Anda di halaman 1dari 13

MAKALA

ASKEP PRILAKU KEKERASAN

DOSEN : YAFI SABILA ROSYAD,M,.Kep,.Ns

DI SUSUN OLEH KELOMPOK I

1. ANGEL F.M.TITIRLOLOBY (181100375)


2. RESKA SILVIA FEBRIYANTI (181100399)
3. IVANCHA E HUNGAN (181100383)
4. PETRA W LAMERE (181100397)
5. RITA AGNES SAIRLELA (181100400)
6. MELIATI K RENGGU (171100362)
7. MARLIANA NUR WAKHIDAH (181100390)
8. CRESENTIA KALKOY (181100377)
9. YAKOBIN PIGOME (171100367)
10. SONY NANTY (181100402)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

1
TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
penyertaannya kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “ASKEP PRILAKU
KEKERASAN” Didalam pembuatan makalah ini kami menyadari sungguh bahwa kami
memiliki banyak kekurangan, dengan itu kami berharap agar pembaca dapat memberikan
saran dan masukan yang bersifat membangun sehingga kedepannya kami dapat menjadi lebih
baik.

Harapan kami semoga,makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan bisa menambah
wawasan bagi para membaca.

Terimakasih .

Yogyakarta, 15 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................1

KATA PENGATAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................4

B. Tujuan.............................................................................................................5

C. Rumusan Masalah..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Defnisi............................................................................................................6

B. Etiologi...........................................................................................................6

C. Mekanisme Koping........................................................................................8

D. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan...........................................................9

E. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................9

F. Diagnosa Keperawatan...................................................................................9

G. Rencana Keperawatan....................................................................................10

BAB III

A. Kesimpulan.....................................................................................................12

B. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak


sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan sekitar.

Menurut WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkenan depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di
Indonesia dengan berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk, maka kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penuruna produktivitas manusia
untuk jangka panjang.

Tanda dan perilaku kekerasan menurut Direja (2011) meliputi beberapa


tindakan seperti fisik yaitu seperti mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh yang
kaku. Sedangkan kekerasan dalam bentuk verbal yaitu seperti mengancam,
mengucapkan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, ketus. Yang
berikutnya kekerasan dalam bentuk perilaku yaitu, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri atau orang lain, merusak lingkungan, amuk atau agresif. Selain itu juga
kekerasan dalam bentuk emosi yaitu tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa
terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menutut. Selain itu juga ada beberapa kekerasan dalam bentuk
spiritual yaitu seperti , merasa diri paling berkuasa dan merasa diri paling benar,
sedengkan kekerasan dalam bentuk sosial seperti menarik diri, pengasingan,
penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran. Serta yang terakhir bentuk kekerasan yaitu
perhatian seperti, bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Intervensi yang dapat diberikan oleh perawat yaitu dengan pemberian SP I


secara fisik yaitu relaksasi Tarik nafas dalam serta penyaluran energi, SP II dengan

4
pemberian obat, SP III verbal atau sosial, SP IV spiritual. Intervensi tersebut
diberikan kepada pasien kemudian diberikan jadwal kegiatan sehari dalam upaya
untuk mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan pasien.
(Prasetya, 2018)

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menegatahu asuhan keperawatan
apa saja yang harus diberikan kepada pasien dengan perilaku kekerasan. Selain itu
juga untuk menambah informasi bagi pembaca agar dapt mengetahu jenis-jenis
kekerasan apa saja yang biasa terjadi dalam lingkungan bermasyarakat. Dan yang
terakir adalh untuk memenuhi tugas Makala pada mata kulia Keperawatan Keshatan
Jiwa II.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari perilaku kekerasan?

2. Apa penyebab dari terjadinya perilaku kekerasan?

3. Bagaimana mekanisme koping yang harus diberikan?

4. Apa saja tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?

5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan untuk perilaku kekerasan?

