Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN YANG MENGALAMI

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah

DISUSUN OLEH

IAN RIYANA
NIM. 144012017019

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara social dan ekonomis. Untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa secara
optimal, pemerintah Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan
kesehatan jiwa ditunjukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan
gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa (UU No. 36 Tahun
2009, tentang kesehatan)

Menurut data World Health Organization atau WHO (2012),


memperkirakan sebanyak 450 juta orang di seluruh dunia mengalami
gangguan mental, orang yang mengalami gangguan jiwa seperti yang
bertempat tinggal di negara berkembang sebanyak 8 dari 10 penderita
gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan atau pengobatan.
Terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan
25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia
selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara
keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90%
dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa.

Negara-negara berkembang, sering menemukan kesulitan dalam


mengintegrasikan kesehatan jiwa ke dalam pelayanan primer, seperti juga
Indonesia. Jumlah penduduk yang diperkirakan s ebanyak 240 juta jiwa,
namun dengan terbatasnya sumber daya manusia dalam bidang kesehatan,
terutama tenaga kesehatan jiwa, Indonesia masih berjuang untuk
menciptakan program kesehatan jiwa yang efektif. Riview ini menjelaskan
perubahan kebijakan pemerintah mengenai pelayanan kesehatan jiwa,
tantangan dalam mengintegrasikan kesehatan jiwa pada pelayanan primer
dan beberapa permasalahan yang timbul (Clara R Marchira)

Gangguan jiwa merupakan kondisi kesehatan individual yang ditandai


dengan terjadinya gangguan pada pola pikir, perasaan mood, kemampuan
interaksi serta kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari (Alliace Of
Mental Ilnes Of America, 2010. Dalam Lelono 2015)

Menurut data Riskesdas (2013), dari 34 provinsi di Indonesia, provinsi


lampung dalam penelitian berdasarkan pada prevelensi data terkait
gangguan jiwa mencapai 1-3% atau 100 : 1000 dari penduduk baik desa
sampai perkotaan dengan gangguan terbanyak merupakan sjizofenia,
peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan
masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh penderita. Gangguan jiwa ditemukan di semua Negara,
pada perempuan dan laki-laki pada semua tahap kehidupan. Salah satu
gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat merupakan gangguan
skizofrenia.

Skizofrenia merupakan gangguan ,multifactorial perkembangan saraf


dipengaruhi oleh factor genetic dan lingkungan serta ditandai dengan
gejala positif, negative dan kognitif. Gejala kognitif sering mendahului
terjadinya psikolosis, dan pengobatan yang segera dilakukan diyakini
sebagai predictor yang lebih baik dari hasil terapi. Gejala positif meliputi
waham ,halusinasi, gaduh gekisah,perilaku aneh, sikap bermusuhan dan
gangguan berpikir formal.

Gejala negative meliputi sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau


datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan
penarikan diri secara social atau rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008).
Salah satu jenis gangguan jiwa yang umum terjadi di masyarakat adalah
Resiko Perilaku Kekerasan.

Resiko perilaku kekerasan merupakan keadaan dimana seseorang pernah


atau mempunyai riwayat melakukan tindakan yang dapat membahayakan
diri sendiri atau orang lain atau lingkungan baik secara fisik atau
emosional atau seksual dan verbal (Keliat & Akemat, 2010)

Interaksi merupakan suatu hubungan antara lebih individu manusia ketika


kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah ,atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Resiko perilaku kekerasan
merupakan salah satu diagnose yang memiliki Risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain karena jika pasien kambuh dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Menurut Sari &
Istichomah, 2015)

B. Batasan masalah
Batasan masalah penulisan ini yaitu Asuhan keperawatan jiwa pada pasien
Resiko Perilaku Kekerasan

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah “Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Klien yang mengalami Risiko Perilaku Kekerasan
di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung”
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan laporan stud kasus ini yaitu
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan yang mengalami risiko perilaku
kekeraan di Rumah Sakit Jiwa Pprovinsi Lampung
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian Keperawatan pada klien yang
mengalami resiko perilaku kekerasan di provinsi lampung
b. Mrnrtap kan diagnosis keperawatan pada klien yang
mengalami risiko perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa
provinsi lampung
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang
mengalami resiko perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa
provinsi lampung
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami risiko perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa
privinsi lampung
e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami resiko
perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa provinsi lampung

E. Manfaat Laporan Khusus


1. Bagi Perawat
Sebagai sarana yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan,
memperdasar ilmu keperawatan jiwa dan memperoleh pengalaman
terkhusus tentang Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Resiko
Perilaku Kekerasan.

2. Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan untuk menunjang mutu dalam pelaksanaan
praktik keperawatan atau pelayanan khususnya pada klien jiwa
dengan masalah resiko perilaku kekerasan.

3. Bagi Institusi Pendidik


Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar mengajar,
tentang Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Resiko Perilaku
Kekerasan.

4. Bagi Klien
Hasil penulisan ini diharapkan untuk memberikan informasi dan
sekaligus pemecahan masalah keperawatan jiwa terkhusus pada
klien resiko perilaku kekerasan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori Risiko Perilaku Kekerasan
1. Definisi risiko perilaku kekerasan
a. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Titin
Setiawati2017)
b. Resiko Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis, perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal, di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013)
c.Perilaku Kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku dari
seorang individu yang bertujuan untuk melukai diri sendiri
dan orang lain (Muhith, 2015)
d. Resiko Perilaku Kekerasan merupakan suatu
keadadan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol (Kusumawati & Hartono, 2012)

2. Tahapan Resiko Perilaku Kekerasan


a.Tahap I : Tahap Memicu
Perasaan : Kecemasan
Perilalku : Agitasi, Mondar-mandir, menghindar
kontak
Tindakan : mengidentifikasi faktor pemicu,
mengurangi kecemasan, memecahkan masalah bila
memungkinkan.
b. Tahap 2 : Tahap Transisi
Perilaku : Agitasi meningkat
Tindakan : Jangan tangani marah denga amarah,
menjaga pembicaraan, menetapkan batas, memberikan
penghargaan, mengajak kompromi, mencari dampak agitasi
dan meminta bantuan
c.Tahap 3 : Krisis
Perasaan : Peningkatan kemarahan dan agresi
Perilaku : Agitasi, gerakan mengancam, menyerang
orang disekitar, berkata kotor dan berteriak
Tindakan : Lanjutkan intervensi tahap 2, dalam
menjaga jarak pribadi, hangat (tidak mengancam)
konsekuensi, cobaalah untuk menjaga komunikasi.

d. Tahap 4 : tahap merusak


Perasaan : Maarah
Perilaku : Menyerang, Merusak
Tindakan : Lindungi Klien lain, menghindar,
melakukan mengekangan fisik.

e.Tahap 5 : Tahap Lanjut


Perasaan : Agresi
Perilaku : Menghentikan perilaku terang-terangan
destruktif, pengurangan tingkat gairah.
Tindakan : Tetap waspada karena Perilaku baru masih
memungkinkan, hindari pemalasan atau balas dendam.

3. Rentang Resiko Perilaku Kekerasan


a.Asertif
Perilaku asertif adalah menyampaikan suatu perasaan denga
pasti dan merupakan komunikasi untuk menghormati orang
lain. Individu yang asertif berbicara dengan jujur dan jelas.
Individuyang asertif dapat menolak permintaan yang tidak
beralasan dan menyampaikan rasionalnya kepada orang lain
dan sebaliknya individu juga dapat menerima dan tidak
merasa bersalah bila permintaanya di tolak orang lan.

b. Pasif
Individu yang pasif sering menyampingkan haknya dari
persepsinya terhadap orang lain. Ketika sesorang yang pasif
marah maka dia akan berusaha menutupi kemarahannya
sehingga meningkatkan tekanan pada dirinya.

c.Frustasi
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai
tujuan yang kurang realistis atau hambatan dalam mencapai
tujuan.

d. Agresif
Individu yang agresif tidak menghargai hk orang lain.
Individu harus merasa bersaing untuk mendapatkan apa
yang diinginkan.

e.Amuk
Amuk atau perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat yang disetai kehilangan kontrol diri
sehingga individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai