DISUSUN OLEH :
ALYATI 018013522
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Robiatul Adawiyah.,M.Kep dan teman–teman semua yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik Keperawatan Anak Studi S1
Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
Tujuan umum .......................................................................................2
Tujuan khusus ......................................................................................2
A. Definisi hirschprung...................................................................................3
B. Klasifikasi hirschprung ..............................................................................3
C. Etologi hirschprung.....................................................................................3
D. Patofisiologi hirschprung............................................................................4
E. Manifestasi klinis hirschprung....................................................................6
F. Komplikasi hirschprung..............................................................................6
G. Pemeriksaan penunjang hirschprung.........................................................7
H. Penatalaksanaan hirschprung .....................................................................7
A. Pengkajian ..................................................................................................9
B. Diagnosa ..................................................................................................10
C. Intervensi ..................................................................................................10
D. Evaluasi ...................................................................................................14
BAB IV PENUTUP...................................................................................................15
A. Kesimpulan ..............................................................................................15
B. Saran ........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi. faktor penyebab penyakit Hirschsprung diduga dapat terjadi karena faktor
genetik dan faktor lingkungan.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
ppencernaan dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
hirschprung dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hirschprung.
2. Tujuan khusus:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi hirschprung
Hirschprung adalah kelainan bawaan berupa obstruksi usus akibat dari tidak adanya
sel-sel ganglion parasimpatik pada dinding saluran intestinal lapisan submukosa, dan
biasa terjadi pada calon bagian distal (Fitri Purwanto, 2001).
B. Klasifikasi glaukoma
1. Segmen Pendek
2. Segmen Panjang
Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang
usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis
ini disebut gerakan peristaltiik). Kontraksi dirangsang oleh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.
D. Patofisiologi
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar.
PATHWAY
Aganglionik saluran
cerna
Peristaltik menurun
Enterokolitis
Drainase gaster Penekanan pada diafragma
Anoreksi
a
Prosedur
operasi Defisit nutrisi Resiko Ekspansi paru
ketidakseimbangan menurun
cairan
Nyeri akut
Pola nafas tidak efektif
Resiko infeksi
E. Manifestasi klinis
Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden,
EGC : 2002) :
Masa Neonatal
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
Muntah berisi empedu
Enggan minum
Distensi abdomen
Masa Bayi dan Kanak-Kanak
Konstipasi
Diare berulang
Tinja seperti pita, berbau busuk
Distensi Abdomen
Gagal tumbuh.
F. Komplikasi
elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi. Menurut Mansjoer
3. Stenosis striktura ani : Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan
kontraksi dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun
penyempitan.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia darah : Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai
dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada
penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
2. Pemeriksaan Radiologi
Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap
and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan
dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit
ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus. (Ngatsiyah, 1997
: 139)
1. Pembedahan
2. Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan
udara.
3. Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang
terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum
memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
4. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara
lain :
a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )
BAB IV
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan
dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai
sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon
atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
(Ngastiyah, 1997).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang
sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam
setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain
adalah muntah dan diare.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi
mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi.
Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang
diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi
ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare
berbau busuk dapat terjadi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan
rectum akan didapatkan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis,fisiologis,fisik d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah,pola napas berubah, TD meningkat,menarik diri, nafsu makan
berubah
2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan,ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient, peningkatan
kebutuhan metabolisme,faktor ekonomi, faktor psikologis d.d BB menurun ,nyeri
abdomen,diare , cepat kenyang, otot pengunyah dan menelan lemah, sariawan,
rambut rontok berlebihan
3. Pola napas tidak efektf b.d hambatan upaya napas, penurunan energi, kecemasa,
deformitas dinding dada d.d dispnea, pola napas abnormal, kapasitas vital
menurun,
4. Resiko ketidakseimbangan cairan
5. Resiko infeksi
INTERVENSI KEPERAWTAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Mengimplementasikan intervensi keperawatn sesuai dengan kondisi pasien dan juga
sesuai diagnosa yang telah ditentukan
E. EVALUASI
Mengevaluasi tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan .
BAB IV
PENUTUP
A. Keimpulan
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada hisrchprung untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta
: FKUI .