Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat berat dan
kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019).
Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan,
gangguan otak yang di tandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, halusinasi,
dan perilaku aneh atau katatonik (Pardede, & Laia. 2020).
Tanda dan gejala yang timbul akibat skizofrenia berupa gejala positif dan
negatif seperti perilaku kekerasan. Resiko perilaku kekerasan merupakan salah
satu respon marah yang diespresikan dengan melakukan ancaman, mencederai
diri sendiri maupun orang lain. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat,
denyut nadi dan pernapasan meningkat, marah, mudah tersinggung, mengamuk
dan bisa mencederai diri sendiri. Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis,
afektif, hingga perilaku dan sosial hingga menyebabkan resiko perilaku
kekerasan. Berdasarkan data tahun 2017 dengan resiko perilaku kekerasan
sekitar 0,8% atau dari 10.000 orang menunjukkan resiko perilaku kekerasan
sanggatlah tinggi (Pardede,2020).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang
dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Seseorang yang
mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan perubahan perilaku seperti
mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah, intonasi suara
keras, ekspresi tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan
bergembira secara berlebihan. Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku
kekerasan mengalami perubahan adanya penurunan kemampuan dalam
memecahkan masalah, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah
(Pardede, Siregar, & Halawa, 2020). Risiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang memungkinkan dapat melukai atau membahayakan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan sehingga masalah yang terjadi pada pasien parilaku
kekerasan akan melibatkan keluarga (Suryeti 2017).

1
Survei awal pada pembuatan Askep Resiko Perilaku Kekerasan ini
dilakukan di RSKJ Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu dengan pasien
nama inisial Tn.M. , klien datang di bawa adik klien karena Ngamuk, marah-
marah, ngoceh, merusak dan menghancurkan barang, keluyuran,curiga.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama resiko
perilaku kekerasan.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan resiko perilaku
kekerasan
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan
c. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan
d. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan
e. Mampu membuat implementasi keperawat pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan

1.3. Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa Keperawatan
Manfaat makalah ini terhadap mahasiswa adalah sebagai panduan
dalam melakukan pengkajian, intervensi, implementasi yang benar dan tepat
terhadap pasien yang menderita gangguan jiwa.
2. Institusi Pendidikan
Manfaan bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi
lulusan dan secara langsung memberikan masukan metode pemberian
asuhan keperawatan jiwa melalui pengaplikasian konsep dan teori
keperawatan jiwa kedalam praktek langsung sehingga dapat digunakan

2
untuk peningkatan pengelolaan asuhan keperawatan yang bermanfaat
bagi instansi pendidikan.

3. Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu


Manfaat bagi Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
adalah memberikan masukan untuk peningkatan pengelolaan asuhan
keperawatan dan pengaplikasiannya kepada pasien penderita gangguan
jiwa.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Teori Resiko Perilaku Kesehatan


A. Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan dengan perilaku
kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan lingkungan baik secara
verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk,
bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata (Kio,
Wardana & Arimbawa, 2020).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis dapat terjai dalam dua bentuk yaitu saat
berlangsung kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan
merupakan respon maladaptif dari marah akibat tidak mampu klien untuk
mengatasi strssor lingkungan yang dialaminya (Estika, 2021).
B. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan keperawatan
jiwa dengan masalah resiko perilaku kekerasan (Pardede,2020)
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan, kreativitas terlambat
5. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
C. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan,meliputi :

4
a. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu
adanya anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan
perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
adanya riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Sedangkan menurut
Sutejo (2017).
b. Faktor Psikologi
1) Frustation aggresion theory
Menerjemahkan bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang
atau objek. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. keadaan frustasi dapat
mendorong individu untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Teori Perilaku (Behaviororal theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement
yang diterima saat melakukan kesalahan sering menimbulkan
kekerasan di dalam maupun di luar rumah.
3) Teori Eksistensi (Existential theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif,
maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
c. Faktor Sosial Budaya
Teori lingkungan sosial (social environment theory) menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk
berespon asertif atau agresif.
D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak
5
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).

E. Faktor Risiko
Menurut Nanda (dalam Sutejo 2017) menyatakan faktor- faktor risiko dan risiko
perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
1.) Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self- directed violence)
a) Usia ≥ 45 tahun
b) 15-19 tahun
c) Isyarat tingkah laku ((menulis catatan cinta yang sedih, menyatakan
pesan bernada kemarahan kepada orang tertentu yang telah menolak
individu tersebut, dll)
d) Konflik mengenai orientasi seksual
e) Konflik dalam hubungan interpersonal
f) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah pekerjaan)
g) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik h.) Sumber daya personal
yang tidak memadai
h) Status perkawinan (sendiri, menjanda, bercerai)
i) Isu kesehatan mental (depresi, psikosis, gangguan kepribadian,
penyalahgunaan zat
j) Pekerjaan (profesional, eksekutif, administrator, atau pemilik bisnis,
dll)
k) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri, sesuatu yang
bersifat kekerasan atau konfliktual)
l) Isu kesehatan fisikGangguan psikologis
m) Isolasi social
n) Ide bunuh diri
o) Rencana bunuh diri
p) Riwayat upacara bunuh diri berulang

6
q) Isyarat verbal (membicarakan kematian, menanyakan tentang dosis
mematikan suatu obat, dll)
2.) Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-violence)
a) Akses atau ketersediaan senjata
b) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif c.) Perilaku kejam terhadap binatang
c) Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis,
maupun seksual
d) Riwayat penyalahgunaan zat
e) Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti pelanggaran lalu
lintas, pengguanaan kendaraan bermototr untuk melampiaskan amarah)
f) Bahasa tubuh negatif ( seperti kekauan, mengepalkan tinju/ukulan,
hiperaktivitas, dll)
g) Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kencing dilantai,
menyobek objek di dinding, melempar barang, memecahkan kaca,
membanting pintu, dll)
h) Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang,
memukul, menggigit, mencakar, upaya perkosaan, memperkosa,
pelecehan seksual, mengencingi orang, dll)
i) Pola ancaman kekerasan (ancaman secara verbal terhadap objek
atau orang lain, menyumpah serapah, gestur atau catatan mengancam,
ancaman seksual, dll)
j) Pola perilaku kekerasan antisosial (mencuri, meimnjam dengan memaksa,
penolakan terhadap medikasi, dll
F. Rentang Respon
Rentang respon marah adalah sebagai berikut (Habbi et al., 2017) :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan :
a. Asertif

7
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kelegaan.
b. FrustasI
Klien gagal mencapai tujuan dan kepuasan / saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative.

c. Pasif
Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berbahaya
dan menyerah.
d. Agresif
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong
orang lain dengan ancaman.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control, disertai
amuk dan merusak lingkungan.
G. Mekanisme Koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme
koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan koping yang
konstruktif dalam mengekpresikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi. Perilaku yang berkaitan dengan risiko
perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah marah, pupil melebar, mual, sekresi HCL
meningkat, peristaltik gaster menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku asertif adalah
cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa
8
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan perilaku
tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.

d. Perilaku kekerasan.
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.
H. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2
yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Perilaku Kekerasan.


A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab, memukul,
membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri sendiri,

9
mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa
dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan pernah
dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa (Parwati, Dewi &
Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai alternative
serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan
fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau ada
hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan bertambah
naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus).
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah
diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian
b. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja dan
dalam lingkungan tempat tinggal
c. Harga diri
10
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan orang lain
akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau klien merasa tidak
berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan
keluarga.
d. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
1) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.
2) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan
perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan
aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan klien
dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
b. Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan jiwa.
c. Kegiatan ibadah
d. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a. Penampilan.
Biasanya penampilan klien kotor.
b. Pembicaraan.
Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
11
c. Aktivitas motoric
Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat
tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah- ubah, gemetar, tangan mengepal,
dan rahang dengan kuat.
d. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
e. Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat bermusuhan,
curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan mudah
tersinggung.
g. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab pertanyaan
dengan jelas.
h. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
i. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
j. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
k. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang dan tidak
mampu mengambil keputusan
l. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
m. Makan
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. MakanBiasanya klien tidak mengalami
perubahan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
12
c. Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut
dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor, dan klien
hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d. Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan. Klien
tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien tidak mengenakan
alas kaki
e. Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti: menyikat
gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan tempat tidur,
mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah,
kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
f. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli tentang
bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h. Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan makanan,
merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan tingkah laku
yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak terpenuhi, memukul
anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah tangga.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi Dari
obat yang diminumnya.
13
13. Analisa Data
Analisa Data. Sumber (Nurhalimah 2016)
No. Data Masalah
1 Data Suyektif : Resiko Perilaku
pasien mengatakan ia memukul ibunya kekerasan
dengan sapu dan mengeluarkan kata kasar
dan tidak pantas karena tidak dibelikan motor.
Data Obyektif :
Suara keras
Tangan mengepal
Wajah merah dan tegang
Pandangan tajam
mengatupkan rahang dengan kuat
Bicara kasar
Nada suara tinggi
2 Subjektif : Gangguan Konsep Diri :
Klien merasa tidak dihargai, dan merasa Harga diri rendah
minder dengan orang lain yang memiliki
pasangan
Objektif : Klien tampak malu

B. Pohon Masalah
Sumber (Nurhalimah, 2016)
Risiko Perilaku Kekerasan (pada diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal) (effect)

perilaku kekerasan (core problem)

harga diri rendah (cause)


C. Diagnosa Keperawatan

14
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data selanjutnya adalah penegakan
diagnosa keperawatan dan pembuatan pohon masalah. Diagnosis keperawatan risiko
perilaku kekerasan dirumuskan jika klien saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan,
tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mampu mengendalikan perilaku
kekerasan tersebut. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan pohon masalah pada klien
dengan risiko perilaku kekerasan. Diagnosis keperawatan ialah identifikasi atau
penilaian terhadap pola respons klien baik actual maupun potensial dan merupakan dasar
pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang
bertanggung jawab.
Data subjektif : klien mengatakan jengkel dengan orang lain,
mengupkankan rasa permusuhan yang mengancam, klien merasa tidak nyaman, klien
merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam.
Data objektif : suara keras, tangan mengepal, wajah memerah dan tegang,
pandnagan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, bicara kasar,
suara nada tinggi. ( Nurhalimah, 2016)
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan (Nurhalimah, 2016) :
a. Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan
yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah, yaitu secara verbal terhadap :
15
1) Orang lain.
2) Diri sendiri.
3) Lingkungan.
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
1) Fisik : pukul bantal, kasur, tarik nafas dalam.
2) Verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya.
3) Spiritual : kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien
4) Obat.
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal.
2) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal. h. Latih pasien
mengontrol perilaku kekerasan secara verbal :
3) Latih mengungkap rasa marah secara verbal : menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
4) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
h. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
1) Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien.
2) Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
pasien.
3) Buat jadwal latihan kegiatan ibadah.
i. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :
1) Latih pasien minum obat secara teratur disertai penjelasan kegunaan obat dan
akibat berhenti minum obat.
2) Susun jadwal minum obat secara teratur.
j. Diskusikan bersama keluarga pasien pentingnya peran serta keluarga sebagai
pendukung klien dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan
1) Jelaskan pengertian, penyebab, akibat, cara merawat klien.
2) Peragakan cara merawat klien
3) Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang cara perawatan
terhadap klien
E. Implementasi

16
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam
integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah direncanakan, perawat perlu menvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini. Hubungan
saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) perilaku
kekerasan terdiri dari : SP 1 (pasien) : maembantu klien mengontrol perilaku kekerasan
dengan memukul bantal atau kasur. SP 2 (pasien) : (pasien) : membantu klien dalam
meminum obat seacara teratur. SP 3 (pasien) : Membantu klien mengontrol perilaku
kekerasan seacara verbal seperti menolak dengan baik atau meminta dengan. SP 4
(pasien) : baik membantu klien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual dengan
cara sholat atau berdoa
F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan berhasil apabila
pasien dapat :
1. Menyebutkan penyebab, tanda, dan gejala perilaku kekerasan dan akibat dari
perilaku kekerasan
2. Mengontrol perilaku kekerasan :
a) Fisik : tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur
b) Sosial/verbal : meminta, menolak, mengungkapkan perasaan secara sopan dan
baik
c) Spiritual : dzikir/berdoa, meditasi berdasarkan agama yang dianut
d) Psikofarmaka : rutin mengkonsumsi obat, tidak putus obat, mampu
mengenal obat sendiri dari warna, bentuk, nama, dosis, dll.
3. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) risiko perilaku kekerasan
berhasil apabila keluarga dapat :
a) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda
dan gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan)
b) Mencegah terjadinya perilaku kekerasan
c) Menunjukan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
d) Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perasaan marah
17
e) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
mengontrol perasaan marah
f) Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku
kekerasan pasien
g) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan melakukan
rujukan

BAB III
STUDI KASUS

3.1 PENGKAJIAN

Ruang Perawatan : Murai RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu

Tanggal dirawat :

I. Identitas Klien

1. Nama klien : Tn.M


2. Umur : 43 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. No RM : 021609
6. Ruang :Murai
7. Diagnose masuk : skizoferinia (Resiko Prilaku Kekerasan)
8. Alamat : Lunjuk Seluma
9. Informant : Status klien dan komunikasi dengan klien
PENANGGUNG JAWAB
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat : Lunjuk Seluma

3.2 Alasan Masuk Rumah Sakit


Ngamuk, marah-marah, ngoceh, merusak dan menghancurkan barang,
keluyuran,curiga.
3.3 Faktor Predisposisi
18
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 2 tahun yang lalu
tepatnya pada tahun 2020 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah
klien tidak rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-
gejala seperti diatas. Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami gangguan
jiwa.
Masalah Keperawatan:Resiko Perilaku kekerasan
3.4 Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital :TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 37 ºC P : 20 x/menit
TB : 158 cm BB : 50 Kg
3. Tidak terdapat keluhan fisik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.5 Psikososial
3.5. 1 Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal dalam satu rumah

Penjelasan : Klien anak ke 2 dari 4 bersaudara, dan tidak ada anggota


keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

3.5.2 Konsep diri


19
a. Gambaran diri : Tidak ada kecacatan
b. Identitas : Klien tamat SMP, belum menikah, Klien anak ke
2 dari 4 bersaudara.
c. Peran diri : Klien hanya lulusan SMP yang saat ini dirawat di
RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu
d. Ideal diri : klien ada riwayat melakukan tindakan yang
berbahaya
e. Harga diri : Klien merasa tidak berarti lagi baik di dalam
keluarga maupun masyarakat setelah mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.

3.5.3 Hubungan sosial


Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat
berarti dalam hidupnya, terutama orang tuanya. Klien selalu
mengikuti kegiatan di Rskj Provinsi Bengkulu tersebut. Klien mengatakan
tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
karena klien gampang bergaul
Masalah keperawatan:-
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan :Klien beragama islam dan yakin dengan
agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : klien kadang-kadang beribadah.
Masalah keperawatan:-

3.5.5 Status Mental


a. Penampilan
Penjelasan : Penjelasan : Klien berpenampilan bersih, dan rapi
b. Pembicaraan
Penjelasan : Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan lambat namun dapat dipahami
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Penjelasan : Klien terlihat sedikit gelisah
20
d. Suasana Perasaan
Penjelasan : Klien terlihat gelisah dan sering menggepalkan kedua
tangan.
Masalah Keperawatan : resiko perilaku kekerasan
e. Afek
Penjelasan : Afek klien labil, mudah emosi, pandangan tajam dan
mudah marah jika di tanya.
Masalah Keperawatan : Resiko mencederai orang lain
f. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Penjelasan : Klien kooperatif, ada kontak mata pada lawan
bicara, mudah tersinggung dalam setiap interaksi.

g. Afek
Penjelasan :Afek klien labil, mudah emosi, mudah marah.
Masalah keperawatan :Resiko perilaku kekerasan
f. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Klien kooperatif, ada kontak mata pada lawan bicara,
mudah tersinggung dalam setiap interaksi.
g. Persepsi
Penjelasan : Tidak mendengar suara-suara aneh
h. Proses Pikir
Penjelasan : Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.
i. Isi piker
Penjelasan : Klien dapat mengontrol isi pikirnya,klien tidak
mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham.
j. Tingkat kesadaran
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien
mengenali waktu, orang dan tempat.
k. Memori
Penjelasan : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan
yang baru terjadi.
l. Tingkat konsentrasi berhitung

21
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan
sederhana tanpa bantuan orang lain.
m. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.
n. Daya tilik diri
Penjelasan : Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien
mengetahui bahwa dia sering marah.
3.6 Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara baik
dengan orang lain dan berkooperatif, klien marah jika keinginannya tidak
terpenuhi.
3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan di RSKJ Soeprapto Provinsi
Bengkulu tersebut.
3.8 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan klien tau
apa obat yang dikonsumsinya.
3.9 Analisis Data

No Data Masalah
Keperawatan
1 Subjektif : Resiko Perilaku
Klien mengatakan pernah melempar Kekerasan
barang-barang yang ada dirumahnya
pernah memukul keluarganya dan marah-
marah kepada adiknya
Objektif :
Klien terlihat gelisah dan sering
menggepalkan kedua tangan menggepalkan
kedua tangan.
Afek klien labil, mudah marah, mudah
emosi, tampak gelisah.
TD : 120/70 mmHg N : 80 x/menit
S : 37 ºC P : 20 x/menit
TB : 158 cm BB : 50 Kg
2 Subjektif : Gangguan Konsep Diri :
Klien merasa malu karena diantarkan ke Harga diri rendah
RSKJ
Klien merasa tidak berarti lagi baik di
22
dalam keluarga maupun masyarakat setelah
mengalami gangguan jiwa.
Objektif :
Klien tampak malu dan gelisah, dan
tanpak sedih saat di kaji

3.10 Daftar Masalah Keperawatan

a. Risiko Perilaku Kekerasan


b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3.11 Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan (pada diri sendiri, orang lain,


lingkungan, dan verbal) (effect)

perilaku kekerasan (core problem)


harga diri rendah (cause)
3.12 Diagnosa Prioritas
- Risiko Perilaku Kekerasan

23
3.13 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko perilaku klien dapat mebina Ketika di evaluasi Klien mau membalas Sp 1
kekerasan hubungan saling salam, berjabat tangan, menyebutkan 1.1. Membina hubungan saling percaya dengan cara
percaya nama, tersenyum, ada kontak (menjelaskan maksud dan tujuan interaksi, jelaskan
mata,serta menyediakan waktu untuk
kunjungan berikutnya tentang kontrak yang akan dibuat, beri rasa aman dan
sikap empati)
1.2.Diskusikan bersama klien
tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala,
perilaku yang munc ul dan akibat dari perilaku tersebut).

Klien dapat Klien mampu menyebutkan dan Sp 1


mengendalikan menredemonstrasi kan cara mengontrol Latih klien melakukan cara mengontrol Kemarahan:
perilaku kekerasan perilaku kekerasan dengan cara relaksasi
dengan cara relaksasi 1.3. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
nafas dalam dan pukul nafas dalam dan pukul bantal 1.4. Pukul bantal
bantal kasur

Klien dapat Klien dapat Sp 2 :


mengendalikan mengendalikan perilaku kekerasan Bantu klien mengontrol perilaku kekerasan pasien dengan
perilaku kekerasan dengan minum obat secara teratur minum obat secara teratur
dengan minum obat
secara teratur
klien paham dan Klien paham dan Lakukan SP 3
mampu Mampu menyampaikan amarah pasien risiko perilaku kekerasan : Ajarkan kepada klien
mengendalikan
risiko perilaku dengan cara berbicara dengan baik bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga cara:
kekerasan dengan Meminta dengan baik tanpa menolak , mengungkapkan
cara berbicara perasaan kesal
dengan baik

24
Klien paham dan Klien paham dan mampu mengendalikan Lakukan sp ke 4 pasien resiko perilaku kekerasan :
mampu resiko perilaku kekerasan dengan cara Disukusikan bersama klien cara mengendalikan resiko
mengendalikan beribadah perilaku kekerasan dengan cara beribsadah
resiko perilaku
kekerasan dengan
cara beribadah

25
3.14 Implementasi Keperawatan
Tgl, hari Dx Tujuan Implementasi Evaluasi
Kriteria Hasil
Sabtu Risiko Tujuan :klien dapat mebina SP1 S : klien menyebutkan namanya tn.m
05-02- perilaku hubungan saling percaya Membina hubungan saling Klien mengatakan kabarnya baik.
2022 kekerasa Kriteria hasil : ketika di evaluasi percaya dengan cara
n Klien mau membalas salam, berjabat klien mengatakan membanting pintu gerbang karena
tangan, menyebutkan nama, (menjelaskan maksud dan merasa marah
tersenyum, ada kontak tujuan interaksi, jelaskan O:
mata,serta menyediakan waktu untuk tentang kontrak yang akan Klien mampu memperkenalkan dirinya
kunjungan berikutnya dibuat, beri rasa aman dan
Ds : klien mengatakan membanting pintu Klien mau berjabat tangan
sikap empati)
gerbang karena merasa marah Tatapan mata tajam, mudah marah
-klien mengatakan saat marah ingin Diskusikan bersama klien
TD : 120/70 mmHg N : 80 x/menit S: 37 ºC
bersabar tapi tidak bisa menahannya tentang perilaku kekerasan
P : 20 x/menit TB : 158 cm BB : 50 Kg
Do : Klien mampu memperkenalkan (penyebab, tanda dan gejala,
A : Risiko Perilaku kekerasan (+)
dirinya perilaku yang muncul dan
P : menjelaskan tentang penyebab,
Klien mau berjabat tangan akibat dari perilaku tersebut).
tanda gejala, perilaku yang muncul
Tatapan mata tajam, mudah marah dan akibat perilaku kekerasan
TD : 120/70 mmHg N : 80 x/menit
S: 37 ºC P : 20 x/menit
TB : 158 cm BB : 50 Kg

26
Tujuan : klien mampu menjelaskan Sp 1 S : klien mengatakan mengetahui penyebab resiko
Minggu penyebab, tanda gejala, dan akibat Mengevaluasi tentang perilaku kekerasan yaitu mudah marah
6-02- resiko perilaku kekerasan penjelasan penyebab,
2022 Kriteria hasil : klien mampu mengontrol O : pandangan mata melotot
resiko perilaku kekerasan tanda gejala, dan akibat Suara bicara nada keras.
Ds : klien mengatakan mengetahui perilaku kekerasan Menggepalkan tangan.
penyebab resiko perilaku kekerasan TD : 127/80 mmHg N : 88 x/menit
yaitu mudah marah S: 37,2 ºC P : 22 x/menit
Do: pandangan mata melotot A : Risiko Perilaku kekerasan (+)
Suara bicara nada keras. P :menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan
Menggepalkan tangan. dengan cara memukul bantal dan tarik nafas dalam
TD : 127/80 mmHg N : 88 x/menit
S: 37,2 ºC P : 22 x/menit

Senin Tujuan :Klien dapat mengendalikan Sp 1 S : klien mengatakan mau diajarkan tehnik nafas
7-02- perilaku kekerasan dengan cara Latih klien melakukan dalam.
2022 relaksasi
nafas dalam dan pukul bantal kasur cara mengontrol O:
kriteria hasil : Klien mampu Kemarahan: Klien mampu melakukan latihan fisik tarik nafas
menyebutkan dan mendemonstrasi kan Ajarkan tehnik relaksasi dalam dengan mandiri
cara mengontrol perilaku kekerasan nafas dalam Klien mampu pukul kasur bantal dengan mandiri
dengan cara relaksasi nafas dalam dan Pukul bantal A : Risiko Perilaku kekerasan (+)
pukul bantal P : Latihan fisik :
Ds: klien mengatakan mau diajarkan - Tarik nafas dalam 1x/ hari
tehnik nafas dalam - Pukul kasur bantal 1x/hari
Do : Klien mampu melakukan latihan
fisik melakukan latihan fisik tarik nafas
dalam dengan mandiri
Klien mampu pukul kasur bantal dengan
mandiri

27
Selasa Tujuan : Klien dapat Sp 2 : S: klien menyebutkan warna obat yang diminumm
8-02- mengendalikan perilaku kekerasan Bantu klien mengontrol tetapi tidak mengetahui nama obatnya.
2022 dengan minum obat secara perilaku kekerasan pasien O : klien tidak ada kesulian dalam minum obat.
teratur. A: klien belum mampu mengenal jenis obat.
Kriteria hasil : Klien dapat dengan minum obat secara
teratur dan benar P : motivasi klien mengontrol resikoperilaku
mengendalikan perilaku kekerasan
Memasukan pada jadwal kekerasan dengan obat yang benar dan tepat.
dengan minum obat secara teratur
Ds : klien menyebutkan warna obat kegiatan fisik dan minum
yang diminumm tetapi tidak obat
mengetahui nama obatnya.
Do: klien tidak ada kesulian dalam
minum obat

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tahap Pengkajian


Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu dari
pasien dan pengawas yayasan. Mahasiswa mendapat sedikit kesulitan dalam
mmenyimpulkan data kerena keluarga pasien jarang mengkunjungi pasien di
yayasan pemenang jiwa. Maka mahasiwa melakukan pendekatan pada pasien
melalui komunikasi terapautik yang lebih terbuka membantu pasien untuk
memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien. Adapau
upaya tersebut yaiut :
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
pasien agar pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
b. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara dan tidak
menemukan kesenjangan karena di temukan hal sama seperti diteori
bahwasanya Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari
kemarahan, hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku
kekerasan merupakan respon maladaptif dari marah akibat tidak mampu
klien untuk mengatasi strssor lingkungan yang dialaminya (Estika, 2021).
1.2 Tahap perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana
asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian
dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis
hanya menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah
keperawatan yaitu :perilaku kekerasan. Pada tahap ini antara tinjauan teoritis
dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga penulis dapat melaksanakan
tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan seringnya bimbingan
dengan pembimbing. Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya
yang dilakukan penulis yaitu : Risiko Perilaku Kekerasan

a. Mengidentifikasi isi Risiko Perilaku Kekerasan


b. Mengidentifikasi waktu terjadi Risiko Perilaku Kekerasan

29
b. Mengidentifikasi situasi pencetus Risiko Perilaku Kekerasan
c. Mengidentifikasi respon terhadap Risiko Perilaku Kekerasan
d. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol Risiko
e. Perilaku Kekerasan dengan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal
f. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
g. Melatih pasien mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan
berbicara baik-baik dengan orang lain dan spritual
h. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
1.3 Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan
yakni: diagnosa keperawatan Risiko Perilaku Kekerasandi karenakan
masalah utama yang dialami klien. Pada diagnosa keperawatan Risiko Perilaku
Kekerasan dilakukan yaitu membina hubungan saling percaya. Strategi
pertemuan yang kedua yaitu mengevaluasi tanda gejala, penyebab dan resiko
perilaku kekerasan. Strategi pertemuan yang ketiga mengidentifikasi Perilaku
Kekerasan, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik napas dan pukul
kasur bantal. Strategi pertemuan yang keempat menganjurkan minum obar
secara teratur.
1.4 Tahap evlaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
2. Dapat mengidentifikasi dan mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
3. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan fisik,
4. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara minum
obat secara teratur
5. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara
baik-baik
6. Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan spritual yang
terjadwal.
Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :
1 . Pasien dapat membina hubungan saling percaya
2 . Dapat mengidentifikasi dan mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
3 . Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan fisik,
30
4 . Dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara minum obat
secara teratur

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn.M dan
disimpulkan bahwa pasien dapat mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan terapi yang di ajarkan oleh mahasiwa. Dimana pasien dapat
melakukan tarik nafas dalam, memukul bantal secara mandiri untuk
mengontrol amarahnya. Pasien juga minum obat secara teratur.
5.2 Saran
1. Diharapkan pada keluarga sering mengunjungi pasien selama waktu
perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka pasien
merasa berarti dan dibutuhkan dan harus memperhatikan obat dikonsumsi
serta membawa pasien kontrol secara teratur kepelayana kesehatan jiwa
ataupun rumah sakit jiwa.
2. Bagi mahasiswa /mahasiwi agar lebih memperdalam ilmu
pengetahuan khusus tentang keperawatan jiwa.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Azis, N. R., Sukamto, E., & Hidayat, A. (2018). Pengerun Terapi De-
Ekslasi Terhadap Perubahan Perilaku Pasien dengan Resiko Perilaku
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/797

2. Depkes, R.I., (2015) Hasil Riskesdas 2015 Departemen Kesehatan


Republik Indonesia http://www.depkes .go.id/resource/download/general.

3. Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour


Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal
Mutiara Ners, 3(1), 8-14. http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/
view/1005

4. Pitayanti, A., & Hartono, A. (2020). Sosialisasi Penyakit Skizofrenia


Dalam Rangka Mengurangi Stigma Negatif Warga di Desa Tambakmas
Kebonsari-Madiun. Journal of Community Engagement in Health, 3(2),
300-303. https://jceh.org/index.php/JCEH/article/view/83/78

5. Dwi Prastya, F., & Arum Pratiwi, S. K. (2017). Mekanisme Koping Pada
Pasien Perilaku Kekerasan Dengan Risiko Menciderai Orang Lain Dan
Lingkungan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52420

6. Hastuti, R. Y., & Setianingsih, S. (2016). Pengaruh Cognitive Behaviour


Therapy Pada Klien Dengan Masalah Keperawatan Perilaku Kekerasan Dan
Halusinasi Di Rsjd.
7. Keliat, B.A 7 Akemat (2016). Keperawatan jiwa : terapi Aktivitas
kelompok. Ed.2. EGC

8. Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta:


Kemenkes RI.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaran-
prevalensi-skizofreniapsikosis-di-indonesia#

9. Pardede, J. A. (2020, November 12). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa


Dengan Masalah Risiko Perilaku Kekerasan.
https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm

32
10. Pardede, J. A, Keliat, B.A & Wardani,I.Y. (2013). Pengaruh Acceptance
And Commitment Therapy Dan Pendidika n Kesehatan Kepatuhan
Minum Obat Terhadap Gejala, Kemampuan Berkomitmen Pada
Pengobatan Dasar Kepatuhan Pasien Skizofrenia. Depok, FIK UI

11. Sulistiowati, N. M. D., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2014). Pengaruh


acceptance and commitment therapy terhadap gejala dan kemampuan klien
dengan resiko perilaku kekerasan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 2(1), 51-57.
https://doi.org/10.26714/jkj.2.1.2014.51-57

12. Widyastini, B.I. (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi


Persepsi Sesi I – V Terhadap Kemampuan Mengontrol dan Mengekspresikan
Marah Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Jurnal mahasiswa bidang ilmu keperawatan. 1 (1)
2014. http://112.78.40.115/e- journal/index.php/ilmukeperawatan/
article/view/54
13. Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of
Violent Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3),291-300.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621

14. Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). The Symptoms of
Risk of Violence Behavior Decline after Given Prgressive Muscle Relaxation
Therapy on Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 3(2), 91-100. http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.534

15. Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan
Koping Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980

16. Suryanti., Cannity, K., McIndoo, C. C., File, A. A., Ryba, M. M., Clark, C.
G., & Bell, J. L. (2018). Behavior Therapy for depressed breast cancer
patients: Predictors of treatment outcome. Journal of Consulting and Clinical
Psychology
17. WHO (2019). Schizophrenia. Retrieved from. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/%20detail/schizophrenia

18. Pardede, J. A, sirait, D. Riandi, R, Emanuel, P & Laia R. (2016). Ekspresi


emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia. Idea Nursing
Journal, 7(3), 53-61

19. Pardede, J. A., Keliat, B.A., & Yulia, I. (2015). Kebutuhan Dan Komitmen
Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberkan Acceptance And
Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
33
ObatJurnal Keperawatan Indonesia, 3(18), 157-
166. http://dx.doi.org/10.7454/jki.v18i3.419

20. Parwati, I. G., Dewi, P. D., & Saputra, I. M. (2018). Asuhan Keperawatan
Perilaku Kesehatan. https://www.academia.edu/37678637/
asuhan_keperawatan_perilaku_kekerasan

21. Riskesdas (2018) Hasil Utama riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
22. Suryenti, V. (2017). Dukungan Dan Beban Keluarga Dengan Kemampuan
Keluarga Merawat Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Klinik Jiwa Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2017. Jurnal Psikologi Jambi,
2(2), 39-46. https://www.online-journal.unja.ac.id/jpj/article/view/4795

23. Yusuf, AH. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
Selatan : Salemba Medik.

34

Anda mungkin juga menyukai