Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali
bila mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan
(tembus cahaya) pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena
besarnya hidrokel, testis harus dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di
ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada
hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika
vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar
sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau
tumor testis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh
kembali. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan
hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika
vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat
diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.
Jarang sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat
dihilangkan dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di
sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan
melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan rongga perut.
Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung sedikit cairan
rongga perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans. Karena
hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi
kesan hidrokel funikulus; kantong hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau
omentum.
Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hidrokel terjadi akibat
adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut
ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka
tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.
Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu
beberapa bulan setelah bayi lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian hispospadia dan hidrokel ?
2. Bagaimana etiologi dari hispospadia dan hidrokel ?
3. Bagaimana klasifikasi hispospadia dan hidrokel ?
4. Bagaimana patofisiologi dari hispospadia dan hidrokel ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hispospadia dan hidrokel ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari hispospadia dan hidrokel ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis hispospadia dan ?
8. Bagaimana komplikasi dari hispospadia dan hidrokel ?
9. Bagaimana dan dapat Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan hispospadia dan hidrokel ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan dan menyebutkan pengertian hispospadia dan hidrokel
2. Menyebutkan etiologi dari hispospadia dan hidrokel
3. Mengetahui klasifikasi hispospadia dan hidrokel.
4. Menjelaskan patofisiologi dari hispospadia dan hidrokel.
5. Menyebutkan manifestasi klinis dari hispospadia dan hidrokel.
6. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik dari hispospadia dan hidrokel.
7. Mengetahui penatalaksanaan medis hispospadia dan.
8. Mengetahui komplikasi dari hispospadia dan hidrokel.
9. Mengetahui dan dapat Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan hispospadia dan hidrokel.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisisologi
1. Testis
Terletak di dalam skrotum.Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan
sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).
2. Saluran
a. Epididimis Fungsinya mengumpulkan sperma dari testis dan
menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma.
b. Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari
epididimis.
c. Uretra punya 2 fungsi: Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air
kemih dari kandung kemih. Bagian dari sistem reproduksi yang
mengalirkan semen.
d. Vesicula Seminalis adalah sepasang kantong yang memproduksi 60%
cairan air mani dimana air sperma diangkut, cairan ini digunakan
untuk menyediakan nutrisi bagi sperma.
3. Kelenjar
a. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan sumber
makanan bagi sperma.
b. Kelenjar Cowper menghasilkan cairan berwarna bening menuju
saluran kencing saat rangsangan seksual sebelum ejakulasi dan
orgasme.
4. Organ Genitalia Eksterna
Organ Genitalia eksterna terdiri atas :
a. Penis terdiri dari:
1) Akar (menempel pada didnding perut)
2) Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
3) Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut). Lubang
uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di
umung glans penis.
b. Dua rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus,
terletak bersebelahan
c. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi
uretra.Jika terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak
(mengalami ereksi).
d. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan
melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol

suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis
harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
suhu tubuh.
B. Definisi
1. Hispospadia
Hipospadia adalah kelainan kongetinal
berupa kelainan letak lubang uretra
pada pria dari ujung penis ke sisi
ventral (Corwin, 2009).
Hipospadia adalah kegagalan meatus
urinarius meluas ke ujung penis, lubang
uretra terletak dibagian bawah batang
penis, skrotum atau perineum (Barbara
J. Gruendemann & Billie Fernsebner, 2005).
Dan menurut (Muscari, 2005) Hipospadia adalah suatu kondisi
letak lubang uretra berada di bawah glans penis atau di bagian mana
saja sepanjang permukaan ventral batang penis. Kulit prepusium
ventral sedikit, dan bagian distal tampak terselubung.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan di mana meatus uretra
eksterna terletak di permukaan ventral penis dan lebih keproksimal
dari tempatnya yang normal (ujung glands penis). (Arif Mansjoer.
2000. Hal. 374).
Hipospodia adalah penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak
lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral penis (Sylvia
dan Lorraine. 2005 .Hal. 1317).
Hipospadia adalah defek uretral ketika lubang uretra tidak terletak
di ujung penis tetapi di bagian ventral penis dimana meatus mungkin
terletak di dekat glan, ditengah atau dibawah penis (Adele Pillitteri.
2002. Hal. 420)
Hipospadia adalah kelainan dimana meatus uretra bermuara pada
bagian ventral glan penis dimana terdapat malformasi glan dan
ditandai dengan adanya chordee (penis berbelok ke arah ventral)
(Behrman dan Kliegman. 2000. Hal. 1886)

Hipospodia adalah suatu kondisi letak lubang uretra berada


dibawah glan penis atau dibagian mana saja sepanjang permukaan
ventral batang penis (Mary E Muscari. 2005. Hal 357)
Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa lubang uretra yang
terletak dibagian bawah dekat pangkal penis (Ngastiyah. 2005. Hal.
288)
Hipospadia adalah suatu kelainan kongenital anormali yang mana
uretra bermuara pada sisi bawah penis atauperineum (Suryadi dan
Yuliani. 2001. Hal. 151).
2. Hidrokel

Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro ( air ) dan cell (rongga /
celah). Dapat diartikan secara harafiah bahwa hidrokel adalah adanya
penumpukan air pada rongga khususnya pada tunika vaginalis.
( Behram. 2000).
Hidrokel

adalah

penimbunan

cairan

dalam

selaput

yang

membungkus testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada


salah satu testis. Penyebabnya karenagangguan dalam pembentukan
alat genitalia external, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum
mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di
dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.(Pramono,Budi.2008).
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan visceralis tunika vaginalis testis. (Pramono,
Budi.2008).

Hidrokel ialah sesuatu yang tak nyeri kalau/jika ditekan, massa


berisi cairan yang dihasilkan dari gangguan drainase limfatik dari
skrotum & pembengkakan tunika vaginalis yang mengelilingi testis
(Lewis, 2014; p. 1324).
Hidrokel ialah penyebab umum dari pembengkakan skrotum &
dikarenakan karena ruang paten di tunika vaginalis. Hidrokel terjadi
ketika ada akumulasi abnormal cairan serosa antara lapisan parietal &
visceral dari tunika vaginalis yang mengelilingi testis (Parks & Leung,
2013; p.1).
Hidrokel ialah pelebaran kantong buah zakar karena terkumpulnya
cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hidrokel bisa terjadi pada
satu / dua kantung buah zakar (Kemenkes RI, 2013; h. 78-9).
Hidrokel ialah kumpulan cairan dalam area skrotum yang
mengelilingi testis (ADAM, 2012; p. 1).
Hidrokel ialah kumpulan cairan di antara lapisan viseralis &
parietal tunika vaginalis testis atau di sepanjang funikulus spermatikus.
(Kowalak dkk, 2011; h. 662).
Hidrokel ialah penumpukan cairan berlebihan di antara cairan
lapisan parietalis & viseralis tunika vaginalis, yang dalam keadann
normal cairan ini berada dalam keseimbangan antara produksi &
reabsorbsi karena sistem limfatik di sekitarnya (Purnomo, 2010; h.19).
C. Klasifikasi
1. Hispospadia
Klasifikasi hipospadia menurut letak orifisium uretra eksternum :
a. Tipe sederhana adalah tipe grandular, disini meatus terletak pada
pangkal glands penis. Pada kelainan ini secara klinis umumnya
bersifat asimtomatik.
b. Tipe penil, meatus terletak antara glands penis dan skrotum
c. Tipe penoskrotal dan tipe perineal, kelainan cukup besar, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu.
Derajat keparahan hipospadia:
a. Ditentukan oleh satu posisi meatus uretra : glands, korona, batang
penis sambungan dari batang penis dan skrotum dan perineum
b. Lokasinya

c. Derajat chordee (Anak-hipospadia)


2. Hidrokel
Menurut Jenkins (2008) dalam Mahayani & Darmajaya (2012)
dikatakan bahwa hidrokel diklasifikan menjadi lima yaitu hidrokel
komunikan, hidrokel nonkomunikan, hidrokel reaktif, hidrokel pada
cord, hidrokel pada canal of nuck, & hidrokel abdominoskrotal.
Sedangkan menurut Borgmann (2014: p. 280), hidrokel bisa
dikategorikan

menjadi

dua

yakni

hidrokel

komunikan

&

nonkomunikan. Hidrokel nonkomunikan dikategorikan lagi menurut


lokasinya

yakni

hidrokel

testis,

hidrokel

cord

&

hidrokel

abdominoscroctal.
a. Hidrokel komunikan
Melibatkan PPV yang memanjang hingga ke dalam skrotum.
Pada kasus ini PPV bersambung dengan tunika vaginalis yang
mengelilingi testis. Defek pada hidrokel ini lebih kecil sehingga
hanya terjadi akumulasi cairan (Jenkins, 2008 dalamMahayani &
Darmajaya, 2012).
Terjadi karena adanya prosesus vaginalis yang terbuka yang
mengarah ke aneka jumlah cairan serosa dalam testis cavum
vaginalis. Risiko jangka panjang hidrokel berkomunikasi ialah
pengembangan hernia inguinalis. (Borgmann, 2014: p. 280)

b. Hidrokel nonkomunikan
Berisi cairan yang terperangkap dalam tunika vaginalis pada
skrotum. Prosesus vaginalisnya tertutup sehingga cairan tak bisa
terhubung dengan ruang abdomen. Hidrokel ini umum terjadi pada
bayi, & biasanya cairan mau direabsorbsi sebelum umur 1 tahun.
c. Hidrokel reaktif
Hidrokel nonkomunikan yang berkembang dari keadaan
inflamasi pada skrotum.

d. Hidrokel pada cord


Terjadi jika prosesus vaginalis menutup di atas testis, tetapi
tetap ada hubungan kecil dengan peritoneum. Pada hidrokel ini,
terdapat sebuah daerah seperti kantung pada inguinal canal yang
terisi karena cairan. Cairan ini tak hingga masuk ke dalam skrotum.
e. Hidrokel pada canal of nuck
Terjadi pada wanita saat cairan terakumulasi di dalam
prosesus vaginalis pada saluran inguinal (Hata, dkk, 2004 dalam
Mahayani & Darmajaya, 2012; Jagdale, dkk, 2012).
Hal ini bisa terjadi karena adanya rembesan fisiologis cairan
intraperitoneal / hipersekresi / bisa juga penyerapan dalam lapisan
epitel pada segmen distal. Secara klinis, hidrokel ini tiada rasa
sakit, tembus cahaya, berfluktuasi (berubah-ubah), pembengkakan
tak bisa mengecil di daerah inguinalis & labio mayora (Jagdale,
dkk, 2012).
f. Hidrokel abdominoscrotal
Terjadi karena pembukaan kecil pada prosesus vaginalis. Cairan
masuk ke dalam hidrokel & terperangkap. Hidrokel mau terus
membesar & suatu saat mau meluas ke atas menuju abdomen
(Hata, dkk, 2004 dalamMahayani & Darmajaya,2012).
g. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis
tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari.
h. Hidrokel Funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah
cranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya tetap sepanjang hari.
D. Epidemiologi
1. Hispospadia
Hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup di Amerika Serikat.
Kelainan ini terbatas pada uretra anterior. Pemberian estrogen dan progestin
selama kehamilan diduga meningkatkan insidensinya. Jika ada anak yang
hipospadia maka kemungkinan ditemukan 20% anggota keluarga yang

lainnya juga menderita hipospadia. Meskipun ada riwayat familial namun


tidak ditemukan ciri genetik yang spesifik.

2. Hidrokel
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran
hidup dan lebih sering terjadi pada bayi prematur. Lokasi tersering
adalah di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral.
Insidensi PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada
neonates, 80%-94%memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada
bayi prematur dengan berat badan lahir kurangdari 1500 gram
dibandingkan dengan bayi aterm.
E. Etiologi
1. Hispospedia
Penyebab sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang
belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun ada beberapa
faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain:
a. Secara embriologis, hipospadia disebabkan oleh kegagalan
penutupan yang sempurna pada bagian ventral lekuk uretra
(Heffiner, 2005).
b. Diferensiasi
uretra

pada

penis

bergantung

androgen

dihidrotestoteron (DHT). Defisiensi produksi testoteron (T),


konversi T menjadi DHT yang tidak adekuat atau defisiensi lokal
pada pengenalan androgen (kekurangan jumlah atau fungsi
reseptor androgen) (Heffiner, 2005).
c. Terdapat presdisposisi genetik non-Mendelian pada hipospadia,
jika salah satu saudara kandung mengalami hipospadia, resiko
kejadian berulang pada keluarga tersebut adalah 12%, jika bapak
dan anak laki-lakinya terkena, maka resiko untuk anak laki-laki
berikutnya adalah 25% (Heffiner, 2005).
d. Kriptorkismus (cacat perkembangan yang

ditandai

dengan

kegagalan buah zakar untuk turun ke dalam kandung buah zakar)


terdapat pada 16% anak laki-laki dengan hipospadia (Heffiner,
2005).
e. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik (Muscari, 2005).

f. Faktor eksogen antara lain pajanan pranatal terhadap kokain,


alkohol, fenitoin, progestin, rubela, atau diabetes gestasional
(Muscari, 2005).
2. Hidrokel
a. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis atau belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
resorbsi cairan hidrokel (Purnomo, 2010; h. 19).
b. Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan dalam
membran serosa dari tunika vaginalis (Borgmann, 2014;Parks
& Leung, 2013).
c. Bisa juga karena trauma, infeksi, atau proses neoplastik (Parks
& Leung, 2013).
F. Patofisiologi
1. Hispospodia
Hipospadia terjadi karena gangguan perkembangan uretra anterior
yang tidak sempurna sehingga uretra terletak dimana saja sepanjang
batang penis sampai perineum. Semakin proksimal muara meatus maka
semakin besar kemungkinan ventral penis memendek dan melengkung
karena adanya chordae.
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat
kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup
sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee,
pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.
2. Hidrokel
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir)
ataupun

ketidaksempurnaan

dari

prosessus

vaginalis

tersebut

menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneumm dengan prosessus


vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan
cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal
dari sistem limfatik disekitar. Cairan yanng seharusnya seimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada

penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan


limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari
tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau
vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis
dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah
sekitar testis tersebut.
Hidrokel dapat ditemukan

dimana

saja

sepanjang

funikulus

spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam


rongga perut pada undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan
menghilang

dalam

tahun

pertama,

umumnya

tidak

memerlukan

pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel


testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling
berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei.
Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena
banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi
tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur
semalaman.
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorpsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu
tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan
normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam sistem limfatik.
G. WOC
H. Tanda dan Gejala
1. Hispospodia
Gambaran klinis Hipospadia :
a. Kesulitan atau ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan
posisi berdiri
b. Chordee (melengkungnya penis) dapat menyertai hipospadia
c. Hernia inguinalis (testis tidak turun) dapat menyertai hipospadia
(Corwin, 2009).
d. Lokasi meatus urine yang tidak tepat dapat terlihat pada saat lahir
(Muscari, 2005).

2. Hidrokel
a. Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tak
nyeri. Pada hidrokel testis & hidrokel funikulus besarnya benjolan
di kantong skrotum tak berubah sepanjang hari, sedangkan pada
hidrokel komunikan besarnya bisa berubah-ubah yaitu bertambah
besar pada saat anak menangis. (Purnomo, 2010 : h. 19).
b. Pembengkakan skrotum & rasa berat pada skrotum, ukuran yang
lebih besar daripada ukuran testis & penumpukkan cairan pada
massa yang flasid / tegang (Kowalak, 2011 : 662).
c. Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang
sangat besar, sehingga penis tertarik & tersembunyi. Kulit pada
skrotum normal, lunak & halus. Kadang-kadang akumulasi cairan
limfe diikuti dengan komplikasi, yaitu komplikasi dengan chyle
(chylocele), darah (haematocele) atau nanah (pyocele). Uji
transiluminasi bisa diberdayakan buat membedakan hidrokel
dengan komplikasi & hidrokel tiada komplikasi (Kemenkes RI,
2013; h. 79).
d. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
e. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di
bagian punggung penis.
f. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus
dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari
jaringan sekitar.
g. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
h. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
i. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans
penis.
j. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi
bengkok.
k. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung
skrotum).
l. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hipospadia

Diagnosis dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik pada bayi


baru lahir atau bayi. Karena kelainan lain dapat menyertai hipospadia,
dianjurkan pemeriksaan yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan
kromososm (Corwin, 2009).
a. Rontgen
b. USG sistem kemih kelamin
c. BNO IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan
kelainan kongenital ginjal
d. Kultur urine (Anak-hipospadia)
2. Hidrokel
a. Transiluminasi
Mewujudkan atau adalah langkah diagnostik yang amat
penting sekiranya menemukan massa skrotum. Dikerjakan di
dalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum (ADAM, 2013) Struktur vaskuler, tumor,
darah, hernia & testis normal tak bisa ditembusi sinar. Trasmisi
cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti hidrokel.
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi bisa mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum & membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan
(hidrokel), vena abnormal (varikokel) & kemungkinan adanya
tumor.
J. Penatalaksanaan Medis
1. Hipospadia
Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah
merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat
yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke
depan dan dapat melakukan coitus dengan normal (Anak-hipospadia).
Koreksi bedah mungkin perlu dilakukan sebelum usia anak 1 atau
2 tahun. Sirkumsisi harus dihindari pada bayi baru lahir agar kulup
dapat dapat digunakan untuk perbaikan dimasa mendatang (Corwin,
2009).

Informasikan orang tua bahwa pengenalan lebih dini adalah


penting sehingga sirkumsisi dapat dihindari, kulit prepusium
digunakan untuk bedah perbaikan (Muscari, 2005).
Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri
dari :
a. Operasi hipospadia satu tahap (One stage urethroplasty) adalah
teknik operasi sederhana yang sering digunakan, terutama untuk
hipospadia tipe distal. Tipe distal inimeatusnya letak anterior atau
yang middle. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk
kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk
melakukan 2 tahap.
b. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan
yang lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris dapat
dilakukan. Tipe annghipospadia proksimal seringkali di ikuti
dengan kelainan-kelainan yang berat seperti chordee yang berat,
globuler glands yang bengkok ke arah ventral (bawah) dengan
dorsal: skin hood dan propenil bifid scrotum. Intinya tipe
hipospadia yang letak lubang air seninya lebih ke arah proksimal
(jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan penis yang
bengkok dan kelainan lain di scrotum
2. Hidrokel
a. Pre operasi hidrokel
Hidrokel bisa sembuh dengan sendirinya karena penutupan
spontan dari PPV (patent processus vaginalis) sesaat sesudah lahir.
Residu pada hidrokel nonkomunikan tak bertambah maupun
berkurang dalam isi, & tak terdapat gejala silk glove. Cairan pada
hidrokel biasanya terserap kembali ke dalam tubuh sebelum bayi
berumur 1 tahun.
Karena karena, observasi kerap kali dibutuhkan buat hidrokel
pada bayi. Hidrokel wajib diobati apabila, tak menghilang sesudah
berumur 2 tahun menyebabkan rasa tak nyaman, bertambah besar
atau secara jelas terlihat pertambahan atau pengurangan isi, apabila
tak terlihat, & terinfeksi (Mahayani & Darmajaya, 2012).

Hydrocelectomy

ialah

operasi

buat

memperbaiki

pembengkakan skrotum yang terjadi ketika seseorang memiliki


hidrokel. Pasien mau menerima anestesi umum & mau tertidur &
bebas rasa sakit selama prosedur. Dalam bayi atau anak: dokter
bedah membuat sayatan kecil di lipatan pangkal paha, & lalu
menguras cairan kantung (hidrokel)., kadang-kadang ahli bedah
memanfaatkan laparoskop buat melakukan prosedur ini. Sebuah
laparoskop ialah kamera kecil yang ahli bedah memasukkan ke
daerah lewat luka bedah kecil. Kamera ini menempel pada monitor
video. Dokter bedah membuat perbaikan dengan instrumen kecil
yang dimasukkan lewat pemotongan bedah kecil lainnya (ADAM,
2013; p. 1).
Indikasi dikerjakan pembedahan pada hidrokel : menjadi terlalu
besar, pembesaran isi cairan hidrokel yangbisa menekan pembuluh
darah, terinfeksi& gagal buat hilang pada umur 1 tahun. Sebelum
Prosedur anak mau diminta buat berhenti makan & minum
setidaknya 6 jam sebelum prosedur pembedahan (ADAM, 2013; p.
1).
b. Operasi
1) Chordectomi , merelease chordae sehingga penis bisa lurus
kedepan saat ereksi. Chordectomi komplit dilakukan untuk
mengerahkan korpora kavernosum dan memperpanjang uretra
serta membawa lubang uretra ke ujung glans.
2) Urethroplasty , membuat osteum urethra externa diujung gland
penis sehingga pancaran urin dan semen bisa lurus ke depan.
c. Post Operasi Hidrokel
Pemulihan dari operasi hidrokel umumnya tak rumit. Buat
kontrol rasa nyeri, pada bayi diberdayakan ibuprofen 10 mg/kgBB
setiap 6 jam & asetaminofen 15 mg/kgBB setiap 6 jam, hindari
narkotik

karena

beresiko

apnea (Van

Veen,

dkk,

2007

dalam Mahayani & Darmajaya, 2012).


Buat anak yang lebih tua diberikan asetaminofen dengan
kodein (1 mg/kgBB kodein) setiap 4-6 jam. Buat dua minggu

sesudah operasi, posisi straddle wajib dihindari buat mencegah


pergeseran dari testis yang mobile keluar dari skrotum &
menyebabkan cryptorchidism sekunder. Pada anak dalam masa
berjalan,

aktifitas

wajib

dibatasi

sebisa

mungkin

selamasatu bulan. Pada anak dalam masa sekolah, aktivitas


peregangan

&

olahraga

aktif

wajib

dibatasi selama

4-6

minggu (Van Veen, dkk, 2007 dalam Mahayani & Darmajaya,


2012).
Karena

karena

dikerjakan dengan

sebagian

basis rawat

jalan,

besar
pasien

operasi hidrokel
bisa

kembali

bersekolah segera saat sudah terasa cukup nyaman (biasanya 1-3


hari sesudah operasi) (Mahayani & Darmajaya, 2012).
K. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat.
b. Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan
apakah ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat
maupun pada keadaan emosional (menangis,ketakutan).
c. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau
bulat, lembut dan tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan
hernia melalui beberapa cara:
1) Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi
hidrokel berwarna merah terang, dan hernia berwarna gelap.
2) Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di
scrotum, dan hernia di lipatan paha.
3) Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi
pada hernia terdapat suara bising usus.
4) Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia
terasa kenyal.
5) Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
6) Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada
hernia tidak.
d. Kaji sistem perkemihan
1) Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan
drainase

2) Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot


dari bawah ; bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti
isinya cairan ( bila warnanya redup )
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri berhubungan dengan pembengkakan scrotum
2) Kerusakan integritas kulit : Skrotum berhuhungan dengan adanya
gesekan dan perengangan jaringan scrotum
3) Perubahan body image : Citra tubuh berhubungan dengan
perubahan bentuk scrotum
4) Ansietas pada orang tua berhubungan dengan kondisi anaknya dan
kurang pengetahuan merawat anak
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi post operasi
3) Deficit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kondisi anak :
prpsedur pembedahan, perawatan post operasi dan program
penatalaksaan
c. Rencana Keperawatan
1) Pre operasi
Dx I :
Tujuan dan kriteria hasil Diharapkan setelah dilakukan intervensi,
rasa tidak nyaman berkurang bahkan hilang dengan criteria hasil:
a) Pembengkakan skrotum berkurang
b) Klien merasa nyaman, nyeri klien berkurang bahkan hilang
c) Skala nyeri 0-3
Intervensi Keperawatan :
a) Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri yang dialami klien
sesuai dengan PQRST.
RASIONAL: mengidentifikasi nyeri akibat gangguan lain.
b) Catat petunjuk nnonverbal seperti gelisah, menolak untuk
bergerak, berhati-hati saat beraktifitas dan meringis.
RASIONAL: mendeskripsikan tingkat nyeri
c) Ajarkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman atau
tekhnik relaksasi misalnya duduk dengan kaki agak dibuka dan
nafas dalam

RASIONAL: mengurangi sensasi nyeri.


d) Berikan tindakan nyaman massage punggung, mengubah posisi
dan aktifitas senggang.
RASIONAL: mengurangi sensasi nyeri.
e) Observasi dan catat pembesaran skrotum (bila perlu ukur tiap
hari), cek adanya keluhan nyeri.
RASIONAL: menjadi acuan dalam perrkembangan terapi yang
sudah diberikan.
f) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
RASIONAL: mengurangi sensasi nyeri.
Dx.2
Tujuan dan criteria hasil Diharapkan setelah dilakukan intervensi,
kerusakan integritas kulit tidak terjadi, dengan criteria hasil:
Tidak ada lecet dan kemerahan di sekitar area pembesaran.
Intervensi Keperawatan:
a) Kaji adanya tanda kerusakan kulit seperti lecet dan kemerahan
sekitar area pembesaran (lipatan paha).
RASIONAL: mengetahui lebih dini gejala kerusakan kulit
untuk dilakukan intervensi selanjutnya.
b) Berikan salep atau pelumas.
RASIONAL: mencegah kerusakan kulit.
c) Kurangi
aktifitas
klien

selama

sakit.

RASIONAL: mencegah kerusakan yang lebih parah.


d) Berikan posisi yang nyaman: abduksi.
RASIONAL: memberikan sirkulasi bagi aliran darah.
e) Anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar terutama
celana.
RASIONAL: mencegah iritasi yang lebih parah.
Dx.3
Tujuan dan criteria hasil Diharapkan setelah dilakuakan
intervensi, klien tidak merasa bahwa penyakitnya adalah suatu
penderitaan, dan pada bayi, orangtua harus memahami bahwa
penyakit ini dapat disembuhkan, dengan criteria hasil:
a) Keluarga sabar menghadapi kondisi anaknya.

Intervensi Keperawatan:
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan
pengobatan, dan ansietas seubungan dengan situasi saat ini.
RASIONAL: mengidentifikasi luas masalah dan perlunya
intervensi.
b) Perhatikan perilaku menarik diri pada keluarga, tidak efektif
menggunakan
mengindikasikan

pengingkaran
terlalu

atau

perilaku

mempermasalahkan

tubuh

yang
dan

fungsinya.
RASIONAL: indicator terjadinya kesulitan menangani stress
terhadap apa yang terjadi.
c) Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat /lama.
RASIONAL: identifikasi tahap yang pasien sedang alami
memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku
dengan tepat. Depresi lama menunjukan intervensi lanjut.
d) Akui kenormalan perasaan.
RASIONAL: pengenalan perasaan tersebut diharapkan
membantu orangtua pasien untuk menerima perilaku dan
mengatasinya secara efektif.
e) Anjurkan orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara
normal dan bukan sebagai orang cacat.
RASIONAL: menyampaikan harapan untuk mengatur situasi
dan membantu perasaan harga diri dan orang lain.
f) Yakinkan keluarga bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan
tetap sabar menghadapi kondisi anaknya.
RASIONAL: memperkuat keyakinan

keluarga

dan

memberikan semangat yang mempertahankan harga diri


keluarga dan menghindari kecemasan yang berlebihan.
Dx. 4
Tujuan dan criteria hasil Diharapkan setelah dilakukan intervensi,
orangtua memahami dan mengerrti tentang prognosa dan diagnose
penyakit yang dialami oleh anaknya, dengan criteria hasil:
a) cemas yang dialami orangtua klien berkurang bahkan hilang.
Intervensi Keperawatan:

a) Beritahu dan jelaskan tentang prognosa dan diagnose penyakit


yang dialami oleh anaknya.
RASIONAL: menghilangkan kecemasan orangtua klien
karena ketidaktahuan tentang prosedur.
b) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap anaknya
sebelum tindakan dilakukan.
RASIONAL: menghilangkan kecemasan orangtua klien
karena ketidaktahuan tentang prosedur.
c) Libatkan orangtua dalam perawatan terhadap anaknya.
RASIONAL: mengindari persepsi yang salah dan membantu
menghilangkan kecemasan pada anak.
d) Berikan informasi bahwa penyakit ini dapat hilang dengan
sendirinya.
RASIONAL : menghilangkan kecemasan orangtua klien
karena ketidaktahuan tentang prosedur.
2) Post operasi\
Dx.1
Tujuan: diharapkan resiko terjadinya infeksi tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
a) Berkurangnya tanda-tanda peradangan seperti kemerahamerahan,

gatal,

panas,

perubahan

fungsi,

Intervensi Keperawatan :
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
walupun

menggunakan

sarung

tangan

Rasional : mengurangi kontaminasi silang


c) Batasi penggunaan alat atau prosedur

steril.

invasive

jika

memungkinkan
Rasional : mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi
tempat masuk organisme
d) Gunakan
teknik
steril

pada

waktu

penggatian

balutan/penghisapan/berikan lokasi perawatan, misalnya jalur


invasive
Rasional : mencegah masuknya bakteri, mengurangi risiko
infeksi nosocomial

e) Gunakan sarung tangan/pakaian pada waktu merawat luka


yang terbuka/antisipasi dari kontak langsung dengan sekresi
ataupun

ekskresi

Rasional: mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi silang


Dx.2
Tujuan dan kriteria hasil : Diharapkan setelah diberikan
intervensi, klien memahami dan mengerti tentang prosedur
pembedahan, perawatan setelah operasi dan pengobatanya dengan
criteria hasil:
a) klien

menyatakan

pemahamannya

proses

penyakit,

pengobatan dan potensial komplikasi.


Intervensi keperawatan
a) Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi.
RASIONAL: mencegah komplikasi lanjut dari pergerakan dan
aktivitas yang berlebihan.
b) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
periodic
RASIONAL:

mencegah

kelemahan,

meningkatkan

penyembuhan, dan lekas kembali pulih normal.


c) Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan,
pembatasan mandi, dan kembali ke dokter untuk mengangkat
jahitan atau pengikat.
RASIONAL: pemahaman meningkatkan kerjasama dengana
program terapi, meningkatkan penyembuhan dan program
perbaikan.
d) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh
peningkatan nyeri; edema/eritema luka, adanya drainase,
demam.
RASIONAL: upaya intervensi menurunkan risiko komplikasi
serius contoh lambatnya penyembuhan.
Dx.3

Tujuan dan kriteria hasil: Diharapkan setelah diberikan terapi,


nyeri klien berkurang bahkan hilang dengan criteria hasil skala
nyeri 0-3 dan kllien tidak menangis serta gelisah.
Intervensi Keperawatan:
a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0-10). Selidiki
dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat.
RASIONAL: berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan.
b) Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
RASIONAL: gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.
c) Dorong ambulasi dini.
RASIONAL: meningkatkan normalisasi fungsi organ.
d) Berikan aktivitas hiburan.
RASIONAL: focus perhatian kembali, meningkatkan
relaksasi, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
e) Berikan analgetik sesuai indikasi.
RASIONAL: menghilangkan nyeri mempermuda kerja sama
dengan intervensi terapi lain contoh batuk dan ambulasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. I

Umur

: 12 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Sambi Boyolali

Tanggal Masuk

: 26 Juni 2012

Tanggal Pemeriksaan

: 2 Juli 2012

No. CM

: 10124276

ANAMNESIS

A. Keluhan Utama: Kencing lewat bawah penis sejak lahir


B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang anak laiki-laki berumur 12 tahun dibawa ke poli bedah anak
RSDM dengan keluhan kencing lewat bawah penis sejak lahir. Pasien lahir
prematur pada usia kehamilan 30 minggu dengan persalinan ditolong bidan.
Keluhan pasien ini sudah pernah dikonsulkan ke dokter sewaktu pasien masih
kecil, namun disarankan untuk menunggu pasien cukup besar dan siap untuk
dilakukan operasi. Karena merasa sudah siap, keluarga membawa pasien ke
RSDM untuk dilakukan operasi.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat ibu demam tinggi saat kehamilan

: disangkal

Riwayat mengkonsumsi antibiotik

: disangkal

Riwayat paparan sinar X

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa

: disangkal

Riwayat sakit jantung

: disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi

: disangkal

E. Riwayat ANC dan Persalinan


ANC di bidan
Lahir di bidan
F. Anamnesa Sistemik
Keluhan utama

: Kencing lewat bawah penis

Kepala

: Bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam dan


tidak mudah dicabut
: Pusing (-), nggliyer (-), jejas (-)

Mata

: Cekung (-/-), conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik


(-/-),

reflek cahaya (+/+), pupil isokor

(3mm/3mm), oedem palpebra (-/-)


: Pandangan kabur (-), mata kuning (-), pandangan
dobel (-), berkunang-kunang (-)
Hidung

: Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)


: Pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)

Telinga

: Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)


: Pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-),
berdenging (-)

Mulut

: Bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), mukosa


pucat (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), lidah
hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah atrofi
(-)
: Mulut terasa kering (-), bibir biru (-), sariawan (-),
gusi berdarah (-), gigi berlubang (-), bibir pecahpecah (-)

Tenggorokan

: Tonsil hipertrofi (-), faring hiperemis (-)


: Sakit telan (-), serak (-), gatal (-)

Respirasi

: Sesak (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah

(-),

mengi (-)

Auskultasi

: Inspeksi

: Simetris statis dan dinamis

: Palpasi

: Fremitus raba kanan = kiri

: Suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-), wheezing (-/-)

Cardiovaskuler

: Nyeri dada (-), pingsan (-), kaki bengkak (-),


keringat dingin (-), berdebar-debar (-)
: Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

: Palpasi: Ictus cordis tidak kuat angkat


: Auscultasi :

BJ I-II intensitas normal, reguler,

bising (-)
Gastrointestinal

: Mual (-), muntah (-),nafsu makan menurun (-), perut


membesar (-), muntah darah (-), BAB warna
hitam (-), BAB darah lendir (-), BAB sulit (-)

Genitourinaria

: BAK warna seperti teh (-), BAK batu (-), BAK


panas (-), BAK warna merah

(-), nyeri saat

BAK (-)
Muskuloskeletal

: nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-),


kesemutan (-)

Extremitas

: atas:

pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-),


luka (-/-), terasa dingin (-/-)
: Pitting edem (-/-), akral dingin (-/-), luka
(-/-), clubbing finger (-/-),

spoon

nail (-/-)
bawah :

pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak


(-/-), luka (-/-), terasa dingin (-/-)

: Pitting oedem (-/-), akral dingin (-/-),luka


(-/-), clubbing finger (-/-), spoon nail
(-/-)
Kulit

: kering (-), gatal (-), luka (-), pucat (-), kuning


kebiruan (-)

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Klien terlihat gelisa,
Tanda vital:
a. Nadi

: 102 x / menit, ireguler, isi cukup.

b. Respirasi

: 24 x / menit

c. Suhu

: 36,8 0 C (per axiller)

STATUS LOKALIS
R. Genitourinaria

(-),

Inspeksi

: Ostium uretra di penoscrotal, chordate (+), radang (-)

Palpasi

: nyeri tekan (+)

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Tgl 20 Juni 2012

1.
Hemoglobin

: 9,6 g/dL

Hematokrit

: 31 %

Jml eritrosit

: 3,45 x 106 /uL

Jml leukosit

: 3,6 x 103 /uL

Jml trombosit

: 383 x 103/uL

Gol. Darah

:A

APTT
PT

: 30,6
: 13,6

D. ASSESMENT
Hipospadia tipe penoscrotal dengan chordae
E. TERAPI
Pro Chordectomy
Analisa Data

No.
1.

2.

Data
Data Subyektif :
- Keluarga mengatakan anaknya susah
tidur setelah operasi
Klien mengatakan takut
Data Obyektif:
- Klien terlihat gelisah
- Akral klinen teraba dingin
Data Subyektif :
- Klien mengatakan nyeri dirasakan setelah
operasi
- Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk
- Klien mengatakan nyeri di area penis
- Skala nyeri klien pada 7-8
- Klien mengatakan nyeri hilang timbul
Data Obyektif:
- Klien terlihat meringis

Diagnosis Keperawatan

Etologi
Nyeri

Insisi
pembedahan

Proble
m
Ansiet
as

Nyei
Akut

1.
2.

Nyeri Akut berhubungan dengan Insisi Pembedahan


Ansietas berhubungan dengan kondi

Intervensi
No. NOC (tujuan dan
1.

kriteria hasil)
Setelah dilakukan

NIC (rencana

Rasional

Tindakan)
1. Bantu pasien untuk

1. Pengalihan focus

asuhan keperawatan

lebih berfokus pada

dapat mengurangi

selama 1x24 jam

aktivitas, bukan pada

focus seseorang

maka klien

nyeri (menonton tv,

terhadap nyeri

mengatakan

mendengarkan music

berkurang
Dengan kriteria hasil:
1. Klien mampu

relaksasi,

memperlihatkan
pengendalian
nyeri yang di

hypnocaring)
2. Memberikan kompres
hangat pada area
sekitar nyeri
3. Melakukan

yang di derita
2. Kompres hangat
dapat
meningkatkan
kenyamanan di
area sekitar nyeri
3. Pemantauan dan

buktikan oleh

pemantauan dan

pengkajian

indicator selaluh

pengkajian nyeri

lengkap akan

melaporkan nyeri
dapat
dikendalikan
2. Mempertahankan
tingkat nyeri pada
skala 2 atau
kurang (dengan
skala wajah 0-10)
3. Melaporkan pola
tidur yang baik

psien
4. Bantu pasien dan
informasikan kepada
keluarga untuk
merubah posisi
5. Kolaborasikan
dengan dokter
mengenai analgesic
yang diberikan bila
nyeri belum teratasi

menunjukan
keadaan klien yang
akan memudahkan
perawat untuk
memberikan
tindakan
4. Memposisikan
klien dengan
nyaman bukan
dengan satu posisi
saja, sehingga
klien dapat
merasakan relaks
5. Analgesic akan
berespon cepat
pada nyeri klien

dan dapat
menurunkan nyeri
2.

Setelah dilakukan

klien
1. Bantu orang tua untuk 1. Kecemasan yang

tindakan keperawatan

tidak memperlihatkan

dialami orang tua

selama 1x24 jam

kecemasan mereka di

dan diketahui anak

maka ansietas klien


berkurang dibuktikan
dengan indicator:
1. Tingkan ansietas

hadapan anak
2. Ajak anak
berkomunikasih dan
biarkan anak

ringan dan

menceritakan

menunjukan

ketakutannya setelah

pengendalian diri
terhadap ansietas
2. Klien akan

itu beri penjelasan


3. Sarankan kepada
orang tua untuk

melaporkan pola

membawakan mainan

tidur tidak

yang dimiliki klien

terganggu
3. Klien akan
mengkomunikasik
an kecemasan
kepada orang tua
atau perawat

yang aman di
mainkan dengan

anak akan
meningkatkan
derajat kecemasan
anak
2. Komunikasih dan
peluapan emosi
dapat membuat
anak anak tenang
dan merasa
diperhatikan
sehingga ketakutan
yang di rasakan
anak dapat sedikit

kondisi klien yang

berkurang
baru selesai menjalani 3. Pengalihan focus
operasi
4. Libatkan anak dalam
permainan permainan
kecil, sehingga anak
dapat melupakan
ketakutannya
5. Informasikan kepada
orang tua dan
pengunjung untuk
tidak menceritakan
keadaan klien yang
tidak menyenangkan
di hadapan klen

pada mainan dapat


membuat focus
kecemasan yang
dialami klien
menurun
4. Menyibukkan anak
anak dapat
membantu untuk
mengurangi focus
ansietas anak, dan
anak juga akan
merasa lebih
nyaman

5. Cerita tidak
mengenakan yang
diceritakan oleh
orang tua
dihadapan anak
akan membuat
anak semakin takut
dan tingkat
ansietas akan
tinggi kemballi.
Implementasi
No. Waktu
1
2 juni
2012
10.00

Tindakan keperawatan
Memberikan kompres

Respon klien
Klien kooperatif dengan

Ttd
Cec

hangat pada area sekitar

tidakan yang di lakukan dan

nyeri

terlihat di wajahnya sedikit

Bantu pasien untuk lebih

meringis
Klien suka menonton kartun,

Cec

berfokus pada aktivitas,

dan melupakan nyeri yang

bukan pada nyeri

dideritanya tetapi beberapa

(menonton tv,

kali mengelu tiba tiba terasa

mendengarkan music

sakit

relaksasi, hypnocaring)
Bantu orang tua untuk

Orang tua mengerti dan

Cec

tidak memperlihatkan

mengatakan akan berusaha

kecemasan mereka di

untuk tidak cemas di

hadapan anak
Sarankan kepada orang

hadapan anak
Orang tua membawa tablet

Cec

tua untuk membawakan

yang berisi game yang biasa

mainan yang dimiliki

dimainkan anak di rumah

klien yang aman di

sehingga klien tidak perlu

mainkan dengan kondisi

bergerak ekstrim untuk

klien yang baru selesai

memainkannya

WIB
1.

2.

2.

menjalani operasi

1.

Bantu pasien dan

Klien menurut terhadap

Cec

informasikan kepada

perawat dan beberapa kali

keluarga untuk merubah

merubah posisi sendiri

posisi

dengan bantuan keluarga,


meskipun dia mengatakan
sedikit sakit bila bergeraak

1.

Melakukan pemantauan
dan pengkajian nyeri
pasien

terlalu mendadak
.Klien mngatakan nyeri
diarea operasi masih terasa
.skala menjadi 4
.dan muncul ketika

Cec
e

tersenggol atau bergerak tiba


tiba
.klien mengatakan dapat
2.

Ajak anak

tidur nyenyak
Anak mengatakan jika dia

Cec

berkomunikasih dan

takut sakit bila buang air

biarkan anak

kecil dan anak takut lukanya

menceritakan

akan lama sembuhnya,

ketakutannya setelah itu

sehingga dia tidak dapat

beri penjelasan

bermain dg temannya.
Setelah di berikan penjelasan
klien tampak mengerti dan
tidak merasa khawatir lagi
meskipun beberapa kali klien
masih meyakinkan

2.

Libatkan anak dalam

penjelasan perawat
Anak terlihat senang saat di

Cec

permainan permainan

ajak bermain tebak tebakan

kecil, sehingga anak

dan menggambar

dapat melupakan
2.

ketakutannya
Informasikan kepada

Orang tua mengerti dan tidak Cec

orang tua dan

akan menceritakan apapun di e

1.

pengunjung untuk tidak

depan anak. Karena anaknya

menceritakan keadaan

juga mengatakan takut bila

klien yang tidak

mendengar cerita tentang

menyenangkan di

operasi

hadapan klien
Kolaborasikan dengan

Klien mengeluh sangat sakit

Cec

dokter mengenai

sehingga harus diberi

analgesic yang diberikan

analgesic dank klien terlihat

bila nyeri belum teratasi

tenang dan tidak ada


meringis atau respon
menahan sakit
Klien mengatakan nyeri ad
di skala 1.

Evaluasi
No. Evaluasi
1.
S: Klien suka menonton kartun, dan melupakan nyeri yang dideritanya

2.

tetapi beberapa kali mengelu tiba tiba terasa sakit


: klien mengatakan dapat tidur nyenyak
: Klien mengatakan nyeri ada di skala 1
O: klien terlihat tenang dan tidak ada meringis atau respon menahan sakit
A: Tujuan 1,2,3 tercapai
P: Berikan HE pengendalian nyeri pada orang tua dan klien
S: klien juga mengatakan takut bila mendengar cerita tentang operasi
kepada orang tuanya
:klien mengatakan dapat tidur nyenyak
O: Setelah di berikan penjelasan klien tampak mengerti dan tidak merasa
khawatir lagi meskipun beberapa kali klien masih meyakinkan
penjelasan perawat
A: Tujuan 1,2,3
P: Intervensi di lanjutkan sesuai dengan aktifitas klien hingga pulang,
orang tua dan klien di berikan HE untuk menjaga klien agar tidak
ansietas (takut) karena akan berdampak kurang bagus untuk klien.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hidrokel Testis adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan visceralis tunika vaginalis yang sebagian besar kasus
ditemukan pada anak-anak usia 0-12 bulan dan jarang pada dewasa.
2. Mekanisme terjadinya hidrokel testis pada anak yaitu belum sempurnanya
penutupan prosesus vaginalis dan belum sempurnanya sistem limfatik
dalam reabsorbsi, sedangkan pada dewasa disebabkan oleh factor idiopatik
dan adanya kelainan pada testis atau epididimis.
3. Diagnosis Hidrokel Testis ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang berupa USG.
4. Penatalaksanaan Hidrokel Testis terbagi menjadi observasi untuk anak usia
0-12 bulan, aspirasi dan tindakan operatif yang ditinjau dari factor usia dan
risiko terjadinya rekurensi.
5. Hidrokel testis dapat menimbulkan komplikasi berupa kompresi peredaran
darah testis, atrofi testis, perdarahan, dan sekunder infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai