Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Bronkopneumonia


2.1.1 Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu

peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-

anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri,

virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh

mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu

dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder

terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga

sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang

dewasa (Bradley et.al., 2011).


Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-

bercak (patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut

pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil

disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi

jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).
2.1.2 Etiologi Bronkopneumonia
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
1. Faktor Infeksi :
a. Pada neonates : Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus

(RSV).

5
b. Pada bayi yaitu Virus : Virus parainfluensa, virus influenza,

Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Organisme atipikal :

Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.


c. Pada anak-anak yaitu virus : Parainfluensa, Influensa Virus,

Adenovirus, RSV. Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia.

Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosi.


d. Pada anak besar – dewasa muda, Organisme atipikal : Mycoplasma

pneumonia, C. trachomatis. Bakteri : Pneumokokus, Bordetella

pertusis, M. tuberculosis.
2. Faktor Non Infeksi Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks

esophagus meliputi : Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh

karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat

hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang

mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap

keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis,

pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan

pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang

menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang

terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak


Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan sehat

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri

atas reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang

menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.

6
Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,

protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. ( Sandra M. Nettiria, 2009 :

682 ) Antara lain :


1. Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : legionella pneumoniae
3. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-

paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
2.1.3 Klasifikasi Bronkopneumonia
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,

dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli

telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti

secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011) :
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia

interstitiali, Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari

masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia

yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)


3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri Pneumonia

virus Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur


4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal Pneumonia

atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia

persisten.
2.1.4 Manifestasi Klinis Bronkopneumonia
Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran

pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita

bronkhopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,

demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas

7
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 2010 :

435).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika

terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat)


1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis

(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2011 : 684)


b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan

dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk

kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.

(Barbara C, Long, 2009 : 435)


c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status

asam basa.(Sandra M. Nettina, 2011 : 684).


d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen

mikroba (Sandra M. Nettina, 2011 : 684).


2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

8
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C,

Long, 2011 : 435).


b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas

tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2011).


2.1.6 Penatalaksanaan Bronkopneumonia
1. Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien

bronkopneumonia adalah :
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
2. Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah :
a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal

bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip


c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier


2.1.7 Pencegahan Bronkopneumonia
1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat

keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.


2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih

disertai suara sesak dan sesak pada anak


5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza

9
2.1.8 Pathway Bronkopneumonia

 Bakteri Stafilokokus aureus


 Bakteri Haemofilus influezae
 Mycoplasma
 Penderita akit berat yang
dirawat di RS
Infeksi Saluran nafas atas  Penderita yang mengalami
penurunn
sistem pertahanan tubuh

Kuman berlebih di Kuman terbawa Infeksi saluran pernafasan bawah


bronkus disaluran pencernaan

Proses peradangan Infeksi saluran


Dilatasi Peningkatan Edema antara
pencernaan
pembuluh Suhu kaplier dan alveoli
darah
Akumulasi secret di
bronkus Peningkatan Bising
usus Edema paru
Eksudat plasma Hipetermi
masuk alveoli
Peningkatan Pengerasan
peristaltic usus dinding paru
Bersihan Jalan Gangguan difusi
Nafas Tidak dalam plasma
Efektif
malabsorbsi Penurunan
Mukus brokus
compliance paru
meningkat
Gangguan
Pertukaran Gas
Bau mulut Diare Suplai O2 menurun
tidak sedap

Hiperventilasi Hipoksia
Gangguan
keseimbangan 10
cairan dan elektrolit
anoreksi
a
Dispneu Metabolisme
Intake kurang anaeraob meningkat

Retraksi dada / nafas Akumulasi


asam laktat
Ketidakseimbangan cuping hidung
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Gangguan Fatigue
pola nafas

Intoleransi aktifitas

11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia
2.2.1 Pengkajian
1. Indentitas Pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Indentitas Orang Tua Pasien
2. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,

disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.


3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap

dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama

minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum

(hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot

bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi

nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus

yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu

terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam

jangka panjang misalnya debu/ asap.


5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor

keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan

produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3

bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau,

putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya

terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya

rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun,

serbuk gergaji)Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.

12
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan

otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supraklatikula,

melebarkan hidung).
b. Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),

gerakan difragma minimal.


Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
c. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena

leher(penyakit berat) edema dependen, tidakberhubungan dengan penyakit

jantung.Bunyi jantung redup (yang berhubungandengan peningkatan diameter

AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normalatau abu-abu/ sianosis

perifer. Pucat dapatmenunjukan anemia.


d. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah., Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).,

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.


Tanda : Turgor kulit buruk, Berkeringat, Palpitasi abdominal dapat

menyebabkan hepatomegali.
e. Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktifitas

sehari- hari, karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur

dalam, posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon

terhadapaktifitas atau istirahat.


Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan masa

otot.
f. Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.
Tanda : Perubahan pola hidup Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
g. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas

sehari- hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
h. Keamanan

13
Gejala : Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor lingkungan, Adanya

infeksi berulang.

14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

inflamasitrakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi

sputum

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane

alveoluskapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,

gangguanpenerimaan oksigen

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam

alveoli

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan

dengankehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral

5. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic

sekunderterhadap demam dan proses infeksi, anorexia, distensi

abdomen

6. Hipertermi b.d proses infeksi

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen

2.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan

dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan

produksi sputum

a. Tujuan : Mengidentifikasi / menunjukan perilaku mencapai

bersihan jalan nafas

b. Kriteria hasil : Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas

bersih, tidak ada dispenia

15
c. Intervensi

1) Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada

Rasional : Takipneau, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada

tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan

dinding dada dan cairan paru

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada

aliranudara dan bunyi nafas adventius. Misalnya : krekels atau

mengi

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan. Bunyi nafas bronchial ( normal pada bronkus)

dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, mengi

terdengar inspirasi dan / ekspirasi pada respon terhadap

pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/

obstruksi

3) Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari

melakukan batuk, misalnya dengan menekan dada dan batuk

efektif sementara posisi duduk tinggi.


Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum

paru-paru / jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah

mekanismepembersihan jalan nafas alami, membantu silia

untukmempertahankan jalan nafas pasien. Penekanan

menurunkanketidaknyamanan dada dan posisi duduk

memungkinkan upayanafas lebih dalam dan lebih kuat


4) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali

kontraindikasi).Tawarkan air hangat daripada dingin


Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan

mengeluarkan secret
5) Lakukan penghisapan sesuai indikasi

16
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas

secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan,

karena batuk tidak efektif atau perubahan tingkat kesadaran


6) Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,

analgesic
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki

batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus

digunakan secara hati- hati, karena dapat menurukan upaya

batuk / menekan pernafasan


2. Diagnosa keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungandengan

perubahan membrane alveolus kapiler, gangguan kapasitaspembawa

oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.


a. Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan

dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada gejala distress

pernafasan
b. Kriteria Hasil : Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan

oksigenasi
c. Intervensi
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada

indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum


2) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat

adanya sianosis perifer atau sirkulasi sentral


Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi atau

respon tubuh terhadap demam / menggigil. Namun, sianosis

daun telinga, membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut

menunjukan hipoksemia sistemik


3) Awasi frekuensi jantung / irama
Rasional : Takikardia biasanya ada karena demam/ dehidrasi.

Tetapi juga dapat merupakan respon terhadap hipoksemia


4) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik

relaksasi dan aktifitas senggang

17
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/

konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi


5) Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi,

nafas dalam dan batuk efektif


Rasional : tindakan ini mengingatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran secret untuk perbaikan ventilasi


6) Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan.

Jawab pertanyaan dengan jujur, kunjungi dengan sering sesuai

indikasi
Rasional : Ansietas adalah manifestasi masalah psikologisesuai

dengan respon fisiologi terhadap hipoksia. Pemberian

keyakinan dan peningkatan rasa aman dapat menurunkan

komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan

oksigen dan efek merugikan dari respon fisiologi.


7) Berikan terapi oksigen dengan benar
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2

diatas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang

memberikan pengiriman dengan tepat dalam toleransi pasien


3. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan

denganproses inflamasi dalam alveoli


a. Tujuan : Menunjukan pola nafas tidak efektif dengan frekuensi dan

kedalaman rentang normal dan paru bersih


b. Kriteria Hasil : Partisipasi dalam aktifitas/ perilaku peningkatan

fungsi paru
c. Intervensi
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Catatupaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/

pelebaran nasal
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi

peningkatan kerja nafas. Kedalaman pernfasan bervariasi

tergantung derajat gagal nafas


2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventius

seperti krekels atau mengi

18
Rasional : Bunyi nafas menurun / tidak ada jika jalannafas

obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps

jalan nafas kecil ( atelektasis). Ronki dan mengi menyertai

obstruksi jalan nafas


3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bantu pasien

turun dari tempat tidur dan ambulasi dini.


Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan

memudahkan pernafasan.Pengubahan posisi dan ambulasi

meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga

memperbaiki difusi gas.


4) Observasi pola batuk dan karakteristik sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/

iritasi. Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan

jaringan ( infark paru) atau anti koagulan berlebihan


5) Berikan oksigen tambahan
Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja

nafas
6) Berikan humidifier tambahan, misalnya nebulizer
Rasional : Memberikan kelembaban pada membran mukosa

dan membantu pengenceran secret untuk memudahkan

pembersihan
4. Diagnosa keperawatan : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan, penurunan

masukan oral
a. Tujuan : Menunjukan keseimbangan cairan
b. Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik,

pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil


c. Intervensi
1) Kaji perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh
Rasional : Peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan

kehilangan cairan melalui evaporasi


2) Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa

19
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan,

meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena

nafas mulut dan oksigen tambahan


3) Tekankan cairan setidaknya 1000ml/ hari atau sesuai kondisi

individual
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan

resiko dehidrasi
4) Beri obat sesuai indikasi, misalnya antipiretik, antiemetic
Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan
5) Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan
Rasional : Pada dasarnya penurunan masukan / banyak

kehilangan. Penggunaan parenteral dapat memperbaiki /

mencegah kekurangan
5. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolic sekunderterhadap demam dan proses infeksi, anorexia,

distensi abdomen
a. Tujuan : Pemenuhan nutrisi mencukupi kebutuhan
b. Kriteria Hasil : Menunjukan peningkatan nafsu makan,

mempertahankan / meningkatkan berat badan


c. Intervensi
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual / muntah,

misalnya:Sputum banyak, pengobatan, atau nyeri


Rasional : Pilihan intervensi tergantung penyebab masalah
2) Berikan / bantu kebersihan mulut setelah muntah, drainase

postural dan sebelum makan


Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari

lingkungan pasien yang dapat menurunkan mual


3) Berikan makan porsi kecil dan sering, termasuk makanan

kering dan makanan yang menarik untuk pasien


Rasional : Meningkatkan masukan walaupun nafsu makan

mungkin lambat untuk kembali


4) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan
Rasional : Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau

alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan

20
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan atau

lambatnya respon terhadap terapi


6. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

insufisiensi oksigen
a. Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
b. Kriteria Hasil : tidak ada dispneau, kelemahan berlebihan, dan

tanda vital dalam rentang normal


c. Intervensi
1) Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporandispneu,

peningkatan kelemahan, dan perubahan tanda vitalselama dan

setelah aktifitas
Rasional : Menetapkan kebutuhan / kemampuan pasien dan

memudahkan dalam pemilihan intervensi


2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase

akut sesuai indikasi. Dorong penggunaaan manajemen stress

dan pengalihan yang tepat


Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebih
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan

pentingnya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat


Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk

penyembuhan. Pembatasan aktivitas dengan respon individual

pasien terhadap aktifitas dan perbaikan kegagalan pernafasan


4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat / tidur
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau

tidur di kursi

21
22

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Waham Erlina
    LP Waham Erlina
    Dokumen6 halaman
    LP Waham Erlina
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • LP DPD Erlina
    LP DPD Erlina
    Dokumen5 halaman
    LP DPD Erlina
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • LP Isos Erlina
    LP Isos Erlina
    Dokumen6 halaman
    LP Isos Erlina
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • LP RBD Erlina
    LP RBD Erlina
    Dokumen8 halaman
    LP RBD Erlina
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • LP PK Erlina
    LP PK Erlina
    Dokumen7 halaman
    LP PK Erlina
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • LP Halusinasi Erlina
    LP Halusinasi Erlina
    Dokumen8 halaman
    LP Halusinasi Erlina
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • LP HDR Erlina
    LP HDR Erlina
    Dokumen8 halaman
    LP HDR Erlina
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 New
    Bab 3 New
    Dokumen48 halaman
    Bab 3 New
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • Format LP Jiwa-1
    Format LP Jiwa-1
    Dokumen3 halaman
    Format LP Jiwa-1
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • LP Jiwa
    LP Jiwa
    Dokumen43 halaman
    LP Jiwa
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran PHC
    Surat Lamaran PHC
    Dokumen4 halaman
    Surat Lamaran PHC
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • Ukom Jiwa
    Ukom Jiwa
    Dokumen7 halaman
    Ukom Jiwa
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • Persyaratan Ijin Klinik
    Persyaratan Ijin Klinik
    Dokumen14 halaman
    Persyaratan Ijin Klinik
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat
  • UKOM
    UKOM
    Dokumen7 halaman
    UKOM
    Wahyu Trianggoro
    Belum ada peringkat