Anda di halaman 1dari 185

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN YANG MENGALAMI

SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN HALUSINASI


PENGLIHATANDI RUANG SEROJA RSUD
dr. H KOESNADI BONDOWOSO
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

Oleh :
KADEK REGA DWI SANTINI
NIM : 15037140862

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2018

i
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN YANG MENGALAMI
SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN HALUSINASI
PENGLIHATAN DI RUANG SEROJA RSUD
dr. H KOESNADI BONDOWOSO
TAHUN 2018

Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus disusun sebagai Syarat untuk


Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
KADEK REGA DWI SANTINI
NIM : 15037140862

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2018

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,


Nama Mahasiswa : Kadek Rega Dwi Santini
NIM : 15037140862

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah saya berjudul :


“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia Paranoid
Dengan Halusinasi Penglihatan Di Ruang Seroja Rsud Dr. H Koesnadi
Bondowoso”

1. Disusun oleh saya sendiri.


2. Tidak memuat karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan
kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan
disebutkan dalam refrensi.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa tekanan dari
siapapun. Jika di kemudian hari terbukti adanya pelanggaran atas pernyataan
tersebut diatas, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Bondowoso, 28 Agustus 2018


Yang menyatakan

Mengetahui, Kadek Rega Dwi Santini


Pembimbing

Ns. Destia Widyarani, S. Kep.

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : Kadek Rega Dwi Santini


Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia
Paranoid Dengan Halusinasi Penglihatan Di Ruang Seroja Rsud Dr. H Koesnadi
Bondowoso”

Telah disetujuipada tanggal : 03Oktober 2018

Oleh:
Pembimbing

Ns. Destia Widyarani, S. Kep.

Mengetahui
Ketua Prodi DII Keperawatan Universitas Bondowoso

Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes


NIDN. 07-0708-7501

iv
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Sidang KTI


Pada Tanggal 10 Oktober 2018

Mengesahkan

Tim Penguji

Tanda Tangan

Penguji 1 Ns. Rany Agustin Wulandari, M.Kep ( ................................... )

Penguji I Damon Wicaksi, S.ST M.Kes


NIDN. 07-1805-7505 ( ................................... )

Penguji II Ns. Destia Widyarani, S. Kep. (.....................................)

Mengetahui,
Ketua Prodi D III Keperawatan Universitas Bondowoso

Yuana Dwi Agustin, SKM, M.Kes


NIDN. 07 – 0708 – 7501

v
ABSTRAK

Rega, Kadek. 2018. Asuhan keperawatan jiwa pada klien yang mengalami
Skizofrenia Paranoid dengan diagnosa keperawatan Halusinasi
Penglihatan di RSUD dr. H Koesnadi Bondowoso. Karya Tulis
Ilmiah. Program Studi DIII KeperawatanUniversitasBondowoso.

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang umum terjadi dengan


karakteristik adamya kerusakan dan keanehan pada pikiran, persepsi, emosi,
pergerakan dan perilaku. Salah satu bentuk Skizofrenia yang sering terjadi adalah
skizofrenia Paranoid yang merupakan bentuk gangguan psikosis yang paling
umum terjadi, seseorang yang menderita Skizofrenia Paranoid pada umumnya
akan mengalami waham kebesaran dan sering di ikuti oleh halusinasi. Halusinasi
Penglihatan (Visual-seeing persons or things) merupakan terganggunya respon
persepsi sensori panca indera (penglihatan) seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus. Respondennya
adalah satu orang klien yaitu Tn. S yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan
diagnosa keperawatan Halusinasi Penglihatan. Pengambilan data di ambil dengan
wawancara mendalam dan study dokumentasi. Uji validasi dengan menggunakan
triangulasi data selama 10 kali kunjungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan pada pengkajian yang dilakukan oleh
penulis kepada klien antara kondisi klien dan teori sesuai, diagnosa keperawatan
sesuai dengan teori, serta rencana tindakan, implementasi dan evaluasi
keperawatan sesuai dengan teori, dan masalah klien dapat teratasi sesuai dengan
tujuan umum. Data fokus klien dengan halusinasi penglihatan yaitu mengatakan
melihat sosok-sosok menakutkan seperti jin, roh, dan setan yang sebenarnya tidak
ada, dengan data objektif klien sering melamun dengan pandangan mata fokus
pada satu objek tertentu dan terlihat berbicara sendiri sambil mondar-mandir.
Kerja sama antar tim kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan
untuk keberhasilan Asuhan Keperawatan pada pasien sehingga masalah
keperawatan pasien mengenai Halusinasi Penglihatan dapat dilaksanakan dengan
baik.

Kata Kunci : Skizofrenia Paranoid, Halusinasi Penglihatan.

vi
ABSTRACT

Rega, Kadek. 2018. Mental Nursing Care for clients who experience
paranoid Schizophrenia with a nursing diagnosis competition for
visual hallucination in RSUD dr. H Koesnadi Bondowoso. Scientific
papers. DII Nursing Program, University of Bondowoso.

Schizophrenia is a common mental disorder with characteristics of damage


and peculiarities in mind, perception, emotion, movement and behavior. One form
of schizophrenia that often occurs is paranoid schizophrenia which is the most
common form of psychodisorders, someone who suffers from paranoid
schizophrenia in general will experience greatness and often follow by
hallucinations. Visual hallucinations are disruption of sensory responses of a
person, where there is no external stimulus and is not experienced by other.
This study uses a case study research design., the respondent was a client
who experienced paranoid schizophrenia with a nursing diagnosis of visual
hallucinations, data retrieval was taken by in-depth interview and documentation
studies. Validation test using data triangulation for 10 visits.
The results of this study indicate that the assessment conducted by the
author on the client between the client’s condition and the theory accordingly,
nursing diagnosis in accordingly, nursing diagnosis in accordance with the theory,
as well as the action plan, implementation and evaluation of nursing in accordance
with the theory, and the client’s problem can be resolved in accordance with the
general purpose. Client focus data with visual hallucinations that is said to see a
frightening figure such as jinn, spirits and demons that actually do not exist, with
objective data clients often daydream with eye view focusing on one particular
object and seen talking to themselves while pacing.
Cooperation between health teams and patients or families is needed for
the success of nursing care in patients so that the patient’s nursing problems
regarding visual hallucinations can be carried out properly.

Keywords :Schizophrenia Paranoid, Visual Hallucinations.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi
di program DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbungan
dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :
1. Drs. Agus Samoeri, S.Pd, M.Si, selaku rektor Universitas Bondowoso.
2. Yuana Dwi Agustin, SKM, M.Kes, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso.
3. Ns. Destia Widyarani, S. Kep. Selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan penelitian kami.
4. dr. Suharto selaku Direktur RSUD dr. H Koesnadi Bondowoso yang telah
memberikan ijin pengambilan data.
5. Saiful Walid, S.Kep.Ns selaku kepala ruangan Paviliun Seroja yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
6. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu hingga terselesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Besar harapan kami semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi penulis
selanjutnya dan juga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan
ilmu keperawatan. Namun demikian penulis menyadari bahwa penyusunan
penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segenap saran dan perbaikan
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Penyusun

viii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................i
Halaman Judul.....................................................................................................ii
Halaman Pernyataan............................................................................................iii
Halaman Persetujuan ...........................................................................................iv
Halaman Pengesahan ..........................................................................................v
Halaman Abstrak .................................................................................................vi
Halaman Kata Pengantar .....................................................................................viii
Halaman Daftar Isi .............................................................................................ix
Halaman Daftar Tabel .........................................................................................xii
Halaman daftar lampiran ……………………………………………………….xiii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Batasan Masalah ....................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.4.1 Tujuan Umum ..............................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................5
1.5.1 Manfaat Teoritis ...........................................................................5
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Landasan Teori ..................................................................................7
2.1.1 Pengertian ................................................................................7
2.1.2 Etiologi ....................................................................................7
2.1.3 Patofisiologis ...........................................................................11
2.1.4 Gambaran Klinis .....................................................................12
2.1.5 Penatalaksanaan ......................................................................13
2.1.6 Komplikasi ..............................................................................14
2.2 Konsep Halusinasi .............................................................................15
2.2.1 Definisi Halusinasi ..................................................................15
2.2.2 Etiologi Halusinasi ..................................................................16

