3. Penyebab
1. Faktor Predisposisi.
a. Biologis.
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat.
Gejala yang mungkin muncul adalah : hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan mungkin perilaku kekerasan
b. Psikologis.
Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan.
Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat mis: tidak ada
kasih sayang, diwarnai kekerasan dalam keluarga.
c. Sosial budaya.
Kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan keamanan).
Kehidupan yang terisolir disertai stres yang menumpuk.
2. Faktor Presipitasi.
a. Kurangnya sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki
b. Respon koping yang maladaptif.
c. Komunikasi dalam keluarga kurang atau juga kemampuan finansial
keluarga.
Fase-fase dalam halusinasi.
1. Fase pertama / Comforting (Ansietas sedang)
a. Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan.
b. Klien mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang
menyenangkan. Cara ini hanya menolong sementara.
2. Fase ke kedua / Condemning (Ansietas Berat)
a. Kecemasan meningkat, melamun, berfikir sendiri jadi domonan.
b. Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas.
c. Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrol.
3. Fase ketiga / Controlling (Ansietas Berat)
a. Bisikan suara, isi halusinasi makin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien.
b. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya tehadap halusinasinya.
4. Fase keempat / Conquering (Panik)
a. Halusinasi berubah menjadi mengancam, mamerintah dan memarahi
klien.
b. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
5. Akibat
a. Mencederai diri / orang lain / lingkungan.
b. Bermusuhan dan perilaku kekerasan
I. A. POHON MASALAH
Defisit
Penyebab ---------------------- Isolasi Sosial: Menarik diri Perawatan Diri
5. Akibat
Risiko terjadi perubahan sensori persepsi : halusinasi
Defisit
Penyebab -------------------- Isolasi Sosial : Menarik diri Perawatan Diri
V. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. 1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi b.d. menarik diri
a. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
b. Tujuan Khusus (TUK)
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
2). Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung yaitu
sebelum sakit / di rawat, dimana klien mempunyai cara berfikir
yang negatif.
2. Akibat
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Risiko perilaku kekerasan
V. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. 1. Isolasi sosial : menarik diri b.d. harga diri rendah
a. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan Khusus (TUK)
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya
1) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit
yang diderita.
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan beri
pujian / reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya.
b. Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan
memberi pujian yang realistis
LAPORAN PENDAHULUAN
1) Agresif :
Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain
1. Kekerasan :
i. Sering juga disebut gaduh – gelisah atau
amuk
ii. Perilaku kekerasan ditandai daengan
menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman
melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat
adalah melukai / merusak seacara serius.
iii. Klien tidak mampu mengendalikan diri
2. Rentang Respon
3. Penyebab
1). Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau saksi penganiayaan
Kegagaln yang dialami dapat menimbulkan frustrasi
yang kemuadian dapat menimbulkan agresif atau amuk
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima mendapatkan dukungan pada saat
melakukan kekerasan
Sering mengobservasi kekerasan dirumah / di luar rumah
c. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif – agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive)
d. Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan kerusakan sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya peilaku
kekerasan
4. Spiritual
Merasa kuasa
Keraguan
Tidak bermoral
Kreativitas terhambat / terhalang
5. Sosial
Menarik diri
Pengasingan
Penolakan
Kekerasan
Ejekan
Kurang percaya diri
5. Akibat
Risiko Mencederai diri sendiri
Risiko Mencederai orang lain
Risiko Mencederai lingkungan
V. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. 1. Mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan b.d. perilaku kekerasan
a. Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan.
b. Tujuan Khusus.
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Beri salam / panggil nama klien
2) Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
3) Jelaskan maksud dan tujuan intraksi.
4) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5) Beri rasa aman dan sikap empati
6) Lakukan kontak singkat tapi sering
LAPORAN PENDAHULUAN
Macam-macam waham
2. Waham agama adalah keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
a. Rentang Respon
b. Penyebab
1) Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
a) Hambatan perkembangan otak khususnya sistem limbik, korteks
frontalis, dan temporalis
b) Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan perilaku menarik diri
c) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal,
neonatus dean kanak-kanak
2) Faktor psikologis
a) Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien
b) Penolakan yang dirasakan dari pengasuh, ibu atau teman yang
bersifat dingin cemas, tidak sensitif, atau bahkan terlalu melindungi
c) Pola asuh masa kanak-kanak tidak adequat misalnya tidak ada kasih
sayang, diwarnai kekerasan, ada kekeosongan emosi
d) Konflik dan kekerasan dalam keluarga (pertengkaran orang tua,
aniaya dan kekerasan rumah tangga)
2) Faktor presipitasi
1) Hubungan yang bermusuhan
2) Merasa ada tekanan
3) Isolasi diri / sosial
4) Pengganguran disertai perasaan tidak berguna
5) Putus asa dan tidak berdaya
d. Akibat
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Risiko mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan
V. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. 1. Kerusakan komunikasi verbal b.d. waham………
d. Tujuan umum (TUM) :
Klien dapat melakukan komunikasi verbal
e. Tujuan khusus (TUK) :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien, beri salam terapeutik
(panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(topik, waktu, tempat)
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien
Katakan perawat menerima keyakinan klien :“Saya menerima
keyakinan anda” disertai ekspresi menerima
Katakan perawat tidak mendukung : “Sukar bagi saya untuk
mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati
Tidak membicarakan isi waham klien
c. Observasi apakah waham klien mengganggu aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan
klien yang realistis
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis. (hati-hati terlibat
diskusi dengan waham)
c. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan
dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan
untuk melakukan saat ini.
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya
dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu
memperhatikan bahwa klien penting.
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Penyebab
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungai dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif dan ketrampilan berkurang.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas menurun
Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
meyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungan / keluarga /
saudara.
4. Akibat
Penampilan diri tidak adekuat
V. RENCANA KEPERAWATAN
Dx. 1. Penampilan diri tidak adekuat b.d defisit perawatan diri
a. Tujuan Umum (TUM)
i. Penampilan diri adekuat
b. Tujuan Khusus (TUK)
1. Klien dpt mengidentifikasi kebersihan dirinya.
a. Dorong klien. mengungkapkan perasaan tentang keadaan dan
kebersihan dirinya.
b. Dengarkan ungkapan klien. dengan empati.
c. Beri pujian atas kemampuan klien. mengungkapkan perasaannya.
d. Diskusikan dengan klien. tentang arti kebersihan diri.
e. Diskusikan dengan klien. tentang tujuan kebersihan diri.
f. Beri pujian pada hal positif yg dilakukan klien.
6. Akibat
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku bunuh
diri mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah perawatan
jenazah. Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat dipengauhi
oleh cara seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku bunuh diri
dilakukan dengan menggantung maka cedera yang terjadi adalah berupa jejas
di leher. Jika minum racun maka akan terjadi pencederaan di lambung dan
saluran pencernaan. Untuk itu intervensi yang dilakukan juga sangat tergantung
dengan cedera yang terjadi.
II. POHON MASALAH
Risiko cidera/kematian
Risiko bunuh diri
Halusinasi