Anda di halaman 1dari 124

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT

OLEH

NAMA : REISCHA DELFI OCTAVIA

NIM : P07220117069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2020
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT

OLEH

NAMA : REISCHA DELFI OCTAVIA

NIM : P07220117069

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2020

i
SURAT

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri
dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain
untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi
manapun baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Balikpapan 21 Januari 2020


Yang menyatakan

Reischa Delfi Octavia


NIM: P07220117069

ii
LEMBAR
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL11 APRIL 2020

Oleh

Pembimbing

Ns. Asnah, S.Kep., M.Pd.


NIDN. 4008047301

Pembimbing Pendamping

Sri Hazanah, S.ST., SKM., M.P.H. NIDN. 4018126601

Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Andi Lis AG, M. Kep


NIP. 196803291994022001

iii
Karya Tulis Ilmiah Literatur Review
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2020
Telah Diuji
Pada Tanggal 11 April 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji
Nurhayati, S.ST., M.Pd NIDN. 4024016801
.................................................

Penguji Anggota
1. Ns. Asnah, S.Kep., M.Pd NIDN. 4008047301
.................................................

2. Sri Hazanah, S.ST.,SKM,MPH NIDN. ..................................................


4018126601

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Samarinda Jurusan Keperawatan Poltekkes Keme

Ns. Andi Lis AG, M. Kep


NIP. 196803291994022001

iv
DAFTAR RIWAYAT

Nama : Reischa Delfi Octavia


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 06 Oktober 1997
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Asrama Bukit Blok H-65 RT 12 Kelurahan Baru
Ilir Kecamatan Balikpapan Barat
Nama Ayah : Khamim Muslikhin
Nama Ibu : Sugiarti
Email : reischadelfioctavia06@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Mawar Balikpapan Barat tahun 2001 - 2002
2. SDN 014 Balikpapan Barat tahun 2002 - 2008
3. SMPN 4 Balikpapan Barat tahun 2008 - 2011
4. SMAN 8 Balikpapan Barat tahun 2011 - 2014
5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017 sampai
sekarang.

v
KATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang

telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah

dalam rangka memenuhi persyaratan ujian akhir program Diploma III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur

Jurusan Keperawatan Samarinda Kelas B Balikpapan dengan judul “ Asuhan

Keperawatan pada Klien dengan Diabetes Melitus di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikapapan”.

Penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik materi maupun moril. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. H. Supriadi B., S.Kp., M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Dr. Edy Iskandar, Sp.PD.,FINASIM.,MARS, selaku Direktur RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikapapan.

3. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Lis AG, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

vi
5. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab

Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

6. Ns. Asnah, S.Kep., M.Pd, selaku Pembimbing I dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah.

7. Sri Hazanah, S.ST.,SKM,MPH selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah.

8. Orang Tua yang selalu mendukung dalam penyelesaian Karya tulis ilmiah

ini.

9. Dan seluruh pihak yang terkait yang tidak mungkin disebut satu persatu

dalam menyelesaikan Karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,

saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita kembalikan semua

urusan dan semoga dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak

dan bernilai ibadah dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Balikpapan, 21 januari 2020

Penulis

vii
ABSTRA

“Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diabetes Mellitus


Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan Tahun 2020”

Penyakit Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang


bersifat menahun dan prevelensi yang terus meningkat. Menurut WHO prevalensi
DM dari tahun 1980 sampai 2014, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5%.
Berdasarkan hasil wawancara berdasarkan observasi yang dilakukan di RSUD dr.
Kanudjoso Djatiwobowo didapatkan data bahwa dalam dua tahun terakhir kasus
pasien dengan diagnosa DM di ruangan Flamboyan B mengalami peningkatan.
Selama Tahun 2019 kasus pasien dengan diagnosa dm di ruangan flamboyan B
adalah sebanyak 197 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan
keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan
keperawatan pada dua klien dengan kasus yang sama sebagai unit analisis klien
dewasa dengan penyakit diabetes mellitus di ruang Flamboyan B RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Metode pengambilan data adalah dengan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan pemeriksaan
penunjang.
Berdasarkan data yang diperoleh pada klien 1, diagnosa yang muncul
adalah adalah nyeri akut teratasi pada tanggal 7 Mei 2019, ketidakstabilan kadar
glukosa darah sebagian teratasi pada tanggal 8 Mei 2019, gangguan integritas kulit
sebagian teratasi pada tanggal 8 Mei 2019, defisit nutrisi teratasi pada tanggal 7
Mei 2019, gangguan mobilitas fisik sebagian teratasi pada tanggal 8 Mei 2019,
dan resiko infeksi teratasi pada tanggal 7 Mei 2019, pada klien 2 adalah
ketidakstabilan kadar glukosa darah sebagian teratasi pada tanggal 8 Mei 2019,
defisit nutrisi sebagian teratasi pada tanggal 8 Mei 2019, resiko jatuh teratasi pada
tanggal 8 Mei 2019, dan defisit pengetahuan teratasi pada tanggal 8 Mei 2019.
Kesimpulannya bahwa setiap klien dengan diabetes mellitus memiliki
respon yang berbeda terhadap masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi atau
status kesehatan dan kemampuan klien dalam menghadapi suatu masalah. Saran
yang diberikan adalah perawat harus melakukan tindakan secara komperehensif
untuk menangani masalah keperawatan dan meningkatkan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.

Kata kunci :Ulkus Diabetikum, Diabetes Mellitus, Asuhan Keperawatan

viii
DAFTAR

Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam.................................................................................................................i
Lembar Persetujuan.......................................................................................................ii
Kata Pengantar..............................................................................................................iii
Daftar Isi........................................................................................................................v
Daftar Gambar.............................................................................................................vii
Daftar Tabel................................................................................................................viii
Daftar Lampiran............................................................................................................ix
Daftar Bagan..................................................................................................................x

BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................4
1. Tujuan Umum...................................................................................................5
2. Tujuan Khusus..................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................................5
a. Bagi Peneliti......................................................................................................6
b. Bagi Institusi Pendidikan..................................................................................6
c. Bagi Profesi Keperawatan.................................................................................6

BAB II............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................7
1. Definisi.......................................................................................................................7
2. Anatomi fisiologi.......................................................Error! Bookmark not defined.
3. Etiologi.....................................................................................................................11

ix
4. Patofisiologi.............................................................................................................13
5. Pathway....................................................................................................................16
6. Klasifikasi................................................................................................................17
7. Manifestasi Klinis.....................................................................................................17
8. Komplikasi...............................................................................................................18
9. Penatalaksanaan........................................................................................................19
10. Pemeriksaan Penunjang.............................................Error! Bookmark not defined.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus. Error!
Bookmark not defined.
1. Pengkajian menurut (Doengoes, 2010)......................Error! Bookmark not defined.
2. Diagnosa Keperawatan..............................................Error! Bookmark not defined.
3. Intervensi..................................................................................................................31
4. Implementasi Keperawatan.......................................Error! Bookmark not defined.
5. Evaluasi Keperawatan...............................................Error! Bookmark not defined.

BAB III.........................................................................................................................39
METODE PENELITIAN.............................................................................................39
A. Pendekatan/Desain Penelitian.......................................................................................39
B. Subyek Penelitian.........................................................................................................39
C. Definisi Operasional.....................................................................................................40
D. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................................41
E. Prosedur Penelitian.......................................................................................................41
F. Metode dan Instrument Pengumpulan Data...................Error! Bookmark not defined.
G. Keabsahan Data.............................................................Error! Bookmark not defined.
H. Analisis Data.................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR

Halaman
Gambar 2.1...........................................................................................................7

xi
DAFTAR

Halaman
Tabel 2.1..............................................................................................................29
Tabel 2.2..............................................................................................................29
Tabel 2.3..............................................................................................................30
Tabel 2.4..............................................................................................................30
Tabel 2.5..............................................................................................................31
Tabel 2.6..............................................................................................................31
Tabel 4.1..............................................................................................................46
Tabel 4.2..............................................................................................................48
Tabel 4.3..............................................................................................................57
Tabel 4.4..............................................................................................................61
Tabel 4.5..............................................................................................................66
Tabel 4.6..............................................................................................................75
Tabel 4.7..............................................................................................................84

xii
DAFTAR

Halaman
Bagan 2.1.............................................................................................................16

xiii
DAFTAR

Lampiran 1 Lembar Pengkajian Asuhan Keperawatan


Lampiran 2 Lembar Konsul

xiv
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan suatu

keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari

penyakit atau kelemahan. Definisi sehat menurut WHO ini adalah sehat

secara keseluruhan, baik jasmani, rohani, lingkungan. Sehat menurut WHO

terdiri dari suatu kesatuan penting dari 4 komponen dasar yang membentuk

‘positif health’, diantaranya adalah sehat jasmani, sehat mental, sehat spiritual,

kesejahteraan sosial seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan (WHO,

2015).

Perubahan gaya hidup pada zaman ini sudah menjadi tren dalam

kehidupan, tetapi tanpa disadari dari pola ini membawa dampak negatif.

Dampak negatif dapat berupa munculnya penyakit-penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif dapat dikarenakan gaya hidup yang buruk,

mengonsumsi makanan manis dan tinggi lemak jenuh, jarang olahraga, dan

sering minum alkohol. Sehingga memicu gangguan pada sistem pengaturan

kadar gula darah dalam tubuh. Salah satu penyakit degeneratif adalah

diabetes mellitus. (Clevo, 2012).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang berbeda dari

kebanyakan penyakit lainnya dengan dua alasan penting. Pertama, seperti

halnya hipertensi, diabetes dapat merupakan pembunuh tersembunyi. Yaitu,

1
2

karena hanya terdapat sedikit gejala, sampai tahap akhir penyakit, dimana

pada waktu tersebut biasanya sudah terlambat untuk memulihkan kerusakan

yang diakibatkan. Kedua, para penderita harus terlibat secara aktif

dalam pengobatannya (Michael, 2012), sehingga DM dapat di perkirakan

meningkat apabila penderita tidak ikut serta dalam kepatuhan pengobatan.

Menurut WHO prevalensi DM dari tahun 1980 sampai 2014, meningkat

dari 4,7% menjadi 8,5%. Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi DM

meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah

daripada di negara berpenghasilan tinggi (Pusat Data dan Informasi

Kementrian RI). (RI & Informasi, 2018)

DM adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling penting.

Prevalensi DM telah meningkat secara dramatis disebagian besar negara di

dunia. Baru-baru ini, diperkirakan bahwa jumlah pasien DM akan meningkat

dari 171 juta menjadi 366 juta antara tahun 2000 dan 2030.(Jannoo, Wah,

Lazim, & Hassali, 2017)

DM sangat lazim dan telah diperkirakan bahwa pada tahun 2040 lebih dari

640 juta orang akan terpengaruh di seluruh dunia. (Paduch, Kronis, Sehat, &

Hidup, 2017)

Berdasarkan prevalensi diabetes mellitus di provinsi Kalimatan Timur

pada tahun 2017 mencapai 11.477 kasus yang terbanyak pada kota

Balikpapan dan Bontang mencapai 6.395 kasus (Dinas Kesehatan provinsi

Kalimantan Timur). Dikota Balikpapan penderita diabetes mellitus termasuk

penyakit
3

paling tertinggi urutan kedua setelah hipertensi dengan kasus diabetes

mellitus mencapai 4.026 kasus (Dinas Kesehatan kota Balikpapan, 2017).

Penyebab diabetes melitus dapat dibagi sesuai dengan klarifikasinya, pada

dm tipe 1 penyebabnya yaitu kurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel B

pankreas yang didasari proses autoimun, faktor genetik, faktor imunologi, dan

faktor lingkungan. Sedangkan pada dm tipe 2, penyebabnya belum diketahui

secara pasti. Tetapi, ada beberapa faktor resiko seperti obesitas, riwayat

keluarga, usia, dan resistensi insulin yang meningkat pada usia 65 tahun.

(Smeltzer, 2010)

Dampak dari penyakit dm meliputi, peningkatan angka penyakit kerusakan

retina mata (retinopati), gangguan pada saraf di tubuh (neuropati) dan

penyakit ginjal yang disebabkan oleh komplikasi diabetes (nefropati), serta

kesehatan mental yang buruk dan kualitas hidup yang terganggu. (Paduch et

al., 2017)

Peran perawat sangat diperlukan dalam menangani klien dengan DM,

salah satunya ialah perawat harus memperhatikan pemasukan nutrisi, karena

pada penderita dm nafsu makan menurun.

Pada masalah psikososial, peran perawat sangat diperlukan yaitu

memberikan dukungan pada klien agar klien tetap bersosialisasi dengan orang

lain dan tidak merasa sendiri. Sedangkan dalam masalah ekonomi, perawat

juga harus dilibatkan untuk benar - benar merawat klien seoptimal mungkin,

supaya tidak terjadi komplikasi penyakit lain yang bisa menyebabkan

perawatan yang lama pada klien. Asuhan yang diberikan terutama ditujukan
4

untuk memenuhi kebutuhan dasar klien yang terganggu dan

mencegah/mengurangi komplikasi serta pemberian pendidikan kesehatan

untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, sehingga secara bertahap klien dapat

mengoptimalkan fungsi bio-psiko-sosial-spiritual (Handayani dkk, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara berdasarkan observasi yang dilakukan di

RSUD dr. Kanudjoso Djatiwobowo didapatkan data bahwa dalam dua tahun

terakhir kasus pasien dengan diagnosa DM di ruangan Flamboyan B

mengalami peningkatan. Selama Tahun 2019 kasus pasien dengan diagnosa

dm di ruangan flamboyan B adalah sebanyak 197 kasus. Sedangkan data

kasus pasien dengan diagnosa dm diruangan flamboyan B selama tahun 2018

adalah sebanyak 139 kasus. (Rekam Medic RSUD dr. Kanudjoso

Djatiwibowo, 2019)

Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti tertarik melakukan

penelitian untuk melihat dan mengetahui sejauh mana “Asuhan Keperawatan

Klien Dengan Diabetes Melitus di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus Di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibedakan menjadi tujuan umum dan

tujuan khusus.
5

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien diabetes melitus di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Tujuan Khusus

a) Mengkaji klien diabetes melitus di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

b) Merumuskan diagnosis keperawatan klien diabetes melitus di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

c) Menyusun perencanaan keperawatan klien diabetes melitus di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

d) Melaksanakan intervensi keperawatan klien diabetes melitus di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

e) Mengevaluasi klien diabetes melitus di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penyusunan tugas akhir ini adalah:

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang asuhan

keperawatan dengan masalah diabetes melitus selain itu tugas akhir ini

diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di dalam perkuliahan.

b. Bagi Institusi Pendidikan


6

Manfaat penulisan tugas akhir ini sebagai masukan dan tambahan

wacana pengetahuan, menambah ilmu bagi mahasiswa Poltekkes

Kemenkes Kaltim.

c. Bagi Profesi Keperawatan

Penulisan tugas akhir ini adalah sebagai masukan untuk menambah

bahan informasi, referensi dan ketrampilan dalam melakukan asuhan

keperawatan terutama pada klien diabetus mellitus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme yang

ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan

kekurangan dalam produksi atau aksi insulin yang diproduksi oleh

pankreas di dalam tubuh. (Ullah & Khan, 2016)

Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang

ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada sekresi insulin, aksi insulin,

atau kedua. Hiperglikemia kronis diabetes terkait dengan kerusakan jangka

panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal,

saraf, jantung, dan pembuluh darah. (Purnamasari, 2011)

2. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1

(Wanennoor, 2014)

7
8

a. Kelenjar pankreas

Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak

retroperitonial dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I

dan II. Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan

ekornya sampai ke lien (limpa). Pankreas mendapat darah dari arteri

lienalis dan arteri masenterika superior. Duktus pankreatikus bersatu

dengan duktus koledukus dan masuk ke duodenum, pankreas

menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.

Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel

yang membentuk pulau-pulau langerhans. Pulau-pulau langerhans

berbentuk oval tersebar di seluruh pankreas. Dalam tubuh manusiaterdapat

1-2 juta pulau-pulau langerhans yang dibedakan atas granulasi dan

pewarnaan, setengah dari sel ini menyekresi hormon insulin.

Dalam tubuh manusia normal pulau langerhans menghasilkan empat jenis

sel:

1) Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi

factor hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif

2) Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin

3) Sel-sel D 5-15% membuat somatostasin

4) Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik

polipeptida

Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino,

satu sama lain di hubungkan oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat


9

berfungsi ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam

membrane sel. Sekresi insulin dikendalikan oleh kadar glukosa darah.

Kadar glukosa darah yang berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan

bila kadar glukosa normal atau rendah maka sekresi insulin akan

berkurang.

b. Mekanisme kerja insulin:

1) Insulin meningkatkan transpor glukosa kedalam sel/jaringan tubuh

kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa usus halus, dan sel darah merah.

Masuknya glukosa adalah suatu proses difusi, karena perbedaan

konsentrasi glukosa bebas luar sel dan dalam sel.

2) Meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel.

3) Meningkatkan sentesis protein di otak dan hati.

4) Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lipase,

meningkatkan sekresi lipida.

5) Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

c. Efek insulin:

1) Efek insulin pada metabolisme karbohidrat, glukosa yang diabsorbsi

dalam darah menyebabkan sekresi insulin lebih cepat, meningkatkan

penyimpanan dan penggunaan glukosa dalam hati, dan meningkatkan

metabolisme glukosa dalam otot. Penyimpanan glukosa dalam otot

meningkatkan transpor glukosa melalui membran sel otot.

2) Efek insulin pada metabolisme lemak dalam jangka panjang.

Kekurangan insulin menyebabkan arteriosklerosis, serangan jantung,


1

stroke, dan penyakit vascular lainnya. Kelebihan insulin menyebabkan

sintesis dan penyimpanan lemak, meningkatkan transpor glukosa ke

dalam sel hati, kelebihan ion sitrat, dan isositrat. Penyimpanan lemak

dalam sel adiposa menghambat kerja lipase yang sensitif hormon dan

meningkat transpor ke dalam sel lemak.

3) Efek insulin pada metabolisme protein: Transpor aktif banyak asam

amino ke dalam sel, membentuk protein baru meningkatkan translasi

messenger RNA, meningkatkan kecepatan transkipsi DNA.

Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang dikenal

dengan diabetes melitus, yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel

(cairan ekstraseluler), mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan

glukosa/energi dan akan merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel

jaringan. Glukosa akan dilepaskan ke dalam cairan ekstrasel sehingga

terjadi hiperglikemia. Apabila mencapai nilai tertentu sebagian tidak

diabsorbsi ginjal, dikeluarkan melalui urine sehingga terjadi glikosuria dan

poliuria.

Konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang berlawanan

dengan sekresi glukagon. Penurunan glukosa darah meningkatkan sekresi

glukosa yang rendah. Pankreas menyekresi glukagon dalam jumah yang

besar. Asam amino dari protein meningkatkan sekresi insulin dan

menurunkan glukosa darah.

Pada orang normal, konsentrasi glukosa darah diatur sangat sempit

90 mL/100 ml. Orang yang berpuasa setiap pagi sebelum makan 120-140
1

mg/100 ml, setelah makan akan meningkat, setelah 2 jam kembali ke

tingkat normal. Sebagian besar jaringan dapat menggeser ke penggunaan

lemak dan protein untuk energi bila tidak terdapat glukosa. Glukosa

merupakan satu-satunya zat gizi yang dapat digunakan oleh otak, retina,

dan epitel germinativum.(Syarifuddin, 2013)

3. Etiologi

Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :

a. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus /IDDM )

Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-

sel beta pankreas disebabkan oleh :

1) Faktor genetik

Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi

suatu predisposisi / kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM

tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen

HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi

dan proses imun lainnya.

2) Faktor Imunologi

Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.


1

3) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta.

b. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui.

Diabetes tipe ini adalah gangguan heterogen yang disebabkan oleh

kombinasi faktor genetik yang terkait dengan gangguan sekresi insulin,

resistensi insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas, makan

berlebihan, kurang olahraga, dan stres serta penuaan. Selain itu

terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu :

1) Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara

dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.

Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin

pankreas untuk memproduksi insulin.

2) Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami

hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi

insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban

metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi

energi sel yang terlalu banyak.

3) Riwayat Keluarga
1

Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada

kembar non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali

lebih besar daripada subjek (dengan usiadan berat yang sama) yang

tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti

diabetes tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa diabetes tipe 2

tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masing-masing

memberi kontribusi pada risiko dan masing-masing juga

dipengaruhi oleh lingkungan.

4) Gaya hidup (stres)

Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula.Makanan ini

berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan

meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan

akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas.

Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga

berdampak pada penurunan insulin. (Asdie, 2010)

4. Patofisiologi

Bermacam - macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda - beda,

akhirnya akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus

mengalami defisiensi insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga

terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan


1

metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses pembentukan

keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan

menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun

serta pH serum menurun yang menyebabkan asidosis.

Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi

menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika

hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul

Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)

sehingga terjadi dehidrasi. Glukosa yang hilang melalui urin dan resistensi

insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi

sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai

kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah

lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi

tersebut.

Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil

sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang

akan menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan

oksigen tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya

gangguan.

Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina

menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang,

akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari


1

perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal,

sehingga terjadi nefropati.

Diabetes mempengaruhi syaraf – syaraf perifer, sistem syaraf otonom

dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan pada saraf

(Neuropati) . (Hanum, 2013)


16

5. Pathway/patoflowdiagram diabetus mellitus

 Faktor genetic Infeksi virus Pengrusakan imunologik


 Glikosuria Kerusakan sel beta Kerusakan produksi insulin Gula dalam darah tidak dapat dibawa
masuk dalam sel

Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun

Diaresis osmotik Vikositas darah meningkat


Syok hiperglikmik Kerusakan pada antibodi

Poliuri Aliran darah lambat


Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun
Kehilangan sel elektrolit dalam Iskemik jaringan
sel
Nekrosis luka
Neuropati sensori perifer
Perfusi perifer tidak efektif
Dehidrasi
Gangrene
Resiko infeksi Klien tidak merasa sakit
Risiko Hipovolemi Kehilangan kalori

Sel kekurangan bahan untuk Protein dan lemak dibakar Gangguan Integritas jaringan
Merangsang hipotalamus

Pemecahan protein Intoleransi


Pusat lapar dan haus Katabolisme lemak Keletihan
Aktifitas

Ketonuria
Polidipsia dan polipagida Asam lemak Keton

Bagan 2.1 Pathway Diabetes Mellitus


(Nurarif & Kusuma, 2016 dan Tim Pokja
Defisit Nutrisi Ketoasidosis
SDKI DPP PPNI, 2017)
6. Klasifikasi

Diabetes mellitus dapat digolongkan dalam berbagai cara tetapi satu

bentuk klasifikasi adalah sebagai berikut :

a. Diabetes tipe I (tergantung insulin) disebabkan oleh kerusakan sel beta

yang dimediasi oleh kekebalan tubuh, menyebabkan untuk defisiensi

insulin.

b. Diabetes idiopatikdiabetes adalah tipe 1 tanpa etiket yang diketahui

dan sangat diturunkan.

c. Diabetes tipe II (tidak tergantung insulin) disebabkan oleh defek

sekresi insulin dan resistensi insulin.

d. Diabetes mellitus gestasional adalah segala bentuk intoleransi terhadap

glukosa dengan onset atau pengakuan pertama kehamilan.

Namun diabetes sebagian besar pada dasarnya diklasifikasikan menjadi

DUA tipe utama: Diabetes Tipe I (IDDM) dan Diabetes Tipe II (NIDDM).

(Ullah & Khan, 2016)

7. Manifestasi Klinis

a. Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic

defisiensi insulin (Price & Wilson)

1) Kadar glukosa puasa tidak normal

2) Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi

dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria)

dan timbul rasa haus (polydipsia)

17
1

3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang

4) Lelah dan mengantuk

5) Gejala lain yang di keluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,

impotensi, peruritas vulva.

b. Kriteria diagnosis DM:

1) Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1

mmol/L)

2) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu

3) Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)

4) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1mmol/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban

glukosa yang setara dengan 75gram glukosa anhidrus dilarutkan

kedalam air. (Nurarif & Kusuma, 2015)

8. Komplikasi

Menurut (Laurentia, 2015) komplikasi yang timbul pada diabetus melitus

adalah :

a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit

jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

b. Kerusakan saraf atau neuropati.

Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan

pembuluh darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya

sensasi kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan
1

dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem

pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau konstipasi.

c. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina.

Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di

retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Glaukoma

dan katarak juga termasuk komplikasi yang mungkin terjadi pada

penderita diabetes.

d. Gangren

Sulistriani (2013) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap

kejadian gangrene pada penderita DM diantaranya adalah neuropati,

tidak terkontrol gula darah (hiperglikemi yang berkepanjangan akan

menginisiasi terjadinya hiperglisolia (keadaan dimana sel kebanjiran

masuknya glukosa akibat hiperglikemia kronik), hiperglisolia kronik

akan mengubah homeostasis biokimiawi sel yang kemudian berpotensi

untuk terjadinya perubahan dasar terbentuknya komplikasi DM.

Gangren adalah rusak dan membusuknya jaringan, daerah yang

terkena gangren biasanya bagian ujung-ujung kaki atau tangan.

Gangren kaki diabetik luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan

berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi dipembuluh darah sedang

atau besar ditungkai, luka gangren merupakan salah satu komplikasi

kronik DM.
2

9. Penatalaksanaan

Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif & Kusuma,

2015):

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia berat disertai ketosis

c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau Hiperglikemia hyperosmolar non

ketotik (HONK)

d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

e. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis optimal

f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau infark miokard

akut, stroke)

g. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak

terkendali dengan perencanaan makanan

h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral (OHO)

10. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Smelzer dan Bare, pemeriksaan penunjang untuk penderita

diabetes melitus antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi

keringatnya (menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol

kaki berkurang (-).


2

2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering

yang tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau

bisa juga teraba lembek.

b. Pemeriksaan Vaskuler

1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya

benda asing, osteomelietus.

2) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah

Sewaktu), GDP (Gula Darah Puasa),

b) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau

tidaknya kandungan glukosa pada urine tersebut.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama, usia (DM Tipe 1 usia < 30 tahun. DM Tipe 2 usia > 30

tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok

etnik di Amerika Serikat golongan Hispanik serta penduduk asli

Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis

kelamin, status, agama, alamat, tanggal : MRS, diagnosa masuk.

Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi

cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah.

Cenderung untuk mengkonsumsi makananyang banyak

mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini


2

biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan

aktifitas fisik yang sedikit.

b. Keluhan Utama

1) Kondisi Hiperglikemi

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak BAK,

dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

2) Kondisi Hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar,

sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan

daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan

emosional, penurunan kesadaran.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus,

berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu

penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan.

d. Riwayat Penyakit Terdahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat–obatan

seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,

kontrasepsi yang mengandung estrogen, hipertensi, dan obesitas.


2

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang

mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin

dengan baik.

f. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan

dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan

atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu

aktivitas pasien.

2) Pola aktivitas dan latihan

Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan

aktivitas sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh.

Kemudian pada klien ditemukan adanya masalah dalam

bergerak, kram otot tonus otot menurun, kelemahan dan

keletihan.

3) Pola nutrisi dan metabolic

Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari

klien (pagi, siang dan malam). Kemudian tanyakan

bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,

pantangan atau alergi.

4) Pola eliminasi
2

Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan

karakteristiknya. Berapa kali miksi dalam sehari,

karakteristik urin dan defekasi. Serta tanyakan adakah

masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah

penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.

5) Pola istirahat dan tidur

Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan

bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur, apakah

merasa segar atau tidak.

6) Pola kognitif persepsi

Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan

kemampuan klien dalam memahami sesuatu, tingkat

ansietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien,

dan identifikasi penyebab kecemasan klien.

7) Pola sensori visual

Kaji penglihatan dan pendengaran klien.

8) Pola toleransi dan koping terhadap stress

Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS

(financial atau perawatan diri). Kemudian kaji keadaan

emosi klien sehari – hari dan bagaimana klien mengatasi

kecemasannya (mekanisme koping klien). Tanyakan pakah

ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien

sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat,


2

apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan dan

tanyakan apakah sedang mengalami stress yang

berkepanjangan.

9) Persepsi diri/konsep diri

Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan

dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien

mengubah gambaran dirinya. Kemudian tanyakan apa yang

menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi

atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya.

10) Pola seksual dan reproduksi

Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan

penyakitnya, kapan klien mulai menopause dan masalah

kesehatan terkait dengan menopause, apakah klien

mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan

kebutuhan seks.

11) Pola nilai dan keyakinan

Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-

pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien

menjalankan ajaran agamanya.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah didapatkan data dari pengkajian yang dilakukan secara

menyeluruh, maka dibuatlah analisa data dan membuat kesimpulan

diagnosis keperawatan. Berikut adalah uraian dari masalah yang


2

timbul bagi klien dengan diabetus mellitus dengan menggunakan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam Tim

Pokja SDKI DPP PPNI 2017 (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):

1) Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)

a. Definisi Perfusi Perifer Tidak Efektif

Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat

mengganggu metabolisme tubuh.

b. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif : (tidak tersedia)

2. Objektif : warna kulit pucat , Turgor kulit

menurun

c. Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif : (tidak tersedia)

2. Objektif : Edema, Penyembuhan luka lambat

d. Kondisi Klinis terkait

1) Tromboflebitis

2) Diabetes mellitus

3) Anemia

4) Gagal jantung kongestif

5) Kelainan jantung kongenital

6) Trombosis arteri

7) Varises

8) Trombosis vena dalam


2

9) Sindrom kompartemen

2) Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme

(D.0019)

a. Definisi defisit nutrisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme.

b. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif : (tidak tersedia)

2. Objektif : Berat badan menurun minimal 10%

dibawah rentang ideal.

c. Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif : Nafsu makan menurun

2. Objektif : Membran mukosa pucat, Diare

d. Kondisi klinis terkait


1) Stroke

2) Parkinson

3) Mobius syndrome

4) Cerebral palsy

5) Cleft lip

6) Cleft palate

7) Amytropic lateral sclerosis

8) Kerusakan neuromuskular

9) Luka bakar

10) Kanker
2

11) AIDS

3) Risiko Hipovolemia (D.0034)

a. Definisi

Berisiko mengalami penurunan volume cairan

intravaskuler, interstisiel,dan/atau intraseluler.

b. Faktor risiko

Kehilangan cairan secara aktif.

c. Kondisi klinis terkait

a) Penyakit Addison

b) Trauma/perdarahan

c) Luka bakar

d) AIDS

e) Penyakit Crohn

f) Muntah

g) Diare

h) Kolitis ulseratif

4) Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d nekrosis luka

(D.0129)

a. Definisi gangguan integritas kulit/jaringan

Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau

jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,

tulang, kartilago, kapsul, sendi dan/atau ligmen).


2

b. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif :(tidak tersedia)

2. Objektif : Kerusakan jaringan dan/atau lapisan

kulit

c. Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif :(tidak tersedia)

2. Objektif : Nyeri, Perdarahan, Kemerahan,

Hematoma

5) Intoleransi Aktivitas

a. Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari

hari

b. Gejala dan Tanda mayor

1. Subjektif : Pasien mengeluh lelah

2. Objektif : Frekuensi jantung meningkat

c. Gejala dan Tanda mayor

1. Subjektif : Dispnea saat/setelah aktivitas,

Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,

Merasa lemah

2. Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari

kondisi istirahat, Gambaran EKG menunjukkan

aritmia saat/setelah aktivitas, Gambaran EKG

menunjukkan iskemia, Sianosis


3

d. Kondisi klinis terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongestif

3. Penyakit jantung koroner

4. Penyakit katup jantung

5. Aritmia

6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

7. Gangguan metabolik

8. Gangguan muskuloskeletal

6) Risiko infeksi bd hiperglikemia (D.0142)

a. Definisi risiko infeksi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme

potegenik.

b. Faktor risiko

Risiko infeksi dibuktikan dengan adanya penyakit

kronis (mis. Diabetes Melitus)

c. Kondisi klinis terkait

1. AIDS

2. Luka bakar

3. Penyakit paru obstruktif

4. Diabetes mellitus

5. Tindakan invasif

6. Kondisi penggunaan terapi steroid


3

7. Penyalahgunaan obat

8. Kanker

9. Gagal ginjal

10. Imunosupresi

11. Lymphedema

12. Leukositopenia

13. Gangguan fungsi hati

3. Intervensi Keperawatan
Berikut adalah uraian tujuan dan kriteria hasil untuk intervensi

bagi klien dengan diabetus mellitus dengan menggunakan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI). (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018;

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

a. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia

Tabel 2.1 Intervensi Perfusi perifer tidak

efektif

No
Tujuan Intervensi
1. setelah dilakukan intervensi 1.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
keperawatan maka diharapkan perfusi perifer, edema, pengisian kapiler,
perifer dapat meningkat. warna, suhu, ankle-brachial index)
Kriteria hasil : 1.2 Identifikasi faktor risiko gangguan
1. Denyut nadi perifer meningkat sirkulasi (mis.diabetes, perokok,
2. Sensai meningkat orang tua, hipertensi dan kadar
3. Penyembuhan luka meningkat kolestrol tinggi)
4. Warna kulit pucat menurun 1.3 Monitor panas, kemerahan, nyeri,
5. Nekrosis menurun atau bengkak pada ekstremitas
6. Pengisian kapiler cukup 1.4 Hindari pengukuran darah pada
membaik ekstremitas dengan keterbatasan
7. Turgor kulit cukup membaik perfusi
8. Tekanan darah cukup membaik 1.5 Informasikan tanda gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
3

tidak sembuh, hilangnya rasa)

b. Defisit nutrisi bd peningkatan kebutuhan metabolisme

Tabel 2.2 Intervensi Defisit Nutrisi

No
Tujuan Intervensi
2. setelah dilakukan intervensi maka 2.1 Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi dapat 2.2 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
membaik. nutrien
Kriteria hasil : 2.3 Monitor asupan makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan 2.4 Monitor berat badan
cukup meningkat 2.5 Monitor adanya mual dan muntah
2. Pengetahuan tentang pilihan 2.6 Ajarkan diet yang di programkan
makanan yang sehat 2.7 Kolaborasi pemberian medikasi
3. Pengetahuan tentang pilihan sebelum makan (mis. pereda nyeri,
minuman yang sehat antiemetik), jika perlu
4. Perasaan cepat kenyang menurun
5. Berat badan cukup membaik
6. Indeks massa tubuh cukup
membaik
7. Nafsu makan membaik

c. Resiko Hipovolemi

Tabel 2.3 Intervensi Resiko Hipovolemi


No
Tujuan Intervensi
3. setelah dilakukan intervensi maka 3.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemia
diharapkan status cairan dapat ( mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
membaik. teraba lemah, tekanan darah menurun,
Kriteria hasil : tekanan nadi menyempit, turgor kulit
1. Kekuatan nadi meningkat menurun, membrane mukosa kering,
2. Turgor kulit meningkat volume urine menurun, hematocrit
3. Edema perifer menurun meningkat, haus, lemah).
4. Tekanan darah membaik 3.2 Monitor intake dan output cairan.
3.3 Berikan asupan cairan oral.
3.4 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral.
3.5 Kolaborasi pemberian cairan IV.
3

d. Gangguan integritas jaringan/kulit b.d nekrosis luka

Tabel 2.4 Intervensi Gangguan Integritas Jaringan

No
Tujuan Intervensi
4. setelah dilakukan intervensi 4.1 Monitor karakteristik luka (mis.
keperawatan maka diharapkan drainase, warna, ukuran, bau)
integritas kulit dan jaringan dapat 4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
meningkat. 4.3 Lakukan perawatan luka
Kriteria hasil : 4.4 Lakukan pembalutan luka sesuai
1. Perfusi jaringan cukup meningkat kondisi luka
2. Kerusakan jaringan menurun 4.5 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
3. Kerusakan lapisan kulit menurun perlu
4. Nyeri, perdarahan, kemerahan,
hematoma menurun
5. Nekrosis menurun
6. Sensasi dan tekstur membaik

e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Tabel 2.5 Intoleransi aktivitas
No
Tujuan Intervensi
5. setelah dilakukan intervensi 5.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh
keperawatan maka diharapkan yang mengakibatkan kelelahan
toleransi aktivitas dapat meningkat. 5.2 Monitor kelelahan fisik dan
Kriteria hasil : emosional
1. Frekuensi nadi meningkat 5.3 Monitor pola dan jam tidur
2. Kemudahan dalam melakukan 5.4 Sediakan lingkungan nyaman dan
aktivitas sehari-hari meningkat rendah stimulus (mis.cahaya, suara,
3. Keluhan lelah menurun kunjungan)
4. Warna kulit membaik 5.5 Anjurkan melakukan aktifitas secara
5. Tekanan darah membaik bertahap
3

f. Resiko infeksi b.d hiperglikemia

Tabel 2.6 Intervensi Resiko

Infeksi

No.
Tujuan Intervensi
6. setelah dilakukan intervensi 6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi local
keperawatan maka diharapkan tingkat dan sistemik
infeksi menurun. 6.2 Cuci tangan sebelum dan sesudah
Kriteria hasil : kontak dengan pasien dan lingkungan
1. Kebersihan tangan dan badan pasien
meningkat 6.3 Ajarkan cara mencuci tangan yang
2. Demam, kemerahan, nyeri, benar
bengkak menurun 6.4 Kolaborasi dengan pemberian
3. Kadar sel darah putih meningkat antibiotik
4. Integritas kulit normal

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,

2011).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan

melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada

tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas

yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar

implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap

biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan

klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan


3

mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan

mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan

kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat

mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses

keperawatan berikutnya.

Komponen tahap implementasi

1. Tindakan keperawatan mandiri.

2. Tindakan keperawatan edukatif

3. Tindakan keperawatan kolaboratif.

4. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien

terhadap asuhan keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh

manaperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto &

Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi

sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan

cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil

yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :

1) Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses

keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif

ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan


3

rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan.Perumusan evaluasi

formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan

istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien),

objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan

data dengan teori), dan perencanaan.

a. S (Subjektif)

Data subjektif adalah keluhan yang berupa ungkapan yang

didapat dari klien.

b. O (Objektif)

Data objektif dari hasil observasi yang dilakukan oleh

perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi

fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

c. A (Analisis/assessment)

Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang

dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif.

Karena status klien selalu berubah yang mengakibatkan

informasi/data perlu pembaharuan, proses

analisis/assessment bersifat dinamis. Oleh karena itu sering

memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan

perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.


3

d. P (Perencanaan/planning)

Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan

keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang

(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan

memperbaiki keadaan kesehatan klien.Proses ini

berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan periode yang

telah ditentukan.

2) Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah

semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evalusi

sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan

keperawatan yang telah diberikan.Metode yang dapat

digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara

pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga

terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada

akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan

pencapaian tujuan keperawatan, yaitu:

a) Tujuan tercapai/masalah teratasi jika klien menunjukkan

perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

b) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian atau

klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien


3

menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah

ditetapkan.

c) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi jika klien

hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada

kemajauan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk review

kasus untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Diabetes Mellitus. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan responden

dalam sebuah penelitian.

Subyek penelitian yang dilakukan dalam penelitian keperawatan

adalah individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan mendalam.

Adapun subyek penelitian yang akan diteliti adalah dua orang klien

dengan kasus penyakit diabetes melitus dengan kriteria pasien dewasa

yang mengalami diabetes melitus dan pasien sadar.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012).

Kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subyek laki – laki /perempuan dewasa dengan kasus Diabetes

Mellitus tipe I dan tipe II usia 17-65 tahun, dirawat di ruangan

flamboyan E RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Subyek terdiri dari 2 orang klien deawa dengan kasus penyakit dm.

39
4

3. Klien dengan kesadaran compos mentis.

4. Bersedia menjadi responden selama penelitian studi kasus

berlangsung.

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2012). Kriteria eksklusi untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Klien tidak bersedia menjadi responden

2. Klien yang sedang dirawat di ruang ICU

C. Definisi Operasional

1. Diabetes Melitus adalah kondisi kadar glukosa di dalam darah

melebihi batas normal. Batasan karakteristik penyakit Diabetes

Melius adalah ditemukannya glukosa pada urin, pasien mengalami

gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu lebih dari 200

mg/dL dan kadar glukosa plasma puasa lebih dari 126 mg/dL. Pada

penelitian ini penemuan kasus diabetes mellitus berdasarkan dari

rekam medis pasien.

2. Asuhan keperawatan dengan diabetes mellitus merupakan suatu

proses tindakan keperawatan dilakukan oleh seorang perawat yang

diberikan secara langsung kepada pasien dengan diabetes mellitus

baik tipe I maupun tipe II dalam tatanan pelayanan kesehatan dengan

langkah – langkah memberikan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun


4

intervensi, melaksanakan intervensi, dan mengevaluasi asuhan

keperawatan diabetes mellitus.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di ruang flamboyan RSUD Abdul

Wahab Sjahranie. Waktu penelitian ini dilaksanakan tanggal 6-8 mei 2019.

Penelitian ini dilaksanakan selama 3-6 hari perawatan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Peneliti melakukan penyusunan usulan penelitian dengan

menggunakan studi kasus.

2. Peneliti melakukan ujian karya tulis ilmiah, setelah karya tulis ilmiah

disetujui oleh penguji maka peneliti akan dilanjutkan dengan kegiatan

pengumpulan data.

3. Politeknik Kemenkes Kaltim mengirimkan surat ke RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo

4. Setelah surat dari Politeknik Kemenkes Kaltim masuk, maka peneliti

dapat melakukan studi kasus.

5. Peneliti melapor kepada Kepala Ruangan dan CI.

6. Bersama Kepala ruangan, CI serta penguji, peneliti menentukan klien

studi kasus sesuai dengan criteria inklusi untuk dilakukan Asuhan

Keperawatan.

7. Peneliti melakukan komunikasi terapeutik kepada klien yang telah

ditentukan.
4

8. Setelah komunikasi terapeutik berhasil dilakukan, kemudian peneliti

melakukan pengkajian kepada klien melalui pengisian format

pengkajian, observasi, dan wawancara.

9. Setelah pengkajian telah dilakukan mahasiswa mengumpulkan data

focus untuk menegakkan diagnosa.

10. Peneliti melakukan perencanaan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun.

11. Peneliti melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun.

12. Peneliti melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada klien.

13. Kemudian mahasiswa melakukan dokumentasi keperawatan.

F. Metode dan Instrument Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan, antara lain :

a) Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data antara

peneliti dan pasien, Tujuan dari wawancara ialah mendengarkan

dan meningkatkan kesejahteraan pasien melalui hubungan saling

percaya dan suportif. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan

masalah utama pasien dan riwayat penyakit saat ini (Bickley

Lynn S & Szilagyi Peter G, 2018).


4

b) Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh

kekuatan indera seperti pendengaran, penglihatan, perasa,

sentuhan, dan cita rasa berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa

empiris (Hasanah, 2016).

Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh

pasien untuk menentukan ada atau tidaknya masalah fisik.

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendapatkan informasi

valid tentang kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik dapat

dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),

mengetuk (perkusi), mendengarkan (auskultasi) pada system

tubuh klien (Kedokteran, 2018).

c) Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan

suatu data atau informasi yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah

dengan melihat hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan, seperti hasil laboratorium, radiologi, ataupun

pemeriksaan fisik lainnya untuk mengetahui kelainan-kelainan

pada klien.

2. Instrumen Pengumpulan Data


4

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

asuhan keperawatan medikal bedah sesuai ketentuan yang berlaku di

Poltekkes Kemenkes Kaltim.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

dengan validitasi tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti

menjadi instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan

secara komprehensif pada klien dengan diabetus mellitus, keabsahan data

dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan,

sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi data dalam

pengumpulan data.Menurut (Sugiono,2013) triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam

penelitian menggunakan 3 triangulasi yaitu:

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda dengan teknik yang sama.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data

yang sama.

3. Triangulasi waktu
4

Triangulasi waktu juga dapat mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari saat

narasumber masih segar sehingga memungkinkan data yang lebih

valid.

H. Analisis Data

Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi selanjutnya melakukan analisis data. Analisis data dilakukan

sejak peneliti di lahan penelitian, sewaktu pengumpulan data sampai

dengan semua data terkumpul. Teknik analisis dapat dilakukan dengan

cara mengumpulkan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari

hasil wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah. Kemudian dengan cara observasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya dikumpulkan oleh peneliti.

Data yang dikumpulkan tersebut dapat berupa data subjektif dan data

objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa

suatu pendapat terhadap suatu situasi atau kejadian. Sedangkan data

objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, yang diperoleh

menggunakan panca indera (melihat, mendengar, mencium, dan meraba)

selama pemeriksaan fisik. Dari data tersebut, selanjutnya peneliti

menegakkan diagnose keperawatan. Kemudian peneliti menyusuni

ntervensi atau rencana keperawatan, melakukan implementasi atau

penatalaksanaan serta mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah

diberikan kepada klien


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penulis mereview kasus ini yang dilakukan di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda yang terletak diJalan Palang Merah Indonesia

No. 1, Sidodadi Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

RSUD Abdul Wahab Sjahranie pada tanggal 1974 dikenal dengan Rumah

sakit umum segiri. Pada 12 November 1977 diresmikan oleh Gubernur

Kalimantan Timur yaitu Bapak H.A Wahab Sjahranie untuk pelayanan

rawat jalan. Pada 12 Juli 1984, seluruh pelayanan rawat inap dan rawat

jalan dipindahkan dari rumah sakit lama (Selili) ke lokasi rumah sakit baru

yang terletak di Jalan Palang Merah Indonesia. Pada tahun 1987 nama

RSUD Abdul Wahab Sjahranie diresmikan. Fasilitas yang tersedia di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie antara lain Instalasi Gawat Darurat 24 jam,

Instalasi Rawat Jalan (20 klinik), Instalasi Rawat Inap (733 tempat tidur),

Laboratorium, Radiologi, Radioterapi, Instalasi Penunjang Medik, Farmasi,

Hemodialisa, Rehabilitasi Medik, Intensive Care Unit, Kamar Operasi,

Stroke Center. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Ruang

Flamboyan dari tanggal 06 Mei – 08 Mei 2019.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan review kasus

sebelumnya dengan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diabetes Mellitus

di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2019. Review asuhan

46
4

keperawatan oleh mahasiswa D-III keperawatan Poltekkes Kemenkes

Kaltim atas nama Winda Wulandari dan Kurnia Verawati yang sudah di

publish di repository.poltekkes-kaltim.ac.id.

Selanjutnya akan diuraikan hasil dan pembahasan mengenai data

umum data khusus tentang asuhan keperawatan pada klien diabetes

melitus diruangan flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Tabel 4.1
Hasil Anamnesis Klien dengan Dibetes Melitus Tipe II di Ruang
Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun
2019
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Ny.S Ny. P
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 51 Tahun 63 Tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan IRT Ibu Rumah Tangga
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SD SD
Alamat Samarinda Jln. Trikota Rt 5,
Palaran
MRS/ Tgl Pengkajian 07-04-19/06-05-19 05-05-19/06-05-19
Keluhan utama Klien mengatakan Klien mengatakan
nyeri pada ulu hati demam dan mual
Riwayat penyakit Keluhan utama adalah Klien memiliki
sekarang nyeri pada ulu hati. penyakit DM sejak
Pada tanggal 07 April 2015 masuk rumah
2019 klien masuk di sakit pada tanggal 5
IGD RSUD Abdul mei 2019 keadaan
Wahab Sjahranie jam umum sedang.
10.30 WITA dengan Klien mengatakan
keluhan ulu hati sakit mual dan muntah saat
dan kaki kanan bagian makan serta
jempol luka sejak 1 penurunan nafsu
minggu yang lalu, di makan dan berat
IGD klien terpasang badan, klien
infus Ringer Laktat 20 mengatakan lemas,
tpm dan dilakukan Klien mengatakan
pengecekkan glukosa selama sakit hampir
darah sewaktu : 459 semua aktifitas klien
4

mg/dl, kemudian dari dibantu keluarga.


IGD klien di masukkan
ke ruang rawat inap
flamboyant dengan
keluhan yang sama
sekitar jam 18.30
WITA.
Pada tanggal 06 Mei
2019 saat di kaji klien
mengeluh nyeri seperti
tertusuk-tusuk di ulu
hati dengan skala 3
dan terus-menerus.
Riwayat penyakit dahulu Klien pernah dirawat Klien pernah dirawat
saat 2 bulan yang lalu di rumah sakit 8
dengan diagnose bulan yang lalu
Diabetes Mellitus Tipe dengan riwayat
II. penyakit diabetes
Klien memiliki mellitus, klien tidak
riwayat penyakit ada riwayat alergi,
Diabetes Mellitus Tipe mengkonsumsi obat
II sejak 5 tahun yang dan riwayat operasi.
lalu.
Klien rutin
mengkonsumsi obat
Glucotika dan tidak
mempunyai riwayat
alergi.
Klien memiliki riwayat
operasi pada tanggal
08 April 2019.
Riwayat penyakit Ibu kandung klien Klien mengatakan
keluarga menderita penyakit dari keluarga tidak
hipertensi dan anggota ada yang mempunyai
keluarga klien yang penyakit diabetes
lain tidak ada yang militus.
menderita penyakit
keturunan maupun
menular seperti asma,
jantung, TBC, diabetes
mellitus dan lain-lain.

Berdasarkan tabel 4.1, ditemukan data dari pengkajian riwayat

kesehatan pada klien 1 dan klien 2 dalam keluhan utama ditemukan

ada perbedaan yaitu pada klien 1 mengeluhkan nyeri sedangkan pada

klien 2 mengeluh demam dan mual. Pada riwayat penyakit sekarang


4

klien 1 masuk RS karena nyeri pada ulkus dan klien 2 masuk RS

karena lemas. Pada riwayat kesehatan dahulu, klien 1 memiliki riwayat

penyakit DM, dan klien 2 tidak memiliki riwayat operasi tetapi pernah

masuk RS 8 bulan yang lalu. Pada riwayat kesehatan keluarga dari

klien 1 ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan sedangkan pada

riwayat kesehatan keluarga klien 2 tidak ada yang memiliki riwayat

penyakit keturunan.

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan fisik Klien dengan Diabetes Melitus Tipe II di
Ruang Falmboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun
2019

Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2


1. Keadaan umum Posisi klien supine dan Posisi klien supine
alat medis/invasif yang dan alat medis/invasif
terpasang adalah infus yang terpasang adalah
NaCl 20 tpm. infus RL 20 tpm.
2. Kesadaran Kesadaran compos Kesadaran compos
mentis dan GCS : mentis dan GCS :
E4M6V5 E4M6V5

3. Tanda-tanda vital TD : 180/100 mmHg TD : 130/80 mmHg


RR : 19 x/mnt RR : 19 x/m
N : 84 x/mnt N : 92 x/m
S : 36,9ᵒC S : 36,5 C
4. Kenyamanan/nyeri Klien mengeluh nyeri Tidak ada keluhan
pada ulu hati seperti nyeri
ditusuk-tusuk dengan
skala 3 dan terus-
menerus.
5. Status Fungsional/ Klien dapat Klien dapat
Aktivitas dan mengendalikan mengendalikan
Mobilisasi Barthel rangsang defekasi rangsangan defekasi
Indeks (BAB) dengan mandiri (BAB)dengan mandiri
nilai 2, mengendalikan nilai 2.
rangsang berkemih Mengendalikan
(BAK) dengan mandiri rangsang berkemih
nilai 2, membersihkan (BAK) dengan
diri dengan butuh mandiri nilai 2.
pertolongan orang lain Membersihkan diri
nilai 0, penggunaan (cuci muka, sisir
5

jamban dengan rambut, sikat gigi)


bergantung pada dengan mandiri nilai
pertolongan orang lain 1. Penggunaan jamban
nilai 0, makan dengan masuk dan keluar
perlu ditolong untuk (melepaskan,
memotong makanan memakai, celana,
nilai 1, berubah sikap membersihkan,
dari baring ke duduk menyiram) dengan
dengan bantuan 1 bantuan nilai 1.
orang nilai 2, Makan dengan
berpindah atau mandiri nilai 2.
berjalan tidak mampu Berubah sikap dari
dengan nilai 0, berbaring ke duduk :
memakai baju secara skor 3 mandiri.
mendiri dengan nilai 2, Berpindah/berjalan
naik turun tangga tidak dengan bantuan 1
mampu dengan nilai 0, orang nilai 2.
dan mandi dengan Memakai Baju
bergantung dengan sebagian dibantu nilai
orang lain dengan nilai 1. Naik turun tangga
0. Total nilai adalah 9 dengan bantuan nilai
dan kategori tingkat 1. Mandi dengan
ketergantungan klien mandiri nilai 1
adalah ketergantungan mandiri TOTAL : 18
sedang. Ketergantungan
ringan
6. Pemeriksaan kepala Kulit kepala bersih Finger print ditengah
tidak ada lesi, frontal terhidrasi.
penyebaran merata, Kulit kepala bersih,
warna rambut hitam tidak ada ketombe dan
dan putih, tidak mudah tidak ada lesi.
patah, tidak bercabang, Penyebaran rambut
warna rambut sedikit merata berwarna
kusam, dan tidak ada hitam dan putih
kelainan. (uban), rambut mudah
Mata : mata lengkap patah, tidak
dan simetris, sklera bercabang, dan tidak
tidak ikterik, ada kelainan.
konjungtiva anemis, Mata: mata lengkap,
palpebral tidak edema, simetris kanan dan
kornea keruh, reflek kiri., kornea mata
cahaya positif, pupil jernih kanan dan kiri.
isokor, ketajaman mata Konjungtiva tidak
klien kabur dan tidak anemis dan sklera
ada nyeri tekan pada tidak ikterik
bola mata. Kelopak
Hidung : tidak ada mata/palepebra tidak
pernafasan cuping ada pembengkakan.
hidung, posisi septum Adanya reflek cahaya
nasal ditengah atau pada pupil dan bentuk
5

simetris, lubang isokor kanan dan kiri,


hidung bersih tidak iris kanan kiri
ada sekret , ketajaman berwarna hitam, tidak
penciuman baik, dan ada kelainan.
tidak ada kelainan. Hidung: tidak ada
Rongga mulut: pernafasan cuping
keadaan bibir klien hidung, posisi septum
kering pucat, keadaan nasal ditengah lubang
gusi tidak ada lesi dan hidung bersih, tidak
gigi terdapat karies, ada secret, tulang
keadaan lidah bersih hidung dan septum
berwarna pink pucat, nasi tidak ada
dan tidak ada pembengkakan dan
peradangan . tidak ada polip.
Telinga: bentuk telinga Keadaan mukosa bibir
simetris kanan dan kering dan pucat.
kiri, ukuran berukuran Tonsil ukuran normal
sedang, ketegangan uvula letak simetris
telinga elastis, dan ditengah.
lubang telinga tidak Bentuk telinga sedang,
ada serumen. simetris kanan dan
kiri. Lubang telinga
bersih, tidak ada
serumen berlebih,
pendengaran berfungsi
dengan baik.
7. Pemeriksaan Leher Kelenjar getah bening Kelenjar getah bening
tidak teraba, tidak teraba, tidak ada
terdapat pembesaran pembesaran kelenjar
pada kelenjar tiroid, tiroid, posisi trakea
tidak ada pembesaran letak ditengah tidak
vena jugularis, teraba ada kelainan.
denyutan nadi karotis,
posisi trakea di tengah.
8. Pemeriksaan thorak : Tidak terdapat sesak Tidak ada sesak nafas,
Sistem Pernafasan atau nyeri pada saat batuk dan sekret.
bernapas, batuk tidak
produktif. Inspeksi: Bentuk dada
simetris, irama nafas
Inspeksi: bentuk dada teratur, pola nafas
simetris, frekuensi 19 normal, tidak ada
x/mnt, irama nafas pernafasan cuping
teratur, tidak terdapat hidung, otot bantu
pernafasan cuping pernafasan
hidung, tidak
menggunakan alat Palpasi: vocal
bantu pernafasan dan permitus dan ekspansi
tidak ada penggunaan paru anterior dan
WSD posterior dada normal
5

Palpasi: vocal Perkusi: sonor


premitus getaran paru
kanan dan kiri sama Auskultasi: suara
nafas vesikuler.
Perkusi: terdengar
suara sonor

Auskultasi: pada saat


melakukan auskultasi
terdengar suara nafas
vesikuler, suara
ucapan terdengar jelas
saat berbicara.
9. Pemeriksaan Inspeksi: pada saat Pada pemeriksaan
jantung: Sistem melakukan inspeksi inspeksi CRT < 2
Kardiovaskuler tidak ada pulsasi, CRT detik tidak ada
<2 detik, tidak ada sianosis.
sianosis, ujung jari
tidak tabuh Palpasi iktus kordis
teraba hangat.
Palpasi: pada saat
melakukan palpasi Perkusi: batas jantung
iktus kordis tidak basic jantung berada
tampak dan akral di ICS II dari lateral
teraba hangat ke media linea , para
sterna sinistra, tidak
Perkusi: perkusi batas melebar, Pinggang
jantung berada di ICS jantung berada di ICS
II line sternal kiri-ICS III dari linea para
II line sternal kanan, sterna kiri, tidak
pinggang jantung melebar, Apeks
berada di ICS IV line jantung berada di ICS
sterna kanan dan apeks V dari linea
jantung berada di ICS midclavikula sinistra,
IV line sterna kanan. tidak melebar.

Auskultasi: saat Auskultasi : bunyi


melakukan auskultasi jantung I saat
bunyi jantung I bunyi auskultasi terdengar
tunggal, irama regular, bunyi jantung normal
terdengar keras dan regular, bunyi
(lub)dan bunyi jantung jantung II : saat
II: saat didengar/ auskultasi terdengar
auskultasi terdengar bunyi jantung normal
bunyi tunggal, irama dan regular, bunyi
regular, terdengar jantung tambahan :
keras (dub),tidak ada tidak ada bunyi
bunyi jantung jantung tambahan, dan
tambahan. tidak ada kelainan.
5

10. Pemeriksaan Sistem BB : 39 kg TB : 150 BB : 46 kg, TB: 160


Pencernaan dan cm IMT : 17,3 kg m2 cm, IMT : 17,5 kg M2
Status Nutrisi (kategori BB kurang) (kategori BB kurang) .
Klien mengalami BAB 1x/hari
penurunan berat badan konsistensi keras, diet
dalam 6 bulan terakhir lunak, jenis diet : Diet
sebanyak 11-15 kg. DM 1000 Kalori, nafsu
Jenis diet klien adalah makan menurun ,porsi
bubur diabetes makan tidak habis.
mellitus , klien Inspeksi : Bentuk
mengalami penurunan abdomen bulat dan
nafsu makan dengan datar, benjolan/masa
frekuensi 3 x/hari dan tidak ada pada perut,
porsi makan tidak tidak tampak
habis. Klien buang air bayangan pembuluh
besar 1 x/hari, terakhir darah pada abdomen,
tanggal 06 Mei 2019 tidak ada luka operasi
dengan konsistensi Auskultasi : peristaltik
feses lunak. 20x/menit
Palpasi : Tegang
Tidak ada nyeri tekan,
masa, Hepar Lien
tidak ada kelainan
Ginjal tidak ada nyeri
tekan, tidak ada
asietas.
11. Pemeriksaan Inspeksi: pada saat Inspeksi : Bentuk
Abdomen melakukan inspeksi abdomen bulat dan
bentuk abdomen bulat datar, benjolan/masa
dan buncit, tidak ada tidak ada pada perut,
benjolan pada tidak tampak
abdomen, tidak ada bayangan pembuluh
bayangan pembuluh darah pada abdomen,
darah, tida ada luka tidak ada luka operasi.
bekas operasi, dan
tidak terpasang drain Auskultasi : peristaltik
20x/menit
Auskultasi: pada saat
melakukan auskultasi Palpasi : Tegang
terdengar Tidak ada nyeri tekan,
bising/peristaltik usus : masa, Hepar Lien
10 x/menit. tidak ada kelainan
Ginjal tidak ada nyeri
Palpasi: pada saat tekan, tidak ada asites.
melakukan palpasi
terdapat nyeri tekan di
daerah antara ulu hati,
tidak ada benjolan /
masa, tidak ada
pembesaran hepar dan
5

ginjal

Perkusi: pada saat


perkusi terdengar
suara abdomen
terdengar tympani,
tidak ada asites, dan
tidak ada nyeri ketuk
pada ginjal
12. Sistem Persyarafan Klien berkomunikasi Memory Panjang,
dengan baik, klien perhatian dapat
dapat mengingat mengulang, bahasa
dengan jangka yang baik, kongnisi baik,
panjang, dapat orientasi orang, saraf
mengenali orang sensori nyeri tusuk.
tempat dan waktu, Tingkat kesadaran
kognisi klien baik. compos mentis. Tanda
Pada saraf koordinasi rangsangan otak
(cerebral) pada reflek (meningeal sign) :
fisiologi: reflek patella 1. N I (olfaktorius) :
normal, reflek achilles penciuman baik, bisa
tidak ada reflek, reflek membedakan bau-
bisep dan trisep bauan.
normal, reflek 2.N II (optikus) : jarak
brankioradialis pandang baik
normal. Pada reflek 3.NIII
patologis: reflek (okulomotorius) :
babinsky negatif, adanya reflek
brudzinsky negatif, rangsangan pada
dan kering negatif. pupil
Tidak ada keluhan 4.N IV (troklearis) :
pusing dan klien tidur bisa menggerakkan
7-8 jam/hari. Pada bola mata ke atas
pemeriksaan saraf dan ke bawah
kranial: 5.N V (trigeminus) :
1. N I (olfaktorius): tidak ada kesulitan
Klien dapat mengunyah
mencium minyak 6.N VI (abdusen) :
kayu putih. bisa menggerakan
2.N II (optikus): Klien bola mata ke kanan
tidak dapat melihat dan ke kiri
dengan jelas 7.N VII (facialis) :
sampiran dan orang pengecapan terhadap
yang berjarak 30 cm rasa-rasa baik
didepan. 8.NVIII(vestibulotrokl
3.NIII earis): pendengaran
(okulomotorius): baik
Klien dapat 9.NIX
mengikuti gerakan (glosofaringeus):
pensil ke kanan dan tidak ada nyeri telan
5

ke kiri. 10. N X (vagus) :


4. N IV (troklearis): bisa mengucap “ah”
Klien dapat melihat dan menelan saliva
ke bawah dan ke 11. N XI
samping. (assesorius) : bisa
5. N V (trigeminus): mengangkat bahu
Klien dapat dan menoleh dengan
menggerakkan adanya tahanan
rahang. 12. NXII
6.N VI (abdusen): (hipoglosus): bisa
Klien dapat melihat menjulurkan,
ke kanan dan ke kiri. menggerakkan lidah
7.N7: Klien dapat ke kanan dan ke kiri
merasakan makanan Fungsi motorik klien
asin manis atau normal, bisa
pahit. menggerakkan
8.N VII (facialis): ekstremitas atas dan
Klien dapat bawah, nilai motorik
mendengar pada saat 6 (mengikuti
berbisik dengan perintah), Fungsi
jarak 30 cm. sensorik normal,
9.NIX tidak ada masalah
(glosofaringeus): pada fungsi sensorik,
Klien dapat reflek fisiologis :
menguyah. patella (-), reflek
10. N X (vagus): patofisiologis :
Klien dapat menelan. babinski (-)
11. N XI
(assesorius): Klien
dapat menggerakkan
kepala.
12. NXII
(hipoglosus): Klien
dapat mengeluarkan
lidahnya.
13. Sistem Perkemihan Tidak ada keluhan Kebersihan genitalia
buang air kecil, bersih, keluhan
kemampuan berkemih kencing polyuria,
spontan, produksi kemampuan berkemih
urine 1500 ml, dan spontan, produksi urin
tidak ada pembesaran 1650ml/hari warna
dan nyeri tekan pada kuning bau amoniak,
kandung kemih. tidak ada nyeri tekan,
Balance cairan Balance cairan
IWL 15cc x 39 kg / 24 Urine 1650 ml,
= 24.37
urine 1500 ml
Feses 200 ml
Total 1.724,37 ml
14. Sistem Pergerakan sendi Pergerakan sendi
5

muskuloskeletal dan terbatas dengan bebas, ada kelainan


Integumen kekuatan otot ekstermitas, tidak ada
ekstremitas atas kanan kelainan tulang
5 ekstremitas atas kiri belakang, tidak
5 dan ekstremitas fraktur, tidak
bawah kanan 4 menggunakan traksi,
ekstremitas bawah kiri tidak komparmentet
5. Tidak ada kelainan syndrome, , turgor
ekstremitas maupun kulit baik, Kekuatan
tulang belakang, tidak otot :
ada fraktur, tidak
terpasang spalk/ traksi/
gips, tidak ada 5 5
kompertemen
syndrome, turgor kulit 5 5
baik CRT < 2 detik,
terdapat luka dengan Tidak ada luka
panjang luka 5 cm luas diabetes.
luka 1 cm, kedalaman
1 cm, derajat luka II,
warna dasar luka
nekrotik dan granulasi,
tipe cairan/ eksudat
serous, tidak terdapat
edema, tidak ada
tanda-tanda infeksi.
15. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid dan kelenjar tyroid, tidak
kelenjar getah bening, ada pembesaran
gula darah sewaktu : kelenjar getah bening,
220 mg/dl, kondisi hiperglikemia GDA
kaki terdapat luka 232 tidak ada riwayat
gangrene dengan jenis amputasi
luka adalah luka akut,
lama luka 1 bulan
berwarna hitam dan
merah dengan panjang
luka 5 cm, lebar luka
1 cm, kedalaman 1 cm
dan tidak infeksi.
Terdapat riwayat luka
sebelumnya saat 2
tahun yang lalu dengan
jenis luka adalah luka
akut berlokasi di
telapak kaki sebelah
kanan, dan tidak ada
riwayat amputasi
sebelumnya.
16. Seksualitas dan
5

Reproduksi
a. Payudara Bentuk payudara Bentuk payudara
simetris kanan dan simetris kanan dan
kiri, warna aerola kiri, warna aerola
kehitaman, tidak ada kehitaman, tidak ada
benjolan pada axilla benjolan pada axilla
dan clavikula dan clavikula

b. Genitalia Klien mengatakan Klien mengatakan


tidak ada keputihan tidak ada keputihan
dan tidak ada kelainan dan tidak ada kelainan
pada alat genitalia pada alat genitalia

17. Pemeriksaan Hasil Laboratorium Hasil Laboratorium


Penunjang (tgl 04/05/2019) tanggal (06/05/2019)
Leukosit: 23.22 Leukosit 5,67 10^3/ul
10^3/µL Eritrosit 2,46 10^6/ul
Eritrosit: 3.09 10^3/µL Hemoglobin 13,7 g/dl
Hemoglobin: 10.0 g/dl Hematokrit 37,7 %
Hematokrit: 25.8 % Albumin 3.0 g/dl
Glukosa sewaktu :
Hasil Lab 248 mg/dl
(06-05-2019)
Jam 22.00 GDS: 103
mg/dl
Jam 06.00 GDS: 220
mg/dl
18. Obat yang diterima Cairan: Cairan:
NaCl 0,9% 20 tpm RL ( IVFD ) 20 tpm
Metronidazole 20 tpm
Obat:
Obat : Nevorapid ( SC ) 4
Omeprazole 2x1Vial unit
IV Levemir ( SC ) 10 unit
Tomit 3x1 Amp IV
Meropenem 3x1 Vial
IV
Novorapid 3x12 ui P.
S. S
Levofloxacim 1x500
mg Flexy bag IVFD

Berdasarkan tabel 4.2 ditemukan data bahwa secara keseluruhan

pengkajian awal yang dilakukan oleh peneliti adalah pada klien 1

adanya data mengenai keluhan utama nyeri pada ulu hati, pada pola
5

aktifitas adanya ketergantungan sedang, klien mengalami penurunan

berat badan sekitar 6 bulan terakhir (11-15kg) BB sekarang 39 kg, pada

pemeriksaan integumen terdapat luka ulkus diabetikum pada kaki

kanan di bagian ibu jari dengan panjang luka 5 cm, luas luka 1 cm,

kedalaman luka 1 cm, cairan infus NaCl 0,9% 20 tpm. Pada klien 2

tidak ada keluhan utama pada pemeriksaan integumen tidak terdapat

luka, pada perkemihan adanya keluhan polyuria, glukosa sewaktu : 248

mg/dl.

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.3
Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas pada Klien
dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019

Klien 1 Klien 2
Hari/
No Hari/ tanggal Diagnosa tanggal Diagnosa
ditemukan Keperawatan ditemuk Keperawatan
an
1 Senin,06 Mei Nyeri Akut b/d agen Senin,06 Ketidak Stabilan
2019 pencedera fisiologis, Mei 2019 kadar glukosa darah
dengan kriteria mayor (D.0027)
dan minor: DS :
DS : - klien
- P: ulu hati mengatankan
- Q: seperti ditusuk- sering minum
tusuk - Klien
- R: bagian perut mengatakan
tengah atas sering buang air
- S: 3 kecil
- T: terus-menerus - Klien
DO : mengatakan
- Klien tampak mual
meringis menahan - Klien mengeluh
nyeri Lemas dan
- Klien terlihat pusing
memegang daerah - Klien
yang terasa nyeri mengatakan
(D.0077) ngantuk
5

DO :
- klien nampak
sering minum
- Klien nampak
lemas
- Glukosa sewaktu
248
2 Senin,06 Mei Ketidakstabilan Senin,06 Defisit nutrisi b.d
2019 Kadar Glukosa Darah Mei 2019 kurang asupan
b/d resistensi insulin, makanan (D.0019)
dengan kriteria mayor DS :
dan minor: - Klien mengatkan
DS: napsu makan
- Keluarga klien menurun, setiap
mengatakan klien makan psien
menderita diabetes merasa mual
mellitus sejak 5 - Klien mengatakan
tahun yang lalu cepat kenyang
setelah makan
DO: - Klien
- Jam 22.00 GDS: mengakatakan
103 mg/dl selama dirawat
- Jam 06.00 GDS: baju klien terasa
220 mg/dl (D.0027) longgar
DO :
Antropometri
- Lila :26.5
- BB : 26
- TB :160
Biokimia
- HB : 13.7
- HT : 37.7
- Albumin :3.0
Cliniks
- Bibir : kering
- Kulit :tangan dan
kaki kering
- Rambut : rapuh
- Penurunan BB
10 Kg
- Klien hanya
menghabiskan 1/4
porsi makanannya
3 Senin,06 Mei Gangguan Integritas Senin,06 Resiko jatuh d.d
2019 Kulit/Jaringan b/d Mei 2019 perubaahan kadar
neuropati perifer, glukosa darah
dengan kriteria mayor (D.0143 )
dan minor: Kondisi terkait:
DS: - Skala Mors : 55
- Keluarga klien - Klien sering
6

mengatakan luka ketoilet


pada jempol kaki - Klien nampak
kanan sejak 1 lemas
bulan yang lalu - Glukosa darah :
DO: 248
- Terdapat kerusakan - Sebagian ADL di
jaringan atau bantu keluarga
lapisan kulit pada
telapak dan jempol
kaki sebelah kanan
klien
- Terdapat luka
dengan panjang
luka 5 cm, luas
luka 1 cm,
kedalaman luka 1
cm, derajat luka II,
- Warna dasar luka :
nekrotik dan
granulasi
- Tipe cairan/
eksudat : serous
(D.0129)
4 Senin,06 Mei Defisit Nutrisi b/d Senin,06 Defisit pengetahuan
2019 ketidakmampuan Mei 2019 mengenai penyakit
mencerna makanan, dm yang dideritanya
dengan kriteria mayor b/d kurang terpapar
dan minor: informasi (D.0111)
DS: DS :
- Klien mengatakan - Klien bertanya
sering mual saat tentang kondisi
makan penyakit
- Keluarga klien - Klien mengatakan
mengatakan klien Sebelunya tidak
mengalami pernah diberikan
penurunan berat pendidikan
badan hingga 11- kesehatan tentang
15 kg diabetes mellitus
DO: - Klien mengatakan
- IMT : 17,3 kg m2 Kurang begitu
(kategori paham tentang
underweight) penyakit dm yang
- Klien tampak tidak dideritanya
menghabiskan DO:
makanannya - Klien terlihat tidak
(D.0019) tenang
- Klien tampak
waspada terhadap
keadaannya
- Klien hanya diam
6

saat ditanya
tentang penyakit
dm yang
dideritanya
5 Senin,06 Mei Gangguan Mobilitas
2019 Fisik b/d penurunan
kekuatan otot,
ditandai dengan
kriteria mayor dan
minor:
DS:
- Keluarga klien
mengatakan
aktivitas klien
dibantu oleh
perawat dan
keluarga klien
DO:
- Klien tampak di
bantu oleh keluarga
klien dan perawat
dalam pemenuhan
aktifitas
- Penilalian
mobilisasi Barthel
Indeks : 9
(ketergantungan
sedang)
5 5

5 4 (D.0054)
6 Senin,06 Mei Risiko Infeksi b/d
2019 ketidakadekuatan
tubuh primer, dengan
kriteria mayor dan
minor:
DS: -
- DO:
- Terdapat luka pada
jempol kaki
sebelah kanan
- Leukosit: 23,22
(D.0142)

Bedasarkan tabel 4.3 setelah dilakukan pengkajian pengumpulan

data, ditemukan masalah keperawatan yang muncul pada klien 1

adalah nyeri akut, ketidakstabilan kadar glukosa darah, gangguan


6

integritas jaringan, defisit nutrisi, gangguan mobilitas fisik, dan risiko

infeksi. Sedangkan pada klien 2 ditemukan masalah keperawatan yaitu,

ketidakstabilan kadar glukosa darah, defisit nutrisi, resiko jatuh dan

defisit pengetahuan.

c. Perencanaan

Tabel 4.4
Daftar Perencanaan Keperawatan Berdasarkan Prioritas pada Klien
dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019

NO Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan


Keperawatan Kriteria Hasil

Klien 1
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam 1.1 Identifikasi lokasi,
diharapakan nyeri karakteristik, durasi,
berkurang/ hilang frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
a. Klien 1.2 Identifikasi skala nyeri
menampakkan
ketenangan Terapeutik
b. Ekspresi muka 1.3 Berikan teknik non
klien rileks farmakologis untuk
c. Skala nyeri 0-2 mengurangi rasa nyeri
1.4 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

Edukasi
1.5 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1.6 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemi
kadar glukosa tindakan keperawatan (I.03115)
6

darah (D.0027) selama 3 x 24 jam Observasi


diharapakan kadar 2.1 Monitor kadar glukosa
glukosa darah klien darah, jika perlu
stabil dengan kriteria 2.2 Monitor intake dan output
hasil : cairan
a. Gula darah dalam
rentan stabil 70- Edukasi
130 mg/dl 2.3 Ajarkan pengelolaan
b. Klien dan keluarga diabetes (mis.
dapat mematuhi Penggunaan insulin, obat
terapi oral, monitor asupan
c. Klien dan keluarga cairan, penggantian
mampu karbohidrat, dan bantuan
mengontrol profesional kesehatan)
glukosa darah Kolaborasi
secara mandiri 2.4 Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit
Integritas Kulit/ tindakan keperawatan (I.11353)
Jaringan selama 3 x 24 jam Observasi
(D.0129) diharapakan integritas 3.1 Identifikasi penyebab
kulit/ jaringan gangguan integritas kulit
membaik dengan (mis. Perubahan sirkulasi,
kriteria hasil : penurunan mobilitas)
a. Tidak ada
tambahan luka/ Edukasi
lesi pada kulit 3.2 Anjurkan minum air yang
b. Perfusi jaringan cukup
baik 3.3 Anjurkan meningkatkan
c. Mampu asupan nutrisi
melindungi kulit
dan Perawatan luka (I.14564)
mempertahankan Observasi
kelembapan kulit 3.4 Monitor karakteristik
d. Integritas kulit luka (warna, ukuran, bau)
yang baik bisa 3.5 Monitor tanda-tanda
dipertahankan infeksi
(sensasi,
elastisitas, Terapeutik
temperatur, 3.6 Pertahankan teknik steril
hidrasi, saat melakukan
pigmentasi) perawatan luka
3.7 Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat

Kolaborasi
3.8 Kolaborasi pemberian
antibiotic

4. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemenen Nutrisi


6

(D.0019) tindakan keperawatan (I.03119)


selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan defisit 4.1 Identifikasi status nutrisi
nutrisi dapat terpenuhi 4.2 Monitor asupan makanan
dengan kriteria hasil : 4.3 Monitor kadar albumin
a. Klien tidak 4.4 Monitor konjungtiva
mengeluh mual
dan muntah Terapeutik
b. Klien 4.5 Berikan makanan tinggi
menghabiskan serat untuk mencegah
porsi makanannya konstipasi

Edukasi
4.6 Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering
4.7 Ajarkan diet yang
diprogramkan
4.8 Anjurkan klien minum air
hangat

Kolaborasi
4.9 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

5. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan (I.05173)
(D.0054) selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan aktifitas 5.1 Identifikasi adanya nyeri
fisik meningkat atau keluhan fisik lainnya
dengan kriteria hasil :
a. Melaporkan Terapeutik
perasaan 5.2 Libatkan keluarga untuk
peningkatan membantu klien dalam
kekuatan meningkatkan pergerakan
kemampuan dalam
bergerak Edukasi
b. Klien bisa 5.3 Anjurkan mobilisasi dini
melakukan 5.4 Ajarkan mobilisasi
aktivitas secara sederhana yang harus
mandiri dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
6. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi (I.14539)
(D.0142) tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam 6.1 Monitor tanda dan gejala
diharapkan risiko infeksi lokal dan sistemik
6

infeksi tidak terjadi Terapeutik


dengan kriteria hasil : 6.2 Cuci tangan sebelum dan
a. Klien dapat sesudah kontak dengan
terhindar dari klien dan lingkungan
risiko infeksi klien.
b. Klien mengetahui
cara mencuci Edukasi
tangan dengan 6.3 Jelaskan tanda dan gejala
benar infeksi
c. Klien dan keluarga 6.4 Ajarkan cara mencuci
klien dapat tangan dengan benar
mengetahui tanda 6.5 Anjurkan meningkatkan
dan gejala infeksi asupan nutrisi
6.6 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Klien 2
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen hiperglikemi
kadar glukosa tindakan keperawatan (I.03115)
darah (D.0027) selama 3 x 24 jam Observasi
diharapakan kadar 1.1 Monitor kadar glukosa
glukosa darah klien darah, jika perlu
stabil dengan kriteria 1.2 Monitor intake dan output
hasil : cairan
d. Gula darah dalam
rentan stabil 70- Edukasi
130 mg/dl 1.3 Ajarkan pengelolaan
e. Klien dan keluarga diabetes (mis.
dapat mematuhi Penggunaan insulin, obat
terapi oral, monitor asupan
f. Klien dan keluarga cairan, penggantian
mampu karbohidrat, dan bantuan
mengontrol profesional kesehatan)
glukosa darah
secara mandiri Kolaborasi
1.4 Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemenen Nutrisi
(D.0019) tindakan keperawatan (I.03119)
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan defisit 2.1 Identifikasi status nutrisi
nutrisi dapat terpenuhi 2.2 Monitor asupan makanan
dengan kriteria hasil : 2.3 Monitor kadar albumin
c. Klien tidak 2.4 Monitor konjungtiva
mengeluh mual
dan muntah Terapeutik
d. Klien 2.5 Berikan makanan tinggi
menghabiskan serat untuk mencegah
porsi makanannya konstipasi
6

Edukasi
2.6 Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering
2.7 Ajarkan diet yang
diprogramkan
2.8 Anjurkan klien minum air
hangat

Kolaborasi
2.9 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

3. Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh(I.14540 )


(D.0143 ) tindakan keperawatan 3.1 Memonitor tanda –tanda
3x24 jam di harapkan vital
Tidak ada kejadian 3.2 Identifikasi faktor resiko
jatuh dengan kriteria jatuh
hasil : 3.3 Identifikasi faktor
1. Tidak ada lingkungan yang
kejaadian jatuh meningkatkan jatuh
2. Klien 3.4 Hitung resiko jatuh
meningkatdalam menggunakan skala
aktifitas fisik 3.5 Pasang pagar pengaman
3. Klien mampu tempat tidur
melakukan ADL 3.6 Atur posisi tempat tidur
secara mandiri mekanis pada posisi
terendah
3.7 Libatkan keluarga dalam
kebutuhan adl klien
4. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Proses penyakit
pengetahuan tindakan keperawatan (I.12438)
3 x 24 jam 4.1 Berikan penilaian tentang
diharapkan Defisit tingkat pengetahuan klien
pengetahuan klien mengenai proses penyakit
teratasi dengan 4.2 Jelaskan Patofisiologi
kriteria hasil : penyakit dengan cara
1. Klien yang tepat
mengungkapkan 4.3 Gambarkan tanda gejala
pemahaman yang muncul pada
tentang penyakit dengan cara
penyakitnya yang tepat
4.4 Melakukan pendidikan
kesehatan
6

Berdasarkan tabel 4.4 setelah melakukan penegakkan masalah

keperawatan, maka selanjutnya dilakukan perencanaan tindakkan

keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan pada

klien tersebut.
d. Pelaksanaan
Tabel 4.5
Implementasi Keperawatan Klien 1 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di
Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun
2019
Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi
pelaksanaan
Hari 1
06 Mei 2019
07.45 2.1 Memonitor kada glukosa darah 2.1 Jam 22.00 GDS : 103 mg/dl Jam 06.00
klien GDS : 220 mg/dl
08.00 1.1 Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, 1.1 P: ulu hati
kualitas, intensitas nyeri Q: seperti ditusuk-tusuk
1.2 Mengidentifikasi skala nyeri R: bagian perut tengah atas
T: terus-menerus
1.2 S: 3
5.1 Mengidentifikasi keluhan nyeri
lainnya

5.4 Menganjurkan untuk mobilisasi 5.1 Klien mengatakan hanya bagian ulu
08.10 sederhana dengan duduk di atas hati yang terasa sakit
tempat tidur sesekali

08.15 5.4 Klien kooperatif dan mengangguk tanda


6.4 Mengajarkan klien dan keluarga setuju
cara mencuci tangan yang baik
dan benar

08. 17 6.2 Memakai antiseptik sebelum 6.4 Klien dan keluarga tampak kooperatif
kontak dengan klien dan dan bisa mengulanginya
lingkungan klien

08.43 3.8 Memberikan injeksi meropenem


3x 1 gr melalui vemplon dan 6.2 Agar klien terhindar dari bakteri
levofloxacim 1 x 500 mg melalui
infus
08.45
1.5 Mengajarkan teknik tarik nafas
dalam untuk mengurangi rasa 3.8 Klien terlihat menahan sakit saat
nyeri dilakukan injeksi
1.2 Memonitor asupan makanan klien

1.5 Klien kooperatif dan merasa rileks

68
6

08.50
1.2 Keluarga klien mengatakan klien selalu
tidak menghabiskan porsi makannya
10.30

Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
10.35 4.4 Mengajarkan diet yang 4.4 Klien dan keluarga mengangguk tanda
diprogramkan kepada klien dan mengerti
keluarga

12.00 4.3 Memberikan makanan tinggi serat


kepada klien sesuai program diet 4.3 Keluarga klien mengatakan klien mulai
menghabiskan makanannya
12.10
4.2 Memonitor asupan makanan klien
4.2 Klien tampak menghabiskan ¼ porsi
12.15 2.4 Memberikan insulin Novorapid 12 dari makanannya
unit melaui sub kutan
2.4 Klien tampak rileks
5.3 Menganjurkan klien untuk
13.30 mobilisasi dini seperti duduk di
tempat tidur
5.3 Klien tampak kooperatif dan keluarga
5.2 Melibatkan keluarga dalam tampak kooperatif
13. 40 membantu klien meningkatkan
pergerakan klien 5.2 Klien dan keluarga tampak kooperatif
Hari 2
07 Mei 2019
08.00 2.1 Memonitor kada glukosa darah 2.1 Jam 22.00 GDS : 199 mg/dl
klien Jam 06.00 GDS : 125 mg/dl

08.10
1.2 Mengidentifikasi skala nyeri
1.2 S: 1, ekspresi klien tampak rileks

08. 15 5.3 Menganjurkan untuk mobilisasi


5.3 Keluarga klien mengatakan klien
dini dengan duduk di atas tempat sering melakukan kegiatan kecil seperti
tidur sesekali
duduk dan makan sendiri diatas tempat
tidur

08.20 2.3 Mengajarkan kepada keluarga 2.3 Klien dan keluarga paham dan dapat
klien dan klien tentang mengulanginya
pengelolaan diabetes seperti diet
7

asupan makanan dan penggunaan


obat

08.47 6.2 Memakai antiseptik sebelum 6.2 Agar klien terhindar dari bakteri
kontak dengan klien dan
lingkungan klien
3.8 Klien terlihat menahan sakit saat
08.50 3.8 Memberikan injeksi meropenem dilakukan injeksi
3x1 gr melalui vemplon dan
levofloxacim 1 x 500 mg melalui
infus

Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
08. 55 1.3 Menganjurkan teknik tarik nafas 1.3 Klien kooperatif dan merasa rileks
dalam untuk mengurangi rasa
nyeri

09.20 3.6 Mempertahankan teknik steril saat


melakukan perawatan luka 3.6 Agar klien terhindar dari bakteri

09.25
3.4 Memonitor karakteristik luka
3.4 Luka klien berwarna kemerahan pucat
dengan ukuran panjang 5 cm lebar 1
cm dan kedalaman 1 cm dan tidak ada
bau, derajat luka II, warna dasar luka
nekrotik dan granulasi, tipe cairan/
eksudat serous, tidak terdapat edema

09.30 6.1 Memonitor tanda-tanda infeksi


6.1 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
luka

3.7 Mengganti balutan sesuai jumlah 3.7 Klien tampak rileks


09.35
eksudat

09.50 6.3 Menjelaskan tanda dan gejala


6.3 Klien dan keluarga mengangguk tanda
infeksi kepada klien dan keluarga
mengerti

6.5 Menganjurkan kepada klien untuk


09.55 meningkatkan asupan nutrisi
sesuai dengan diet yang 6.5 Klien dan keluarga mengangguk tanda
diprogramkan setuju

4.2 Memonitor asupan makan klien 4.2 Klien mengatakan mual berkurang
7

12.00 5.3 Menganjurkan klien untuk 5.3 Klien tampak makan sendiri dengan
mobilisasi dini duduk diatas tempat tidur
12.10

2.4 Memberikan injeksi insulin 2.4 Klien tampak rileks


12.25 Novorapid 12 unit melalui sub
kutan

Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
Hari 3
08 Mei 2019
07.30 2.1 Memonitor kada glukosa darah 2.1 Jam 22.00 GDS : 125 mg/dl
klien Jam 06.00 GDS : 183 mg/dl
08.45 6.2 Memakai antiseptik sebelum
kontak dengan klien dan 6.2 Agar klien terhindar dari bakteri
lingkungan klien

08.50 3.8 Memberikan injeksi meropenem


3x1 gr melalui vemplon dan 3.8 Klien terlihat menahan sakit saat
levofloxacim 1 x 500 mg melalui dilakukan injeksi
infus

08.55 1.3 Menganjurkan teknik tarik nafas


dalam untuk mengurangi rasa 1.3 Klien kooperatif dan merasa rileks
nyeri

12.00 4.2 Memonitor asupan makan klien

4.2 Klien mengatakan mual berkurang.


Klien tampak menghabiskan
makanannya
2.4 Memberikan injeksi insulin
12.10 Novorapid 12 unit melalui sub 2.4 Klien tampak rileks
kutan
7

Tabel 4.6
Implementasi Keperawatan Klien 2 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di
Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun
2019

Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
Hari 1
06 Mei 2019
09.25 3.7 Libatkan keluarga dalam 3.7 Keluarga mengerti
pemenuhan ADL klien

09.30
3.8 Mengukur tanda – tanda vital
3.8 TD : 140/90 mmHg
RR : 19x/menit
N:
92x/menit S :
360C
09.35 3.2 Mengidentifikasi faktor resiko
jatuh
3.2 Klien mengatakan pusing dan lemas
3.3 Mengidentifikasi faktor
09.40 lingkungan yang meningkatkan
jatuh
3.3 Handrail tempat tidur terpasang, roda
tempat tidur terkunci
3.4 Menghitung resiko jatuh
menggunakan skala 3.4 Skala mors 55

3.8 Memastikan pagar pengaman


09.45
tempat tidur terpasang
3.8 Pagar tempat tidur terpasang

3.6 Mengatur posisi tempat tidur


mekanis pada posisi terendah
Tempat tidur pada posisi terendah 3.6 Tempat tidur pada posisi terendah

2.1 Mengukur tanda vital


4.1 TD : 130/90 mmHg
12.00
RR : 20x/menit
N:
88x/menit S :
12.22 2.2 Memonitor asupan makan
36oC

2.2 Klien mengatakan tidak napsu makan


7

1.4 Memberikan insulin nevorapid 4 1.4 Kadar glukosa klien menurun


unit

12.30 1.1 Memonitor tanda hiperglikemi


Klien mengatakan sering minum 1.1 Klien mengatakan sering minum dan
dan sering BAK serng BAK
Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi
pelaksanaan
12.35 1.2 Memonitor intake dan output 1.2 I :2115,14
cairan O :2456
B : + 343.14

12.40
1.3 Menganjurkan klien untuk
1.3 Klien mengatakan mengerti
mengasup cairan oral

2.3 Memonitor hasil pemeriksaan 2.3 Albumin 2,6


13.00
laboratorium

Hari 2
07 Mei 2019
09.00 3.1 Memonitor tanda-tanda vital 3.1 TD : 140/90 mmHg
RR : 19x/menit
N:
92x/menit S :
36 oC
3.2 Mengidentifikasi faktor resiko
09.35
jatuh
3.2 Klien mengatakan pusing dan lemas
3.3 Mengidentifikasi faktor
09.40
lingkungan yang meningkatkan
3.3 Handrail tempat tidur terpsang, roda
jatuh
tempat tidur terkunci
3.4 Menghitung resiko jatuh
menggunakan skala
3.4 Skala mors 55

09.45 3.9 Memastikan pagar pengaman


tempat tidur terpasang
3.9 Pagar tempat tidur terpasang

3.6 Mengatur posisi tempat tidur


mekanis pada posisi terendah
3.6 Tempat tidur pada posisi terendah
7

09.25 3.7 Melibatkan keluarga dalam 3.7 Keluarga mengerti


pemenuhan ADL klien

12.00
3.1 Mengukur tanda vital
3.1 TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
N:
88x/menit S :
36 o C
12.22 2.2 Memonitor asupan makan

1.4 Memberikan insulin nevorapid 4 2.2 Klien mengatakan tidak napsu makan
unit
1.4 Kadar glukosa klien menurun

Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi


pelaksanaan
12.30 1.1 Memonitor tanda hiperglikemi 1.1 Klien mengatakan sering minum dan
serng BAK

12.35 1.2 Memonitor intake dan output 1.2 I :2115,14


cairan O :2456
B : + 343.14

1.3 Menganjurkan klien untuk


1.3 Klien mengatakan mengerti
12.40 mengasup cairan oral

2.3 Memonitor hasil pemeriksaan 2.3 Albumin 2,6


13.00
laboratorium

Hari 3
08 Mei 2019
09.25 3.7 Libatkan keluarga dalam 3.7 Keluarga mengerti
pemenuhan ADL klien
3.1 TD : 130/90 mmHg
3.1 Mengukur tanda – tanda vital
RR : 19x/menit
09.30
N:
90x/menit S :
36 0C
3.2 Mengidentifikasi faktor resiko
09.35
jatuh
3.2 Klien mengatakan pusing dan lemas
7

09.40 3.2 Mengidentifikasi faktor 3.3 Handrail tempat tidur terpsang, roda
lingkungan yang meningkatkan tempat tidur terkunci
jatuh

3.4 Skala mors 55


3.3 Menghitung resiko jatuh
menggunakan skala

3.8 Memastikan pagar pengaman


3.8 Pagar tempat tidur terpasang
tempat tidur terpasang

09.45 3.6 Mengatur posisi tempat tidur 3.6 Tempat tidur pada posisi terendah
mekanis pada posisi terendah

3.1 Mengukur tanda vital 3.1 TD : 130/90 mmHg


RR : 20x/menit
N:
88x/menit S :
2.2 Memonitor asupan makan 36 0C
12.00
2.2 Memonitor asupan makan
Waktu Tindakan keperawatan Evaluasi
pelaksanaan
12.22 1.4 Memberikan insulin nevorapid 4 1.4 Kadar glukosa klien menurun
unit

12.30
1.1 Memonitor tanda hiperglikemi
1.1 Klien mengatakan sering minum dan
1.2 Memonitor intake dan output serng BAK
12.35
cairan
1.2 I :2115,14
O :2456
B : + 343.14

1.3 Klien mengatakan mengerti


12.40 1.3 Menganjurkan klien untuk
mengasup cairan oral

2.3 Albumin 3,0


2.3 Memonitor hasil pemeriksaan
13.00 laboratorium
7

e. Evaluasi

Tabel 4.6
Evaluasi Asuhan Keperawatan Klien 1 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang
Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Tahun 2019
Hari Ke Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari ke 1 Dx. 1 S: Klien mengatakan nyeri didaerah
Nyeri Akut (D.0077) ulu hati
P: ulu hati
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: perut bagian tengah atas
S: 2
T: terus-menerus
O: Klien tampak memegang daerah
yang sakit
A: Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen Nyeri
(I.08238) Observasi
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
1.3 Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
1.4 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Kolaborasi
1.5 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Dx. 2 S: Klien mengatakan menderita


Ketidakstabilan Kadar penyakit diabetes mellitus sejak 5
Glukosa Darah (D.0027) tahun yang lalu.
Klien mengatakan gula darahnya
7

naik turun.
O: jam 22.00 GDS : 103 mg/dl
jam 06.00 GDS : 220
mg/dl
A: Masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen hiperglikemi
(I.03115) Observasi
2.1 Monitor kadar glukosa darah, jika
perlu
2.2 Monitor intake dan output cairan
Edukasi
2.3 Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. Penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
2.4 Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu
Dx. 3
S: Klien mengatakan terdapat luka di
Gangguan Integritas Kulit
jempol kaki sejak 1 bulan yang
(D.0129)
lalu
O: Terdapat kerusakan jaringan kulit
pada jempol kaki sebelah kanan
klien
Terdapat luka dengan panjang 5
cm, luas 1 cm, kedalaman 1 cm,
derajat luka II, warna dasar luka
nekrotik dan granulasi, tipe cairan/
eksudat serous
Belum dilakukan perawatan luka
dengan teknik steril
A: Masalah gangguan integritas kulit
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan integritas kulit (I.11353)
7

Observasi
3.1 Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, penurunan mobilitas)
Edukasi
3.2 Anjurkan minum air yang cukup
3.3 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Perawatan luka (I.14564)
Observasi
3.4 Monitor karakteristik luka (warna,
ukuran, bau)
Terapeutik
3.5 Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
3.7 Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat
Kolaborasi
3.8 Kolaborasi pemberian antibiotic

S: Keluarga klien mengatakan klien


Dx. 4
mulai menghabiskan porsi
Defisit Nutrisi (D.0019)
makanannya
Klien mengatakan masih
mengalami mual
O: Klien tampak menghabiskan ¼
dari porsi makanannya
A: Masalah defisit nutrisi teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemenen Nutrisi
(I.03119) Observasi
4.1 Identifikasi status nutrisi
4.2 Monitor asupan makanan
Terapeutik
4.3 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi

Dx. 5
S: Keluarga klien mengatakan klien
Gangguan Mobilitas Fisik
7

(D.0054) sering melakukan aktifitas ringan


seperti duduk di atas tempat tidur
O:Klien tampak sering melakukan
mobilisasi ringan seperti duduk
diatas tempat tidur
Klien tampak dibantu oleh keluarga
saat makan
5 5

5 4
A: Masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan mobilisasi (I.05173)
Terapeutik
5.2 Libatkan keluarga untuk
membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
5.3 Anjurkan mobilisasi dini
5.4 Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)
Dx. 6
Risiko Infeksi (D.0142) S: –
O: Klien dan keluarga dapat
mencontohkan teknik cuci tangan
yang baik dan benar
Terdapat luka pada jempol kaki
kanan klien
Leukosit: 23,22
A: Masalah risiko infeksi teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Pencegahan infeksi (I.14539)
8

Observasi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
Terapeutik
6.2 Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien dan
lingkungan klien.
Edukasi
6.3 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6.5 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6.6 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Hari ke 2 Dx. 1 S: Klien mengatakan nyeri berkurang
Nyeri Akut (D.0077) bahkan tidak ada
S: 1
O: Ekspresi klien tampak rileks
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: Pertahankan intervensi
Terapeutik
1.2 Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Dx. 2 S: Klien mengatakan gula darahnya


Ketidakstabilan Kadar masih belum stabil
Glukosa Darah (D.0027)
Klien mengatakan mengerti dengan
penjelasan tentang pengelolaan
diabet
Keluarga klien mengatakan
mengerti dengan penjelasan tentang
pengelolaan diabet
O: Klien dan keluarga mengerti dan
dapat mengulangi tentang
penjelasan pengelolaan diabet
Jam 22.00 WITA GDS : 199 mg/dl
Jam 06.00 WITA GDS : 125
mg/dl
A: Masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah teratasi sebagian
8

P: Lanjutkan intervensi
Manajemen hiperglikemi (I.03115)
Observasi
2.1 Monitor kadar glukosa darah, jika
perlu
Kolaborasi
2.4 Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu

S: Klien mengatakan terdapat luka di


Dx. 3
jempol kaki kanan sejak 1 bulan
Gangguan Integritas Kulit
yang lalu
(D.0129)
O: Tidak terdapat luka atau lesi
tambahan pada luka klien
Terdapat kerusakan lapisan kulit
pada jempol sebelah kanan klien
Panjang luka 5 cm , luas luka 1
cm, kedalaman luka 1 cm, derajat
luka II, warna dasar luka nekrotik
dan granulasi, tipe cairan/ eksudat
serous
Telah dilakukan perawatan luka
dengan teknik steril
A: Masalah gangguan integritas kulit
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Observasi
3.4 Monitor karakteristik luka (warna,
ukuran, bau)
Terapeutik
3.6 Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
3.7 Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat
Kolaborasi
3.8 Kolaborasi pemberian antibiotic

S: Keluarga klien mengatakan klien


8

Dx. 4 menghabiskan porsi makanannya


Defisit Nutrisi (D.0019) Klien mengatakan mual berkurang
O: Klien tampak menghabiskan porsi
makanannya
A: Masalah defisit nutrisi teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemenen Nutrisi
(I.03119) Observasi
4.1 Identifikasi status nutrisi
4.2 Monitor asupan makanan
Terapeutik
4.3 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Dx. 5
S: Keluarga klien mengatakan klien
Gangguan Mobilitas Fisik
sering melakukan aktifitas ringan
(D.0054)
seperti duduk di atas tempat tidur
Keluarga klien mengatakan klien
sudah mulai makan tanpa bantuan
O: Klien tampak sering melakukan
mobilisasi ringan seperti duduk
diatas tempat tidur
Klien tampak tidak dibantu oleh
keluarga saat makan
5 5

5 4
A: Masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi
P: Hentikan intervensi

S: –
Dx. 6
O: Klien dan keluarga dapat
Risiko Infeksi (D.0142)
mempraktekkan teknik cuci tangan
8

yang benar
Terdapat luka pada jempol kaki
kanan klien
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada
luka klien
A: Masalah risiko infeksi teratasi
P: Pertahankan intervensi
Pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
Terapeutik
6.2 Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien dan
lingkungan klien
Hari ke 3 Dx. 2 S: Klien mengatakan gula darahnya
Ketidakstabilan Kadar masih belum stabil
Glukosa Darah (D.0027) O: Jam 22.00 WITA GDS : 125 mg/dl
Jam 06.00 WITA GDS : 183 mg/dl
A: Masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen hiperglikemi (I.03115)
Observasi
2.2 Monitor kadar glukosa darah, jika
perlu
Kolaborasi
2.5 Kolaborasi pemberian insulin, jika
perlu

Dx. 3 S: Klien mengatakan terdapat luka di


Gangguan Integritas Kulit jempol kaki kanan sejak 1 bulan
(D.0129) yang lalu
O: Tidak terdapat luka atau lesi
tambahan pada luka klien
Terdapat kerusakan lapisan kulit
8

pada jempol sebelah kanan klien


Panjang luka 5 cm, luas luka 1
cm, kedalaman luka 1 cm, derajat
luka II, warna dasar luka nekrotik
dan granulasi, tipe cairan/ eksudat
serous
Belum dilakukan perawatan luka
dengan teknik steril
A: Masalah gangguan integritas kulit
teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Observasi
3.4 Monitor karakteristik luka (warna,
ukuran, bau)
Terapeutik
3.6 Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
3.7 Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat
Kolaborasi
3.8 Kolaborasi pemberian antibiotik
8

Tabel 4.7
Evaluasi Asuhan Keperawatan Klien 2 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di
Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Tahun 2019
Hari Ke Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari ke 1 DX 1 S: Klien mengatakan sering minum
Ketidak Stabilan kadar karena haus
glukosa darah (D.0027) Klien mengatakan sering haus dan
banyak minum
Klien mengatakan sering buang air
kecil
O: I : 2515,14
O : 2456
B : + 56.14
GDS : 06.00 248 & 22.00 164
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.2monitor kadar glukosa
darah
1.3 monitor tanda –tanda
hiperglikemia 1.4monitor intake dan
output cairan 1.5berikan asupan
cairan oral 1.6anjurkan kepatuhan
terhadap diet 1.7kolaborasi pemberian
terapi obat
dan insulin

DX 2 S: Klien mengatakan nafsu makan


Defisit nutrisi (D.0019)
menurun, setiap makan klien
merasa mual
Klien mengatakan cepat merasa
kenyang setelah makan
Klien mengatakan selama dirawat
baju klien terasa longgar
O: BB menurun sebanyak 10 kg
a. Lila: 6.5 cm
BB : 46 kg
8

TB : 160cm
b. Hb : 13.7
g/dl Ht : 37.7
%
Albumin : 3.0 g/dl
GDS : 248
c. Bibir : Kering
Kulit : Kulit tangan dan kaki
kering
Konjungtiva: anemis
Rambut : Rapuh
Klien hanya menghabiskan
makananya sebanyak 1/4 porsi
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
4.2 Monitor mual muntah
4.3 Monitor albumin
4.4 Monitor konjungtiva
4.6 Anjurkan klien makan sedikit
tapi sering

S: Keluarga klien mengatakan saat ke


wc klien di bantu keluarga
DX 3
Klien mengatakan ingin di pasang
Resiko jatuh (D.0143 )
selang kencing
O: Tidak ada kejadian jatuh
Pagar tempat tidur terpasang
Roda tempat tidur terkunci
Tempat tidur dalam posisi terendah
Klien nampak lemas
A: Masalah tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
7.1 Memonitor tanda – tanda vital
7.2 Identifikasi faktor resiko jatuh
7.3 Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan jatuh
7.4 Hitung resiko jatuh menggunakan
skala
7.5 Pasang pagar pengaman tempat
8

tidur
7.6 Atur posisi tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
7.7 Libatkan keluarga dalam
kebutuhan adl klien

S: Klien bertanya tentang kondisi


penyakit
Klien mengatakan sebelumnya
DX 4
tidak pernah diberikan pendidikan
Defisit pengetahuan
kesehatan mengenai penyakit dm
yang dideritanya
Klien mengatakan kurang begitu
paham tentang penyakit dm yang
dideritanya
O: Klien terlihat tidak tenang
Klien tampak waspada terhadap
penyakitnya
Klien hanya diam saat ditanya
tentang penyakit dm yang
dideritanya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
8.2 Jelaskan patofisiologi penyakit
dengan cara yang tepat
8.4 Melakukan pendidikan kesehatan
Hari ke 2 DX 1 S: Klien mengatakan sering minum
Ketidak Stabilan kadar karena haus
glukosa darah Klien mengatakan sering haus dan
(D.0027) banyak minum
Klien mengatakan sering buang air
kecil
O: I : 2515,14
O : 2456
B : + 56.14
GDS : 06.00 248 & 22.00 164
8

A: Masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi
2.2 monitor kadar glukosa darah
2.3 monitor tanda –tanda
hiperglikemia
2.4 monitor intake dan output cairan
2.5 berikan asupan cairan oral
2.6 anjurkan kepatuhan terhadap diet
2.7 kolaborasi pemberian terapi obat
dan insulin

DX 2 S: Klien mengatakan mual dan

Defisit nutrisi (D.0019) muntah mulai berkurang


O: BB menurun sebanyak 10 kg
a. Lila: 6.5 cm
BB : 46 kg
TB : 160cm
b. Hb : 13.7
g/dl Ht : 37.7
%
Albumin : 3.0 g/dl
GDS : 180
c. Bibir : Lembab
Kulit : Kulit tangan dan kaki
kering
Konjungtiva: merah muda
Rambut : Rapuh
Klien hanya menghabiskan
makananya sebanyak 1/4 porsi
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
4.2 Monitor mual muntah
4.3 Monitor albumin
4.4 Monitor konjungtiva
4.6 Anjurkan klien makan sedikit
tapi sering

S: -
DX 3
O: Tidak ada kejadian jatuh
8

Resiko jatuh (D.0143 ) Pagar tempat tidur terpasang


Roda tempat tidur terkunci
Tempat tidur dalam posisi
terendah
Klien terpasang selang kateter
A: Masalah tidak terjadi
P: pertahankan intervensi

S: Klien mengatakan sudah mulai


paham mengenai tanda gejala
DX 4 penyakit dm yang dideritanya
Defisit pengetahuan O: Klien dapat mengulang beberapa
informasi yang telah disampaikan
perawat
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
8.5 Melakukan pendidikan kesehatan

Hari ke 3 DX 1 S: Klien mengatakan sering minum


Ketidak Stabilan kadar kurang lebih 1 botol aqua besar
glukosa darah (D.0027) O: I : 2015,14
O : 2456
B : + 1956
GDS : 06.00 180 & 22.00 168
A: Masalah sebagian teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.1 Monitor kadar glukosa darah
1.2 Monitor tanda–tanda
hiperglikemia
1.3 Monitor intake dan output cairan
1.4 Berikan asupan cairan oral
1.5 Anjurkan kepatuhan terhadap diet
1.6 Kolaborasi pemberian terapi obat
dan insulin

S: Klien mengatakan mual dan


DX 2 muntah mulai berkurang
O: - BB turun 10 kg
9

Defisit nutrisi (D.0019) A: Lila: 26.5 cm


BB : 46 kg
TB : 160 cm
B: Hb : 12.0 g/dl
Ht : 37.0 %
Albumin : 3.5 g/dl
GDS : 155
C: Bibir : lembab
Kulit : Kulit tangan dan kaki
kering
Mata : Konjungtiva merah muda
Rambut : Rapuh
- Klien menghabiskan 1
porsi makananya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
4.7 Monitor mual muntah
4.8 Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering
4.9 Anjurkan klien minum air hangat

DX 3 S: -

Resiko jatuh (D.0143 ) O: Tidak ada kejadian jatuh


Pagar tempat tidur terpasang
Roda tempat tidur terkunci
Tempat tidur dalam posisi
terendah
Klien terpasang selang kateter
A: Masalah tidak terjadi
P: pertahankan intervensi

DX 4 S: Klien mengatakan sudah mulai

Defisit pengetahuan paham mengenai penyakit dm yang


dideritanya
O: Klien dapat mengulangi beberapa
informasi tentang penyakit dm
yang telah disampaikan perawat
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
9

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan

pada klien 1 dan 2 dengan diagnosa medis diabetes mellitus yang telah

dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Dengan menggunakan proses

keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,

membuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi. Pendekatan

tersebut untuk memenuhi kebutuhan klien yang meliputi bio, psiko, sosio,

spiritual dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien diabetes mellitus masalah

yang muncul pada keluhan utama pada kondisi hiperglikemi biasanya

penglihatan kabur, lemas, rasa haus, dan banyak BAK, dehidrasi, suhu

tubuh meningkat, sakit kepala, dan penurunan kesadaran, dan pada

kondisi hipoglikemi biasanya terjadi tremor, pespirasi, takkikardi,

papiltasi, gelisah, rasa lapar berlebih, sakit kepala, susah konsentrai,

vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,

perubahan emosional, dan penurunan kesadaran (Doengoes, 2010).

Pada klien 1 berusia 51 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,

pendidikan terakhir SD, dengan keluhan utama nyeri seperti tertusuk-

tusuk di ulu hati dengan skala 3 dan terus-menerus, terdapat luka ulkus

pada kaki kanan bawah, tidak mengalami mual dan muntah, tidak

mengalami penglihatan kabur, konjungtiva tidak anemis, dan tidak


9

merasakan lapar berlebih dan keinginan buang air kecil berlebih. Hasil

dari pemeriksaan lab Hasil Lab (06-05-2019) pada jam 22.00 GDS: 103

mg/dl dan pada jam 06.00 GDS: 220 mg/dl.

Kesenjangan data pada pengkajian klien 1 di sistem muskuloskeletal

dan integumen karena pada data ada ulkus dan penurunan kekuatan otot

pada ekstremitas kanan bawah tetapi klien tidak mengalami nyeri. Sistem

endokrin dari data peneliti terdapat luka dengan panjang 5 cm, lebar 1 cm,

dan kedalaman 1 cm namun tidak ada tanda infeksi pada pengkajian.

Sedangkan pada klien 2 berusia 63 tahun, pekerjaan sebagai guru,

pendidikan terakhir SD, dengan keluhan utama demam dan mual, keluhan

kencing polyuria. Hasil dari pemeriksaan lab pada tanggal Hasil

Laboratorium tanggal (06/05/2019) Glukosa sewaktu : 248 mg/dl.

Kesenjangan data pada pengkajian klien 2 di sistem pencernaan dan

status nutrisi adanya penurunan berat badan namun peneliti tidak

mencantumkan berapa kg penurunan berat badan klien pada pengkajian

tetapi dalam penegakan diagnose peneliti memasukan data penurunan

berat badan klien sebanyak 10 kg. Pada pemeriksaan abdomen peneliti

tidak mencantumkan pemeriksaan perkusi

Pada klien 1 dan 2 memiliki kesamaan yakni tingginya kadar gula

dalam darah. Sesuai dengan teori (Asdie 2013) bahwa pada orang normal,

konsentrasi glukosa darah diatur sangat sempit 90 mL/100 ml. Orang yang

berpuasa setiap pagi sebelum makan 120-140 mg/100 ml, setelah makan

akan meningkat, setelah 2 jam kembali ke tingkat normal.


9

Hasil pemeriksaan ditemukan perbedaan pada skala nyeri antara

klien 1 dan 2 , pada klien 1 nyeri seperti tertusuk-tusuk pada ulu hati

dengan skala 3 dan klien 2 tidak merasakan nyeri.

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian pada klien 1

tekanan darah : 180/100 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu tubuh : 36,9◦C,

pernapasan : 19x/menit, sedangkan pada klien 2 tekanan darah : 130/80

mmHg, nadi : 92 x/menit, suhu tubuh : 36,5◦C , pernapasan: 19 x/menit.

Pada pemeriksaan status nutrisi pada pengkajian pada klien 1 dan 2

adanya persamaan yakni penurunan berat badan. Sesuai dengan teori

(Syariffudin 2013) bahwa efek insulin pada metabolisme karbohidrat,

glukosa yang diabsorbsi dalam darah menyebabkan sekresi insulin lebih

cepat, meningkatkan penyimpanan dan meningkatkan metabolisme

glukosa dalam otot.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya

baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI SPP

PPNI, 2016).

Berdasarkan data hasil pengkajian pada klien 1 ditemukan data data

untuk menegakan 6 masalah keperawatan dan pada klien 2 ditemukan 4

masalah keperawatan menurut standar diagnosa keperawatan Indonesia

(SDKI).
9

Berikut masalah keperawatan antara klien 1 dan klien 2 yang sesuai

dengan teori antara lain :

a. Defisit Nutrisi

Masalah ini ditemukam pada pengkajian klien 1 dan 2 dengan

menggunakan SDKI.

1) Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan

Masalah ini ditemukan berdasarkan SDKI. Masalah ini

ditegakkan sesuai dengan teori (Tim Pokja SDKI, 2017). Pada

klien 1 penyebab defisit nutrisi karena ketidakmampuan mencerna

makanan sedangkan pada klien 2 penyebab defisit nutrisi adalah

kurangnya asupan makanan menurut peneliti tanda mayor yang

didapatkan sudah sudah memenuhi validasi penegakan diagnosis

pada SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) yaitu

sekitar 80 persen sampai 100 persen.

a) Data subjektif

Tidak tersedia

b) Data objektif

Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Penulis beransumsi bahwa efek insulin tidak bisa dipenuhi oleh

tubuh, sehingga tubuh tidak bisa mendapat glukosa dari darah

untuk diubah menjadi energi. Lalu tubuh membakar lemak dan

otot untuk dijadikan energi yang bisa menyebabkan penurunan

berat badan.
9

b. Risiko infeksi

Masalah ini ditemukam pada pengkajian klien 1 dengan

menggunakan SDKI.

1) Risiko infeksi b.d hiperglikemia

Masalah ini ditemukan berdasarkan SDKI. Masalah ini

ditegakkan sesuai dengan teori (Tim Pokja SDKI, 2017). Pada

klien 1 penyebab resiko infeksi karena ketidakadekuatan tubuh

primer menurut peneliti tanda mayor yang didapatkan sudah

sudah memenuhi validasi penegakan diagnosis pada SDKI

(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) yaitu sekitar 80 persen

sampai 100 persen.

a) Faktor resiko

Adanya penyakit kronis ( diabetes mellitus)

Penulis berasumsi bahwa karena ada luka pada ekstremitas

kanan bawah karena diabetes mellitus dapat meningkatkan

resiko. Dan pada klien 1 dan 2 terdapat hiperglikemia

sehingga diagnosa ini dapat ditegakkan.

c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

Masalah ini ditemukam pada pengkajian klien 1 dengan

menggunakan SDKI.

1) Gangguan Integritas Jaringan/Kulit b.d nekrosis luka

Masalah ini ditemukan berdasarkan SDKI. Masalah ini

ditegakkan sesuai dengan teori (Tim Pokja SDKI, 2017). Pada


9

klien 1 penyebab gangguan integritas jaringan/kulit karena

nekrosis luka menurut peneliti tanda mayor yang didapatkan

sudah sudah memenuhi validasi penegakan diagnosis pada SDKI

(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) yaitu sekitar 80 persen

sampai 100 persen.

a) Data subyektif

Tidak tersedia

b) Data obyektif

Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

Penulis berasumsi pada klien 1 adanya data yang mendukung

untuk di tegakkan diagnosa tersebut, karena tedapat luka akut

semenjan 1 bulan yang lalu.

3. Perencanaan

Pada tahap intervensi atau perencanaan, peneliti menyusun

intervensi yang sesuai dengan diagnosa keperwatan yang ditemukan pada

klien , yakni :

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1

masalah keperawatan nyeri akut (D.0077). Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan nyeri berkurang/ hilang

dengan kriteria hasil : klien menampakkan ketenangan, ekspresi muka

klien rileks, skala nyeri 0-2. Intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)


9

Observasi: 1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, 2.Identifikasi skala nyeri. Terapeutik: 1.Berikan teknik

non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, 2.Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri. Edukasi: 1.Ajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi: 1.Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1dan 2

masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan

kadar glukosa darah klien stabil dengan kriteria hasil: gula darah dalam

rentan stabil 70-130 mg/dl, klien dan keluarga dapat mematuhi terapi, klien

dan keluarga mampu mengontrol glukosa darah secara mandiri. Intervensi

Manajemen hiperglikemi (I.03115) Observasi: 1.Monitor kadar glukosa

darah, jika perlu, 2.Monitor intake dan output cairan. Edukasi: 1.Ajarkan

pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan

cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan profesional kesehatan).

Kolaborasi: 1.Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1

masalah keperawatan gangguan integritas kulit/ jaringan (D.0129).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan

integritas kulit/ jaringan membaik dengan kriteria hasil: tidak ada

tambahan luka/ lesi pada kulit, perfusi jaringan baik, mampu melindungi

kulit dan mempertahankan kelembapan kulit, integritas kulit yang baik


9

bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi).

Intervensi Perawatan integritas kulit (I.11353) Observasi 1.Identifikasi

penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, penurunan

mobilitas). Edukasi 1.Anjurkan minum air yang cukup, 2.Anjurkan

meningkatkan asupan nutrisi. Intervensi Perawatan luka (I.14564)

Observasi: 1.Monitor karakteristik luka (warna, ukuran, bau), 2.Monitor

tanda-tanda infeksi. Terapeutik: 1.Pertahankan teknik steril saat

melakukan perawatan luka, 2.Ganti balutan sesuai jumlah eksudat.

Kolaborasi: 1.Kolaborasi pemberian antibiotik.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1

masalah keperawatan defisit nutrisi (D.0019). Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan defisit nutrisi dapat terpenuhi

dengan kriteria hasil: klien tidak mengeluh mual dan muntah, klien

menghabiskan porsi makanannya. Intervensi Manajemenen Nutrisi

(I.03119) Observasi: 1.Identifikasi status nutrisi, 2.Monitor asupan

makanan, 3.Monitor kadar albumin, 4.Monitor konjungtiva. Terapeutik:

1.Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, 2.Anjurkan

klien makan sedikit tapi sering. Edukasi: 1.Ajarkan diet yang

diprogramkan, 2.Anjurkan klien minum air hangat. Kolaborasi:

1.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1

masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik (D.0054). Setelah


9

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan aktifitas

fisik meningkat dengan kriteria hasil: melaporkan perasaan peningkatan

kekuatan kemampuan dalam bergerak, klien bisa melakukan aktivitas

secara mandiri. Intervensi Dukungan mobilisasi (I.05173) Observasi:

1.Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya. Terapeutik:

1.Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan

pergerakan. Edukasi: 1.Anjurkan mobilisasi dini, 2.Ajarkan mobilisasi

sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, duduk di sisi

tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi).

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1

masalah keperawatan risiko infeksi (D.0142). Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan risiko infeksi tidak terjadi

dengan kriteria hasil: klien dapat terhindar dari risiko infeksi, klien

mengetahui cara mencuci tangan dengan benar, klien dan keluarga klien

dapat mengetahui tanda dan gejala infeksi. Intervensi Pencegahan infeksi

(I.14539) Observasi: 1.Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.

Terapeutik: 1.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien dan

lingkungan klien. Edukasi: 1.Jelaskan tanda dan gejala infeksi, 2.Ajarkan

cara mencuci tangan dengan benar, 3.Anjurkan meningkatkan asupan

nutrisi, 4.Anjurkan meningkatkan asupan cairan.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan 2

masalah keperawatan resiko jatuh (D.0143 ). Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam di harapkan Tidak ada kejadian jatuh dengan


1

kriteria hasil: tidak ada kejaadian jatuh, klien meningkatdalam aktifitas

fisik, klien mampu melakukan ADL secara mandiri. Intervensi

Pencegahan Jatuh(I.14540 ) Observasi: 1.Memonitor tanda –tanda vital,

2.Identifikasi faktor resiko jatuh, 3.Identifikasi faktor lingkungan yang

meningkatkan jatuh, 4.Hitung resiko jatuh menggunakan skala. Edukasi:

1.Pasang pagar pengaman tempat tidur, 2.Atur posisi tempat tidur mekanis

pada posisi terendah, 3.Libatkan keluarga dalam kebutuhan adl klien.

Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien 2

masalah keperawatan defisit pengetahuan (D.0111). Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Defisit pengetahuan klien

teratasi dengan kriteria hasil: klien mengungkapkan pemahaman tentang

penyakitnya. Edukasi Proses penyakit (I.12438) 1.Berikan penilaian

tentang tingkat pengetahuan klien mengenai proses penyakit, 2.Jelaskan

Patofisiologi penyakit dengan cara yang tepat, 3.Gambarkan tanda gejala

yang muncul pada penyakit dengan cara yang tepat , 4.Melakukan

pendidikan kesehatan.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2

dilaksanakan dalam waktu dan tempat yang sama. Asuhan atau


1

pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai tanggal 6 Mei 2019

sampai dengan tanggal 8 Mei 2019 di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

5. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan

dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi teratasi di hari kedua

pada tanggal 7 Mei 2019 karena klien 1 sudah tidak merasa nyeri di ulu

hati dan klien sudah tampak rileks.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan diagnosa

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin sebagian teratasi di hari ketiga pada tanggal 8 Mei 2019 karena

klien 2 sering minum karena haus kurang lebih 1 botol aqua besar, klien

sering buang air kecil, intake 2015,14 cc output 2456cc balance cairan

(2015,14cc – 2456cc = - 440,86cc). Jam 06.00 wita GDS: 180 mg/dl dan

jam 22.00 GDS: 168mg/dl.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin sebagian teratasi di hari ketiga pada tanggal 8 Mei 2019 karena
1

pada klien 1 gula darahnya masih belum stabil, jam 22.00 WITA GDS :

125 mg/dl dan jam 06.00 WITA GDS : 183 mg/dl.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan diagnosa defisit

nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan sebagian teratasi di

hari ketiga pada tanggal 8 Mei 2019 karena klien 2 masih merasakan

mual dan muntah, menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering,

memonitor mual muntah.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa

gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neuropati perifer

sebagian teratasi di hari ketiga pada tanggal 8 Mei 2019 karena luka

masih tampak nekrotik dan granulasi.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan diagnosa resiko

jatuh ditandai dengan perubaahan kadar glukosa darah tidak terjadi di

hari ketiga pada tanggal 8 Mei 2019 karena klien mengikuti saran yang

diberikan perawat.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa defisit

nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

teratasi di hari kedua pada tanggal 7 Mei 2019 karena klien dapat

menghabisakan porsi makan dan sudah tidak mual.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 2 dengan diagnosa defisit

pengetahuan mengenai penyakit dm yang dideritanya berhubungan

dengan kurang terpapar informasi teratasi di hari ketiga pada tanggal 8


1

Mei 2019 karena klien sudah mulai mengerti dan paham mengenai

penyakit nya.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa

gangguan mobilitas fisik berhungan dengan penurunan kekuatan otot

teratasi di hari kedua pada tanggal 7 Mei 2019 karena klien dapat makan

tanpa bantuan dari keluarga dan dapat melakukan aktifitas ringan dengan

mandiri.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien 1 dengan diagnosa risiko

infeksi ditandai dengan ketidakadekuatan tubuh primer teratasi di hari

kedua pada tanggal 7 Mei 2019 karena tidak ada tanda-tanda infeksi pada

luka, keluarga dan klien dapat melakukan cuci tangan dengan benar.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil review karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Diabetes Militus Tipe 2 di Ruang Flamboyan

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda” oleh Winda Wulandari pada

tahun 2019 dan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Militus di


1

Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda” oleh Kurnia

Verawati pada tahun 2019. Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang di dapatkan pada pengkajian klien 1 dan

klien 2 menunjukkan adanya keluhan yang berbeda yang dirasakan

oleh klien 1 dan klien 2. Pada klien 1 keluhan utamanya nyeri di ulu

hati. Nyeri yang dirasakannya, nyeri seperti di tusuk – tusuk, skala

nyeri 3, nyeri terus-menerus, dan terdapat luka di bagian ekstremitas

bawah bagian kanan. Sedangkan pada klien 2, klien mengeluh demam

dan mual.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul dari data pengkajian klien 1

ditegakkan 6 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, ketidakstabilan

kadar glukosa darah, gangguan integritas jaringan, defisit nutrisi,

gangguan mobilitas fisik, dan risiko infeksi. Sedangkan pada klien 2

ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu, ketidakstabilan kadar glukosa

darah, defisit nutrisi, resiko jatuh dan defisit pengetahuan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien

dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada,

intervensi setiap diagnosa dapat sesuai kebutuhan pasien dan

memperhatikan kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam


1

kerjasama, intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi

yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

yang telah peneliti susun.Implementasi keperawatan yang dilakukan

pada klien 1 dan klien 2 sesuai dengan intervensi yang telah

direncanakan dan sesuai dengan kebutuhan klien dengan Diabetus

Mellitus.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dilakukan selama

3 hari dan pada Klien 2 dilakukan selama 3 hari perawatan oleh peneliti

dan dibuat dalam bentuk SOAP.

Hasi levaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 terdapat

enam masalah yang muncul. Hasil evaluasi pada klien 2 terdapat empat

masalah keperawatan yang muncul.

B. SARAN

1. Bagi Peneliti

Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada klien diabetes

mellitus yang diberikan dapat tepat, peneliti juga harus melakukan

pengkajian dengan tepat dan komprehensif agar asuhan keperawatan

dapat tercapai sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien. Serta

peneliti harus teliti dalam pemberian asuhan yang dimulai dari


1

pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

2. Bagi Tempat Penelitian

Bagi pihak rumah sakit hendaknya penanganan klien diabetes

mellitus dan ulkus pedis lebih ditingkatkan lagi kerja sama antar

petugas pelayanan kesehatan dalam hal perawatan luka dan

memonitoring kadar glukosa darah. Dalam melakukan tindakan

keperawatan selalu menjaga prinsip aseptik agar tidak terjadi infeksi

untuk meningkatkan kualitas hidup klien diabetes mellitus melalui

asuhan keperawatan.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan agar selalu menambah dan

memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien diabetus mellitus

dengan menggunakan literatur-literatur terbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Asdie, A. H. (2010). Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. (2003), 14–

33.

Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &

Riwayat Kesehatan

Clevo, Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. In Asuhan


1

Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fakultas Kedokteran. (2018). Basic Physical Examination : Teknik Inspeksi,

Palpasi, Perkusi Dan Auskultasi, (0271).

Handayani dan Haribowo . (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Gangguan Sistem Hematologi.

Hanum. (2013). Patofisiologi DM. Retrieved from

http://repository.unimus.ac.id. Hasanah, H. (2016). Teknik-teknik observasi. 21–

46.

Jannoo, Zeinab, Yap Bee, Alias Moch, & Hassali, Mohamed Azmi. (2017).

diabetes , kualitas hidup khusus diabetes dan kualitas hidup terkait kesehatan

di antara pasien diabetes mellitus tipe 2 Journal of Clinical & Translational

Endocrinology. 9, 48–54.

Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018 (Khairani, Ed.). Jakarta

Selatan: Pusat Data dan Informasi.

Nurarif Amin Huda., & Kusuma, H, N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC (jilid 1). Yogyakarta:

Medication.

Nursalam. (2012). Kriteria Inklusi dan Eksklusi. Retrieved from

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8837/BABIII-Metode

Penelitian - Tahap II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Paduch, Andrea. (2017). Hambatan psikososial untuk penggunaan layanan

kesehatan di antara individu dengan diabetes mellitus : Tinjauan sistematis.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

(edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.


1

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Purnamasari, D. (2011). Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam., 1880–1883.

Review asuhan keperawatan oleh mahasiswa D-III keperawatan poltekkes

kemenkes kaltim kelas Samarinda atas nama Winda Wulandari dan nim

P07220116078

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/423/1/SELESAI.pdf

Review asuhan keperawatan oleh mahasiswa D-III keperawatan poltekkes

kemenkes kaltim kelas Samarinda atas nama Kurnia Verawati dan nim

P07220116061

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/406/1/SELESAI.pdf

Rekam Medic RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo. (2019).

Smeltzer, Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &

Suddarth. Jakarta.

Syarifuddin, D. H. (2013). Buku Anatomi Fisiologi. In Anatomi fisiologi :

Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan dan Kebidanan (Edisi 4).

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Ufie, A. (2013). Metodologi Penelitian.

Ullah, A., & Khan, A. (2016). Diabetes mellitus dan stres oksidatif - Sebuah

ringkas tinjauan.
1

Wanennoor, R. (2014). gambar anatomi fisiologi kelenjar pankreas. Retrieved

from https://wanenoor.blogspot.com/2014/11/kelenjar-pankreas.html

Anda mungkin juga menyukai