Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN (HIRSCHPRUNG)

DISUSUN OLEH :

ALYATI 018013522

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Robiatul Adawiyah.,M.Kep dan teman–teman semua yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik Keperawatan Anak Studi S1
Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.

Mataram, 13 September 2020

Kelompok 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
Tujuan umum .......................................................................................2
Tujuan khusus ......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3

A. Definisi hirschprung...................................................................................3
B. Klasifikasi hirschprung ..............................................................................3
C. Etologi hirschprung.....................................................................................3
D. Patofisiologi hirschprung............................................................................4
E. Manifestasi klinis hirschprung....................................................................6
F. Komplikasi hirschprung..............................................................................6
G. Pemeriksaan penunjang hirschprung.........................................................7
H. Penatalaksanaan hirschprung .....................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIRSCHPRUNG ......................................9

A. Pengkajian ..................................................................................................9
B. Diagnosa ..................................................................................................10
C. Intervensi ..................................................................................................10
D. Evaluasi ...................................................................................................14

BAB IV PENUTUP...................................................................................................15

A. Kesimpulan ..............................................................................................15
B. Saran ........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hirschsprung atau mega kolon kongenital merupakan penyakit yang


menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, tepatnya pada usus besar.
Hirschsprung atau mega kolon congenital juga dikatakan sebagai suatu kelainan
kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach
di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spinkter rektum tidak dapat berelaksasi,
tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat
menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal. Penyakit hirschprung atau mega kolon congenital dapat
terjadi pada semua usia, namun yang paling sering pada neonatus.

Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick


Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan serta mendeskripsikan
mega colon congenital pada tahun 1863 adalah Harald Hirschsprung. Namun, pada
saat itu patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun
1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai
pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi
ganglion. Penyakit hirschprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi
hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000
kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran
35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit
hirschsprung. Insidens keseluruhan dari penyakit Hirschsprung 1: 5000 kelahiran
hidup. laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan dengan perbandingan
4:1. Biasanya, penyakit Hirschsprung terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3kg
dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan
dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.

Penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi. faktor penyebab penyakit Hirschsprung diduga dapat terjadi karena faktor
genetik dan faktor lingkungan.

Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung sudah dapat dideteksi melalui


pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal
biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu
dengan pembedahan dan colostomi.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
ppencernaan dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
hirschprung dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hirschprung.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari hirschprung.


b. Untuk mengetahui klasifikasi hirschprung.
c. Untuk mengetahui etiologi hirschprung.
d. Untuk mengetahui patofisiologi hirschprung.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis hirschprung.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis hirschprung.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan hirschprung.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hirschprung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi hirschprung

Hirschsprung (megakolon/aganglionic congenital) adalah anomali kongenital yang


mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian usus
(Wong, 1996).

Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase


usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).

Hirschprung adalah kelainan bawaan berupa obstruksi usus akibat dari tidak adanya
sel-sel ganglion parasimpatik pada dinding saluran intestinal lapisan submukosa, dan
biasa terjadi pada calon bagian distal (Fitri Purwanto, 2001).

Hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus


yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang bervariasi
dan termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan sebagai kelainan kongenital
dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbact di kolon (A.
Aziz Alimul Hidayat,2006).

B. Klasifikasi glaukoma

Menurut staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1996). Hirschsprung


dibedakan sesuai dengan panjang segmen yang terkena, hirschsprung dibedakan
menjadi dua tipe berikut :

1. Segmen Pendek

Segmen pendek aganglionisis mulai dari anus sampai sigmoid,terjadi pada


sekitar 70% kasus penyakit Hirschsprung dan tipe ini lebih sering ditemukan pada
laki-laki dibandingkan anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum,
insidennya 5 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan wanita dan kesempatan
saudara laki-laki dari penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dari
20 (Sacharin, 1986)

2. Segmen Panjang

Daerah aganglionisis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat mengenai


seluruh kolon atau sampai usus halus. Laki-laki dan perempuan memiliki peluang
yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis kelamin (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1996: Sacharin, 1986).
C. Etiologi

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan


dinding usus, mulai dari spingter ani internus kearah proksimal, 70 % terbatas
didaerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat
mengenai seluruh usus dan pilorus.

Adapun yang menjadi penyebab hirschsprung atau mega kolon kongenital


adalah diduga karena terjadi faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak
dengan Down syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus,
gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan submukosa pada dinding plexus.

Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang
usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis
ini disebut gerakan peristaltiik). Kontraksi dirangsang oleh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.

Sedangkan menurut (Amiel, 2001) penyebab hisprung tidak diketahui, tetapi


ada hubungan dengan kondisi genetic Mutasi pada Ret proto-onkogen telah dikaitkan
dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B pada penyakit Hirschsprung familiar (Edery,
1994). Gen lain yang berhubungan dengan penyakit Hirschsprung termasuk sel
neurotrofik glial yang diturunkan dari factor gen, dari factor gen endhotelin-B, dan
gen endothelin -3 (Marches, 2008).Penyakit Hirschprung juga terkait dengan Down
syndrome, sekitar 5-15% dari pasien dengan penyakit Hirschprung juga memiliki
trisomi 21 (Rogers, 2001).

D. Patofisiologi

Istilah congenital agang lionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan


primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal.
Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan
tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter
rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon.

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar.
PATHWAY

Aganglionik saluran
cerna
Peristaltik menurun

Perubahan pola eliminasi


(konstipasi)

Akumulasi isi usus

Proliferasi bakteri Dilatasi usus

Pengeluaran endotoksin Feses membusuk produksi gas meningkat

inflamasi diare Mual & muntah Distensi abdomen

Enterokolitis
Drainase gaster Penekanan pada diafragma
Anoreksi
a
Prosedur
operasi Defisit nutrisi Resiko Ekspansi paru
ketidakseimbangan menurun
cairan
Nyeri akut
Pola nafas tidak efektif
Resiko infeksi
E. Manifestasi klinis
Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden,
EGC : 2002) :
Masa Neonatal
 Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
 Muntah berisi empedu
 Enggan minum
 Distensi abdomen
Masa Bayi dan Kanak-Kanak
 Konstipasi
 Diare berulang
 Tinja seperti pita, berbau busuk
 Distensi Abdomen
 Gagal tumbuh.
F. Komplikasi

Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu gangguan

elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi. Menurut Mansjoer

(2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:

1. Pneumatosis usus : Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan


pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya.
2. Enterokolitis nekrotiokans : Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh
berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya.
3. Abses peri kolon : Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan
pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya.
4. Perforasi: Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam
waktu lama.
5. Septikemia : Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan
keluarnya endotoxin karena iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng
usus.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:
1. Gawat pernafasan (akut) : Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru –
paru sehingga mengganggu ekspansi paru.
2. Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.

3. Stenosis striktura ani : Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan
kontraksi dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun
penyempitan.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Kimia darah : Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai
dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada
penatalaksanaan cairan dan elektrolit.

b. Darah rutin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan


platelet preoperatiof.

c. Profil koagulasi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada


gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.

2. Pemeriksaan Radiologi

 Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap
and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
 Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
 Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit
ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
 Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus. (Ngatsiyah, 1997
: 139)

 Foto abdomen (telentang,tegak,telungkup,dekubitus lateral)diagnostik; untuk


mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
 Enema barium (diagnostic) ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
kolon.
 Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
 Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan
eksterna. (Betz, 2002 : 197).
G. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula


dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3
sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9
dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus
aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan
jarak 1 cm dari anus.

Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang


dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding
ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal
yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu
dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon
bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian
posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan
merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit
hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang
bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara
kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.

2. Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan
udara.
3. Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang
terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum
memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
4. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara
lain :

a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN HIRSCHPRUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas

Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan
dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai
sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon
atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
(Ngastiyah, 1997).

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang
sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam
setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain
adalah muntah dan diare.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi
mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang
diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi
ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare
berbau busuk dapat terjadi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung

d. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada


anaknya

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada


survey umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi
dan takikardi dimana menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala
terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi
syok atau sepsis

Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan
rectum akan didapatkan

a. Inspeksi: Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan


rectum dan fese akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan
berbau busuk.

b. Auskultasi: Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan


berlanjut dengan hilangnya bisng usus.

c. Perkusi: Timpani akibat abdominal mengalami kembung.

d. Palpasi: Teraba dilatasi kolon abdominal.

 Sistem kardiovaskuler: Takikardia.


 Sistem pernapasan: Sesak napas, distres pernapasan.
 Sistem pencernaan: Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang,
muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare
kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu
ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja
yang menyemprot.
 Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
 Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
 Sistem endokrin: Tidak ada kelainan.
 Sistem integument: Akral hangat, hipertermi

 Sistem pendengaran: Tidak ada kelainan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis,fisiologis,fisik d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah,pola napas berubah, TD meningkat,menarik diri, nafsu makan
berubah
2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan,ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient, peningkatan
kebutuhan metabolisme,faktor ekonomi, faktor psikologis d.d BB menurun ,nyeri
abdomen,diare , cepat kenyang, otot pengunyah dan menelan lemah, sariawan,
rambut rontok berlebihan
3. Pola napas tidak efektf b.d hambatan upaya napas, penurunan energi, kecemasa,
deformitas dinding dada d.d dispnea, pola napas abnormal, kapasitas vital
menurun,
4. Resiko ketidakseimbangan cairan
5. Resiko infeksi
INTERVENSI KEPERAWTAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi (SIKI) Rasional


keperawatan kriteria hasil
(SLKI)
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan SIKI : Manajemen  Agar bisa
agens cedera fisik, nyeri Mengetahui daerah
tindakan
agens cedera Observasi kualitas, kapan
biologis, agens keperawatan selama  Identifikasi lokasi, nyerinya dirasakan
cedera kimiawi d.d karakteristik,durasi, faktor pencetus
3 x 24jam
perubahan pada frekuensi,durasi berat ringannya
parameter fisilogis, diharapkan dengan Frekuensi, kualitas, nyeri yang
ekspresi wajah intensitas nyeri dirasakan
kriteria hasil:
nyeri  Identifikasi skala  Untuk menentukan
SLKI : nyeri berat nyeri yang
 Identifikasi faktor dialami klien
Tingkat nyeri
yang memperberat  Untuk mencegah
 Keluhan nyeri dan memperingan terjadinya nyeri
menurun nyeri yang terjadi secara
 Meringis Terapeutik berulang
menurun  Berikan teknik  Agar klien merasa
 Gelisah menurun nonfarmakologis nyaman dan tenang
 kesulitan tidur untuk mengurangi selama proses
menurun rasa nyeri pengobatannya
 Ketegangan otot  Kontrol lingkungan  Untuk memberikan
menurun yang memperberat rasa nyaman pada
 Mual dan rasa nyeri klien
muntah menurun  Edukasi  Agar klien dapat
 Berfokus pada  Jelaskan penyebab mengurangi atau
diri sendiri dan pemicu nyeri melakukan teknik
menurun  Jelaskan strategi nonfarmakologi saat
meredakan nyeri nyerinya kambuh di
 Ajarkan teknik manapun
nonfarmako untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat analgesik
2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan SIKI : Manajemen  Mengetsahui status
ketidakmampuan tindakan nutrisi nutrisi
mencerna keperawatan selama Observasi  Mencukupi
makanan,ketidakm 3x24jam diharapkan  Identifikasi status kebutuhan kalori
ampuan menelan dengan kriteria hasil nutrisi setiap hari
makanan, SLKI: status nutrisi  Identifikasi energi  Membantu
ketidakmampuan  Porsi makan dan intoleransi meningkatkan
mengabsorpsi yang dihabiskan makanan asupan nutrisi
nutrient, meningkat  Identifikasi  Mengetahui
peningkatan  Perasaan cepat makanan yang kemandirian pasien
kebutuhan kenyang disukai untuk pemenuhan
metabolisme,faktor
ekonomi, faktor menurun  Identifikasi kebutuhan nutrisi
psikologis d.d BB  Nafsu makan kebutuhan kalori  Anoreksia dan
menurun ,nyeri membaik dan jenis nutrium kelemahan dapat
abdomen,diare ,  Berat badan  Identifikasi mengakibatkan
cepat kenyang, otot membaik perlunya penurunan berat
pengunyah dan penggunaan selang badan dan
menelan lemah, nasogastrik malnutrisi yang
sariawan, rambut  Monitor asupan serius
rontok berlebihan makanan  Sangat bermanfaat
 Monitor berat badan dalam perhitungan
 Monitor hasil dan penyesuaian
pemeriksaan diet untuk
laboratoium memenuhi
Terapeutik kebutuhan nutrisi
 Lakukan oral klien
hygiene sebelum  Meningkat rasa
makan, jika perlu keterlibatannya
 Fasilitasi ,memberikan
menentukan informasi pada
pedoman diet (mis. keluarga untuk
Piramida makanan) memahami
 Sajikan makanan kebutuhan nutrisi
secara menarik dan klienMengetsahui
suhuyang sesuai status nutrisi
 Berikan makan  Mencukupi
tinggi serat untuk kebutuhan kalori
mencega konstipasi setiap hari
 Berikan makan  Membantu
tinggi kalori dan meningkatkan
tinggi protein asupan nutrisi
 Berikan suplemen  Mengetahui
makanan, jika perlu kemandirian pasien
 Hentikan pemberian untuk pemenuhan
makanan melalui kebutuhan nutrisi
selang nasogatrik  Anoreksia dan
jika asupan oral kelemahan dapat
dapat ditoleransi mengakibatkan
Edukasi penurunan berat
 Anjurkan posisi badan dan
duduk, jika mampu malnutrisi yang
serius
 Ajarkan diet yang
diprogramkan  Sangat bermanfaat
Kolaborasi dalam perhitungan
dan penyesuaian
 Kolaborasi
diet untuk
Pembrian medikasi
memenuhi
sebelum makan
kebutuhan nutrisi
(mis. Pereda nyeri,
klien
antiemetik), jika
perlu  Meningkat rasa
 Kolaborasi dengan keterlibatannya
ahli gizi untuk ,memberikan
menentukan jumlah informasi pada
kalori dan jenis keluarga untuk
nutrien yang memahami
dibutuhkan, jika kebutuhan nutrisi
perlu klien

3 Pola napas tidak Setelah dilakukan SIKI : Manajemen  Adanya penumpukan


efektf b.d tindakan jalan napas sekret pada daerah
hambatan upaya Observasi saluran pernapasan
keperawatan selama
napas, penurunan  Monitor pola napas membuat klien
3x24jam diharapkan merasa tidak nyaman
energi, kecemasa, (frekuensi,kedalama
deformitas dinding dengan kriteria hasil n, usaha napas) dan untuk mengetahui
SLKI : jalan napas adanya keabnormalan
dada d.d nyeri,  Monitor bunyi kita perlu memantau
dispnea, pola napas  Ventilasi semenit napas tambahan adanya bunyi napas
abnormal, kapasitas meningkat (misal gurgling, tambahan, seperti
vital menurun,  kapasitas vital mengi, wheezing, wheezing dan yang
meningkat ronchi kering) lainnya
 Dispnea  Monitor  Semakin lama
menurun sputum(jumlah, seseorang menderita
 Penggunaan otot warna,aroma) penyakit tertentu
bantu napas Terapeautik maka terdapat
menurun  Pertahankan beberapa tanda dan
 Ortopnea kepatenan jalan gejala yang bisa kita
menurun ketahui
napas dengan head-
Dari warna sputum
 Frekuensi napas tilt dan chin-lift frekuensi atau
membaik ( jaw- thrust jika banyaknya sputum
Kedalaman curiga trauma dan bau yang khas
napas membaik servikal) dengan bantuan
 Posisikan semi pemeriksaan lab
fowler atau fowler  Pengeluaran dahak
 Berikan minum air sangat membantu
hangat seseorang yang
 Lakukan fisioterapi mengalami sesak
dada , jika perlu sehingga posisi
 Lakukan seseorang klien
sangat membantu
penghisapan lendir
dirinya untuk
< 15 detik mengurangi sesak
 Lakukan hiper yang ia alami
oksigenasi sebelum  Ketika adanya
penghisapan penumpukan sekret
endotrakeal maka tindakan atau
 Keluarkan rencana keperawatan
sumbatan benda lain yang dilakukan
padat dengan adalah menganjurkan
forchep McGill minum air hangat
 Berikan oksigen jik karena dengan banyak
meminum air putih
perlu
atau air hangat dapat
Edukasi
 Anjurkan asupan membantu
cairan 2000 ml/hari, mengencerkan dahak
jika tidak sehingga mudah
kontraindikasi dikeluarkan pada saat
melakukan batuk
 Ajarkan teknik
efektif
batuk efektif
 Karena ketika banyak
kolaborasi sekret yang
 Kolaborasi tertampung atau
pemberian tertahn disaluran
bronkodilator , pernapasan sangat
ekspektoran, menggganggu maka
mukolitik, jika edukasi berupa batuk
perlu efektif sangat
membantu utnuk
mengeluarkan dahak
 Setelah tindakan
mandiri dilakukan
maka kolaborasi
untuk mempercepat
pengeluaran dahak
dan mengurangi sesak
pada klien kolaborasi
dengan tenaga medis
lainnya terutama
dalam hal pengobatan
klien
4 Resiko Setelah dilakukan SIKI: Manajemen  Penurunan
ketidakseimbangan tindakan Cairan sisrkulasi volume
cairan keperawatan selama cairan
3 x 24 jam Observasi menyebabkan
diharapkan dengan  Monitor status kekeringan mukosa
kriteria hasil: hidrasi dan pemekatan urin.
SLKI:  Monitor BB harian Deteksi dini
Kesimbangan  Monitor BB memungkinkan
sebelum dan terapi pergantian
cairan
sesudah dialisis cairan segera untuk
 Asupan cairan  Monitor hasil memperbaiki defisit
pemeriksaan  Mendeteksi
meningkat
laboratorium kehilangan cairan ,
 Asupan nutrisi  Monitor status penurunan 1 kg BB
hemodinamik sama dengan
meningkat
terapeautik kehilangan cairan 1
 Dehidrasi  Catat intake dan lt
ouput dan hitung  Karena penelitian
menurun
balans cairan 24 menunjukkan
 Asites menurun jam pemberian ulang
 Berikan asupan diet normal secara
 Membran
cairan dini bersifat
mukosa  Berikan cairan menguntungkan
intravena untuk menurunkan
membaik
Kolaborasi jumlah defekasi dan
 Turgor kulit  Kolaborasi penurunan berat
pemberian dieuretik badan serta
membaik
pemendekan durasi
penyakit
 koreksi keseimbang
cairan dan
elektrolit, BUN
untuk mengetahui
faal ginjal
(kompensasi).
 Untuk
mengevaluasi
keefektifan
intervensi
 Untuk mengkaji
hidrasi
 Karena cairan ini
biasanya tinggi
karbohidrat, rendah
elektrolit, dan
mempunyai
osmolaritas yang
tinggi

Resiko infeksi Setelah dilakukan SIKI:Pencegahan — Membat


tindakan infeksi asi jumlah
keperawatan selama Observasi pengungjung
3x 24jam diharapkan merupakan cara
dengan kriteria hasil  Monitor pencegahn
SLKI: Tingkat tanda dan gejala penularan
Infeksi infeksi lokal dan infeksi virus
 Nafsu sistemik ataupun
makan Terapeautik mikroorganisme
membaik  Batasi lain baik kepada
 Dema jumlah pengunjung
m menurun pengunjung maupun pada
 Keme  Berikan pasien
rahan perawatan kulit — Perawata
menurun pada area edema n kulit agar
 Nyeri  Cuci mengurangi
menurun tangan sebelum terjadinya
 Letar dan sesuda infeksi disekitar
gi munurun kontak dengan edema
 Kadar pasien dan — Mencuci
sel darah lingkungan tangan adalah
putih pasien satu-satunya
membaik  Pertahan cara terbaik
kan teknik untuk mencegah
aseptik patogen, sarung
Edukasi tangan dapat
 Jelaskan melindungi
tanda dan gejala tangan pada saat
ifeksi memegang luka
 Ajarkan yang dibalut
cara mencuci atau melakukan
tangan dengan berbagai
benar tindakan
 Ajarkan — Suhu
etika batuk yang terus
 Ajarkan meningkat
cara memeriksa setelah
kondisi luka pembedahan
atau luka dapat
operasi merupakan
 Anjurka tanda awitan
n meningkatkan komplikasi
asupan nutri pulmonal,
 Anjurka infeksi luka atau
n meningktkan dehisens.
asupan cairan
kolaborasi
 Kolabora
si pemberian
imunisasi

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Mengimplementasikan intervensi keperawatn sesuai dengan kondisi pasien dan juga
sesuai diagnosa yang telah ditentukan
E. EVALUASI
Mengevaluasi tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan .
BAB IV

PENUTUP

A. Keimpulan

Penyakit Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan


pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena
sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya.
Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling
bawah mulai dari anus hingga usus diatasnya. Penyakit hisprung merupakan suatu
kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari
spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk
anus sampai rektum.Penyakit ini disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para
simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada hisrchprung untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan hirschprung.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung.

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto

Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta
: FKUI .

Anda mungkin juga menyukai