada perut pasien seperti
, durasi, frekuensi, kualitas tertusuk-tusuk
dan factor prepitasi c. Pasien mengatakan nyeri
dalam skala 4
1.3 monitor TTV d. Pasien mengatakan nyeri
saat bergerak atau
berpindah posisi
e. Pasien mnegtakan nyeri
yang dirasakan hilang
timbul dalam waktu
dekat

DO:
a. Ekspresi wajah pasien
sesekali meringis
menahan nyeri

TTV:
TD: 140/79 mmHg
N: 101x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit

Senin, 1.2 ajarkan tentang teknik non DS:


16.00 wita farmakologis (Nafas dalam) a. Klien mengatakan paham
1.4 kolaborasi dalam pemberian cara melakukan tehnik
antibiotic nafas dalam
b. Pasien tampak agak
tenang
DO:
a. Klien tampak mengerti
dengan apa yang
diajarkan oleh perawat
b. Pasien tampak lemas

Senin, 1.2 Lakukan pengkajian nyeri Ds :


18.00 wita secara komprehensif a. Pasien mengatakan nyeri
termasuk lokasi , sedikit berkurang setelah
karakteristik diberi obat melalui IV
, durasi, frekuensi, kualitas b. Pasien mnegtakan skala
dan factor prepitasi nyeri berkurang

1.3 monitor TTV Do:

TTV:
TD: 140/70 mmHg
N: 99x/menit
S: 370C
RR: 20x/menit
Waktu
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi

Pasien 1 Post Operasi


Rabu Melakukan pengkajian DS:
07.30 wita 1.1 lakukan pengukuran nyeri a. pasien mnegatakan
secara komprehensif nyeri pada bagian luka
termasuk lokasi nyeri , operasi
karakteristik, durasi , b. pasien mengatakan
frekuensi . nyeri seperti tergores
1.3 Monitor TTV c. pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
d. pasien mengatakan
nyeri pada skala 5
DO:
a. pasien terlihat
meringis menahan
nyeri luka operasi

TTV:
TD: 142/88 mmHg
N: 111x/menit
S: 370C
RR: 20x/menit

Rabu 1.2 ajarkan tentang teknik non Ds:


09.00 wita farmakologis (Nafas dalam)
a. pasien mengatakan
1.2 Kaji kemampuan mobilisasi
klien paham dan mengerti
3.1 monitor tanda dan gejala dengan cara teknik
infeksi sitemik dan local nafas dalam

Do :
a. Pasien terlihat
kesulitan ingin bangun
dan bergerak
b. Terdapat luka operasi
pada bagian perut

Rabu 3.2 cuci tangan setiap sebelum Ds :


10.00 wita dan sesudah
a. Pasien mengatakan
3.6 Lakukan perawatan luka
3.4 beritau pasien untuk Kesulitan bergerak
membatasi pengunjung karena masih terasa
1.3 Monitor TTV nyeri

Do :
a. Terdapat luka operasi
Laparatomy
Choleytectomy pada
bagian perut
TTV:
TD: 137/77 mmHg
N: 90x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit
Rabu 1.4 Kolaborasi pemberian
12.00 wita antibiotic Ds :
1.3 Monitor TTV a. Pasien mnegatkan
masih terasa nyeri
pada bagian luka
operasi
Do :
TTV:
TD: 130/70 mmHg
N: 98x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit

Kamis 1.1 lakukan pengukuran nyeri Ds :


08.00 wita secara komprehensif a. pasien mengatakan
termasuk lokasi nyeri , nyeri pada luka
karakteristik, durasi , operasi sedikit
frekuensi . berkurang
3.3 cuci tangan setiap sebelum b. pasien mengatakan
dan sesudah tindakan nyeri jarang timbul
keperawatan namun jika bergerak
1.3 Monitor TTV terasa nyeri nya
c. pasien mengatakan
skala nyeri 4
Do :
a. pasien tampak
meringis ketika
bergerak atau
berpindah posisi
TTV:
TD: 140/90 mmHg
N: 98x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit

Kamis 3.1 monitor tanda dan gejala Ds :


10.00 wita infeksi sitemik dan local a. Pasien mnegatakan
3.6 lakukan perawatan luka nyeri masih terasa
3.7 berikan terapi antibiotic namun tidak seperti
3.3 cuci tangan setiap sebelum kemarin
dan sesudah tindakan Do :
keperawatan a. Pasien terlihat masih
1.3 Monitor TTV kesulitan bergerak dan
berpindah posisi
sehingga harus
perawat atau keluarga
pasien

TTV:
TD: 140/90 mmHg
N: 98x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit

Kamis 1.4 Kolaborasi pemberian Ds:


12.00 wita antibiotic a. Pasien mengatakan
1.3 Monitor TTV keadaan mulai
membaik dan nyeri
sudah berkurang
namun masih terasa
Do :
TTV:
TD: 140/90 mmHg
N: 98x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit

Jumat 1.3 lakukan pengukuran nyeri Ds:


08.45 wita secara komprehensif a. pasien mengatakan
termasuk lokasi nyeri , nyeri berkurang
karakteristik, durasi , b. pasien mengatakan
frekuensi . nyeri masih terasa jika
1.4 Kaji kemampuan mobilisasi bergerak berlebihan
klien c. pasien mengatakan
3.1 monitor tanda dan gejala bisa bergerak namun
infeksi sitemik dan local tidak berlebihan
3.2 cuci tangan setiap sebelum Do :
dan sesudah tindakan a. pasien terlihat dapat
keperawatan bergerak dan
1.2 Monitor TTV berpindah posisi
3.3 cuci tangan setiap sebelum dengan pelan pelan
dan sesudah tindakan b. luka operasi terlihat
keperawatan bersih tidak ada tanda
tanda infeksi

TTV:
TD: 144/80 mmHg
N: 98x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit
Jumat 3.8 lakukan perawatan luka Ds:
10.00 wita 3.9 berikan terapi antibiotic a. Pasien mengatakan
3.4 cuci tangan setiap sebelum nyeri berkurang
dan sesudah tindakan b. Pasien mengatakan
keperawatan skala nyeri 2
1.5 Monitor TTV Do:
a. Luka operasi pada
pasien terlihat bersih
tanpa ada tanda tanda
insfeksi

TTV:
TD: 144/80 mmHg
N: 98x/menit
S: 370C
RR: 21x/menit

Jumat 1.4 Kolaborasi pemberian Ds :


12.00 wita antibiotic a. Pasien mengatakan
nyeri berkurang
b. Pasien mengatakan
keadaan membaik
Do :
a. keadaan pasien
tampak membaik

Berdasarkan tabel 3.8 Implementasi tindakan keperawatan dilakukan

untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada klien sesuai dengan

perencanaan intervensi keperawatan masing-masing diagnosa keperawatan yang

telah disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1. Pelaksanaan

tindakan keperawatan pada pasien pre dan post operasi pada klien 1 dilakukan

selama 4 hari perawatan yaitu dari tanggal 8 April 2019 sampai tanggal 12 April

2019. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan secara komperehensif.


Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan Klien 2 dengan Pre dan Post Operasi Cholelithiasis di
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Waktu
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi

Pasien 2 Pre operasi


12 november 1.1 melakukan pengkajian nyeri Ds :
2018 secara komprehensif
- pasien mengatakan
15.00 wita nyeri perut kanan atas
- nyeri datang tiba tiba
seperti tertusuk tusuk
di daerah kanan ataas
dengan skala nyeri 5,
dan nyeri hiking
timbul
Do :

- klien tampak meringis


dan gelisah

TTV :
- TD : 110/60 mmhg
- N : 96x/menit
- S : 37,6’C
- RR : 19 x/menit

12 november Ds :
2018 1.2 mengajarkan klien untuk
teknik relaksasi nafas dalam - Pasien mengatakan
15.45 wita paham dan mengerti
tentang teknik dan
manfaat relaksasi
nafas dalam
Do : -
12 november Ds : -
2018
1.3 memonitor tanda tanda vital
16.00 wita
Do :

Tanda tanda vital


- TD : 110/60 mmhg
- N: 96 x/menit
- S : 37,6 ‘C
- RR : 19 x/menit

12 november 1.4 kolaborasi dalam pemberian Ds :


2018 analgetik
- Pasien mengatakan
18.00 wita masih nyeri
- Skala nyeri 5
Do :

- Pasien tampak
meringis

12 november
Ds : -
2018 1.3 memonitor tanda tanda vital

20.00 wita
Do :

Tanda tanda vital


- TD : 110/70 mmhg
- N: 90 x/menit
- S : 37,5 ‘C
- RR : 20 x/menit

Ds :
12 november 1.5 berkolaborasi dalam
2018 pemberian analgetik - Pasien mengatakan
masih nyeri
06.00 wita - Skala nyeri 5
Do :
- Pasien tampak
meringis dan gelisah

13 november 1.3 memonitor tanda tanda vital Ds : -


2018

08.00 wita
Do :

Tanda tanda vital


- TD : 110/70 mmhg
- N: 96 x/menit
- S : 37,5 ‘C
- RR : 21 x/menit

13 november Ds :
2018 1.6 berkolaborasi dalam
pemberian analgetik - Pasien mengatakan
12.00 wita masih nyeri
- Skala nyeri 4
Do :

- Pasien tampak
memegang megang
perut nya

13 november 1.1 identifikasi tingkat Ds :


2018 kecemasan
- Pasien mengatakan
09.00 wita merasa takut dan
cemas dengan status
kesehatan nya , serta
khawatir mengalami
kegagalan saat operasi
Do :

- Pasien tampak gelisah


13 november Ds :
2018
2.2 Menjelaskan semua prosedur - pasien mengatakan
09.35 wita apa yang akan dirasakan selama mengerti tentang
prosedur prosedur yang akan di
lalui nya dan apa yang
akan dirasakan slama
prosedur
Do :

- pasien tampak lebih


tenang setelah diberi
penjelasan

13 november
Ds :
2018 2.3 Mendorong keluarga untuk
menemani pasien - pasien mengatakan
09.45 wita
pada saat cemas
muncul, dia melkukan
teknik relaksasi nafas
dalam dan pasien
merasa lebih nyaman
dan tenang
Do :

- pasien tampak lebih


rileks

Waktu
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi

Pasien 2 Post operasi


13 november 3.1 melakukan pengukuran nyeri Ds :
2018 secara komprehensif
- pasien mengatakan
22.00 4.1 Observasi TTV nyeri bagian luka
operasi seperti nyut
nyutan dengan skala
nyeri 6
Do :

- klien tampak meringis


- klien tampak gelisah
dan sulit tidur

TTV
- TD : 110/60 mmhg
- N: 100 x/menit
- S : 36,9 ‘C
- RR : 20 x/menit

13 november 3.2 mengajarkan tentang Ds :


2018 relaksasi teknik nafas dalam
4.3 Berkolaborasi dalam - Pasien mengatakan
22.20 pemberian antipiretik demam

- pasien mengatakan
paham dan mengerti
teknik dan mafaat
relaksasi nafas dalam

Do :

- Kulit teraba hangat

- Pasien tampak
mengigil

13 november 4.2 Mengintruksikan keluarga


Ds :
2018 untuk melakukan kompres pasien
- Keluarga pasien
22.30 3.3 Memonitor TTV
mengerti dan bersedia
memberikan kompres
hangat

Do :

Tanda tanda vital


- TD : 110/60 mmhg
- N: 100 x/menit
- S : 36,9 ‘C
- RR : 20 x/menit

Ds :
14 november
2018 3.2 mengintruksikan tentang - Pasien mengatakan
tekhnik relaksasi nafas dalam masih nyeri terasa
07.00 Do :
3.3 memonitor TTV
5.4 Memberitahu pasien untuk Tanda tanda vital
membatasi pengunjung - TD : 110/70 mmhg
- N: 100 x/menit
- S : 37,6 ‘C
- RR : 19 x/menit

Ds :
1.2 mengintruksikan tentang
14 november tekhnik relaksasi nafas dalam - Pasien mengatakan
2018 1.3 memonitor TTV masih nyeri tapi sudah
5.5 Mempertahankan teknik berkurang sedikit
14.00 asepsis pada pasien beresiko Do :
5.6 Melakukan perawatan luka
- Tampak luka tiga titik
tidak merembes

Tanda tanda vital


- TD : 110/70 mmhg
- N: 98 x/menit
- S : 37,9 ‘C
- RR : 20 x/menit

Ds :
14 november
2.2 kolaborasi dalam pemberian
2018 - Pasien mengatakan
analgetik
masih nyeri
18.00 - Skala nyeri 4
Do :

- Pasien tampak
meringis tetapi sudah
lebih tenang dari
sebelumnya

14 november Ds : -
2018
1.3 memonitor tanda tanda vital
22.00
Do :

- TD : 110/60 mmhg
- N: 100 x/menit
- S : 36,9 ‘C
- RR : 20 x/menit
15 november 1.4 berkolaborasi dalam Ds :
2018 pemberian analgetik
- Pasien mengatakan
06.00 nyeri berkurang
- Skala nyeri 3

Do :

- Pasien tampak rileks

15 november
3.2 Mengintruksikan tentang Ds : -
2018
tekhnik relaksasi nafas dalam
07:00 Do : Tanda tanda vital
3.3 Memonitor TTV
- TD : 110/60 mmhg
- N: 100 x/menit
- S : 36,9 ‘C
- RR : 20 x/menit

15 November
2018 3.4 Berkolaborasi dalam Ds :
pemberian analgetik - Pasien mengatakan
10.00 nyeri sudah tidak ada
lagi
Do :
- Pasien tampak tenang

Berdasarkan tabel 3.9 Implementasi tindakan keperawatan dilakukan

untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada klien sesuai dengan

perencanaan intervensi keperawatan masing-masing diagnosa keperawatan yang

telah disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 2 dilakukan selama 4

hari perawatan yaitu dari tanggal 12 November 2018 sampai tanggal 15


November 2018. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan secara

komperehensif dan terus menerus selama 24 jam masa perawatan.

e. Evaluasi

Tabel 4.0 Evaluasi asuhan keperawatan Klien 1 dengan Pre dan Post Operasi
Cholelithiasis di Flamboyan B RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Hari Diagnosa Evaluasi (SOAP)


Keperawatan

Pasien 1 Pre operasi


J
Senin 7 Nyeri akut b.d. S:
April 2019 agen pencedera 1) P : Pasien mengatakan nyeri masih terasa pada
fisiologis bagian perut
(Inflamasi) Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : klien mengatakan nyeri di bagian perut kanan
S : Pasien mengatakan skala nyeri 4
T : Pasien mengatakan nyeri dirasa hilang timbul

O:
1) Sesekali pasien tampak meringis dan gelisah akibat
nyeri
2) TTV:
TD : 140/90 mmHg
N : 100 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37.0 c
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1.5 lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi , karakteristik , durasi,
frekuensi, kualitas dan factor prepitasi
1.6 ajarkan tentang teknik non farmakologis
1.7 monitor TTV
1.8 kolaborasi dalam pemberian antibiotic
Hari Diagnosa Evaluasi (SOAP)
Keperawatan

Pasien 1 Post operasi

Jum’at 12 Nyeri akut S:


April 2019 berhubungan 1) Pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan agen 2) Pasien mengatakan mampu mengontrol
pencedera fisik nyeri
( tindakan 3) Pasien mengatakan kondisi mulai
invasive) membaik

O:
1) Pasien tambak membaik dan tidak lemas

TTV:
TD : 140/90 mmHg
N : 100 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37.0 c
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
2.1 lakukan pengukuran nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi nyeri ,
karakteristik, durasi , frekuensi .
1.5 monitor TTV
1.6 kolaborasi pemberian antibiotic

Jum’at 12 Gangguan S:
April 2019 mobilitas fisik 1) Pasien mengatakan nyeri masih terasa
berhubungan 2) Pasien mengatakan kelemahan fisik
dengan nyeri menurun
3) Pasien mengatakan dapat bergerak dan
berpindah tempat tetapi secara berhati
hati

O:
1) Keadaan pasien terlihat membaik
2) Pasien terlihat tidak lemas lagi

TTV:
TD : 140/90 mmHg
N : 100 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37.0 c
E
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
2.1 Kaji kemampuan mobilisasi klien
2.2 Edukasi kepada klien untuk tetap mobilisasi
semampunya semisal miring kiri kanan
2.3 Kolaborasi obat dengan dokter

Jum’at 12 Resiko infeksi S:


April 2018 berhubungan a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan prosedur b. Pasien mengatakan merasa lebih baik
invasive O:
a. Luka pasien terlihat bersih
b. Tidak ada tanda tanda infeksi pada luka
operasi
TTV:
TD : 135/88 mmHg
N : 97 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37.0 c
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
3.1 monitor tanda dan gejala infeksi sitemik
dan local
3.2 inspeksi kulit dan mukosa terhadap
kemerahan
3.3 cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
3.4 pertahankan teknik asepsis pada pasien
beresiko
3.5 lakukan perawatan luka
3.6 berikan terapi antibiotic

Evaluasi keperawatan pada psaien 1. Pada klien 1 saat melakukan

evaluasi tindakan setiap diagnosa keperawatan Pre operasi, diagnosa nyeri akut
sebagian teratasi pada tanggal 7 April 2019. Dan untuk diagnose keperawatan

post operasi nyeri akut sebagian teratasi pada tanggal 12 April 2019, Gangguan

mobilitas fisik pada tanggal 12 April 2019, Resiko infeksi teratasi sebagian pada

tanggal 12 April 2019.

Tabel 4.1 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 2 pre dan post Cholelithiasis di Ruang Flamboyan
E RSUD Dr. Kanudjoso Djatiwibowo Tahun 2018

Hari Diagnosa Evaluasi (SOAP)


Keperawatan

Pasien 2 Pre operasi

12 november Nyeri akut b.d. S:


2018 agen pencedera a. pasien mengtakan nyeri perut bagian
fisiologis kanan atas
b. nyeri datang tiba tiba seperti tertusuk
tusuk didaerah kanan atas dengan skala
nyeri 5, nyeri hilang timbul
c. pasien mengatakan paham dan mengerti
tentang tekhnik dan manfaat relaksasi
nafas dalam
d. pasien mengatakan maish nyeri dengan
skala nyeri 5
O:
a. Klien tampak meringis dan gelisah

TTV:
TD : 110/60 mmHg
N : 96 x/menit
R : 21 x/menit
S : 36.6 c
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
2.3 monitor tanda tanda vital
2.4 Berkolaborasi dalam pemberian
Analgetik
Ansietas b.d S:
kekhawatiran a. Pasien mengatakan merasa takut dan
12 November mengalami cemas dengan status kesehatannya, serta
2018 kegagalan khawatir mengalami kegagalan saat
operasi
b. Pasien mengatakan mengerti tentang
prosedur yang akan dilalui nya dan
apayang akan dirasakan selama prosedur
c. Pasien mengatakan pada saat cemas
muncul, dai melakukan teknik relaksasi
nafas dalam dan pasien merasakan lebih
nyaman dan tenang
O:
a. Pasien tampak gelisah
b. [asien tampak sedikit lebih tenang
setelah diberikan penjelasan
c. Pasien tampak lebih nyaman dan tenang
ketika di damping oleh keluarganya
d. Pasien tampak lebih rileks
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi

Hari Diagnosa Evaluasi (SOAP)


Keperawatan

Pasien 2 Post operasi

15 november Nyeri akut b.d. S:


2018 agen pencedera a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
fisik b. Skala nyeri 3
O:
a. Pasien tampak rileks

TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
R : 21 x/menit
S : 38.1 c
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
3.4 memonitor TTV
3.5 Berkolaborasi dalam pemberian analgetik
15 November Hipertermia b.d S:
2018 respon trauma a. Pasien mengatakan akan mengompre
lagi
O:
a. Kulit pasien teraba hangat

TTV:
TD : 110/70 mmHg
N : 98 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37.6 c
A:
Masalah teratasi sebagian

P:
4.1 Observasi TTV

Resiko infeksi b.d S:


15 november tindakan invasif a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
2018 O:
a. Tidak terdapat tanda tanda infeksi

TTV:
TD : 110/70 mmHg
N : 98 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37.6 c
A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi

Pada tabel 4.1 setelah melakukan pelaksanaan tindakan keperawatan pada

pasien 2. Pada pasien 2 saat melakukan evaluasi tindakan setiap diagnosa

keperawatan, pada diagnose pre operasi diagnosa nyeri akut masalah belum

teratasi pada tanggal 12 november 2018, masalah ansietas dapat teratasi pada

tanggal 12 november 2018. Pada diagnose post operasi nyeri akut masalah teratasi
sebagian pada tanggal 15 november 2018, hipertermia masalah tertasi sebagian

pada tanggal 15 november 2018, resiko infeksi masalah teratasi pada tanggal 15

november 2018

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini, peneliti membahas tentang review asuhan

keperawatan pada 2 pasien Pre dan Post Cholelithiasis dengan menemukan

berbagai kesenjangan sesuai dengan konsep-konsep teori yang ada. Asuhan

keperawatan di laksanakan selama 4 hari pada pasien 1 dari tanggal 8 April

sampai 12 April 2019 di ruang Flamboyan B di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan. Sedangkan pada pasien 2 asuhan keperawatan dilaksanakan selama 4

hari mulai dari tanggal 12 november 2018 sampai 15 November 2018 diruang

Flamboyan E RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Berikut ini akan

diuraikan pelaksanaan Asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan post

operatif Cholelithiasis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sesuai

tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi: pengkajian, menegakkan

diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pada pengkajian pasien 1 dan 2 dimana pengkajian ini difokuskan pada

asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan post Cholelithiasis. Pengkajian

pada pasien 1 umur 40 tahun dilakukan pada tanggal 8 April 2019 dan pada

pasien 2 umur 18 tahun dilakukan pada tanggal 12 November 2018. Hasil dari

pengkajian sebagai berikut:


Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien 1 dengan diagnosa medis

Cholelithiasis dan pasien 2 dengan diagnosa medis Cholelithiasis. Pada kedua

pasien memiliki keluhan yang sama dengan teori seperti nyeri pada daerah

kanan perut secara tiba-tiba atau disebut juga kolik bilier

Berdasarkan teori yang ada menurut (Nanda, 2020). nyeri dan kolik bilier,

ikterus, perubahan warna urin dan feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien

yang mengalami nyeri dan kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi

pada duktus sistikus yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi

distensi dan menimbulkan infeksi merupakan gejala yang akan timbul pada

pasien Cholelithiasis.

Menurut peneliti bahwa nyeri yang dirasakan pada pasien 1 dan 2

merupakan tanda dan gejala dari Cholelithiasis yang terjadi karena adanya

Obstruksi pada duktus sistikus yang tersumbat oleh batu empedu dan

menimbulkan infeksi sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan data pasien 1 pada tanggal 8

April 2019 Pasien mengatakan merasa nyeri pada bagian perut sudah

seminggu lebih dan berfikir bahwa itu penyakit magh, pasien di bawa ke IRD

pada pukul 14:00 wita dan dinyatakan mempunyai penyakit batu empedu,

pasien langsung dibawa keruang rawat inap Flamboyan B untuk menjalani

perawatan lanjutan, pasien merasakan nyeri yang hilang timbul dengan skala 4

disertai dengan gelisah.


Sedangkan data pasien 2, Pasien masuk pada tanggal 11 November 2018

dengan keluhan nyeri bagian perut kanan atas mulai 2 minggu yang lalu, nyeri

datang timbul seperti tertusuk tusuk pada bagian abdomen kanan atas dengan

skala 5 ditambahi dengan adanya mual tetapi tidak muntah gelisah dan susah

tidur serta sulit bergerak. Data dari pengkajian data psikososial pada klien 1

dan klien 2, ekspresi ke dua klien pada penyakitnya yaitu tampak tegang dan

gelisah.

Berdasarkan teori menurut (Nanda, 2020). Ada dua tipe utama batu

empedu yaitu batu yang terutama tersusun dari pigmen dan tersusun dari

kolesterol. Batu pigmen, akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam

empedu mengalami presipitasi atau pengendapan, sehingga terjadi batu.

Risiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien serosis,

hemolysis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan

hanya dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu kolesterol, merupakan unsur

normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya

bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo lipid) dalam empedu. Pada

pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis

asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, mengakibatkan

supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari getah empedu

mengendap membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol

merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan sebagai

iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu


Pada pasien 1dan 2 diagnosa medisnya adalah Cholelithiasis. Jadi menurut

peneliti pada pasien 1 dan 2 sama sama memiliki Cholelithiasis yang

disebabkan oleh pengendapan batu kolesterol di dalam kandung empedu,

faktor ini didukung nya pemeriksaan laboratorium pada jumlah kolesterol

yang tinggi di miliki kedua pasien.

Dalam beberapa data dalam pengkajian terdapat kesenjangan pada

pengambilan data pasien 1 dalam pemeriksaan psikososial yang tidak

seharusnya membahas ekspresi pasien terhadap penyakit nya. Karena,

pemeriksaan psikososial mengacu pada pola komunikasi pasien terhadap

orang lain.

Pada pemeriksaan fisik. Keadaan umum pasien didapatkan pada pasien 1

yaitu kesadaran umum sedang, terpasang infus ditangan kanan dan sakit

sedang. Sedangkan pada pasien 2 dengan kesadaran umum sedang.

Menurut (Noor, 2017) keadaan umum yaitu baik atau buruknya yang

dicatat adalah tanda-tanda seperti kesadaran klien (apatis, sopor, koma,

komposmentis) dan kesakitan (keadaan penyakit yaitu akut, kronik, ringan,

sedang, berat).

Menurut peneliti terdapat kesenjangan antara pengkajian yang dilakukan

oleh peneliti dengan teori yang ada, dimana pemeriksan fisik bagian keadaan

umum pada kedua pasien hanya menjelaskan kesakitan yang dialami klien.

Sedangkan pada teori baik atau buruknya yang dicatat dalam keadaan umum
adalah kesadaran klien (apatis, sopor, koma, komposmentis) dan kesakitan

(keadaan penyakit yaitu akut, kronik, ringan, sedang, berat).

Pada pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan pada pasien 1 dengan

tekanan darah 140/88 mmhg, Nadi 111 x/menit, Suhu 37 0C, Respirasi 24

x/menit dan MAP 222,67 mmhg . dan pada pasien 2 didapatkan tanda tanda

vital dengan tekanan darah 110/60 mmhg, Nadi 96 x/menit, Respirasi

19x/menit, Suhu 37.6 oC.

Menurut peneliti terdapat kesenjangan pada pemeriksaan tanda tanda vital

pada pasien dimana tidak dilakukan nya pemeriksaan MAP pada pasien 2

sedangkan pada pasien 1 dilakukan pemeriksaan MAP pada tanda tanda vital.

Menurut teori (Potter & Perry, 2005). Mean Arterial Pressure adalah

tekanan arteri rata rata selama satu siklus denyutan jantung yang didapatkan

dari pengukuran tekanan darah systole dan tekanan darah diastole. Pada

perhitungan MAP akan didapatkan gambaran penting dalam tekanan darah

yaitu tekanan sistolik adalah tekanan maksimal ketika darah dipompakan dari

ventrikel kiri, batas normal dari tekanan sistolik adalah 100-140 mmhg,

tekanan diastolic adalah tekanan darah pada saat relaksasi, batas normal dari

tekanan diastolic adalah 60-80 mmhg. Tekanan diastolik menggambarkan

tahanan pembuluh darah yang harus dicapai jantung.

Pada pemeriksaan fisik kenyamanan nyeri pada kedua pasien dilakukan

pengkajian nyeri dengan PQRST dimana didapatkan pada pasien 1

mengatakan nyeri pada bagian perut seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri
4 dan nyeri yang dirasakan hilang timbul. Sedangkan pada pasien 2 dilakukan

pengkajian kenyamanan nyeri dengan PQRST dimana didapatkan pada pasien

2 mengatakan nyeri pada bagian perut kanan atas rasa seperti tertusuk tusuk

pada skala nyeri 5 dengan nyeri hilang timbul

Pada pengkajian status fungsional/aktivitas dan mobilisasi Barthel indeks,

Dimana pada pasien 1 bisa miring kanan dan miring kiri secara berlahan dan

bisa duduk dengan bantuan dan total score barthel indeks 16 (ketergantungan

sedang). Sedangkan pada pasien 2 mengatakan sulit bergerak karena menahan

nyeri dan total score barthel indeks 13 (ketergantungan sedang).

Pada pemeriksaan mata didapatkan perbedaan pada pasien 1 dan 2 dimana

pada pasien 2 didapatkan data sclera ikterik dan tidak terjadi pada pasien 1.

Berdasarkan teori yang ada menurut (Nanda, 2020). nyeri dan kolik bilier,

ikterus, perubahan warna urin dan feses dan defisiensi vitamin merupakan

gejala yang akan timbul pada pasien Cholelithiasis.

Pada pengkajian bagian telinga, data yang didapatkan oleh peneliti

terhadap kedua pasien kurang lengkap, dimana peneliti pada pasien 1 dan 2

hanya melakukan pengkajian pada telinga dibagian kanalis telinga . Pada

pasien 1 dan pasien 2 sama-sama tidak dilakukan pemeriksaan tes weber, tes

rinne, dan tes swbach.

Pada pengkajan bagian pemeriksaan thorak : sistem pernafasan, data yang

didapatkan oleh peneliti terhadap pasien 1 dan 2 kurang lengkap. Karena


penulis tidak mencantumkan pada kedua pasien keluhan sesak ataupun nyeri

saat bernafas

Pada pengkajian pemeriksaan system pencernaan dan status nutrisi data

yang didapatkan oleh peneliti terhadap pasien 1 dan 2 kurang lengkap.

Dimana peneliti pada pasien 1 dan 2 tidak menghitung IMT ( Indeks Masa

Tubuh) pada pasien. Dan pada pasien 1 tidak menjelaskan pola BAB dan

konsistensi BAB yang terjadi pada pasien.

Pada pemeriksaaan fisik abdomen pada pasien 1 dilakukan Inspeksi dan

bentuk abdomen datar, tidak ada bayangan vena, tidak ada lesi dan ada

benjolan atau massa, tidak ada luka bekas operasi. Lalu, melakukan Auskultasi

didengarkan bising usus 7x/menit. Selanjutnya Palpasi Terdapat nyeri tekan,

terdapat benjolan, tidak ada pembesaran hepar dan ginjal. Lalu melakukan

Perkusi, tidak ada asites. Sedangkan pada pasien 2 dilakukan inspeksi dan

bentuk abdomen datar, tidak terdapat bayangan vena, tidak ada lesi dan tidak

ada benjolan atau massa, lalu melakukan Auskultasi didengarkan bising usus

8x/menit. Selanjutnya Palpasi terdapat nyeri tekan pada area epigastrium,

tidak ada benjolan atau massa, tidak ada luka operasi. Lalu lakukan perkusi,

tidak ada asites.

Menurut peneliti terdapat kesenjangan pada pengkajian abdomen dimana

pada saat didapatkan data nyeri tekan pada palpasi kedua pasien yang kurang

lengkap karena tidak menyertakan kuadran dan regio.


Pada pengkajian bagian sistem persyarafan, pengkajian yang dilakukan

oleh peneliti terhadap pasien 1 kurang 1engkap. Dimana peneliti tidak

melakukan pengkajian reflek fisiologis (achiles, bisep, trisep dan

brankioradialis) terhadap pasien 1.

Pada pengkajian personal hygiene pasien 2 Pemeliharaan badan pasien

mengatakan mandi dirumah sehari 2x sedangkan pasien dirumah sakit

mengatakn seka 1x sehari, untuk pemeliharaan gigi dan mulut dirumah pasien

mengatakan sikat gigi 2x sehari sedangkan dirumah sakit pasien mengatakan

sikat gigi 2x sehari dan pemeliharan kuku pasien mengatakan memotong kuku

bila panjang. Sedangkan data pada pasien 1 kurang lengkap karna tidak

dijelaskan pola personal hyginene pasien dirumah sakit atau pun dirumah

pasien.

Pemeriksaan laboratorium menurut penulis kurang lengkap karna tidak

disediakan nilai normal untuk hasil laboratorium karna dengan itu akan

memudahkan pembaca mengetahui kondisi pasien pada pemeriksaan

penunjang.

Hasil pemeriksaan USG pasien 1 pada 7 april 2019 terdapat batu empedu,

sedangkan hasil USG pasien 2 pada tanggal 03 Oktober 2018 dinyatakan

Cholelithiasis dengan cholecysitis.

Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif Huda, 2015) .Mengkaji

tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit


kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi

pembengkakan pada kandung empedu

Jadi menurut peneliti pada saat pemeriksaan fisik abdomen terdapat

perbedaan dimana pasien 1 saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan serta

terdapat suatu benjolan. Sedangkan pada pasien 2 saat dilakukan palpasi

terdapat nyeri tekan pada area epigastrium, tidak ada terdapat benjolan atau

massa.

Menurut peneliti untuk kelebihan pada pengambilan data sesuai pada pola

dasar datang nya penyakit yang difokuskan dalam penambilan data pada hasil

anamnese dan difokuskan pada pemeriksaan fisik dan kenyamanan nyeri

bagian abdomen yang mengalami kelainan atau tidak, serta untuk kekurangan

nya sendiri ada beberapa data hasil pengkajian yang belum terlalu lengkap

guna untuk menunjang hasil diagnose yang lebih maksimal

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(PPNI, 2017).

Menurut (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2016) dengan menggunakan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,


2017) ada 6 diagnosa keperawatan pre operasi dan 3 diagnosa keperawatan

post operasi. pada pasien Cholelithiasis yang sering ditegakkan pada pre

operasi Cholelithiasis yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis (inflamasi), Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, Defisit nutrisi berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerna makanan, Resiko ketidakseimbangan

cairan dibuktikan dengan obstruksi intestinal, Resiko syok (Hipovolemik)

dibuktikan dengan kekurangan volume. Dan diagnose post operasi

Cholelithiasis yang sering ditegakkan yaitu Nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisik (Prosedur operasi), Gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri, Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur

invasive.

a. Diagnosa Pre Operatif

Diagnosa keperawatan pada kedua pasien yang sesuai dengan teori

antara lain:

1) Nyeri akut

Diagnosa yang sama dengan teori dan ditemukan pada

kedua pasien yang pertama adalah nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi). Pada saat

pengkajian data subjektif didapatkan kedua pasien mengalami

nyeri pada area perut kanan atas, data objektif didapatkan kedua

pasien tampak meringis menahan sakit.


Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,

dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Kriteria

mayornya yang dapat ditemukan berupa data objektif meliputi

tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit

tidur sementara data subjektif yang dapat ditemukan pada tanda

mayor adalah mengeluh nyeri. Sedangkan kriteria minornya yang

dapat ditemukan berupa data objektif meliputi tekanan darah

meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah dan proses.

Nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan

feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang mengalami nyeri

dan kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada duktus

sistikus yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi

distensi dan menimbulkan infeksi merupakan gejala yang akan

timbul pada pasien Pre Cholelithiasis.

Pada pasien 1, diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis, menurut peneliti tanda mayor yang

didapatkan sudah memenuhi validasi penegakan diagnosis pada

SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), dimana tanda

mayor yang didapatkan pada pasien 1 yaitu :


(a)Data subjektif :

Pasien mengeluh mengatakan nyeri pada bagian perut kanan

(b)Data Objektifnya :

Pasien tampak meringis, dan denyut nadi meningkat

Menurut peneliti pada analisa data dimana data yang masih

kurang lengkap karena tidak adanya data subjektif yang

menjelaskan pengkajian nyeri secara PQRST dengan jelas dan

data objektif tidak dijelaskan atau dimasukan hasil Inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi bahwa pasien mengalami nyeri

tekan saat pemeriksaan fisik abdomen, tidak dimasukan juga

hasil USG yang akan mendukung data objektif tersebut.

Pada pasien 2, diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis, menurut peneliti tanda mayor yang

didapatkan sudah memenuhi validasi penegakan diagnosis

pada SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia),

dimana tanda mayor yang didapatkan pada pasien 2 yaitu :

(a) Data subjektif :

Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut kanan atas

(b)Data Objektifnya :

Pasien tampak meringis dan gelisah

Menurut peneliti pada analisa data pasien 2 dimana data

masih kurang lengkap karena tidak adanya data subjektif yang


menjelaskan nyeri dengan PQRST dengan jelas tidak adanya

region dan kuadran yang jelas pada analisa data pasien 2.

Sedangkan pada data objektif tidak dijhelaskan pemeriksaan fisik

pasien pada daerah nyeri pasien di abdomen yang meliputi hasil

Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi. Dan tidak dimasukan nya

hasil USG pasien guna mendukung data Objektif pada diagnose.

Diagnosa keperawatan pada kedua pasien yang berbeda antara lain:

1) Ansietas

Diagnose keperawatan yang berbeda dengan teori adalah

Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami

kegagalan. Pada saat melakukan pengkajian data subjektif

didapatkan data pasien menunjukan kecemasan pada pasien ke 2,

sedangkan tidak didapatkan data kecemasan yang dialami pasien

1.

Ansietas atau kecemasan adalah reaksi dasar jangka pendek

terhadap sebuah situasi. Namun, rasa takut dapat menjadi

gangguan mental jika respons rasa takut tidak bersifat jangka

pendek dan berlanjut, bahkan jika tidak ada alasan untuk

perasaan itu. Ini bisa disebut gangguan kecemasan atau

ketakutan. Individu yang memiliki ansietas / gangguan

kecemasan dapat merasa khawatir yang tampaknya tidak penting

dan menganggap situasi lebih buruk daripada yang sebenarnya.


Kecemasan terjadi dalam gejala mental dan fisik dan dapat

mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang dan mengubah

situasi biasa menjadi tantangan yang menantang.

Pada pasien 2, diagnose Ansietas berhubungan dengan

kekhawatiran mengalami kegagalan., menurut peneliti tanda

mayor yang didapatkan sudah memenuhi validasi penegakan

diagnosis pada SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia), dimana tanda mayor yang didapatkan pada pasien 1

yaitu :

(c) Data subjektif :

Pasien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang

dihadapi

(d) Data Objektifnya :

Pasien tampak gelisah dan tegang

Menurut peneliti pada analisa data pasien 2 dimana data

masih kurang lengkap karna dari gejala mayor yang dialami

pasien belum mencapai 80% dari standart SDKI (Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia) dikarenakan kurang nya

pengkajian pada analisa data pada pasien 2.

Diagnosa keperawatan pada kedua pasien pre operatif yang bisa

ditegakan lagi antara lain:

1). Diagnose keperawataan pada pasien 1


(a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Menurut analisa yang dikaji oleh penulis didapatkan data

hasil pengkajian bahwa pasien nyeri dalam skala 4 dan dalam

skala aktifitas mobilitas fisik pasien dengan skor 16 yaitu

ketergantungan sedang

Menurut teori (Nurarif & Kusuma, 2016). Ketika batu

terdorong ke duktus sistikus akan terjadi distensi pada

kandung empedu akan terjadi gesekan empedu dengan

dinding abdomen lalu mnyebabkan nyeri pada kuadran kanan

atas, dan membuat pergerakan tubuh terbatas yang

menyebabkan gangguan mobilitas fisik

(b) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

Menurut analisa data yang dikaji oleh penulis didapatkan data

pada riwayat kesehatan pasien yang mengira penyakit yang

dia rasakan adalah penyakit magh dengan itu pasien

menunjukan persepsi keliru terhadap masalah penyakit

(c) Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan

hipertensi

Menurut analisa data pada pengkajian pada pasien

mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dan


didukung dengan analisa data objektif diketahui tekanan

darah pada pasien adalah 140/88 mmhg

Pada komplikasi yang di timbulkan dari peyakit hipertensi

menurut (Trianto,2014). bahwa komplikasi berupa stroke dan

serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-

daerah yang diperdarahi berkurang.

Resiko perkusi serebral tidak efektif adalah dimana pasien

beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.

Dimana faktor resiko nya adalah penurunan kinerja ventrikel

kiri, asterosklerosis aorta, diseksi arteri, fibrilasi atrium,

tumor otak, stenosis karotis, miksoma atrium, aneurisma

serebri, koagulopati, dilatasi kardiomiopati, embolisme,

cedera kepala, hipertensi dan infark miokard akut (PPNI,

2017)

(d) Resiko jatuh dibuktikan dengan kekuatan otot menurun

Menurut analisa data pada pengkajian resiko jatuh pasien

dihitung dengan skala morse dengan score 40 (beresiko

sedang).

Risiko jatuh adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan

gangguan akibat terjatuh. Batasan karakteristiknya meliputi


usia ≥ 65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (pada anak),

riwayat jatuh, anggota gerak bawah prosthesis (buatan),

penggunaan alat bantu berjalan, penurunan tingkat kesadaran,

perubahan fungsi kognitif, lingkungan tidak aman (mis. licin,

gelap, lingkungan asing), kondisi pasca operasi, hipotensi

ortostatik, perubahan kadar glukosa darah, anemia, kekuatan

otot menurun, gangguan pendengaran, gangguan

keseimbangan, gangguan penglihatan (mis. glaucoma,

katarak, ablasio retina, neuritis optikus), neuropati dan efek

agen farmakologis (mis. sedasi, alcohol, anastesi umum)

(PPNI, 2017)

(e) Resiko distress spiritual

Menurut peneliti analisa yang dikaji oleh penulis terdapat

masalah pada pengkajian spiritual dimana pasien mengalami

perubahan dalam ritual agama yaitu pada pasien yang

beribadah jarang saat dirumah sakit

Resiko distress spiritual adalah dimana pasien mengalami

gangguan keyakinan atau isitem nilai pada individu atau

kelompok berupa kekuatan, harapan dan makna hidup.

Batasan karakterisitik meliputi perubahan hidup, perubahan

lingkungan, bencana alam, sakit kronis, sakit fisik,

penyalahgunaan zat, kecemasan, perubahan dalam ritual


agama, perubahan dalam praktik spiritual, konflik spiritual,

depresi, ketidakmampuan memaafkan, kehilangan, harga diri

rendah, hubungan buruk, konflik rasial, berpisah dengan

system pendukung, stress (PPNI, 2017).

(f) Resiko perfusi perifer tidak efektif

Menurut peneliti analisa data pengkajian terdapat masalah

pada pasien yang mengatakan memiliki riwayat penyakit

hipertensi dan didapatkan data objektif tekanan darah pasien

140/88 mmhg

Resiko perfusi perifer tidak efektif adalah dimana pasien

mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang

dapat mengganggu metabolism tubuh. Dengan karakteristik

hiperglikemia, gaya hidup kurang gerak, hipertensi, merokok,

prosedur endovascular, trauma, kurang terpapar informasi

tentang faktor pemberat (PPNI, 2017).

2). Diagnosa keperawatan pada pasien 2

(a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Menurut analisa yang dikaji oleh penulis didapatkan data

hasil pengkajian bahwa pasien mengatakan kesulitan

bergerak karna menahan nyeri, pasien mengalami

ketergantungan ringan dalam skala aktifitas mobiltas fisik

dengan skor 13.


Menurut teori (Nurarif & Kusuma, 2016). Ketika batu

terdorong ke duktus sistikus akan terjadi distensi pada

kandung empedu akan terjadi gesekan empedu dengan

dinding abdomen lalu mnyebabkan nyeri pada kuadran kanan

atas, dan membuat pergerakan tubuh terbatas yang

menyebabkan gangguan mobilitas fisik

(b) Gangguan pola tidur

Menurut analisa data yang dikaji oleh penulis didapatkan

data hasil pengkajian bahwa pasien mengatakan keluhan

kesulitan tidur dikarenakan nyeri yang ia rasa

(c) Defisit perawatan diri

Menurut data hasil pengkajian pasien mengatakan untuk

kebiasaan dirumah pasien mandi 2x sehari sedangkan saat

dirumah sakit pasien diseka 1x sehari. Dalam perhitungan

skala aktifitas mobilitas fisik pasien mengalami

ketergantungan ringan.

(d) Resiko defisit nutrisi

Menurut data pengkajian pasien mengatakan pada riwayat

penyakit bahwa pasien mengalami rasa mual tapi tidak

muntah.

Menurut teori (Kusuma & Nurarif). Terjadi rasa mual atau

muntah dikarenakan proses inflamasi yang menekan saraf


parasimpatis dan terjadinya penurunan peristaltik di usus

yang menyebabkan makanan tertahan dilambung dan

menimbulkan rasa mual dan muntah.

(e) Resiko jatuh dibuktikan dengan kekuatan otot menurun

Menurut analisa data pada pengkajian resiko jatuh pasien

dihitung dengan skala morse dengan score 40 (beresiko

sedang)

Risiko jatuh adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan

gangguan akibat terjatuh. Batasan karakteristiknya meliputi

usia ≥ 65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (pada anak),

riwayat jatuh, anggota gerak bawah prosthesis (buatan),

penggunaan alat bantu berjalan, penurunan tingkat kesadaran,

perubahan fungsi kognitif, lingkungan tidak aman (mis. licin,

gelap, lingkungan asing), kondisi pasca operasi, hipotensi

ortostatik, perubahan kadar glukosa darah, anemia, kekuatan

otot menurun, gangguan pendengaran, gangguan

keseimbangan, gangguan penglihatan (mis. glaucoma,

katarak, ablasio retina, neuritis optikus), neuropati dan efek

agen farmakologis (mis. sedasi, alcohol, anastesi umum)

(PPNI, 2017)

(g) Resiko distress spiritual


Menurut peneliti analisa yang dikaji oleh penulis terdapat

masalah pada pengkajian spiritual dimana pasien mengalami

perubahan dalam ritual agama yaitu pada pasien yang

beribadah jarang saat dirumah sakit

Resiko distress spiritual adalah dimana pasien mengalami

gangguan keyakinan atau isitem nilai pada individu atau

kelompok berupa kekuatan, harapan dan makna hidup.

Batasan karakterisitik meliputi perubahan hidup, perubahan

lingkungan, bencana alam, sakit kronis, sakit fisik,

penyalahgunaan zat, kecemasan, perubahan dalam ritual

agama, perubahan dalam praktik spiritual, konflik spiritual,

depresi, ketidakmampuan memaafkan, kehilangan, harga diri

rendah, hubungan buruk, konflik rasial, berpisah dengan

system pendukung, stress (PPNI, 2017).

b. Post operatif

Diagnosa keperawatan post operatif pada kedua pasien yang sesuai

dengan teori antara lain:

1) Nyeri akut

Diagnosa yang sama dengan teori dan ditemukan pada

kedua pasien yang pertama adalah nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis (Prosedur operasi). Pada saat

pengkajian data subjektif didapatkan kedua pasien sama – sama


mengatakan nyeri pada area operasi. Data objektif didapatkan

data pada kedua pasien yaitu skala nyeri, ekspresi wajah tampak

meringis menahan sakit.

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,

dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Kriteria

mayornya yang dapat ditemukan berupa data objektif meliputi

tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit

tidur sementara data subjektif yang dapat ditemukan pada tanda

mayor adalah mengeluh nyeri. Sedangkan kriteria minornya yang

dapat ditemukan berupa data objektif meliputi tekanan darah

meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah dan proses.

Pada pasien 1, diagnose nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis. menurut peneliti tanda mayor yang

didapatkan dari diagnosis SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia), dimana tanda mayor yang didapatkan pada pasien 1

yaitu :

(a) Data subjektif :

Pasien mengeluh nyeri

(b) Data Objektifnya :

Pasien tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat


Menurut peneliti terdapat kesenjangan pada diagnose nyeri

dikarenakan pada pengkajian nyeri analisa data subjektif tidak

lengkap karena tidak ada pengkajian nyeri PQRST dan tidak

adanya kuadran serta regio pada nyeri yang ditunjukan pasien.

Dan analisa data objektif tidak dimasukan nya data tampak luka

operasi seperti apa.

Pada pasien 2, diagnose nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis. menurut peneliti tanda mayor yang

didapatkan dari diagnosis SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia), dimana tanda mayor yang didapatkan pada pasien 2

yaitu :

(a) Data subjektif :

Pasien mengeluh nyeri

(b) Data Objektifnya :

Pasien tampak meringis, gelisah, sulit tidur

Menurut peneliti terdapat kesenjangan pada diagnose nyeri

dikarenakan pada pengkajian nyeri analisa data subjektif tidak

lengkap karena tidak ada pengkajian nyeri PQRST dan tidak

adanya kuadran serta regio pada nyeri yang ditunjukan pasien.

Dan analisa data objektif tidak dimasukan nya data tampak luka

operasi seperti apa.


2) Resiko infeksi

Diagnosa yang sama dengan teori dan ditemukan pada

kedua pasien selanjutnya adalah resiko infeksi dibuktikan dengan

efek prosedur invasive. Pada saat dilakukan pengkajian

ditemukan data objektif pada kedua pasien yaitu terdapat luka

hasil operasi dibagian perut.

Resiko infeksi adalah berisiko nya mengalami peningkatan

terserang organisme patogenik.

Pada pasien 1, Diagnosa resiko infeksi menurut peneliti

tanda faktor yang didapatkan dari diagnosis SDKI (Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia), yaitu dari faktor resiko

adalah efek prosedur invasive, dan untuk kondisi klinis terkait

adalah tindakan invasive

Menurut peneliti terdapat kekurangan data yang kurang

lengkap pada analisa data yang mendukung diagnose resiko

infeksi. Pada data objektif tidak dijelaskan seperti apa kriteria

luka operasi dan tidak dilakukan pengkajian tanda tanda infeksi

mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), Dolor (rasa sakit),

dan tumor (pembengkakan), fungsio laesa (perubahan fungsi

jaringan).

Pada pasien 2, Diagnosa resiko infeksi menurut peneliti

tanda faktor yang didapatkan dari diagnosis SDKI (Standar


Diagnosa Keperawatan Indonesia), yaitu dari faktor resiko

adalah efek prosedur invasive, dan untuk kondisi klinis terkait

adalah tindakan invasive

Menurut peneliti terdapat kekurangan data yang kurang

lengkap pada analisa data yang mendukung diagnose resiko

infeksi. Pada data objektif tidak dijelaskan seperti apa kriteria

luka operasi dan tidak dilakukan pengkajian tanda tanda infeksi

mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), Dolor (rasa sakit),

dan tumor (pembengkakan), fungsio laesa (perubahan fungsi

jaringan). Untuk mengetahui bahwa pasien terjadi infeksi atau

tidak dikarenakan terdapat data tanda tanda vital suhu pasien

meningkat hipertermi.

Diagnosa keperawatan post operatif pada kedua pasien berbeda

antara lain:

1) Gangguan mobilitas fisik

Diagnose keperawatan yang berbeda antara pasien 1 dan 2

adalah Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Pada saat melakukan pengkajian didapatkan data subjektif pada

pasien 1 dengan pasien mengatakan jika kesulitan bergerak

dikarenakan nyeri luka sehabis operasi terasa sakit jika bergerak.

data gangguan mobilitas fisik tidak didapatkan pada pasien 2


Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam

gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri.

Kriteria mayornya yang dapat dilihat dari data objektifnya

meliputi kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun

dan data subjektifnya mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas.

Sedangkan kriteria minornya data subjektifnya meliputi nyeri

saat bergerak dan data objektifnya meliputi sendi kaku, gerakan

terbatas, fisik lemah (PPNI, 2017).

Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif, Amin Huda

& Kusuma, 2016) menyatakan bahwa patofisiologi pada pasien

cholelithiasis setelah dilakukan nya operasi pengangkatan batu

empedu menyebabkan gangguan pada keterbatasan nya anggota

gerak tubuh karena nyeri saat bergerak sehingga mobilitas fisik

terganggu.

Pada pasien 1, diagnose Gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri, menurut peneliti tanda mayor yang

didapatkan belum memenuhi validasi penegakan diagnosis pada

SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), dimana tanda

mayor yang didapatkan pada pasien 1 yaitu :

(e) Data subjektif :

Pasien mengeluh sulit menggerakan extremitas


Menurut peneliti pengkajian analisa data masih kurang

karena penulis tidak menjelaskan tentang kekuatan otot pasien

yang menurun dan bentuk dari luka operasi tersebut sehingga

membuat pasien sulit bergerak.

2) Hipertermi

Diagnosa keperawatan yang berbeda antara pasien 1 dan 2

selanjutnya adalah hipertermi berhubungan dengan respon

trauma. Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien 2 setelah

dilakukan tindakan operasi didapatkan data subjektif pasien

mengaatakan kedinginan dengan data objektif suhu pada pasien

38,1 celcius, dimana data ini tidak didapatkan pada pasien 1.

Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia

yang biasanya terjadi karena infeksi. Hipertermia juga dapat

didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi.

Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat untuk

menurunkan suhu tubuh

Pada pasien 2, diagnose hipertermia berhubungan dengan

respon trauma, menurut peneliti tanda mayor yang didapatkan

sudah memenuhi validasi penegakan diagnosis pada SDKI

(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), dimana tanda mayor

yang didapatkan pada pasien 1 yaitu :

(f) Data subjektif :


Tidak tersedia

(g)Data Objektifnya :

Suhu tubuh diatas normal

Diagnosa keperawatan pada kedua pasien post operatif yang bisa

ditegakan lagi antara lain:

1). Diagnose keperawataan pada pasien 1

(a) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

Menurut peneliti pada pengkajian pasien terdapat nyeri

pasien yang meningkat karena luka operasi yang

menyebabkan pasien juga mengalami moiblitas fisik yang

berkurang dan menyebabkan kesulitan bergerak.

Defisit perawatan diri adalah ketika pasien tidak mampu

melakukan atau emnyelesaikan aktivitas perawatan diri.

Dimana penyebab bisa dikarenakan gangguan

musculoskeletal, gangguan neuromuskuler, kelemahan,

gangguan psikologis atau psikotik dan penurunan motivasi

(PPNI, 2017)

(b) Resiko jatuh

Menurut peneliti pada pengkajian pasien terdapat

mengalami gangguan mobilitas fisik yang disebabkan oleh

nyeri operasi sehingga pasien akan mengalami penuruan

extremitas gerak yang membahayakan pasien.


Risiko jatuh adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan

gangguan akibat terjatuh. Batasan karakteristiknya meliputi

usia ≥ 65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (pada anak),

riwayat jatuh, anggota gerak bawah prosthesis (buatan),

penggunaan alat bantu berjalan, penurunan tingkat kesadaran,

perubahan fungsi kognitif, lingkungan tidak aman (mis. licin,

gelap, lingkungan asing), kondisi pasca operasi, hipotensi

ortostatik, perubahan kadar glukosa darah, anemia, kekuatan

otot menurun, gangguan pendengaran, gangguan

keseimbangan, gangguan penglihatan (mis. glaucoma,

katarak, ablasio retina, neuritis optikus), neuropati dan efek

agen farmakologis (mis. sedasi, alcohol, anastesi umum)

(PPNI, 2017).

2). Diagnose keperawataan pada pasien 2

(a) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

Menurut peneliti pada pengkajian pasien terdapat nyeri

pasien yang meningkat karena luka operasi yang

menyebabkan pasien juga mengalami moiblitas fisik yang

berkurang dan menyebabkan kesulitan bergerak.

Defisit perawatan diri adalah ketika pasien tidak mampu

melakukan atau emnyelesaikan aktivitas perawatan diri.

Dimana penyebab bisa dikarenakan gangguan


musculoskeletal, gangguan neuromuskuler, kelemahan,

gangguan psikologis atau psikotik dan penurunan motivasi

(PPNI, 2017)

(b) Resiko jatuh

Menurut peneliti pada pengkajian pasien terdapat

mengalami gangguan mobilitas fisik yang disebabkan oleh

nyeri operasi sehingga pasien akan mengalami penuruan

extremitas gerak yang membahayakan pasien.

Risiko jatuh adalah berisiko mengalami kerusakan fisik dan

gangguan akibat terjatuh. Batasan karakteristiknya meliputi

usia ≥ 65 tahun (pada dewasa) atau ≤ 2 tahun (pada anak),

riwayat jatuh, anggota gerak bawah prosthesis (buatan),

penggunaan alat bantu berjalan, penurunan tingkat kesadaran,

perubahan fungsi kognitif, lingkungan tidak aman (mis. licin,

gelap, lingkungan asing), kondisi pasca operasi, hipotensi

ortostatik, perubahan kadar glukosa darah, anemia, kekuatan

otot menurun, gangguan pendengaran, gangguan

keseimbangan, gangguan penglihatan (mis. glaucoma,

katarak, ablasio retina, neuritis optikus), neuropati dan efek

agen farmakologis (mis. sedasi, alcohol, anastesi umum)

(PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan dari hasil pengkajian pada kedua

pasien saat pre operasi terdapat 1 diagnosa yang sama dan 1 diagnosa yang

berbeda antara pasien 1 dan 2. Dan diagnose pasien saat post operasi terdapat

2 diagnosa yang sama antara pasien 1 dan 2 dan 1 diagnosa yang berbeda

antara pasien 1 dan 2. Didapatkan hasil diagnose pada pasien 1 terdapat ada 4

diagnosa yang yang sama dengan teori pre dan post sedangkan pada pasien 2

terdapat 3 diagnosa yang sama dengan teori pre dan post cholelithiasis.

Diagnosa yang ditegakkan pada kedua pasien hanya empat dan 3 diagnosa

yang sama dengan teori sedangkan pada teori terdapat sepuluh diagnosa,

berarti terdapat kesenjangan antara teori dan actual, itu terjadi karena tidak

selalu masalah yang ditegakkan sesuai dengan teori, dan masalah yang

ditegakkan kembali lagi dari kondisi pasien atau adanya komplikasi penyerta

pada diagnosa medis yang ada pada pasien tersebut.

Menurut peneliti kelebihan dalam pengambilan diagnose karna sudah

sesuai dengan standart SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)

terdapat data mayor minor . serta untuk kekurangan nya sendiri dalam

penentuan diagnosa ada beberapa diagnose lagi yang bisa diangkat diantara

nya pada pasien 1 ada 8 diagnosa pre dan post sedangkan pada pasien 2 ada 8

diagnosa yang lagi yang bisa diangkat pada pre dan post Cholelithiasis dan

kurang nya pengkajian yang lebih dalam dan lengkap untuk menentukan lebih

banyak diagnose pada pasien pre dan post operatif Cholelithiasis


3. Perencanaan

Intervensi keperawatan atau perencanaan keperawatan adalah perumusan

tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada

pasien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan

keperawatan pasien dapat diatasi (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2016).

Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan, perencanaan

tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 disusun setelah semua data

yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan. Langkah-langkah dalam

perencanaan keperawatan ini terdiri dari: menegakkan diagnosa keperawatan,

menentukan sasaran dan tujuan, menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun

intervensi dan tindakan keperawatan.

a. Pre Operatif

1) Nyeri akut

Pada diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis (inflamasi) pada pasien 1 peneliti mencantumkan

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang

ditentukan rasa nyeri pada pasien menurun dengan kriteria hasil pasien

tidak mengeluh nyeri, mampu mengenali nyeri, melaporkan bahwa

nyeri berkurang, mampu mengontrol nyeri (Nurarif, Amin Huda &

Kusuma, 2016)

Sedangkan pada pasien 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang ditentukan rasa


nyeri pada pasien mampu mengontrol nyeri ( tau penyebab nyeri,

mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri ), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri,

Mampu mengenali nyeri (skala , intensitas , frekuensi dan tanda

nyeri ).

Intervensi tindakan nyeri akut yang telah disusun oleh pada pasien

1 dan pasien 2 :

a) Pasien 1 : lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi , karakteristik , durasi, frekuensi, kualitas dan factor

prepitasi, ajarkan tentang teknik non farmakologis, monitor TTV,

kolaborasi dalam pemberian antibiotic

b) Pasien 2 : lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi , karakteristik , durasi, frekuensi, kualitas dan factor

prepitasi, ajarkan tentang teknik non farmakologis, monitor TTV,

kolaborasi dalam pemberian antibiotic

Menurut peneliti penerapan intervensi memiliki kekurangan.

tindakan nyeri akut yang telah disusun pada pasien 1 dan 2 belum

sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu

meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Adapun

kekurangan lagi dari penerapan intervensi tindakan nyeri akut yang

telah disusun pada pasien 1 dan 2 yaitu dimana penerapan serta


penulisan kriteria hasil belum sesuai dengan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI).

Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang

penulis gunakan untuk diagnose nyeri akut dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun,

kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap

protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun,

frekuensi nadi membaik, pola nafas membaik, dan tekanan darah

membaik, pasien dapat beristirahat dengan nyaman dengan intervensi

Manajemen nyeri (I.08238) 1.Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri,

durasi, frekuensi, intensitas nyeri, 2. Identifikasi skala nyeri,

3.Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, 4.

Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:

akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi

terbimbing,kompres hangat/dingin), 5. Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan),

6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, 7. Ajarkan teknik non

farmakologis untuk mengurangi nyeri, 8. Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu.


2) Ansietas

Pada diagnose ansietas berhubungan dengan kekhawatiran

mengalami kegagalan pada pasien 2 peneliti telah mencantumkan

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang

ditentukan diharapkan perasan cemas dan tidak nyaman bisa diatasi

dengan kriteria hasil pasien mampu mengidentifikasidan

mengungkapkan gejala cemas, mengidentifikasi,mengungkapkan

gejala cemas, vital sign dalam batas normal.

Intervensi tindakan Ansietas yang telah disusun pada pasien 2 :

a) Pasien 2 : identifikasi tingkat kecemasan, jelaskan semua

prosedur dan apa yang dirasakan, dorong keluarga untuk

menemani pasien, instruksikan pasien menggunakan teknik

relaksasi

Menurut peneliti penerapan intervensi memiliki kekurangan.

tindakan ansietas yang telah disusun pada pasien 2 belum sesuai

dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu

meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Adapun

kekurangan lagi dari penerapan intervensi tindakan ansietas yang telah

disusun pada pasien 2 yaitu dimana penerapan serta penulisan kriteria

hasil belum sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI).
Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang

penulis gunakan untuk diagnose ansietas dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun,

kriteria hasil : verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi khawatir

akibat kondisi yang dihadapi menurun, prilaku gelisah menurun,

prilaku tegang menurun, konsentrasi membaik, pola tidur membaik,

pasien dapat beristirahat dengan nyaman dengan intervensi Reduksi

ansietas: 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah 2.identifikasi

kemampuan mengambil keputusan 3.monitor tanda tanda ansietas

(verbal dan non verbal) 4.ciptakan suasana terapeutik untuk

menumbuhkan kepercayaan 5.temani pasien untuk mengurangi cemas

6.pahami situasi yang membuat ansietas 7.dengarkan dengan penuh

perhatian 8.gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

9.diskusikan perencanaan realitis tentang peristiwa yang akan datang

10.jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

11.infomasikan secara factual mengenai diagnosisdan pengobatan

12.latih teknik relaksasi 13.kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika

perlu

b. Post operatif

1) Nyeri akut
Pada diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik pada pasien 1 peneliti mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang ditentukan rasa

nyeri pada pasien menurun dengan kriteria hasil pasien tidak mengeluh

nyeri, mampu mengenali nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang,

mampu mengontrol nyeri (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2016)

Sedangkan pada pasien 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang ditentukan rasa

nyeri pada pasien mampu mengontrol nyeri ( tau penyebab nyeri,

mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri ), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri,

Mampu mengenali nyeri (skala , intensitas , frekuensi dan tanda

nyeri ).

Intervensi tindakan nyeri akut yang telah disusun pada pasien 1 dan

pasien 2 :

a) Pasien 1 : lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi , karakteristik , durasi, frekuensi, kualitas dan factor

prepitasi, ajarkan tentang teknik non farmakologis, monitor TTV,

kolaborasi dalam pemberian antibiotic

b) Pasien 2 : lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi , karakteristik , durasi, frekuensi, kualitas dan factor


prepitasi, ajarkan tentang teknik non farmakologis, monitor TTV,

kolaborasi dalam pemberian antibiotic

Menurut peneliti penerapan intervensi memiliki kekurangan. tindakan

nyeri akut yang telah disusun pada pasien 1 dan pasien 2 belum sesuai

dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu

meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Dan pada

penerapan dan penulisan kriteria hasil pada pasien 1 dan 2 belum

sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).

Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang

penulis gunakan untuk diagnose nyeri akut dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun,

kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap

protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun,

frekuensi nadi membaik, pola nafas membaik, dan tekanan darah

membaik, pasien dapat beristirahat dengan nyaman dengan intervensi

Manajemen nyeri : 1.Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi,

frekuensi, intensitas nyeri, 2. Identifikasi skala nyeri, 3.Identifikasi

factor yang memperberat dan memperingan nyeri, 4. Berikan terapi

non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis: akupuntur,terapi

musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbing,kompres

hangat/dingin), 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(mis: suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan), 6. Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri, 7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk

mengurangi nyeri, 8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

2) Resiko infeksi

Pada diagnose resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur

invasive pada pasien 1 peneliti mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang ditentukan

diharapkan pasien terhindar dari infeksi dengan kriteria hasil : pasien

bebas dari tanda dan gejala infeksi, jumlah leukosit dalam batas

normal, menunjukan prilaku hidup sehat, menunjukan kemampuan

untuk mencegah

Pada diagnose resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur

invasive pada pasien 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama waktu yang ditentukan

diharapkan pasien terhindar dari infeksi dengan kriteria hasil : pasien

bebas dari tanda dan gejala infeksi, jumlah leukosit dalam batas

normal, menunjukan prilaku hidup sehat, menunjukan kemampuan

untuk mencegah

Intervensi tindakan resiko infeksiyang telah disusun pada pasien 1

dan 2 :

a) Pasien 1 : monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local,

inspeksi kulit dan mukosa terhadap kemerahan, cuci tangan setiap


sebelum dan sesudah tindakan keperawatan, beritau pasien untuk

batasi pengunjung, pertahankan teknik asepsis pada pasien

beresiko, lakukan perawatan luka, berikan terapi antibiotic

b) Pasien 2 : monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan local,

inspeksi kulit dan mukosa terhadap kemerahan, cuci tangan setiap

sebelum dan sesudah tindakan keperawatan, beritau pasien untuk

batasi pengunjung, pertahankan teknik asepsis pada pasien

beresiko, lakukan perawatan luka, berikan terapi antibiotic.

Menurut peneliti penerapan intervensi memiliki kekurangan.

tindakan resiko infeksi yang telah disusun pada pasien 1 dan pasien 2

belum sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan

kolaborasi. Dan pada penerapan dan penulisan kriteria hasil pada

pasien 1 dan 2 belum sesuai dengan SLKI (Standar Luaran

Keperawatan Indonesia).

Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang

penulis gunakan untuk diagnose resiko infeksi dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat infeksi menurun,

kriteria hasil : demam menurun, kemerahan menurun, nyeri menurun,

bengkak menurun, kadar sel darah putih membaik, kebersihan tangan

meningkat, kebersihan badan meningkat. Pasien dapat beristirahat


dengan nyaman melalui intervensi pencegahan infeksi : 1.monitor

tanda dan gejala infeksi local dan sistemik 2.batasi jumlah pengunjung

3.berikan perawatan kulit pada area edema 4.cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan pasien dan lignkungan pasien 5.pertahankan

teknikaseptik pada pasien beresiko tinggi 6.jelaskan tanda dan gejala

infeksi 7.ajarkan cara mencuci tanagn dengan benar 8.ajarkan etika

batuk 9.ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

10.anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 11.anjurkan meningkatkan

asupan cairan 12.kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.

3) Gangguan mobilitas fisik

Pada diagnose gangguan mobilitas fisik dihubungkan dengan nyeri

pada pasien 1 peneliti mencantumkan tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama waktu yang ditentukan diharapkan

pasien dengan mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil:

Pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot meningkat, rentang

gerak (ROM) meningkat, kelemahan fisik menurun

Intervensi tindakan resiko infeksiyang telah disusun pada pasien 1 :

a) Pasien 1 : Kaji kemampuan mobilisasi klien, latih ROM pasif ,

posisikan kaki lebih tinggi dari jantung, edukasi kepada klien

untuk tetap mobilisasi semampunya semisal miring kiri kanan,

kolaborasi obat dengan dokter


Menurut peneliti penerapan intervensi memiliki kekurangan.

tindakan Gangguan mobilitas fisik yang telah disusun pada klien 1

belum sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan

kolaborasi. Adapun kekurangan lagi dari penerapan intervensi tindakan

gangguan mobilitas fisik yang telah disusun pada pasien 1 yaitu

dimana penerapan serta penulisan kriteria hasil belum sesuai dengan

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang

penulis gunakan untuk diagnose Gangguan mobilitas fisik dengan

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

mobilitas fisik meningkat, kriteria hasil : pergerakan extremitas

meningkat, kekuatan otot meningkat, rentang gerak meningkat, nyeri

menurun, kecemasan menurun, gerakan terbatan menurun, kelemahan

fisik menurun. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman melalui

intervensi dukungan mobilisasi : 1.Identifikasi adanya nyeri atau

keluhan fisik lainnya 2.Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

3.Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

ambulasi 4.Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

5.Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu 6.Fasilitasi melakukan

mobilisasi fisik 7.Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam


meningkatkan ambulasi 8.Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

9.Anjurkan melakukan ambulasi dini 10.Ajarkan ambulasi sederhana

yang harus dilakukan

4) Hipertermia

Pada diagnose Hipertermia berhubungan dengan respon trauma pada

pasien 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperaawatan selama waktu yang ditentukan diharapkan suhu tubuh

pasien dapat kembali normal dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam

rentang normal, nadi dan respirasi normal, tidak ada perubahan warna

kulit dan tidak ada pusing

Intervensi tindakan resiko infeksiyang telah disusun pada pasien 2 :

a) Pasien 2 : monitor TTV, instruksikan pada keluarga untuk kompres

pasien, kolaborasi dalam pemberian antipiretik, kolaborasi

pemberian cairan intravena, rencanakan monitoring TTV secara

kontinyu

Menurut peneliti penerapan intervensi memiliki kekurangan.

tindakan Hipertermi yang telah disusun pada dan klien 2 belum sesuai

dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu

meliputi observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Adapun

kekurangan lagi dari penerapan intervensi tindakan Hipertermia yang

telah disusun pada pasien 2 yaitu dimana penerapan serta penulisan


kriteria hasil belum sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI).

Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) dan SLKI ( Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang

penulis gunakan untuk diagnose Hipertermi dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi membaik

dengan kriteria hasil : Mengigil menurun, kulit merah menurun,

akrasianosis menurun, pucat menurun, piloereksi menurun, kejang

meurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik, kadar glukosa

darah membaik, pengisian kapiler membaik, ventilasi membaik,

tekanan darah membaik. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

melalui intervensi manajemen hipertermia : 1.Identifikasi penyebab

hipertermia 2.Monitor suhu tubuh 3.Monitor kadar elektrolit 4.Monitor

haluan urine 5.Monitor komplikasi akibat hipertermia 6.Sediakan

lingkunga yang dingin 7.Basahi dan kipasi permukaan tubuh

8.Berikan cairan oral 9.Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika

terjadi hyperhidrosis 10.Hindari pemberian antipiretik dan aspirin

11.Berikan oksigen 12.Anjurkan tirah baring 13.Kolaborasi pemberian

cairan dan elektrolit intravena

4. Pelaksanaan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dan

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. OIeh karena
itu, jika intenvensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan

dilaksanakan atau diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut disebut

implementasi keperawatan (Setiadi, 2019)

Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di

tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di

harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan

dari implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di

tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Setiadi, 2019).

Implementasi pada pasien 1 dilakukan oleh peneliti dari tanggal 8 April

2019 sampai 12 April 2019. Pada hari pertama pasien masih berada di ruang

rawat inap Flamboyan B sebelum dilakukan nya operasi melakukan

pengkajian ke pasien saat pukul 15.00 wita. Pada hari pertama sebelum pasien

dilakukan tindakan operasi peneliti mengajarkan tehnik non farmakologi yaitu

tehnik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri. Pasien tampak sedikit lebih

tenang setelah melakukan tehnik nafas dalam.

Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang dilakukan untuk menekan

nyeri pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks

cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi

nyeri selama nyeri timbul. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat

relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus
tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan

hormon endorphin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri

sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis

kemudian ke thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak pada menurunnya

persepsi nyeri (Maliya, 2016).

Pada hari kedua 10 april 2019 pada pukul 07.30 melakukan pengukuran

nyeri post operasi pasien mengatakan nyeri pada luka operasi dalam skala 5.

pukul 10.00 wita melakukan pelaksanaan perawatan luka operasi, mencuci

tangan sebelum dan sesudah tindakan untuk mengurangi resiko terjadinya

penyebaran pathogen. Membatasi datangnya pengunjung untuk mencegah

penyebaran kuman

Menurut teori (Zakhary, 2017) Perawatan luka operasi penting dilakukan

untuk mencegah infeksi dan komplikasi pascaoperasi lainnya. Perawatan yang

dimaksud termasuk mengganti perban, menjaga luka operasi tetap kering,

serta mencegah jahitan operasi robek karena aktivitas tertentu. Selain

mencegah infeksi dan komplikasi lain akibat operasi, memahami cara

perawatan luka operasi yang benar juga diperlukan untuk memaksimalkan

hasil operasi. Hal ini karena hasil operasi tidak hanya ditentukan oleh

keberhasilan tindakan operasi saja, namun juga oleh perawatan luka setelah

operasi

Pada hari ke tiga pada tanggal 11 April 2019 pada pukul 07.30 melakukan

pengukuran nyeri pada pasien dan dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda


tanda vital. Pada pukul 10.00 melakukan perawatan luka untuk mempercepat

penyembuhan luka dan membrikan terapi antibiotic untuk mempercepat

proses penyembuhan luka.

Pada hari ke 4 pada tanggal 12 april 2019 pada pukul 08.45 mengkaji

mobilisasi pasien serta melakukan pengkajian nyeri, memonitor tanda dan

gejala infeksi. Pada pukul 10.00 wita melakukan perawatan luka dan

pemberian terapi antibiotic untuk mempercepat proses penyembuhan pada

luka operasi

Implementasi pada pasien 2 dilakukan dari tanggal 12 November 2018

sampai 15 November 2018, hari pertama dilakukan pengkajian terhadap

pasien dan megajarkan terapi non farmakologi yaitu tehnik nafas dalam.

Pasien tampak sedikit lebih tenang setelah melakukan tehnik nafas dalam dan

dilanjutkan pukul 18.00 melakukan pemberian analgetik untuk mengurangi

nyeri

Implementasi pada tanggal 13 november 2018 pada pukul 08.00

melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dilanjutkan pada pukul 09.00

dengan mengidentifikasi tingkat kecemasan dengan menjelaskan semua

prosedur apa yang akan dirasakan selama operasi.

Kecemasan adalah reaksi dasar jangka pendek terhadap sebuah situasi.

Meski demikian, kecemasan dapat menjadi gangguan mental jika reaksi

kecemasan tidak bersifat jangka pendek dan berkelanjutan, bahkan merasa

cemas ketika tidak ada penyebab perasaan tersebut. Ini dapat disebut
gangguan kecemasan ataupun ansietas. Individu yang memiliki ansietas /

gangguan kecemasan dapat merasa tidak dapat berhenti mengkhawatirkan hal-

hal yang sepertinya tidak penting dan menganggap sebuah situasi lebih buruk

daripada keadaan sebenarnya. Ansietas tampak pada gejala mental dan fisik

dan dapat mengganggu seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari

mereka, mengubah situasi biasa menjadi tantangan yang membebankan.

Gangguan kecemasan memiliki sejumlah varian, tetapi semuanya mampu

mengganggu kemampuan individu untuk melakukan hal-hal biasa dan

menjalani kehidupan sehari-hari.

Implementasi pada tanggal 14 November 2018 pada pukul 07.00

melakukan tindakan mengintruksikan teknik relaksasi nafas dalam .Teknik

relaksasi nafas dalam adalah teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri pada

thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks cerebri sebagai

pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri

timbul. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien

harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan

yang tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang

berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris dari

nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri, dan

akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri (Maliya, 2016).

Dilanjutkan pada pukul 14.00 melakukan perawatan luka


Implementasi tanggal 15 November 2018 melakukan tindakan pemberian

analgetik untuk mempercepat proses penyembuhan, dilanjutkan pemeriksaan

tanda tanda vital dan pengintruksian dalam tekhnik nafas dalam.

Menurut peneliti implementasi yang sudah dilakukan pada kedua pasien,

penulis hanya kebanyakan melakukan mengulang ulang tindakan yang sama

saja dikarenakan perencanaan yamg kurang lengkap pada setiap diagnose yang

menyebabkan tindkan kepada pasien kurang maksimal dan data yang kurang

lengkap dimana tidak dicantumkan tanggal ataupun hari pasien masuk dan

keluar dari tindakan operasi. dan juga belum sesuai standart SIKI (Standart

Intervensi Keperawatan Indonesia) yang didasarkan pada Observasi,

Terapeutik, Edukasi dan kolaborasi. Terdapat juga kesenjangan dimana

pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis sebelum nya tidak sepenuhnya

dilakukan diantara nya pada pasien 1 pada tindakan post operasi diagnose

Gangguan mobilitas fisik penulis tidak melakukan implementasi melatih ROM

pasif, posisikan kaki pasien lebih tinggi dari jantung, edukasi kepada pasien

untuk tetap mobilisasi semampunya semisal miring kiri kanan, kolaborasi obat

dengan dokter. Dan pada pasien 2 pada tindakan post operatif pada diagnose

Hipertermi penulis tidak melakukan implementasi kolaborasi pemberian

cairan intravena dan merencanakan monitoring TTV secara kontinyu. Lalu

pada diagnose resiko infeksi penulis tidak melakukan implementasi monitor

tanda dan gejala infeksi sitemik dan local, inspeksi kulit dan mukosa terhadap

kemerahan, cuci tanagn setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.


5. Evaluasi keperawatan

a. Pre operatif

Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti pada pasien 1 pre operatif terdapat 1

diagnosa nyeri akut dengan hasil masalah belum teratasi dengan evaluasi

pasien masih mengatakan nyeri pada bagian perut hilang timbul seperti

tertusuk tusuk dalam skala nyeri 4.

Hasil evaluasi ynag dilakukan peneliti pada pasien 2 pre operatif

terdapat 2 diagnosa keperawatan. Diagnose pertama Nyeri akut dengan

evaluasi pasien masih mengatakan nyeri pada perut kanan atas, nyeri datang

tiba tiba seperti tertusuk tusuk dalam skala nyeri 5, pasien terlihat tampak

meringis, diagnose dinyatakan pada nyeri akut masalah belum teratasi.

Diagnosa kedua ansietas dengan evaluasi pasien mengatakan pada saat cemas

datang pasien melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam dam pasien merasa

lebih nyaman dan tenang, pasien tampak lebih nyaman dan rileks,diagnose

dinyatakan pada ansietas masalah teratasi dan hentikan intervensi.

b. Post operatif

Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti pada pasien 1 post operatif terdapat

3 diagnosa keperawatan. Pada diagnose pertama nyeri akut hasil evaluasi

pasien mengatakan neyri berkurang dan pasien dapat mengontrol nyeri,

kondisi pasien terlihat mulai membaik, diagnose dinyatakan pada nyeri akut

masalah teratasi sebagian. Pada diagnose kedua gangguan mobilitas fisik hasil

evaluasi pasien mengatakan kelemahan fisik menurun dan pasien dapat


berpindah tempat sendiri dengan perlahan lahan, keadaan pasien terlihat

tampak tidak lemas lagi, pada diagnose gangguan mobilitas fisik dinyatakan

masalah teratasi sebagian lalu lanjutkan intervensi. Pada diagnose ketiga

resiko infeksi hasil evaluasi dengan luka operasi pasien tampak bersih dan

tidak ada tanda tanda infeksi pada luka operasi, diagnosa resiko infeksi

dinyatakan masalah teratasi sebagian dan dilanjutkan intervensi

Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti pada pasien 2 post operatif terdapat

3 diagnosa keperawatan. Pada diagnose pertama nyeri akut hasil evaluasi

pasien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang dengan turun menjadi

skala 3, pasien tampak rileks, pada diagnose nyeri akut dinyatakan masalah

teratasi sebagian dan dilanjutkan intervensi. Pada diagnose kedua hipertermia

dengan hasil evaluasi pasien mengatakan akan mengompres lagi karna dari

data objektif kulit pasien masih teraba hangat, pada diagnose hipertermia

dinyatakan masalah teratasi sebagian dan dilanjutkakan intervensi.

Dilanjutkan pada diagnose ketiga yaitu resiko infeksi dengan hasil evaluasi

pasien mnegatakan nyeri berkurang dan tidak ada terdapat tanda tanda infeksi.

Pada diagnose keperawatan resiko infeksi dinyatakan maslaah teratasi dan

hentikan intervensi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada

pasien 1 dan pasien 2 pada pasien pre dan post Cholleithiasis di Ruangan

Flamboyan B dan E di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Kalimantan Timur

peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pada pengkajian pasien 1 dan 2 dimana pengkajian ini difokuskan

pada asuhan keperawatan pada klien dengan pre dan post Cholelithiasis.

Pengkajian pada pasien 1 umur 40 tahun dilakukan pada tanggal 8 April

2019 dan pada pasien 2 umur 18 tahun dilakukan pada tanggal 12

November 2018. Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien 1 dengan

diagnosa medis Cholelithiasis dan pasien 2 dengan diagnosa medis

Cholelithiasis. Pada kedua pasien memiliki keluhan yang sama dengan

teori seperti nyeri pada daerah kanan perut secara tiba-tiba atau disebut

juga kolik bilier. Terdapat perbedaan pada pre operatif dimana pasien 2

mengalami kecemasan dimana data tersebut tidak didapat pada pasien 1.

Pada hasil pengkajian analisa data pada pasien post operatif terdapat juga

masalah keperawatan yang sama pada kedua pasien dalam timbulnya

maslaah keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan

Menurut teori yang dikemukakan peneliti pada bab sebelumnya

diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien pre operatif

sebanyak 6 diagnosa dan pada post operatif sebanyak 3 diagnosa. Namun

pada pasien 1 peneliti hanya menemukan 1 diagnosa pre operatif yang

sama dengan teori dan 3 diagnosa post operatif yang sama dengan teori

bab sebelumnya. Sedangkan pada pasien 2 peneliti hanya menemukan 1

diagnosa pre operatif yang sama dengan teori dan 2 diagnosa post operatif

yang sama dengan teori.

3. Perencanaan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien

dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada,

Intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan pasien dan

memperhatikan kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam

kejasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti seperti melakukan

perawatan luka, monitor keadaan luka, melakukan identifikasi lokasi.

Karakteristik, durasi, dan kuantitas nyeriserta identifikasi skala nyeri.

4. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien

dengan pre dan post Cholelithiasis.

5. Evaluasi Keperawatan
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada

pasien 1 selama 4 hari dan pada pasien 2 selama 5 hari perawatan oleh

peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan baik, pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan

setiap tindakan keperawatan. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti

pada pasien 1 dan 2 menunjukan bahwa masalah yang dialami pada kedua

pasien banyak yang belum teratasi.

B. Saran

1. Bagi peneliti

Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre

dan post Cholelithiasis yang diberikan dapat tepat, peneliti selanjutnya

harus benar-benar menguasai konsep tentang Cholelithiasis itu sendiri,

terutama pada faktor etiologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi tentang

Cholelithiasis, selain itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan

tepat dan komperhensif agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai

dengan masalah yang ditemukan pada pasien serta tidak ada masalah yang

luput dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Dalam

penegakan diagnose diharapkan peneliti juga harus teliti dalam

mengangkat dan merumuskan diagnose keperawatan yang ada pada pasien

agar masalah keperawatan yang muncul pada pasien dapat teratasi dan

mendapatkan penanganan secara komprehensif dan menyeluruh, Tidak


hanya berfokus kepada masalah biologis pasien, namun juga terhadap

masalah psiko, sosio, spiritual pasien. Sehingga asuhan keperawatan yang

dilakukan dapat terlaksana secara optimal, dan mendapatkan hasil yang

memuaskan bagi pasien dan juga peneliti itu sendiri. Pada bagian

intervensi keperawatan diharapkan peneliti merencanakan sesuai dengan

buku panduan SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) dan

SLKI (Standart Luaran Keperawatan Indonesia) . Pada bagian

Implementasi diharapkan juga peneliti melakukan tindakan yang sesuai

dengan yang direncanakan agar diagnose pada pasien dapat teratasi. Dan

evaluasi keperawatan diharapkan peneliti lebih melakukan evaluasi yang

lebih lengkap pada pasien sesuai dengan data yang didapatkan pada

pasien.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan agar selalu menambah dan

memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Cholelithiasis dengan

menggunakan literatur-literatur terbaru.


DAFTAR PUSTAKA

(Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,


2013). (2018). Riset Kesehatan Dasar.

Alhawsawi, Z. M., Alshenqeti, A. M., Alqarafi, A. M., Alhussayen, L. K., &


Turkistani, W. A. (2019). Cholelithiasis in patients with paediatric sickle cell
anaemia in a Saudi hospital. Journal of Taibah University Medical Sciences,
14(2), 187–192. http://doi.org/10.1016/j.jtumed.2019.02.007

AlKhlaiwy, O., AlMuhsin, A. M., Zakarneh, E., & Taha, M. Y. (2019).


Laparoscopic cholecystectomy in situs inversus totalis: Case report with
review of techniques. International Journal of Surgery Case Reports, 59,
208–212. http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2019.05.050

Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, R. A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


pre operasi terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD
Kudus, 6(2), 139–148.

Baloyi, E. R. J., Rose, D. M., & Morare, N. M. T. (2020). Incidental gastric


diverticulum in a young female with chronic gastritis: A case report.
International Journal of Surgery Case Reports, 66, 63–67.
http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2019.11.030

Bini, J., Chan, J. C., Rivera, C., & Tuda, C. (2020). IDCases Sporadic
leptospirosis case in Florida presenting as Weil ` s disease. IDCases, 19,
e00686. http://doi.org/10.1016/j.idcr.2019.e00686

Bolat, H., & Teke, Z. (2020). Spilled gallstones found incidentally in a direct
inguinal hernia sac: Report of a case. International Journal of Surgery Case
Reports, 66, 218–220. http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2019.12.018

Bruno, L. (2019). Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi. Journal of Chemical


Information and Modeling (Vol. 53).
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Ferreira Junior, E. G., Apolinario Costa, P., Freire Golveia Silveira, L. M., Valois
Vieira, R., Lima Martins Soares, H. A., Menon Loureiro, B., … Coelho
Ferreira Rocha, J. R. (2019). Localized pancreatic Castleman disease
presenting with extrahepatic dilatation of bile ducts: A case report and
review of published cases. International Journal of Surgery Case Reports,
54, 28–33. http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2018.11.006
Harahap, E. E. (2019). Melaksanakan Evaluasi Asuhan Keperawatan Untuk
Melengkapi Proses Keperawatan.

Andalas, U. (2017). 1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2018, 1–5.

Nanda, D. (2020). Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA, (6), 1–7.

Kusuma, N. &. (2016). dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.

Lestari, P. H., Setiawan, A., Pusat, J., Ilmu, F., Universitas, K., & Barat, J. (2019).
Pelaksanaan intervensi cakupan informasiku melalui pendekatan asuhan
keperawatan keluarga sebagai upaya pencegahan perilaku seksual berisiko
pada remaja, 11(1).

Musbahi, A., Abdulhannan, P., Bhatti, J., Dhar, R., Rao, M., & Gopinath, B.
(2019). Outcomes and risk factors of cholecystectomy in high risk patients: A
CASE SERIES. Annals of Medicine and Surgery.
http://doi.org/10.1016/j.amsu.2019.12.003

Nathaniel, A., Seja, G. P., Perdana, K. K., Daniel, R., Lumbantobing, P., &
Heryandini, S. (2018). Perilaku Profesional Terhadap Pola Makan Sehat,
1(2), 186–200.

Paasch, C., Salak, M., Mairinger, T., & Theissig, F. (2020). Leiomyosarcoma of
the gallbladder—A case report and a review of literature. International
Journal of Surgery Case Reports, 66, 182–186.
http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2019.11.062

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi


dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Putri Sella Agustin, P. S. P. (2016). Pengaruh Pola Makan Tidak Seimbang dan
Kurangnya Aktivitas Fisik Menyebabkan Terjadinya Obesitas. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Rahmawati, A., Sudarmanto, Y., & Hasan, M. (2019). The Risk of Work Posture
Did Not Affect on Worker’s Disability Index with Low Back Pain Complaints
in PT Muroco Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences, 5(1),
7. http://doi.org/10.19184/ams.v5i1.6793

Reinecke Ribka Halim. (2018). Anatomi Fisiologi Empedu.


Rekam Medic RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo. (2019).

Widodo. (2015). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Fakultas Kedokteran


Universitas Andalas, 1, 1–6. http://doi.org/10.1086/513446.Iijima

Winata, H., Furqonita, D., Murdana, I. N., Ndraha, S., Tendean, M., Fabiani, D.,
… Rscm, M. (2018). Artikel Penelitian Pengaruh Tekanan Telapak Kaki
Bagian Depan terhadap Pemakaian Hak Tinggi dan Indeks Massa Tubuh
Mahasiswi FKUI 2011 Profil Kolelitiasis pada Hasil Ultrasonografi di
Rumah Sakit Umum Daerah Koja, 20(53), 7–11.

Yeni, B., & Ukur, S. (2019). Latar Belakang Tujuan Metode Hasil Pembahasan.

Tugas Seminar Kelompok. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Cholelithiasis

Rica Nur Safitri. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Cholelithiasis


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai