Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DI RUANG


RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Disusun Oleh :

ERLINA DWI JAYANTI

(183.0039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TA. 2018-2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

1. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perilaku Kekerasan

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


2.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan
pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan
diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.
perilaku kekerasan lingkungan dapat berua perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan (Yusuf, Fitriyasari &
Nihayati, 2015).
2.2 Rentang Respon Marah

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan
mengungkapka mencapai tidak dapat mengekspres marah dan
n marah tanpa tujuan mengungkapka ikan secara bermusuha
menyalahkan kepuasan / n perasaannya, fisik, tapi n yang kuat
orang lain dan saat marah tidak berdaya masih dan hilang
memberikan dan tidak dan menyerah. terkontrol, control,
kelegaan. dapat mendorong disertai
menemukan orang lain amuk,
alternatifnya dengan merusak
. ancaman. lingkungan
.

Gambar 1.1 Rentang Respon Marah


Sumber : Damaiyanti & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refikasi Aditama.
2.3 Etiologi
Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012), faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya perilaku kekerasan antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf mempunyai peran
mempengaruhi timbulnya perilaku agresif.
b) Genetic factor
Adanya faktor gen yang dirutunkan melalui orang tua menjadi
potensi perilaku agresif.
c) CycardiN Rhytm
Pada jam-jam sibuk, sekitar jam 9 dan 13, orang lebih mudah
terstimulasi untuk bersikap agresif.
d) Biochemistry faktor
Peningkatan hormone androgen dan norepineprin serta penurunan
serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat
menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
e) Brain area disorder
Gangguan pada sistem otak dapat berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tidak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang (life span history). Perilaku agresif merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan
rendahnya harga diri.
b) Imitation, modeling, and information precossing theory
Perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
mentolelir kekerasan.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya.
b. Faktor Presipitasi
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
3. Proses Terjadinya Amuk
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol,
yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Amuk
adalah respons marah terhadap adanya stress, rasa cemas, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa dan ketidakberdayaan (Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015).
Resopn marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara
internal dapat berupa perilaku tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara
eksternal dapat berupa perilaku destruktir agresif. Respons marah dapat
diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) menungkapkan secara verbal, (2)
menekan, dan (3) menantang (Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015).
Mengekspresikan rasan marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti
orang lain akan memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena
ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat
menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk (Yusuf, Fitriyasari &
Nihayati, 2015).
4. Tanda dan Gejala
Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012), tanda dan gejala perilaku kekerasan,
antara lain:
a. Muka merah dan tegang;
b. Mata melotot / pandangan tajam;
c. Tangan mengepal;
d. Rahang mengatup;
e. Wajah memerah dan tegang;
f. Postur tubuh kaku;
g. Pandangan tajam;
h. Mengatupkan rahang dengan kuat;
i. Mengepalkan tangan;
j. Jalan mondar-mandir.
5. A. POHON MASALAH
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Effect

Perilaku Kekerasan
Core Problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Causa

Gambar 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan


Sumber : Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah menurut
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati (2015), adalah:
a. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Perilaku kekerasan.
2. Data Yang Perlu Dikaji
Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012), pengkajian pada klien
perilaku kekerasan ditujukan pada aspek biopsikososial-kultural-spiritual.
a. Aspek biologis
Respons fisiologis tumbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
takikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat.
Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku dan refleks cepat.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Kaji cara marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana
informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan.emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri
dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa.

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku Kekerasan

7. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon terhadap
kemarahan.
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
8. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9. Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya.

Tabel 1.1 Rencana Keperawatan Perilaku Kekerasan (Damaiyanti & Iskandar, 2012)
KLIEN KELUARGA
SP1P SP2K
1. Mengidentifikasi penyebab PK 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi tand gejala PK dirasaka keluarga dalam merawat
3. Mengidentifikasi PK yang dilkukan klien
4. Menidentifikasi akibat PK 2. Menjelaskan pengertian PK, tanda
5. Menyebutkan cara mengontrol PK gejala serta proses tejadinya PK
6. Membantu klien mempraktikkan latihan 3. Menjelaskan cara merawat klien
cara mengontrol PK dengan PK
7. Mengnjurkan klien memasukkan dalam
kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktikkan
klien cara merawat klien dengan PK
2. Melatih klien mengontrol PK dengan 2. Melatih keluarga melakukan cara
cara fisik II merawat langsung kepada klien PK
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam kegiatan harian
SP3P SP3K
1. Menevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat
klien jadwal aktivitas di rumah termasuk
2. Melatih klien mengontrol PK dengan minum obat
cara verbal 2. Menjelaskan follow up klien setelah
3. Menganjurkan klien memasukkan pulang
dalam jadwal kegiatan harian
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Melatih klien mengontrol PK dengan
cara spiritual
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP5P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK
dengan minum obat
3. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai