Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN ISOLASI SOSIAL

DOSEN: YAFI SABILA ROSYAD,M,.Kep,.Ns

DI SUSUN OLEH KELOMPOK I

1. MARLIANA NUR WAKHIDAH (181100390)


2. RESKA SILVIA FEBRIYANTI (181100399)
3. ANGEL F.M.TITIRLOLOBY (181100375)
4. PETRA WENTY LAMERE (181100397)
5. RITA AGNES SAIRLELA (181100400)
6. IVANCHA E HUNGAN (181100383)
7. CRESENTIA KALKOY (181100377)
8. MELIATI K RENGGU (171100362)
9. LIDYA NARINDRA (201200469)
10. YAKOBIN PIGOME (171100367)
11. SONY NANTY (181100402)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan penyertaannya kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN ISOLASI SOSIAL” Didalam
pembuatan makalah ini kami menyadari sungguh bahwa kami memiliki banyak
kekurangan, dengan itu kami berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan
masukan yang bersifat membangun sehingga kedepannya kami dapat menjadi
lebih baik.

Harapan kami semoga,makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan bisa
menambah wawasan bagi para membaca.

Terimakasih .

Yogyakarta,12 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................1

PRAKATA.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Masalah Utama...............................................................................................................6
B. Proses Terjadinya Masalah.............................................................................................6
C. Pohon Masalah................................................................................................................8
D. Masalah Yang Sering Muncul.........................................................................................8
E. Data Yang Perlu Dikaji...................................................................................................8
F. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................10
G. Rencana Luaran Keperawatan.......................................................................................10
H. Rencana Intervensi........................................................................................................11
I. Strategi Pelaksanaan.....................................................................................................13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan...............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi di mana keberlangsungan
fungsi mental menjadi tidak normal baik kapasitasnya maupun
keakuratannya. Definisi lain tentang apa itu gangguan jiwa adalah dengan
membandingkan dengan definisi kesehatan mental WHO “Mental health is
a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely
the absence of disease” (WHO,2012) “Kurang lebih terjemahan bebasnya
adalah: “Kesehatan mental adalah suatu keadaan lengkap secara fisik,
mental, dan kesejahteraan-sosial, dan tidak semata-mata ketiadaan suatu
penyakit”.
Kesehatan menurut World Health Organization WHO adalah suatu
keadaan sejahtera baik fisik, mental dna sosial, tidak hanya terbatas dari
penyakit atau kecacatan. Secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya
tidak adanya gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan kesinambungan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan dari kepribadian yang
bersangkutan.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menegatahu
asuhan keperawatan apa saja yang harus diberikan kepada pasien dengan
isolasi sosial. Selain itu juga untuk menambah informasi bagi pembaca
agar dapat mengetahui jenis-jenis isolasi sosial apa saja yang biasa terjadi.
Dan yang terakir adalah untuk memenuhi tugas Makalah pada mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa II.

4
C. Rumusan Masalah
1. Apakah masalah utama isolasi sosial?
2. Bagaimana proses terjadinya masalah isolasi sosial?
3. Bagaimana pohon masalah isolasi sosial?
4. Apakah masalah keperawatan yang mungkin muncul?
5. Apakah data yang perlu dikaji?
6. Apakah diagnosa keperawatan isolasi sosial?
7. Apakah rencana luaran keperawatan?
8. Apakah rencana intervensi?
9. Bagaimana strategi pelaksanaan?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah utama
Gangguan isolasi sosial : menarik diri (hal 268)
B. Proses Terjadinya Masalah
1. definisi
Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi
dan hubungan dengan oreang lain. Isolasi social adalah keadaan
seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya . pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, keepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
2. Etiologi
Perkembangan hubungan social :
 Bayi ( 0-18 bulan )
Bayi mengkomunikasikan kebutuhan menggunakan cara
menangis, respon lingkungan terhadap tangisan bayi
mempunyai terhadap kehidupan bayi. Menurut Ericson , respon
lingkungan yang sesuai akan mengembangkan rasa percaya diri
bayi akan perilakunya dan rasa percaya percaya bayi pada
orang lain.
 Prasekolah ( 18 bulan – 5 tahun)
Anak sekolah mulai membina hubungan dengan lingkungan
luar dikeluarganya.anak membutuhkan dukungan dan bantuan
dari kelurga dalam hal pemberian pengakuan yang posistif
terhadap perilaku anak adaptif sehingga anak dapat
mengembangkan kemampuan berhubungan yang dimilikinya.
Keagagalan dalam berhubungan dengan lingkungan dan
disertai respon keluarga yang negative akan mengakibatkan
anak menjadi tidak mampu me.ngontrol diri , tidak mandiri,

6
ragu, menarik diri, kurang percaya diri, pesimis, takut
perilakunya asalah.
 Anak sekolah ( 6 th 0 12 th )
Di usia ini anak akan mengenal kerjasama, kompetisi, dan
kompromi. Pergaulan dengan oramng dewasa di luar keluarga
mempunyai arti penting dapatmenjadi sumber pendukung bagi
anak.
 Remaja ( 12 th – 20 th)
Remaja mulai mengembangkan hubungan intim dengan teman
sejenis atau lawan jenis dan teman seusia, sehingga anak
remaja mempunyai teman akarab.hubungan dengan teman akan
sangat dependen sedangkan hubungan dengan orang tua muali
independen. Kegagalan membina hubungan dengan teman
sebaya dan kurangnya dukungan orang tua akan
mengakibatakan keraguan identitas, ketidakmampuan
mengidentifikasi karir di masa mendatang, serta tumbuhnya
rasa kurang percaya diri.
 Dewasa muda ( 18th – 25 th )
Individu pada usia ini akan mempertahankan hubungan
independen dengan orang tua dan teman sebaya. Individu akan
belajar mengambil keputusan dengan tetap memperhatikan
saran dan pendapat orang lain ( pekerjaan, karir, teman hidup )
kegagalan pada fase ini akan mengakibatkan suatu sikap
menghindari hubungan intim dan orang lain.
 Dewasa tengah ( 25- 65 th )
Pada umunya individu telah berpisah tempat tinggal dengan
orang tua. Individu akan mengembangkan kemampuan
hubungan interdependent yang dimilikinya. Kegagalan pada
tahap ini akan mengakibatkan individu hanya memperhatikan
diri sendiri, produktifitas, dankreativitas berkurang , seperti
perhatian orang lain berkuarang.
 Lansia ( 65 tahun )

7
Di masa ini individu mengalami banyak kehilangan, misalnya
fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, dan anggota
keluarga., sehingga timbul perasaan tidak berguna. Kegagalan
pada masa ini mengakibatkan individu berperilaku menolak
dukungan yang ada dan akan berkembang menjadi perilaku
menarik diri.
C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensorik

Isolasi sosial : menarik diri

Fakto prediposisi Faktor prespitasi

- Biologis - Biologis

- Psikologis - Stres lingkungan

- Sosial budaya - sumber koping

D. Masalah yang Sering Muncul


1. Harga diri rendah situasional (hal 222)
2. Gangguan interaksi Sosial (hal 262)
3. Gangguan prsesepsi sensori (hal 190)
4. Isolasi sosial
E. Data Yang Perlu Dikaji
a. Gangguan persepsi sensori:halusinasi
Data subjektif :
 klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata

8
 klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
 klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 klien merasa makan sesuatu
 klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
 klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif:

 Klien berbicara dan tertawa sendiri


 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
b. Isolasi Sosial : Menarik Diri
Data subjektif :
 Klien mengatakan saya tidak mampu,tidak bisa,tidak tau apa-
apa,bodoh,mengkritik diri sendiri,mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
Data objektif :
 Klien terlihat lebih suka sendiri,bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan,ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.
c. Harga diri rendah situasional
Data Subjektif :
 Klien mengatakan : saya tidak mampu,tidak bisa,tidak tahu
apa-apa,bodoh,mengkritik diri sendiri,mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Objektif :
 Klien terlihat lebih suka sendiri,bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan,ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.

9
F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Presepsi Sensori: Gangguan Pendengaran atau
Gangguan Penglihatan (D.0085,Hal 190)
2. Isolasi sosial : menarik diri (D.0121,Hal 268)
3. Harga diri rendah situasional (D.0087,Hal 194)
4. Gangguan interaksi sosial (D.0118,Hal 262)

G. Rencana Luaran Keperawatan


1. Prsesepsi Sensori (L.09083 hal 92)
a. Verbalisasi mendengar bisikan (1,2,3,4,5)
b. Perilaku halusinasi (1,2,3,4,5)
c. Menarik diri (1,2,3,4,5)
d. Melamun (1,2,3,4,5)
e. Curiga (1,2,3,4,5)
Indicator: (1: meningkat, 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup
menurun 5: menurun)

2. Keterlibatan Sosial (L.13116,Hal 47)


a. Minat terhadap aktivitas (1,2,3,4,5)
b. Minat interaksi (1,2,3,4,5)
c. Afek murung/sedi(1,2,3,4,5)
d. Perilaku menarik diri (1,2,3,4,5)
Indicator: (1: meningkat, 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup
menurun 5: menurun)

3. Harga diri (L.09069, Hal 30)


a. Penilian diri positif (1,2,3,4,5)
b. Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif (1,2,3,4,5)
c. Konsentrasi (1,2,3,4,5)
d. Kontak mata (1,2,3,4,5)
e. Perasaan malu (1,2,3,4,5)
f. Perasaan tidak mampu melakukan apapun (1,2,3,4,5)
Indikator: (1: meningkat, 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup
menurun 5: menurun)

4. Dukungan sosial (L.13113,Hal 22)


a. Kemampuan meminta bantuan pada orang lain (1,2,3,4,5)

10
b. Bantuan yang ditawarkkan oleh orang lain (1,2,3,4,5)
c. Dukungan emosi yang disedikan oleh orang lain(1,2,3,4,5)
d. Jaringan sosial yan membantu
Indicator: (1: meningkat, 2: cukup meningkat 3: sedang 4: cukup
menurun 5: menurun)

H. Rencana Intervensi
1. Manejemen halusinasi (I.09288, hal )
a. Observasi:
- Monitor perilaku yang mengidikasi halusinasi
- Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
- Monitor isi haluisinasi
b. Terapuatik
- Pertahankan lingkungan yang aman
- Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
c. Edukasi
- Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi
2. Terapi Aktivitas (I.05186, hal 415)
a. Observasi
- Identifikasi deficit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
- Identifikasi sumber daya aktivitas yang diperlukan
- Identifikasi makna aktivvitas rutin (mis bekerja ) dan waktu luang
b. Terapuatik
- Fasilitas focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
- Fasilitasi makna aktivitasyang dipilih
- Libatkan keluarga dalam akitivitas
- Jadawalkan aktivita rutin sehari-hari
c. Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
- Ajarkan cera melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan akivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognif
dalam menjaga

11
d. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas jika sesuai

3. Promosi citra Tubuh (I.09305,Hal 359)


a. Observasi
- Identifikasi harapan citra tubuh berdsarkan tahap perkembangan
- Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
tubuh
b. Terapuatik
- Diskusikan perubhan tubuh dan fugsinya
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
- Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
c. Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
- Latif fingsi tubuh yang dimiliki
- Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok
4. Promosi dukungan sosial (I.13489,Hal 360)
a. Observasi
- Identifikasi kekuatan dan kelemahan dalam menjalin hubungan
b. Terapuatik
- Berikan umpan balik positif terhadap aktivitas yang dilakukan
- Motivasi berpartisipasi dalm kegitan individu, kelompok, dan
sosial
- Motivasi melkukan aktivita diluar lingkungan baru
c. Edukasi
- Anjurkan interkasi dengan orang lai yang memiliki kepentingan
dan tujuan yang sama
- Ajurkan berbagi masalah dnegan orang lain
- Anjurkan merencenakn kegiatan khusus

12
I. Strategi Pelaksanaan
SP 1 Isolasi Sosial
Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali penyebab
isolasi sosial, membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien
berkenalan
1. Proses Orentasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualikum !!! selamat pagi bu….. perkenalkan nama
saya Angel Titirloloby, biasa dipanggil Angel. Saya mahasiswa
Keperawatan dari Stikes Yogyakarta yang akan dinas di
ruangan Mawar ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi
dari 07.00 sampai jam 14.00 siang. Saya akan meraawat ibu
selama dirumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu
panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan ibu saat ini ? Masih ingat ada kejadian apa
sampai ibu dibawa kerumah sakit ini ? Apa keluhan ibu hari
ini ? Dari tadi saya perhatikan ibu duduk menyendiri, ibu
duduk menyendiri, ibu tidak tampak ngobrol dengan teman-
teman yang lain ? Ibu sudah mengenal teman-teman yang ada
disini ?
c. Kontrak
Topik :
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman ibu ? Juga tentang apa yang menyebabkan ibu
tidak mau ngobrol dengan temanteman ?
Waktu :
“ Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana kalau 15
menit.”

13
Tempat :
“ Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang ibu ?
Bagaimana kalau disini saja ? “
2. Fase kerja
a. Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu ? siapa yang
paling dekat dengan ibu ? siapa yang jarang bercakap-cakap
dengan ib ? Apa yang membuat ibu S jarang bercakap-cakap
denganya ?
b. . Apa yang ibu rasakan selama dirawat disini ? O... ibu merasa
sendirian ? Siapa saja yang ibu kenal diruangan ini ? O... belum
ada ? Apa yang menyebabkan ibu tidak mempunyai teman
disini dan tidak mau bergabung atau ngobrol dengan
temanteman yang ada disini ?
c. Kalau ibu tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang
lain, tanda-tandanya apa saja ? mungkin ibu selalu menyendiri
ya... terus apalagi bu... (sebutkan)
d. Ibu tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ?
coba sebutkan apa saja ? keuntungan dari mempunyai banyak
teman itu bu adalah... (sebutkan)
e. Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman ibu
tahu tidak ? coba sebutkan apa saja ? Ya ibu kerugian dari
tidak mempunyai banyak teman adalah... (sebutkan). Jadi
banyak juga ruginya ya kalau kita tidak punya banyak teman.
Kalau begitu inginkan ibu berkenalan dan bergaul dengan
orang lain ?
f. Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan
dengan orang lain.
g. Begini lo ibu, untuk berkenalan dengan orang lain caranya
adalah : pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat
tangan, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus bilang “
perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang disukai,
asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “

14
assalamualaikum, perkenalkan nama Angel Titirloloby, biasa
dipanggil Angel, asal saya dari Yogyakarta dan hobby nya
membaca
h. Selanjutnya ibu menanyakan nama lengkap orang yang diajak
kenalan, nama panggilan yang disukai, menanyakan juga asal
dan hobbynya. Contohnya seperti ini nama ibu siapa? Senang
dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya apa ?
i. Ayo ibu dicoba ! misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba
berkenalan dengan saya ! ya bagus sekali ! coba sekali lagi bu.
Bagus sekali !
j. Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut, ibu bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan
misalkan tentang cuaca, hobi, keluarga, pekerjaan dan
sebagainya
3. Terminasi
a. Evaluasi respon
1) Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang
tentang penyebab ibu tidak mau bergaul dengan orang lain
dan berlatih cara berkenalan ?
2) Evaluasi obyektif
Coba ibu ibu sebutkan kembali penyebab ibu tidak mau
bergaul dengan orang lain ? apa saja tanda-tandanya bu ?
terus keuntungan dan kerugianya apa saja ?
Coba ibu sebutkan cara berkenalan dengan orang lain,
yaitu... ya bagus
Nah sekarang coba ibu praktikkan lagi cara berkenalan
dengan saya. Iya bagus
b. Kontrak
1) Topik
“ Baik bu S sekarang bincang-bincangnya sudah selesai,
bagaimana kalau 2 jam lagi sekitar jam 11 saya akan datang

15
kesini lagi untuk melatih ibu S berkenalan dengan perawat
lain yaitu teman saya perawat Angel “
2) Waktu
“ ibu mau bertemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau jam
9?“
3) Tempat
“ ibu mau bercakap-cakap dimana ? “
c. Rencana tindak lanjut
1) Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita
pelajari tadi. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain. Ibu bisa praktikkan pasien pasien lain.
2) Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali
sehari ibu mau berlatih berkenalan dengan orang lain, jam
berapa saja bu ? coba tulis disini. Oh jadi mau tiga kali ya
bu.
3) Ya bagus bu dan jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai
jadwal latihanya dan ibu bisa berkenalan dengan teman-
teman yang ada di ruangan ini.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi di mana keberlangsungan fungsi
mental menjadi tidak normal baik kapasitasnya maupun keakuratannya.
Isolasi social adalah keadaan seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: PT Refika Aditama.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi I Cetakan III

Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi I. Cetakan II

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi I. Cetakan II

Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

18

Anda mungkin juga menyukai