6. Diagnosa keperawatan apa yang diberikan kepada perilaku kekerasan?

7. Apa rencana keperawatan yang diberikan kepada perilaku kekerasan?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Perilaku kekerasan adalah salah bentuk ekspresi marah yang dilakukan dengan
cara melukai diri sendiri atau orang lain, mengacam merusak lingkungan sekitar.
Perilaku kekerasan ini dilakukan dengan tujuan untuk melukai seseorang atau diri
sendiri secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan ini terjadi karena
munculnya stressor. Respon ini dapat menimbulkan kerugian bagi diri
sendri,oranglain dan lingkungan.

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikolgis bisa dilakukan verbal, diarahakan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2016).

Perilaku kekerasan merupakan suatau keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendri, orang lain,
maupun lingkungan (Elshy Pangden, Dahrnis, 2016).

Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan


skizofrenia akut yang lebih dari satu persen (Simatupang, 2016)

B. Etiologi

Berbagai faktor yang menunjang terdinya perubahan-perubahan perilaku


kekerasan menurut Deden dan rusdin, 2016 yaitu:

Faktor predidposisi faktor-faktor yang mendukung terjadinya perilaku


kekerasan adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.

1. Faktor Biologis

- Instincutual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri) teori ini


menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang sanagat kuat.

6
- Psychosomatic Theory (Teori Psikomatik) pengalaman marah adalah
akibat dari respon psikologi terhadap stimulus eksternal, internal
maupun lingkungan. Dalam hal ini sisitim limbik berperan sebagai
pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa maraj (Deden
dan Rusdin, 2016)

2. Faktor Psikologis

- Frustration Aggresion Theory (Teori Agresif-Frustasi) menurut teori


ini perilaku kekekrasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frutasi.
Frutasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
gagal atau terhambat. Kedaan tersebut dapat mendorong individu
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.

- Behavior Theory (Teori Perilaku) kemarahan adalah proses belajar, hal


ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

- Eksistensial Theory (Teori Eksistensi) bertingkalaku adalah kebutuhan


dasar manusia, apbila kebutuhan tersebut tidak dapt terpenuhi melalui
perilaku konstruktif, maka individu akan berperilaku destruktif.

3. Faktor Sosialkultural

- Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial) Lingkungan


sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon
asertif atau agresif.
- Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial) Perilaku kekerasan
dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses
sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2016)
- Faktor Presipitasi Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi
setiap individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari
luar (serangan fisik, kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus
hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut

7
terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut,
padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan
dapat memicu perilaku kekerasan (Deden dan Rusdin, 2016)

C. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat


membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi,
represi, denial dan reaksi formasi (Deden dan Rusdin, 2016)
Perilaku Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:

1. Menyerang atau menghindar (Fight Or Flight) pada keadaan repon fisiologis


timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
ephineprin yang menyebabakna tekanan darah meningkat, takikardia, wajah
merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl meningkat, peristatik gaster menurun,
pengeleuaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewasapadaan juga
meningkat, disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup,tangan dikepal,
tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asersif (Assertiviness) perilaku yang sering ditampilkan


individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif,
agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan rasa marah tanpa menyakiti orang lain secra fisik maupun
psikolgis. Disamping itu perilaku ini dapat mengembangkan diri klien.

3. Memberontak (Acting Out) perilaku yang muncul biasanya disertai akibat


konflik perilaku “akting out” untuk menarik perhatian orang lain.

4. Perilaku kekerasan tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (Deden dan Rusdin, 2016).

8
D. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

1. Marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi berdebat,
selalu memaksakan kehendak dan memukul bila tidak sengaja ditandai dengan:
Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku. Verbal, mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus (Keliat,
2016)
2. Prilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman,
merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
3. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat, meremehakan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
4. Spiritual, merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreativitas terhambat.
5. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual (Keliat,
2016)
E. Konsep Asuhan Keperawatan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, pengangan
klien perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga yang
professional (Akemat, 2016)

F. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan fungsi
b. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan gangguan
psikologis
c. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan psikologis

9
G. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Risiko harga diri rendah situasional b/d gangguan fungsi

 Tujuan

Agar klien bisa mengatasi dirinya sendiri

 Kriteria Hasil

a. Mengenali pola kebiasaan diri


b. Mengungkapkan perasaan pada orang lain
c. Menerima perasaan sendiri
d. Menerima perilaku sendiri

 Intervensi

a. Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri


b. Monitor frekuensi verbalisasi negatif terhadap diri
c. Bantu untuk mengatur tujuan yang realistik dalam rangka
mencapai harga diri yang lebih tinggi
d. Bantu klien untuk memeriksa persepsi negative terhadap diri
e. Intruksikan orang tua untuk menetapkan harapan yang jelas dan
untuk mengidentifikasi batasan yang ada pada anak
b. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri b/d gangguan psikologis

 Tujuan

Agar klien menontrol diri dan tidak melakukan bunuh diri

 Kriteria Hasil

a. Menahan diri dari melukai diri-sendiri


b. Menggunakan pengobatan yang diresepkan
c. Mengikutin aturan perawat
d. Menggunakan strategi koping yang efektif

 Intervensi

10
a. Monitor klien terkait dengan efek samping pengobatan dan hasil
yang diinginkan
b. Monitor pasien untuk adanya impuls menyakiti diri yang mungkin
memburuk menjadi pikiran atau sikap bunuh diri
c. Bantu klien mengidentifikasi situasi dan atau perasaan yang
mungkin memicu perilaku menyakiti diri sendiri
d. Lakukan kontrak dengan pasien untuk tidak menyakiti diri, dengan
cara yang tepat
e. Ajarkan dan kuatkan pasien untuk melakukan tingkah laku koping
yang efektif dan untuk mengekspresikan perasaa dengan cara yang
tepat
c. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain b/d gangguan psikosis

 Tujuan

Agar klien bisa mengatasi dirinya sendiri dan tidak melukai orang lain

 Kriteria Hasil

a. Mengidentifikasi kapan merasa marah


b. Menahan diri dari berteriak/memaki
c. Menahan diri dari menyerang orang lain
d. Menahan diri dari membahayakan orang lain

 Intervensi

a. Monitor potensi agresi yang di ekspresikan dengan cara tidak tepat


dan dilakukan intervensi sebelum (agresi ini) diekspresikan
b. Bantu klien mengidentifikasi sumber dari kemarahan
c. Bantu klien dalam mengembangkan metode yang tepat untuk
mengekspresikan kemarahan kepada orang lain
d. Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan harmonis
dengan klien
e. Berikan pendidikan mengenai metode untuk mengatur pengalaman
emosi yang sangat kuat
f. Dukung penggunaan kolaborasi dalam rangka menyelesaikan
masalah

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, ungkapan
perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan tidak
tercapai, tidak puas), serta perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau
ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam baik berupa ancaman
serangan fisik atau konsep diri. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang
adaptif dan maladaptif.
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan, sedangkan respon maladaptif,
yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma-
norma sosial dan budaya lingkungannya.

B. Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam
mengatasi masalahnya.
Kemampuan perawat dalam menangani  klien dengan masalah perilaku
kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi
dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada
klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas
dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan, dkk. 2017. Modul Praktikum Jiwa Mahasiswa Semester V Prodi D-
IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar : Jurusan Keperawatan
Poltekkes Denpasar
Riskesdas (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.
Http://www.depkes.go.id (diakses pada 23 November 2018)
World Health Organization (2016) The World Health Organization Report 2016.
Yusuf, Ahmad Dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta :
Andi
Hadiyanto, H. (2016). Hubungan Antara Terapi Modalitas Dengan Tanda Dan
Gejala Perilaku Kekerasan Pada pasien skizofrenia Di Ruang Rawat Inap RSJ. Prof.
dr. Soerojo Magelang.
Purnama, G., Yani,D,I., & Titin,S.2016.Gambaran Stigma Masyarakat Terhadap
Klien Gangguan Jiwa di RW 09 Desa Cileles Sumedang. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia,2(1),30. Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.p
hp/JPKI.

13

Anda mungkin juga menyukai