HALUSINASI PENDENGARAN
PEMBIMBING IBU TRIVONIA SRI NURWELA,S,Kep. Ns., MKes
OLEH
FEBRY A LIMA
NIM. PO 530 3211119 074
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUASINASI PENDENGARAN
b. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu
2. Proses Terjadinya Masalah
Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :
1) Fase pertama / Tahap comforting (ansietas sedang)
Yaitu fase menyenangkan
a. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
b. Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas ringan, perasaan
perpisahan, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan.
c. Gejala : Klien mulai melamun, memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
d. Perilaku klien : Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, menggerakkan mata cepat,
respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
2) Fase kedua / Tahap condemming (ansietas berat)
Yaitu halusinasi menjadi menjijikkan
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik ringan
b. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir
sendiri jadi dominan.
c. Gejala : Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien
tidak ingin ada orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
d. Perilaku klien : Meningkatnya tanda-tanda system saraf
otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah,
klien asyik dengan halusinasinya, dan tidak bisa membedakan
realitas.
3) Fase ketiga / Tahap controling (ansietas berat)
Yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
a. Pada tahap ini termasuk dalam gangguan psikotik
b. Karakteristik : Klien mendengar bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien
c. Gejala : Klien menjadi terbiasa, dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
d. Perilaku klien : Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik, tanda-tanda fisik
berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi
perintah.
4) Fase keempat / Tahap conquering (panik)
Yaitu Klien lebur dengan halusinasinya
a. Pada tahap ini termasuk dalam psikotik berat
b. Karakteristik : Halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien
c. Gejala : Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan
tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan
lingkungan.
d. Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri tau katatonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.
( Keliat 2011)
c. Tanda dan Gejala
i. Bicara dan senyum sendiri
ii. Mendengar suara-suara
iii. Marah-marah, gelisah
iv. Merusak / menyerang, bermusuhan
v. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
vi. Lebih banyak berdiam diri / menyendiri
vii. Tidak bisa membedakan hal-hal (stimulus) nyata dan tidak nyata.
viii. Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi
ix. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung
d. Akibat
i. Mencederai diri / orang lain / lingkungan
ii. Bermusuhan dan perilaku kekerasan
3. A. Pohon Masalah
Gangguan sensori SP 1: SP 1:
Persepsi: Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah yang
Pendengaran halusinasi pasien dirasakan keluarga dalam
2. Mengidetifikasi isi halusinasi merawat pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian,
3. Mengidentifikasi waktu tanda dan gejala halusinasi
halusinasi pasien dan jenis halusinasi yang
4. Mengidentifikasi frekuensi dialami pasien beserta proses
halusinasi pasien terjadinya
5. Mengidentifikasi situasi yang 3. Menjelaskan cara-cara
menimbulkan halusinasi merawat pasien halusinasi
6. Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi.
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2: SP 2:
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara
2. Melatih pasien merawat pasien dengan
mengendalikan halusinasi halusinasi
dengan cara bercakap-cakap 2. Melatih keluarga
dengan oranglain melakukan cara merawat
3. Menganjurkan pasien langsung kepada pasien
memasukkan dalam jadwal halusinasi
kegiatan harian
4. Evaluasi
a. Evaluasi pasien
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika klien
menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan
cara yang efektif yang dipilihnya. Klien juga diharapkan sudah mampu
melaksanakan program pengobatan berkelanjutan mengingat sifat
penyakitnya yang kronis.
Evaluasi asuhan keperawatan berhasil jika keluarga klien juga
menunjukkan kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif
untuk klien mengatasi masalah gangguan jiwanya. Kemampuan
merawat di rumah dan menciptakan lingkungan kondusif bagi klien di
rumah menjadi ukuran keberhasilan asuhan keperawatan, di samping
pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai
jika muncul gejala-gejala relaps (Azizah, 2011).
b. Evaluasi keluarga
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga
pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi
dirawat dirumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung
pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan
program pengobatan secara optimal.
Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien,
pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat
sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif
bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
Tindakan keperawatan menurut Azizah (2011) yang dapat
diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Azizah. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:Graha
Ilmu
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Salemba Medika
EGC.