ix
2.2.3 Patofisiologi Halusinasi...........................................................18
2.2.4Gambaran Klinis Halusinasi.....................................................19
2.2.5 Proses Terjadinya Halusinasi ..................................................22
2.2.6 Rentang Respon Neurobiologis ...............................................24
2.2.7 Mekanisme Koping Halusinasi ...............................................26
2.2.8 Penatalaksanaan Halusinasi.....................................................26
2.2.9 Komplikasi Halusinasi ............................................................29
2.2.10 Konsep Terapi MenontonTV/Video......................................30
2.3 Asuhan keperawatan .........................................................................32
2.3.1 Pengkajian ......................................................................................32
2.3.2 Diagnosa keperawatan....................................................................37
2.3.3 Intervensi ........................................................................................38
2.3.4 Implementasi ..................................................................................40
2.3.5 Evaluasi ..........................................................................................40
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..............................................42
3.1 Desain Penelitian ...............................................................................42
3.2 Batasan Istilah ...................................................................................42
3.3 Partisipan ...........................................................................................43
3.4 Lokasi dan Waktu..............................................................................43
3.5 Pengumpulan Data ............................................................................43
3.6 UjiKeabsahan Data ............................................................................44
3.7 Analisis Data ....................................................................................45
3.8 Etika Penulisan ..................................................................................46
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................47
4.1 Hasil ..................................................................................................47
4.1.1Gambaran Lokasi Pengambilan Data ..............................................47
4.1.2 Pengkajian ......................................................................................48
4.1.2.1 Identitas Klien .............................................................................48
4.1.2.2 Analisa Data ................................................................................64
4.1.2.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................65
4.1.2.4 Rencana Keperawatan .............................................................................65
4.1 Pembahasan ...................................................................................................66

x
4.2.1 Pengkajian ................................................................................66
4.2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................70
4.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................71
4.2.4 Implementasi ............................................................................74
4.2.5 Evaluasi ....................................................................................81
BAB 5 PENUTUP ..................................................................................90
5.1 Kesimpulan........................................................................................90
5.2 Saran ..................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................94
Lampiran .............................................................................................................95

xi
DAFTAR TABEL

Lampiran Halaman
2.1 Strategi Pelaksanaan Terapi Menonton TV/Video ................................. 31
2.2 Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan .......................................... 40
2.3 Format Pelaksanaan Evaluasi Keperawatan ........................................... 41

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Informed Consent ................................................................................. 95
2. Angket (Format AsuhanKeperawatan Jiwa) ........................................ 96
3. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ...................................... 119
4. Format Strategi Pelaksanaan Terapi Menonton TV/Video .................. 160
5. Skema Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan .......................... 163
6. Rencana Kegiatan Penelitian................................................................ 164
7. Surat Pengambilan Data ....................................................................... 168
8. Surat Diklat RSUD dr. H Koesnadi Bondowoso ................................. 169
9. Rencana Kegiatan Penelitian................................................................ 170
10. Lembar Konsultasi ............................................................................... 171
11. Foto-foto Kegiatan Klien ..................................................................... 172

xiii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang umum terjadi dengan

karakteristik adanya kerusakan dan keanehan pada pikiran, persepsi, emosi,

pergerakan dan perilaku. (Sri Novitayani,2016). Skizofrenia (schizophrenia) adalah

gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut Nancy Andreasen (2008)

menjelaskan bahwa ada beberapa perubahan yang terjadi pada skizofrenia yaitu

meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor

genetik. Melinda Hermann (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit

neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi dan

perilaku sosialnya (Neurological disease that affects a person’s perception, thinking,

language, emotion, and social behavior). Salah satu bentuk Skizofrenia yang sering

terjadi adalah skizofrenia Paranoid. Skizofrenia Paranoid merupakan bentuk

gangguan psikosis yang paling umum terjadi, seseorang yang menderita Skizofrenia

Paranoid pada umumnya akan mengalami waham kebesaran dan sering di ikuti oleh

halusinasi. (Hawari, 2009).

American Psychiatric Association dalam bukunya (DSM-IV-TR) pada tahun

2013, menyatakan bahwa Skizofrenia Paranoid adalah jenis Skizofrenia yang paling

sering di jumpai di seluruh dunia sehingga menjadi suatu masalah yang perlu di teliti

dari pada jenis Skizofrenia yang lain. Skizofrenia Paranoid mempunyai gejala

utamaya itu halusinasi. Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).

1
2

Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa adanya objek atau

rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan melihat sesuatu padahal

tidak ada apa-apa, sehingga munculah masalah keperawatan Halusinasi Penglihatan.

(Kusumawati, 2010).

World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyatakan bahwa 24 miliar

penduduk didunia menderita Skizofrenia pada usia antara 15 sampai dengan 35 tahun.

Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang

ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas

mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Prevalensi

gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau

sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Pada data rekammedik RSUD dr. H. Koesnadi

Bondowoso pada tahun 2017 menunjukkan penderita Skizofrenia Paranoid di rumah

sakit yakni 24 orang (Rekam medik RSUD dr. H. Koesnadi Bondowoso 2017).

Skizofrenia Paranoid terjadi apabila seseorang mengalami stress yang

berlebihan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak dan masalah yang tidak dapat

diselesaikan. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku menjadi mal adaptif seperti sering

menyendiri, tertawa sendiri dan respon verbal yang lambat (Kusumawati, 2010).

Skizofrenia Paranoid merupakan klasifikasi dari Skizofrenia yang paling banyak

terjadi dilapangan (Rusdi, 2013). Gejala utama pada Skizofrenia Paranoid yaitu

adanya kecurigaan yang ekstrim dan disertai waham kejar atau kebesaran (Ade

Herman Surya Direja,2011). Prognosis Skizofrenia Paranoid lebih baik dibandingkan

jenis yang lain karena mempunyai respon yang baik di dalam pengobatan. Halusinasi

yang dibiarkan berkelanjutan akan membuat seseorang akan terbiasa dikendalikan


3

oleh halusinasinya dan tidak mampu mematuhi perintah, bahkan dalam fase yang

lebih buruk orang yang mengalami halusinasi dapat menjadi perilaku kekerasan

terhadap diri sendiri maupun orang lain, bahkan dapat menyebabkan seseorang bunuh

diri (Yosep, 2016).

Dalam masalah ini adapun solusi yang diberikan oleh penyusun berupa,

menginformasikan peran serta keluarga dalam merawat halusinasi adalah dengan

membantu mengenal halusinasi yaitu dengan membina hubungan saling percaya,

mendiskusikan bersama klien dan keluarga kapan munculnya situasi yang

menyebabkan (jika sendiri), isi dan frekuensi, meningkatkan kontak dengan realitas

yaitu dengan mendiskusikan tentang topik yang nyata, tidak mengikuti halusinasi,

membantu menurunkan kecemasan dan ketakutan dengan menemani klien berbicara,

mencegah isolasi dan menarik diri, mencegah klien melukai diri sendiri dan orang

lain serta bantu untuk meningkatkan harga diri klien (farida Kusumawati, 2010).

Maka dalam hal ini penyusun tertarik mengambil judul “Asuhan Keperawatan Jiwa

Pada Klien Yang Mengalami Skizofrenia Paranoid Dengan Diagnosa Keperawatan

Halusinasi Penglihatan Di Paviliun Seroja RSUD Dr. H Koesnadi Bondowoso”.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Jiwa

pada klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di

Paviliun Seroja RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.


4

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien yang mengalami

Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien yang mengalami

Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja RSU

dr. H. Koesnadi Bondowoso.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Skizofrenia

Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso,

3) Menyusun intervensi keperawatan pada klien yang mengalami Skizofrenia

Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.


5

5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami Skizofrenia

Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya pada

Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan

Halusinasi Penglihatan di Paviliun Seroja RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Perawat

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan, khususnya

perawat di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso untuk meningkatkan

profesionalisme dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien

yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan.

2) Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan pada klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid

dengan Halusinasi Penglihatan.


6

3) Institusi Pendidikan

Menambah pembendaharaan atau pustaka dan juga sebagai referensi bagi

mahasiswa dalam melakukan penelitian atau Asuhan Keperawatan Jiwa

pada klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi

Penglihatan.

4) Klien dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit jiwa

Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di rumah.

5) Mahasiswa Keperawatan

Dijadikan sebagai tambahan refrensi bagi mahasiswa keperawatan dalam

melakukan penelitian atau Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien yang

mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Skizofrenia Paranoid

2.1.1 Pengertian Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia Paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat

melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi),

pembicaraan, emosi dan perilaku. Para penderita Skizofrenia Paranoid ini tampak

berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek

mereka utuh. Pada umumnya orang dengan Skizofrenia Paranoid tidak mengalami

disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Orang dengan Skizofrenia Paranoid

memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan tipe Skizofrenia lainnya karena

mempunyai respon yang baik di dalam pengobatan (Durand, 2007).

2.1.2 Etiologi Skizorenia Paranoid

Faktor penyebab terjadinya Skizofrenia Paranoid menurut (Yosep, 2016),

yaitu :

1) Faktor Predisposisi

a) Faktor Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladptif.

7
8

b) Faktor Genetik

Pada anggota keluarga menyebutkan kejadian Skizofrenia Paranoid

pada orang tua (5,6%), saudara kandung (10,1%), anak-anak

(12,8%), dan penduduk secara keseluruhan (0,9%).

Kembar identik (twin) memiliki angka kejadian yang lebih besar

terkena Skizofrenia Paranoid dibandingakan kembar tidak identik

(praternal), dengan perbandingan 59,20% dan 15,2%.

c) Auto Antibody

Menurunnya auto imun yang mungkin di sebabkan karena infeksi

selama kehamilan atau penggunaan zat kimia seperti dopamine dan

neurotransmitter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara

dopamine dan neurotransmitter lain terutama serotonin

mengakibatkan masalah pada sistem reseptor dopamine.

d) Virus

Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu

perkembangan otak janin dan komplikasi dalam kehamilan.

e) Malnutrisi

Kekurangan gizi berat khususnya malnutrisi karbohidrat dan protein

terutama pada trimester kehamilan dapat mempengaruhi

perkembangan otak janin di kemudian hari.

f) Faktor Psikologis

Teori psiko dinamika untuk terjadinya respon neurobiologis yang

maladaptif. Teori ini menyalahkan keluarga sebagai penyebab,


9

gangguan. Akibatnya, kepercayaan keluarga terhadap tenaga

kesehatan khususnya jiwa menurun.

g) Faktor Psikososial

Orang yang sudah memiliki epigenetik bila mengalami stressor

psikososial dalam kehidupannya, maka berisiko terkena Skizofrenia

Paranoid yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak

memiliki faktor epigenetik sebelumnya.

2) Faktor Presipitasi

a) Faktor Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis

yang mal adaptif meliputi :

1. Gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak yang

mengatur proses informasi.

2. Abnormalitas dalam mekanisme pintu masuk dalam otak

(komunikasi syaraf yang melibatkan elektrolit) yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus.

b) Faktor Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang di tentukan secara biologis

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya

gangguan perilaku.

c) Faktor Pemicu Gejala


10

Faktor pemicu merupakan precursor stimulus yang sering

menimbulkan penyakit baru.


11

2.1.3 Patofisiologi Skizofrenia Paranoid

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

Faktor Genetik Faktor Lingkungan

Pelepasan Neurotransmitter

Merangsang korteks prefrontalis

Skizofrenia Paranoid

Dopamin meningkat Aliran darah menurun Reseptor D1 dan D2


meningkat

Delusi Intake glukosa menurun


Cemas dan agitasi

Gangguan proses pikir Atrofi penonjolan dendrit menurun


Perubahan perilaku

Waham Halusinogen
Perilaku merusak

Gangguan Persepsi
Risiko Perilaku
Kekerasan

Halusinasi

(Gambar 2.1 : Patofisiologi Skizofrenia Paranoid)


12

Skizofrenia Paranoid dihubungkan dengan faktor genetic dan lingkungan.

Faktor tersebut selalu dihubungkan dengan proses terjadinya Skizofrenia Paranoid.

Neurotransmitter yang berperan dalam proses terjadinya adalah DA, 5HT, Glutamat,

Peptide, dan Norepinephrine. Pada klien yang mengalami Skizofrenia Paranoidterjadi

hiperaktivitas sistem dopaminergik, reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor

dopamine-2 (D2) yang akan di jumpai densitas reseptor D2 pada jaringan otak klien

dengan Skizofrenia Paranoid. (Price, 2006).

Pada Skizofrenia Paranoid terdapat penurunan aliran darah dan kadar glukosa,

terutama di korteks prefrontalis. Atrofi penonjolan dendrit dari sel piramidal telah

ditemukan pada korteks prefrontalis. Penonjolan dendrit mengandung sinaps

glutamenergik sehingga mengganggu proses transmisi. Selain itu pada area yang

terkena akan menghambat pembentukan sel piramidal menjadi berkurang (Price,

2006).

Availabilitas dopamin atau agonis dopamin ysng berlebih dapat menimbulkan

gejala Skizofrenia Paranoid seperti halusinogenik, gangguan pada proses pikir dan

perilaku seseorang (Price, 2006).

2.1.4 Gambaran Klinis Skizofrenia Paranoid

Rusdi (2013) dalam Pedoman Penggolongan Dan Gangguan Jiwa III (PPDGJ-

III) menyatakan kriteria umum Skizofrenia Paranoid yaitu :

1) Terdapat suara-suara halusinasi yang mengancam klien, memberi

perintah, atau halusinasi pendengaran.

2) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), di pengaruhi (delusion of influence),


13

atau “passivity” (delusion of passivity), serta keyakinan di kejar-kejar

yang beraneka ragam adalah paling khas.

3) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik yang relatif tidak nyata atau tidak menonjol.

2.1.5 Penatalaksanaan Skizofrenia Paranoid

Dasar penatalaksanaan Skizofrenia Paranoid melalui suatu pendekatan

holistik (Keliat, 2014), yaitu :

1) Penatalaksanaan Medis

a) Somatoterapi

1. Memperbaiki keadaan umum

2. Pemberian antipsikosis

Neuroleptika dosis efektif tinggi (diberikan dalam dosis yang

terbagi 2-3kali/hari) seperti :

Khloropamazin : 75-500 mg (per os)

Injeksi 25-50 mg/hari (intramuskuler)

Perazin : 50 – 60 mg (per os)

Thioridazin : 75-500 mg (per os)

Di utamakan untuk klien Skizofrenia yang di sertai dengan

penyakit organik misalnya gangguan hepar.

Neuroleptika dosis efektif rendah (diberikan dalam dosis yang

terbagi 1-2kali/hari) seperti :

Flufenazin HCI : 3-10 mg (per os)

Flufenazin depot : 24 mg/4 minggu (injeksi intramuscular)


14

Trifluoperazin : 3-20 mg (per os)

Haloperidol : 5-15 mg (per os)

Pimozid : 2-8 mg (per os)

3. Terapi Elektrokonvulsi jika perlu (keadaan gaduh gelisah atau

stupor yang berat).

2) Penatalaksanaan Keperawatan

a) Psikoterapi

Bertujuan untuk memperkuat fungsi ego dengan cara psikoterapi agar

klien bisa bersosialisasi dengan orang lain di lingkungannya.

b) Manipulasi lingkungan, agar lingkungan dapat :

1. Memahami dan menerima keadaan klien

2. Membimbing klien dalam kehidupan sehari-hari

3. Memberi kesibukan atau pekerjaan untuk klien

4. Mengawasi klien dalam minum obat teratur dalam jangka waktu

lama dan membawa klien untuk pemeriksaan ulang.

2.1.6 Komplikasi Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia Paranoid bisa mengakibatkan trauma emosi, perilaku, kesehatan

dan bahkan masalah hokum dan keuangan yang mempengaruhi setiap bidang

kehidupan mereka, komplikasi yang disebabkan oleh Skizofrenia Paranoid menurut

(Setiadi, 2013), yaitu :

1) Bunuh diri (pikiran dan perilaku)

2) Perilaku merusak diri sendiri

3) Depresi
15

4) Penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol

5) Kemiskinan

6) Tunawisma

7) Dipenjara

8) Konflik keluarga

9) Ketidakmampuan untuk bekerja dan bersekolah

10) Gangguan kesehatan akibat obat antipsikotik

11) Menjadi korban atau pelaku kejahatan kekerasan

12) Penyakit jantung dan paru-paru karena merokok.

2.2 Konsep Halusinasi

2.2.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi merupakan terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak

terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi

pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds), penglihatan (Visual-seeing persons

or things), penciuman (Olfactory-smelling odors), perabaan (Tactile-feeling bodily

sensations), pengecapan (Gustatory-experiencing tastes), dan Cenesthetic &

Kinestetic hallucinations. (Varcarolis, 2006).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami

perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya

tidak ada (Mukhripah Damaiyanti & Iskandar, 2012).


16

2.2.2 Etiologi Halusinasi

Faktor penyebab halusinasi di bagi menjadi 2 faktor (Yosep, 2010 dalam

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar, 20 ) :

1) Faktor Predisposisi

a) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak

kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap

stress.

b) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi

(unwanted child) akan merasa di singkirkan, kesepian, dan tidak

percaya pada lingkungannya.

c) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa. Adanya stress yang

berlebihan yang di alami oleh seseorang maka di dalam tubuh akan di

hasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti

Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress yang

berkepanjangan akan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter

otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan antara acetylcholine dan

dopamine.
17

d) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus dalam penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh

pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat

demi masa depannya. Klien dapat memilih kesenangan sesaat dan lari

dalam nyata menuju alam khayal.

e) Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang di asuh oleh orang

tua yang mengalami Skizofrenia Paranoid cenderung mengalami

Skizofrenia Paranoid. Hasil studi menunjukkan bahwa hubungan

keluarga sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2) Faktor Presipitasi

a) Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima

dan memproses informasi di hipotalamus otak.

b) Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu (mekanisme

penerimaan abnormal).

c) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi sosial, perasaan

tidak berguna dan putus asa.


18

2.2.3 Patofisiologi Halusinasi

Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Pemenuhan
(Core Problem) Halusinasi Kesehatan

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri :


Mandi dan Berhias

Harga Diri Rendah

Berduka Disfungsional

(Gambar 2.2 :Pohon Masalah Halusinasi)

Proses terjadinya halusinasi di pengaruhi oleh multifaktor di antaranya trauma

atau kehilangan seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya yang menyebabkan

berduka disfungsional. Sehingga klien mengalami rasa tidak mampu dan tidak

berdaya lagi dalam menjalani hidupnya. Saat klien merasa tidak mempunyai siapa-

siapa di lingkungannya, klien akan menarik diri dari, lingkungan, klien akan sering

menyendiri dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Halusinasi akan sering

muncul untuk menemani kesendirian yang di alami oleh orang tersebut (Keliat,

2006).

Klien menyerah dan menerima situasi tersebut, halusinasi akan sering muncul

tanpa stimulus yang nyata. Klien akan menunjukkan gejala seperti berbicara sendiri,
19

tersenyum sendiri dan menunjukkan respon verbal yang lambat. Halusinasi mulai

mengontrol klien sehingga klien mengalami kecemasan yang sangat berat di tandai

dengan tremor dan berkeringat. Saat itu klien akan merasa orang lain yang berada di

sekitarnya mulai terasa berbahaya dan mengancam, sehingga klien menunjukkan

sikap bermusuhan seperti marah-marah, mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya (Keliat, 2006).

2.2.4 Gambaran Klinis Halusinasi

Tanda dan gejala halusinasi menurut (Yosep, 2016) dibagi menurut jenisnya

yaitu :

1) Halusinasi Pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds)

Gejala Subjektif

a) Mendengar suara menyuruh bahkan melakukan sesuatu yang

berbahaya.

b) Mendengar suara atau bunyi seseorang

c) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

d) Mendengar suara orang yang sudah meninggal

e) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain yang

membahayakan.

Gejala Objektif

a) Mengarahkan telinga pada sumber suara

b) Bicara atau tertawa sendiri

c) Marah tanpa sebab

d) Menutup telinga
20

e) Mulut komat-kamit

f) Ada gerakan tangan

2) Halusinasi Penglihatan (Visual-seeing persons or things)

Gejala Subjektif

Melihat seseorang yang sudah meninggal, bayangan, hantu atau sesuatu

yang menakutkan

Gejala Objektif

1. Tatapan mata pada tempat tertentu

2. Menunjuk kearah tertentu

3. Ketakutan pada objek yang dilihat

3) Halusinasi Penciuman (Olfactory-smelling odors)

Gejala Subjektif

1. Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, dll

2. Klien mengatakan mencium bau sesuatu.

3. Tipe ini sering menyertai klien yang mengalami dimensia, kejang atau

penyakit serebrovaskular

Gejala Objektif

1. Ekspresi wajah seperti mencium sesuatu

2. Pergerakan cuping hidung dan mengarahkan hidung pada tempat

tertentu.
21

4) Halusinasi perabaan (Tactile-feeling bodily sensations)

Gejala Subjektif

1. Klien mengatakan ada sesuatu yang menyentuh kulitnya seperti

tangan, binatang atau hantu

2. Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, seperti panas, dingin dan

tersengat aliran listrik

Gejala Objektif

1. Mengusap, menggaruk dan meraba permukaan kulit

2. Terlihat menggerakkan badan seperti merasakan suatu rabaan

5) Halusinasi pengecapan (Gustatory-experiencing tastes)

Gejala Subjektif

Klien seperti sedang merasakan makanan tertentu atau mengunyah

sesuatu

Gejala Objektif

Mengecap sesuatu, mengunyah, meludah dan muntah.

6) Cenesthetic & Kinestetic halucinations

Gejala Subjektif.

Klien merasa fungsi tubuhnya tidak dapat terdeteksi, misalnya tidak

punya otak dan tubuhnya seperti melayang di udara.

Gejala Objektif

Klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan merasakan sesuatu yang aneh

tentang tubuhnya.
22

2.2.5 Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi dapat berkembang dalam 4 fase (Direja, 2011), yaitu :

1) Fase 1 (Non-Psikotik)

Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,

tingkat orientasi sedang, pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang

menyenangkan bagi klien.

Karakteristik : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,

kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran

yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.

Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal lambat jika

sedang asyik, diam dan asyik sendiri.

2) Fase II (Non-Psikotik)

Pada tahap ini klien biasanya bersikap menyalahkan dan mengalami

kecemasan tingkat berat, secara umum halusinasi dapat menyebabkan

antisipasi.

Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, klien

mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak,

dirinya dengan sumber yang dipersepsikan, klien mungkin mengalami

dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain,

psikotik ringan.

Perilaku klien : Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat

ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan


23

darah. Rentang perhatian menyempit, asyik dengan, pengalaman sensorik

dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi.

3) Fase III (Psikotik)

Pada fase ini klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri,

tingkat kecemasan berat dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.

Karakteristik : Pengalaman klien berhenti melakukan perlawanan

terhadap halusinasi dan mengarah pada halusinasi tersebut, kesepian jika

sensori halusinasinya berhenti. Klien mengalami psikotik.

Perilaku klien : Keinginan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti

kerusakan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya

beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda ansietas berat :

berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah.

4) Fase IV (Psikotik)

Pada fase ini klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasinya dan klien

akan terlihat panik.

Karakteristik : Pengalaman sensori beberapa jam atau hari jika tidak ada

intervensi terapeutik. Klien mengalami psikotik berat,

Perilaku klien : Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat, perilaku

kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik. Tidak mampu berespon

terhadap berita komplit dan lebih satu orang. Halusinasi berubah menjadi

mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak

berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan

orang lain dan lingkungan.


24

2.2.6 Rentang Respon Neurobiologis

Perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon neurobiologis dari

yang adaptif ke maladaptif (Stuart, 2007) sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Perilaku logis - Proses piker kadang - Gangguan proses


terganggu (ilusi) pikir, waham
- Persepsi akurat
- Emosi - Halusinasi
- Emosi konsisten
berlebihan/kurang
- Perubahan proses
- Perilaku sesuai
- Perilaku tidak emosi

- Hubungan sosial sesuai/tidak biasanya


- Perilaku tidak
harmonis - Menarik diri terorganisir

- Isolasi sosial
(Gambar 2.3 : Rentang Respon Halusinasi)

Rentang respon halusinasi menurut (Stuart, 2007), yaitu :

1) Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis koheren

2) Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca indera

yang didahului oleh perhatian (Attention) sehingga individu sadar tentang

sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya.

3) Emosi konsisten yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek

keluar disertai banyak koponen fisologik, dan biasanya berlangsung tidak

lama.
25

4) Perilaku sesuai yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

budaya umum yang berlaku.

5) Hubungan sosial harmonis yaitu hubungan yang dinamis menyangkut

hubungan antar individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama.

6) Proses pikir kadang terganggu (ilusi) yaitu misi interprestasi dari persepsi

impuls eksternal melalui alat panca indera yang memproduksi gambaran

sensori pada area tertentu ditolak kemudian diinterprestasikan sesuai

dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.

7) Emosi berlebihan atau kurang yaitu manifestasi perasaan atau afek keluar

berlebihan atau kurang.

8) Perilaku tidak sesuai/biasanya yaitu perilaku individu berupa tindakan

nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma

sosial atau budaya umum berlaku.

9) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang

lain, menghindar hubungan dengan orang lain.

10) Waham yaitu individu menginterprestasikan sesuatu yang tidak ada

stimulus dari lingkungan.

11) Kerusakan proses emosi yaitu terjadinya kerusakan manifestasi perasaan

12) Perilaku tidak terorganisir

13) Isolasi sosial yaitu sesuatu keadaan kesepian yang dialami seseorang

karena orang lain mengatakan sikap yang negatif dan mengacam.


26

2.2.7 Mekanisme Koping Halusinasi

Mekanisme koping halusinasi menurut (Stuart, 2007), yaitu :

1) Regresi : Perasaan yang mendorong klien menjadi pemalas untuk

melakukan kegiatan sehari-hari.

2) Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.

3) Menarik diri : perasaan yang sulit untuk mempercayai orang lain dan selalu

sibuk dengan stimulus internal.

2.2.8 Penatalaksanaan Halusinasi

Dalam mengontrol halusinasi penglihatan dapat dilakukan dengan

menggunakan strategi pelaksanaan yang terdiri dari menghardik halusinasi,

meminum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain dan

melakukan kegiatan yang terjadwal. (Keliat dalam, Afnuhazi,2015). Salah

satu cara mengontrol halusinasi adalah dengan menggunakan obat. Obat yang

lazim digunakan pada gejala halusinasi yang merupakan gejala psikologis

pada klien skizofrenia adalah obat antipsikotik (Stuart lararia, Muhith, 2015).

Obat antipsikotik dibagi menjadi dua, yaitu tipikal atau klasik dan atipikal

(Nugroho, 2012)

Penatalaksanaan Halusinasi menurut (Yosep, 2016), yaitu :

1) Penatalaksanaan Medis

Pemberian psikofarmakoterapi dengan memberikan obat-obatan anti

psikotik, yaitu golongan Butirofenon:


27

a) Halloperidol

b) Haldol

c) Serenace

d) Ludomer

Pada kondisi akut biasanya di berikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg

melalui intramuskuler. Pemberian injeksi biasanya dilakukan 3x24 jam,

setelah itu klien dapat diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg, yaitu

golongan Fenotazine :

a) Chlorpromazine

b) Largactile

c) Promactile

Diberikan per oral, pada kondisi akut biasanya di berikan 3x100 mg.

Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi menjadi 1x100 mg

pada malam hari saja.

2) Penatalaksanaan Keperawatan

a) Membantu klien untuk mengontrol halusinasinya

Mencoba menanyakan kepada klien tentang isi dari halusinasinya (apa

yang didengar/dilihat/dirasakan), waktu terjadi halusinasi, frekuensi

terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan

perasaan yang di rasakan saat muncul halusinasi.

b) Melatih klien untuk mengontrol halusinasinya

Untuk membantu klien dalam mengontrol halusinasinya dapat

dilakukan dengan 4 cara yaitu :


28

1. Menghardik halusinasi

Menghardik adalah salah satu upaya mengendalikan diri terhadap

halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Klien di

latih untuk mengatakan tidak pada, halusinasinya dan tidak

memperdulikan ketika halusinasi itu muncul.

2. Bercakap-cakap dengan orang lain

Mengontrol halusinasi bisa juga dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain

maka terjadi distraksi (pengalihan), fokus perhatian klienakan

beralih dari halusinasi ke percakapan dengan orang lain tersebut.

3. Melakukan aktivitas terjadwal

Melibatkan klien dalam pemberian terapi modalitas untuk

mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan membuat jadwal kegiatan yang teratur

dari bangun pagi hingga tidur malam untuk menyibukkan diri

klien.

4. Menggunakan obat secara teratur

Agar klien mampu mengontrol halusinasinya maka perlu dilatih

untuk menggunakan obat sesuai dengan program untuk mencegah

kejadian putus obat sehingga menyebabkan klien mengalami

kekambuhan.
29

c) Melibatkan keluarga dalam tindakan

Di antara penyebab kambuh yang paling sering adalah faktor keluarga

danklien itu sendiri. Keluarga adalah support system terdekat dan 24

jam bersama dengan klien. Keluarga yang mendukung klien secara

konsisten akan membuat klien patuh mengikuti program pengobatan.

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga

bagaimana caranya merawat klien dengan halusinasi dirumah.

2.2.9 Komplikasi Halusinasi

Dampak dari halusinasi jika tidak segera ditangani menurut (Stuart, 2007),

yaitu :

1) Risiko Perilaku Kekerasan,

Hal ini terjadi saat klien dan halusinasinya cenderung marah-marah dan

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

2) Isolasi Sosial

Hal ini terjadi karena perilaku klien yang cenderung marah-marah makan

akan membuat dia di jauhi oleh orang lain dan di asingkan dari

lingkungannya.

3) Harga Diri Rendah

Hal ini terjadi karena klien menjauhi dan mengisolasi dari lingkungan,

sehingga klien beranggapan diri mereka tidak berguna dan tidak mampu.

4) Defisit Perawatan Diri


30

Hal ini terjadi karena klien merasa tidak berguna dan tidak mampu lagi

sehingga klien kurang memperhatikan kebersihan dirinya.

2.3 Konsep Terapi Menonton TV/Video

2.3.1 Strategi Pelaksanaan Terapi Menonton TV/Video

1) Pengertian

Pelaksanaan terapi menonton TV/Video diberikan dengan memberikan

stimulus suara dan melihat pada klien sehingga terjadi perubahan perilaku

(Wahyupurwaningsi,2010).

2) Tujuan

a. Klien mampu menceritakan makna acara yang ditonton

b. Klien dapat menikmati TV/video yang ditonton

3) Indikasi

a. Pasien halusinasi

b. Pasien menarik diri

c. Pasien harga diri rendah.

4) Persiapan Alat

a. Video

b. Televisi

c. VCD.
31

No Prosedur Nilai

A Persiapan 2 1 0
1 Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2 Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk setengah lingkaran
dalam suasana ruangan yang aman dan terang)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah Score

No Butir yang dinilai Nilai


B Orientasi 2 1 0
1 Mengucapkan salam terapeutik
2 Menanyakan perasaan klien hari ini
3 Menjelaskan tujuan kegiatan
4 Menjelaskan aturan main
a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Bila ingin berhenti/ kekamar mandi harus meminta ijin
terlebih dulu
c. Lama kegiatan yang di lakukan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah Score
No Butir yang dinilai Nilai
C Kerja 2 1 0
1 Mengajak klien untuk memperkenalkan diri (nama, nama panggilan
dan asal
2 Berikan tepuk tangan
3 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menonton TV dan
menceritakan makna yang telah ditonton
4 Perawat memutar TV/Video yang sudah dipersiapkan sesuai dengan
kondisi klien yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
5 Perawat meminta klien untuk menceritakan isi dari video yang telah
ditonton.
6 Berikan pujian
Score = 12
NC Nilai = Jumlah Score

No Prosedur Nilai
D Terminasi 2 1 0
1 Menanyakan perasaan klien setelah menonton tv/video
2 Memberikan pujian
3 Menganjurkan menonton tv/video setiap hari
4 Membuat kontrak kembali untuk pertemuan berikutnya
Nilai = 8
ND Nilai = Jumlah Score

(Tabel 2.2 : Strategi Pelaksanaan Terapi Menonton TV/Video).


32

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial

dan spiritual. Data pada pengkajian dalam keperawatan jiwa dapat dikelompokkan

menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penialaian terhadapstressor, sumber

koping dan kemampuan koping yang di miliki oleh klien (Stuart, 2007).

Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pengkajian umum, pada formulir

pengkajian proses keperawatan menurut (Keliat, 2006) meliputi beberapa faktor,

yaitu:

1) Identitas Klien dan Penanggung Jawab

Hal-hal yang perlu dikaji, yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,

status, pendidikan, pekerjaan, alamat.

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Umumnya klien yang mengalami halusinasi di bawa ke Rumah Sakit

karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku

klien di rumah sehingga di bawa ke Rumah Sakit untuk, mendapatkan

pengobatan. Alasan masuk rumah sakit menurut (Keliat, 2014) di bagi

menjadi 2, yaitu :

a) Data Primer

Data yang di peroleh langsung dari klien melaui observasi dan

wawancara.
33

b) Data Sekunder

Data yang di peroleh dari keluarga atau catatan rekam medis di rumah

sakit tempat klien di rawat.

3) Faktor Predisposisi

a) Faktor Perkembangan

Faktor perkembangan meliputi usia bayi yang tidak terpenuhi,

kurangnya asupan makanan sejak kehamilan, malnutrisi sehingga

menyebabkan gangguan tumbuh kembang.

b) Faktor Sosiokultural

Tidak diterima di lingkungannya, merasa di singkirkan, kesepian, dan

tidak percaya pada lingkungannya.

c) Faktor Biokimia

Stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang

d) Faktor Psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecamasan yang tinggi dan

cenderung menutup diri.

e) Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang di asuh oleh orang tua

yang mengalami Skizofrenia Paranoid cenderung mengalami

Skizofrenia Paranoid.

4) Faktor Presipitasi

a) Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima

dan memproses informasi di hipotalamus otak.


34

b) Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu (mekanisme

penerimaan abnormal).

c) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi sosial, perasaan

tidak berguna dan putus asa.

5) Faktor Pemicu

a) Kesehatan

Nutrisi dan tidur yang kurang, ketidakseimbangan irama sirkandian,

kelelahan dan obat-obatan sistem syaraf pusat.

b) Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,

kehilangan dan tekanan.

c) Sikap

Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya

diri), merasa gagal (kehilangan motivasi), dan tidak mampu memenuhi

kebutuhan spiritual.

d) Faktor Perilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

perasaan tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang

perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat

membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.

6) Untuk memvalidasi informasi tentang halusinasi yang di perlukan

meliputi :
35

a) Isi halusinasi

Dapat dikaji dengan menanyakan pada klien tentang apa yang

dirasakan/didengar/dilihat/dicium.

b) Waktu dan frekuensi halusinasi

Dikaji dengan menanyakan secara langsung pada klien kapan

halusinasi itu muncul, berapa kali sehari, seminggu atau sebulan.

c) Situasi pencetus halusinasi

Melakukan observasi situasi seperti apa yang di alami oleh klien saat

halusinasi ini akan muncul.

d) Respon klien

Untukmenentukan sejauh mana halusinasi kita bisa mengkaji respon

klien apakah klien masih dapat mengontrol halisinasinya atau klien

sudah tidak dapat mengontrolnya.

7) Pemeriksaan Fisik

Hal-hal yang perlu dikaji saat melakukan pemeriksaan fisik adalah tanda-

tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi

badan serta keluhan fisik yang di rasakan klien.

Pengkajian pada status mental meliputi :

a) Penampilan : tidak rapi, cara berpakaian tidak serasi.

b) Pembicaran : tidak terorganisir atau berbelit-belit.

c) Aktivitas motorik : meningkat atau menurun.

d) Alam perasan : suasan hati dan emosi.

e) Afek : sesuai atau maladaptive seperti tumpul, datar dan ambivalen.


36

f) Interaksi : respon verbal dan non verbal.

g) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stilmulus dengan

informasi yang ada.

h) Proses pikir : proses informasi yang di terima tidak berfungsi dengan

baik sehingga mempengaruhi proses pikir.

i) Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistic.

j) Tingkat kesadaran : orientasi waktu, tempat dan orang.

k) Memori

1. Memori jangka panjang : mampu mengingat peristiwa setelah

lebih dari satu tahun yang lalu.

2. Memori janhka pendek : mampu mengingat peristiwa satu minggu

yang lalu dan pada saat dikaji.

l) Kemampuan konsentrasi dan berhitung : mampu menyelesaikan tugas

dengan berhitung sederhana.

m) Kemampuan penilaian : apakah mempunyai masalah yang ringan

sampai dengan berat.

n) Daya tilik diri : kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.

8) Kebutuhan Persiapan Pulang

Mengkaji pola aktivitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan

BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan

kesehatan serta aktivitas di dalam dan di luar rumah.


37

9) Mekanisme Koping

a) Regresi : Perasaan yang mendorong klien menjadi pemalas untuk

melakukan kegiatan sehari-hari.

b) Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.

c) Menarik diri : perasaan yang sulit untuk mempercayai orang lain dan

selalu sibuk dengan stimulus internal.

10) Maslah Psikososial dan Lingkungan

Masalah yang berhubungan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan

tempat tinggal.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan halusinasi menurut

(Keliat, 2006), yaitu :

1) Halusinasi

2) Risiko Perilaku Kekerasan

3) Isolasi Sosial

4) Harga Diri Rendah

5) Berduka Disfungsional

6) Defisit Perawatan Diri

7) Gangguan Pemenuhan Kesehatan.


38

2.4.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada, maka rencana keperawatan

disusun sebagai berikut:

Diagnosa 1 :Halusinasi Penglihatan (Keliat, 2007).

1) Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol halusinasinya.

2) Tujuan Khusus

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

b) Klien dapat mengenal halusinasinya

c) Klien dapat mengontrol halusinasinya

d) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontol halusinasinya.

3) Intervensi

SPI : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya : dengan menggunakan komunikasi

terapeutik, beri salam, perkenalkan diri, jelaskan tujuan pertemuan,

tunjukkan rasa empati, buat kontak yang jelas.

b) Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi

pencetus, perasaan, dan respon.

c) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan.

d) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian.


39

SPII : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.

Intervensi :

a) Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.

b) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara 6 benar minum obat

yaitu : benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute, benar

frekuensi dan kontinuitas minum obat.

c) Masukkan pada jadwal kegiatan harian.

SPIII : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

Intervensi :

a) Evaluasi kegiatan menghardik dan minum obat lalu beri pujian.

b) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

c) Masukkan dalam kegiatan harian.

SPIV : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

harian.

Intervensi :

a) Evaluasi kegiatan menghardik, minum obat dan bercakap-cakap.

Beri pujian.

b) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

harian.

c) Masukkan pada jadwal kegiatan.

SPV : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan baik.

Intervensi :

a) Evaluasi semua kegiatan. Dan beri pujian.


40

b) Latih kegiatan harian.

c) Nilai apakah kemampuan yang di miliki sudah mandiri.

d) Nilai apakah halusinasi terkontrol.

2.4.4 Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan dan

berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, serta menilai data yang baru.

(Tabel 2.3 : Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan).

Contoh Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Keliat, 2014)

No Tanggal & Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien

(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan.Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP :

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan,

O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.


41

A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru.

P : Perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon

klien.

Rencana tindakan lanjut dapat berupa :

1. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah

2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah

dijalankan tetapi hasil belum memuaskan.

3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang,

dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan

4. Rencana selesai jika tujuan sudah tercapai.

(Tabel 2.4 : Format pelaksanaan evaluasi keperawatan)

Contoh Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (Keliat, 2014)

No Tanggal & Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi


42

BAB 3

METODE PENULISAN

3.1 Desain Penulisan

Desain penulisan merupakan hasil akhir pada suatu tahap keputusan yang

dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan

(Nursalam, 2008).

Desain penulisan yang di pakai dalam karya tulis ini adalah studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien yang mengalami

Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Ruang Seroja RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari

sesuatu yang di definisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah

yang merupakan kunci dari batasan istilah. Jadi batasan istilah dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam,2008).

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Jiwa pada

klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Ruang

Seroja RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

42
43

3.3 Partisipan

Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah Tn. S yang mengalami

Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Ruang Seroja RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso tahun 2018.

3.4 Lokasi dan Waktu

Pada studi kasus ini dilakukan Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien yang

mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Penglihatan di Ruang Seroja

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso,selama 10 hari dan 10 kali kunjungan pada tahun

2018.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

Mengurus perizinan ke RSU dr. H Koesnadi Bondowoso untuk mencari data

diruang Seroja penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Masalah Keperawatan

Halusinasi Penglihatan di RSU dr. H Koesnadi Bondowoso.

1) Wawancara

Pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung kepada klien terkait

dengan masalah yang dihadapi klien biasanya juga disebut anamnesa. Hasil anamnesa

yang berisi tentang (identitas lengkap klien, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga, dan lain-lain). Sumber data dapat diperoleh dari klien,

keluarga dan perawat lain (triangulasi data).


44

2) Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati klien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan keperawatan klien. Observasi dilakukan

dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan

dan pendengaran.

3) Studi dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan jalan menelusuri dokumen yang ada, misalnya

catatan kesehatan, kartu keluarga, kartu menuju sehat, dan literature.

4) Pemeriksaan fisik,

Pemeriksaan fisik secara langsung dari menyeluruh mulai dari dari ujung

rambut sampai ujung kaki atau dikenal dengan head to toe.Pemeriksaan fisik sangat

berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data dan informasi

sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji keabsahan data dilakukan

dengan cara:

1) Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.

2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi data yaitu (klien, keluarga,

dan perawat) yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.


45

3.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan di lapangan sewaktu pengumpulan data sampai dengan

semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan di tuang dalam opini

pembahasan, teknik analisis digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang akan dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Urutan dalam analisis data yaitu :

1) Pengumpulan data

Semua data dikumpulkan dari hasil (wawancara, observasi, dan dokumen).

Kemudian hasilnya ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2) Mereduksi data,

Data dari hasil (wawancara, observasi, dan dokumen) yang telah disalin dalam

bentuk transkrip kemudian dikelompokkan menjadi data subjektif dan data obyektif,

di analisa berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan dengan

normal.

3) Penyajian data

Penyajian data yang disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, dan teks

naratif.Kerahasian klien dijaga dengan mengaburkan identitasnya.

4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-

hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
46

kesimpulan dilakukan dengan cara induksi. Data yang dikumpulkan terkait data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penulisan

Ditemukan etika yang mendasar penyusunan studi kasus terdiri dari:

1) Informed Consent (Persetujuan menjadi klien)

Informed Consent diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti memberi

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada responden,

jika responden bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan dan apabila

responden menolak, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormasti haknya.

2) Anonymity (Tanpa nama)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat untuk

disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama/initial (Nursalam, 2008).

3) Confidentiality (Kerahasian),

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk dirahasiakan

(Nursalam, 2008)
47

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Agustus – 06 September 2018 di

Paviliun Seroja RSUD dr. H. Koesnadi Bondowoso yang beralamat di Jalan.

Kapten Piere Tendaan No. 3 Bondowoso selama 10 hari kunjungan. Paviliun

Seroja memiliki 1 Ruang Perawat, 1 Kamar mandi perawat, 1 Dapur perawat, 2

ruangan khusus pasien, 2 ruang Isolasi, 2 Kamar mandi pasien, dan 1 Halaman

untuk senam pasien.

Adapun perawat di Paviliun Seroja Terdiri dari kepala Paviliun yang bernama

Saiful Walid, S.Kep.Ns, ketua tim 1 yang bernama Subiyanto, S.Kep.Ns, terdiri

dari Perawat Pelaksana bernama Yuniah Purwanti, S.Kep.Ns, Khurotul A’yun,

Amd.Kep, dan ketua tim 2 Yeni Irawati, S.Kep.Ns dengan Perawat Pelaksana

Kukuh Febri, S.Kep.Ns, Moch. Syamsi, Amd.Kep, Ika Kurnia Dewi, Amd.Kep.

Paviliun Seroja Memiliki fasilitas kesehatan berupa 15 Tempat tidur,

Restren khusus pasien Resiko perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan, 2 Ruang

Isolasi, Ruang khusus pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Seperti : Tempat

tidur, Ruang makan, dan Kamar mandi

47
48

4.1.2 Pengkajian

4.1.2.1 Identitas Klien

1. Identitas Klien

Pengkajian penulis menggunakan metode alloanamnese, Aoutonamnese

serta catatan keperawatan yang di lakukan Pada tanggal 28 Agustus jam 08.00 –

06 September 2018 jam 14.00, Adapun identitas Klien Bernama Tn. Suryanto,

klien seorang laki-laki, klien berumur 31 Tahun, lahir di Bondowoso Tanggal 17

Januari 1987, yang tinggal di Mengok RT 05 RW 01 Pujer Bondowoso, tingkat

pendidikan terakhir klien SLTP. Tn S bekerja sehari-hari sebagai penjual sandal,

Klien masuk Rs sejak 13 Agustus 2018 Melalui IGD dengan Diagnosa Medis “

Skizofrenia Paranoid “ lalu klien di rawat di Paviliun seroja sejak 13 Agustus

2018, Selama di rumah sakit penanggung jawab Tn S yaitu Ny. B yang

merupakan ibu tiri dari Tn S.

2. Alasan Masuk

Melihat data dari Rekam Medis, keluarga mengatakan 2 hari yang lalu (13

Agustus 2018) terjadi kecelakaan didepan rumahnya, setelah itu pasien jadi susah

tidur, tidak makan dan minum selama 2 hari, klien bicara sendiri, bingung, gelisah

dan marah-marah dan merasa pusing jika melihat ibu tirinya. Pada saat pengkajian

klien sering melamun dengan pandangan mata fokus pada satu objek tertentu dan

terlihat berbicara sendiri sambil mondar-mandir.


49

3. Riwayat Penyakit Sekarang Dan Faktor Presipitasi

Klien mengatakan merasa pusing dan klien mengatakan jika sendiri dan

pada saat melamun sering melihat sosok jin, roh, dan setan seperti dirumahnya

dikamarnya lantai atas ruang seroja. Klien mengatakan sering melihatnya pada

malam hari pada saat akan tidur. Dibuktikan dengan perkataan klien “mbak aku

pusing sekarang mbak jadi jangan di ajak ngomong dulu ya aku capek, aku tu

capek mbak kalo sendirian gitu aku suka ngelamun kalau sudah ngelamun aku

mesti diganggu mbak sama jin, roh, setan-setan disini ni mbak, paling banyak di

atas tu mbak deket kamar aku, aku kalau lihat itu malem-malem mbak pas mau

tidur”.

4. Riwayat Penyakit Lalu

Klien mengalami gangguan jiwa di masa lalu sejak 7 Tahun yang lalu

yaitu usia 24 Tahun, sehingga sampai saat ini klien belum menikah, dan terakhir

masuk rumah sakit 5 bulan yang lalu dan setelah 5 bulan penyakitnya kambuh lagi

dan klien dirawat dirumah sakit. Saat di rumah klien pernah memecahkan kaca

dan barang yang ada di rumahnya. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku belum

menikah mbak, 2x pacarran terus putus, aku terakhir masuk rumah sakit ini

sekitaran 5 bulan yang lalu mbak, terus aku kumat gak mau minum obat dan aku

pernah mecahin kaca rias punya ibuku dirumah”.

5. Riwayat Trauma

Saat klien berada di rumah klien mendapatkan kekerasan fisik dari ibu

tirinya, klien sering dipukul dan dimarahi jika senang keluyuran dan tidak mau
50

minum obat, sehingga terdapat bekas luka dikepalanya klien mengatakan jika luka

tersebut karena dipukul oleh ibu tirinya. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku

males dirumah mbak, aku senang main sama temen-temen didesa itu, kalau

dirumah aku sering di marahi mbak dan kadang-kadang dipukul sama ibuku

karena aku suka main sampai pulang larut malam. Padahal aku sudah besar mbak

jadi terserah aku mau kemana aja. Kadang juga kalau aku gak mau minum mbak

dimarai mbak, ini mbak dikepalaku ada bekas luka dulu dipukul ibu pakai sapu”.

6. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan bahwa tidak ada dari keluarganya yang memiliki

penyakit gangguan jiwa seperti yang di alami oleh klien. Dibuktikan dengan

perkataan klien “Cuma aku dikeluarga yang pernah masuk rumah sakit orang sakit

jiwa gini mbak, bapak dan ibu kandungku sudah meninggal semua, Cuma tinggal

ibu tiri dan adik tiriku”.

7. Status mental

Penampilan klien terlihat cukup rapi, Klien berpakaian cukup rapi, terlihat

sedikit kotoran bekas makanan dan tidak bau, klien menggunakan seragam dari

ruang seroja, klien tidak pernah menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan

penampilannya.
51

8. Kesadaran

Klien tidak mengalami gangguan kesadaran, kesadaran klien adalah

Composmentis yang dimana composmentis di katakan bahwa kesadaran klien

normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan di sekelilingnya.

Klien mengalami gangguan perhatian, klien tidak pernah mendapat

perhatian dari keluarganya, Bahkan dari pertama masuk kedalam rumah sakit

klien hanya di kunjungi selama 1 kali. Dibuktikan dengan perkataan klien “ibu

tiriku pernah jenguk aku kesini tapi Cuma sekali itupun gak bawain aku apa-apa”.

9. Disorientasi

Klien tidak mengalami Disorientasi waktu. Tempat, dan Orang. Klien bisa

menyebutkan saat ini jam berapa, tinggal dimana, dan siapa sajakah anggota

keluarganya. Dibuktikan dengan perkataan klien “sekarang jam 8 pagi mbak, aku

tinggal di mengok pujer dan sekarang masih sakit dirawat di seroja rumah sakit

umum, dirumah cuma tinggal ibu dan adik tiriku, bapak dan ibu kandungku sudah

meninggal”.

10. Pembicaraan

Klien dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan kepada klien tetapi

kadang klien berbicara dengan ngelantur, setiap kali klien di ajak berbicara Klien

selalu hiperaktivitas dan bertingkah aneh.


52

11. Aktifitas Motorik/Psikomotor

Klien mengalami Fleksibilitas Serea klien mengalami gerakan aktivitas

mempertahankan posisi badan yang dibuat orang lain atau bisa dikatakan meniru

gaya orang lain, klien sering memperagakan menjadi seorang sutradara terkenal

dan mengaku jika klien adalah seorang sutradara dan juga sering memperagakan

sedang bermain alat musik. Klien juga mengalami Hiperkinesia yaitu gerakan

yang berlebihan karena saat sedang bersama teman-temannya klien selalu

hiperaktivitas.

Gaduh gelisah katatonik merupakan salah satu yang dialami klien juga

karena gerakan motorik klien meningkat sehingga saat di perintahkan untuk diam

atau dinasehati klien selalu menentang nasehat yang diberikan oleh orang lain

karena klien mengalami Negativisme.

Klien juga mengalami Ekhopraxia yaitu menirukan gerakan atau kegiatan

yang dilakukan teman-temannya.

12. Afek dan Emosi

Klien selalu merasa kesepian, karena selama klien di rumah dan sampai

masuk ke rumah sakit sanak familynya yang berkunjung hanya satu kali saja,

sehingga klien berpikir bahwa dirinya sudah tidak berharga untuk keluarganya.

Dibuktikan dengan perkataan klien “ibu tiriku sama adik tiriku pernah jenguk aku

kesini tapi cuma sekali itupun gak bawain aku apa-apa”.


53

13. Persepsi Sensori

Saat klien berada di rumahnya sampai saat dirumah sakit klien mengalami

gangguan persepsi sensori penglihatan , klien selalu melihat sosok semacam setan,

roh dan jin yang sangat menakutkan dan klien ketakutan sehingga kadang marah-

marah terhadap ibunya. Dibuktikan dengan perkataan klien “mbak kalo sendirian

gitu aku suka ngelamun kalau sudah ngelamun aku mesti diganggu mbak sama

jin, roh, setan-setan disini ni mbak, iya aku keliatan mbak paling banyak di atas tu

mbak deket kamar aku, dan aku sering lihat pada malam hari waktu mau tidur,

menakutkan sekali mbak. Kadang ibuku sendiri tak kira setan jadinya aku marah-

marah.”.

14. Ilusi

Klien selalu menganggap semua sosok yang di lihatnya adalah sosok yang

sangat menakutkan dan sangat menganggu klien. Dibuktikan dengan perkataan

klien “sosoknya itu sangat menakutkan mbak, aku gak nyaman jadinya”.

15. Depersonalisasi

Klien terus menerus melihat sosok yang menakutkan padahal sosok itu

tidak nyata. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku lihat terus mbak kalau

malem saat mau tidur”.

16. Isi Pikir

Klien selalu berpikir tentang suatu keadaan atau sesuatu yang di inginkan

misalnya seperti klien memikirkan jika sudah pulang dari rumah sakit klien ingin
54

melanjutkan bisnis sandalnya dan memberikan hasil jualannya kepada ibu tirinya.

Dan terkadang klien juga berfikir untuk bunuh diri dan sering mengatakan

“kenapa dulu aku dilarang bunuh diri”. Klien juga merasa dirinya tidak berharga

selama berada dirumah sakit karena tidak dapat bekerja lagi. Klien berfikir jika

ada sosok yang berusaha untuk melukai dirinya, tetapi klien mengatakan jika

memiliki doa-doa khusus yang digunakan untuk mengusir sosok tersebut.

Dibuktikan dengan perkataan klien “aku pingin pulang mbak, mau lanjut jualan

sandal lagi nanti hasil jualan mau aku kasih ibuku biar aku bisa bantu ibuku,

soalnya selama dirumah sakit ini aku gak bisa apa-apa gak bisa kerja

menghasilkan uang”. “aku punya doa-doa sendiri di kasih bapakku dulu sebelum

meninggal yang sangat ampuh untuk mengusir setan-setan yang aku liat. Dan

yang punya doa-doa itu cuma aku”.

17. Bentuk pikir

Klien tidak bisa berpikir secara non realistis dimana klien sudah selalu

berfikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan cara berfikirnya berdasarkan

lamunan atau fantasi dan halusinasi yang sedang dialaminya. Dibuktikan dengan

perkataan klien “diruang seroja ini banyak mbak setan-setan, jin apalagi roh-roh

gentayangan mbak, itu di lantai atas di pojok dekat kamar saya itu ada dia sedang

memperhatikan kita, iya mbak cuma aku yang bisa lihat karena aku anak indigo

mbak”.
55

18. Interaksi selama Wawancara

Selama di ajak berinteraksi kontak mata cukup, bicara klien kadang

ngelantur, selama berinteraksi klien sangat hiperaktivitas, kadang aktivitas tidak

terkontrol dan klien sangat labil saat berinteraksi.

19. Memori

Klien mampu mengingat semua kegiatan yang klien lakukan selama satu

bulan sebelumnya, klien mengingat ibu dan adik tirinya, tetangganya, nama bapak

kades dan jalan pulang dari bondowoso ke rumah klien. Dibuktikan dengan

perkataan klien “aku pernah masuk seroja juga mbak 5 bulan yang lalu, dirawat 2

minggu terus saya pulang jalan-jalan ke bayuwangi”.

20. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mudah beralih dari satu objek ke objek yang lain, tetapi klien senang

jika di ajak berhitung sehingga klien mampu atau dapat melakukan penambahan

atau pengurangan pada benda-benda nyata.

21. Pemeriksaan Fisik

Pada tanggan 28 agustus 2018 jam 10.00 peneliti melakukan Pemeriksaan

fisik kepada Tn S . Keadaan umum Tn S Cukup Baik, Tekanan darah Tn S 130/80

mmhg, Nadi 89 x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 20x/m, setelah di lakukan

penimbangan berat badan di temukan Ukuran Berat badan Tn S 51 kg tinggi

badan 158 Cm, Tn S mengeluh kepalanya pusing dan selalu merasa lelah,
56

kemudian peneliti melakukan pemeriksaan Head to toe pada pemeriksaan head to

toe peneliti mulai melakukan pemriksaan yang di mulai dari:

1. Inpeksi dan Palpasi Kepala, kepala Tn S Wajah simetris, warna rambut

sedikit beruban dan kotor, tidak terdapat tumor, dan terdapat lesi, Tidak

terdapat nyeri tekan, Tidak ada massa, Tidak ada pembengkakan.

2. Inspeksi dan Palpasi Mata di dapatkan Konjungtiva anemis, terdapat

kantung mata, bentuk kedua mata simetris Tidak terdapat nyeri di area

mata.

3. Inspeksi dan Palpasi Hidung di temukan hidung Tn S Bentuk hidung

simetris, terdapat serumen, tidak ada lesi, Tidak ada nyeri tekan.

4. Inspeksi dan Palpasi Mulut di temukan Mulut Tn S Bentuk mulut simetris,

tidak terdapat lesi, Tidak ada nyeri tekan, gigi tidak lengkap.

5. Inspeksi dan Palpasi Telinga di temukan telinga Tn S Bentuk telinga

simetris, tidak ada lesi, terdapat serumen, Tidak ada nyeri tekan.

6. Inspeksi dan Palpasi Leher di temukan leher klien Bentuk leher simetris,

tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

7. Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi pada dada di temukan pada dada

klien Bentuk dada simetris, Gerakan dinding dada simetris, tidak ada nyeri

tekan, Suara paru resonan, tidak ada suara napas tambahan, suara nafas

Vesikuler.

8. Inspeksi dan Palpasi pada Ekstremitas klien , di temukan ekstremitas tn S

simetris, kekuatan otot 5, aklral Hangat, cokelat, kering, tidak ada nyeri

tekan, pada kaki Tn S bentuknya simetris.


57

22. Pengkajian Psikososial

1. Genogram Keterangan :

Laki-laki meninggal

Perempuan meninggal

Pasien dengan usia?

Garis Keturunan

Tn S terlahir dari Ayah dan ibu namun Ayah dan ibunya sudah lama

meninggal, Tn S tidak memiliki saudara kandung hanya memiliki adik tiri

laki-laki, dan Tn S belum menikah. Tn S tinggal serumah bersama ibu tiri dan

adik tirinya. Dibuktikan dengan perkataan klien “ibu kandungku sudah

meninggal, terus bapakku nikah lagi setelah nikah lagi bapak kandungku

meninggal juga, jadi sekarang aku tinggal sama ibu dan adik tiriku dirumah,

aku belum pernah menikah mbak”.

2. Konsep diri

a. Citra Tubuh

Klien sangat bersyukur diberikan tubuh yang sempurna oleh Allah, dan klien

tidak merasa kurang dalam tubuhnya karena semua panca inderanya lengkap

tidak kurang apapun. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku bersyukur

mbak tubuhku ini masih lengkap, masih punya kaki buat jalan, tangan buat

makan, ada mata untuk melihat dan hidung buat bernafas mbak padahal diluar

sana ada yang gak punya kaki gitu ya mbak.”


58

b. Identitas

“Nama saya Suryanto Firmansyah rumah saya di Mengok, saya belum

menikah”.

c. Peran

“Saya adalah seorang kepala rumah tangga mengganti ayah saya untuk

membantu ibu dan adik tiri saya”.

d. Ideal diri

“Saya ingin segera pulang, dan kembali bekerja menjual sandal jepit”.

e. Harga diri

“Saya seseorang yang tidak berarti selama sakit karena tidak bisa bekerja dan

hanya bisa diam saja selama dirumah sakit sehingga tidak menghasilkan apa-

apa.”

3. Hubungan Soaial

a. Orang yang berarti/terdekat

Klien mengatakan orang yang paling dekat adalah ibu dan adik tirinya.

Dibuktikan dengan perkataan klien “aku cuma punya keluarga ibu dan

adik tiriku saja mbak.”

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok

Sebelum sakit klien selalu mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat

seperti yasinan dan sholawatan tetapi semenjak klien sakit klien tidak

pernah mengikuti kegiatan dimasyarakat. Dibuktikan dengan perkataan

klien “aku dirumah itu jadi remaja masjid mbak, meskipun sudah

dikatakan tua tapi aku masih ikut kegiatan keagamaan mbak.”


59

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien selalu mengatakan malu ketika berkumpul dengan orang lain

semenjak sakit dan keluar masuk rumah sakit. Dibuktikan dengan

perkataan klien “aku malu mbak sama orang-orang dirumah soalnya aku

keluar masuk rumah sakit.”

4. Spriritual

a. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang muslim dan klien

Yakin bahwa penyakitnya adalah karena kerasukan sosok setan, roh dan

jin yang dlihatnya. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku islam mbak,

aku yakin mbak aku gini karena aku kesurupan setan-setan, jin dan roh

yang aku liat itu mbak, mereka masuk kedalam tubuhku jadi seakan-akan

tubuhku disetir oleh setan-setan itu.”

b. Kegiatan Ibadah

Klien tetap melakukan ibadah dirumah sakit meskipun sering tidak 5

waktu, karena menurut klien ruang seroja tidak bersih dan tidak cocok

untuk tempat ibadah. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku rajin sholat

mbak tapi kadang-kadang aku gak sholat kalau disini kotor mbak,

tempatnya orang sakit juga.”

23. Kebutuhan Persiapan pulang

1. Makan

Kebutuhan makan klien di bantu secara Minimal. Klien bisa makan sendiri

dan mencuci piringnya sendiri setelah makan. Hanya dibantu pada saat
60

mengambil nasi dan lauknya. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku bisa

makan sendiri mbak, cuci piringku sendiri habis makan.”

2. BAK/BAB

Klien melakukan BAK dan BAB secara Mandiri. Dibuktikan dengan

perkataan klien “aku bisa sendiri mbak semuanya kencing sama BAB di

kamar mandi.”

3. Mandi

Klien mandi secara Mandiri. Dibuktikan dengan perkataan klien ”aku

mandi sendiri mbak kan aku masih sehat gini kok.”

4. Berpakaian/berhias

Klien dalam berpakaian dilakukan sendiri, mulai dari mengganti pakaian

jika sudah kotor. Dibuktikan dengan perkataan klien “semuanya aku

lakukan sendiri mbak, aku kan masih sehat gak sakit.”

5. Istirahat dan Tidur

Tidur siang Klien kurang lebih 30 menit s-d 1 Jam, tidur malam klien 5 s/d

6 jam, Aktifitas sebelum/sesudah tidur yaitu berdoa baca doa-doa khusus

dan menonton televisi. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku tidur gak

pernah lama paling ya 30 menitan, kalau mau tidur itu aku mesti baca doa-

doa khusus dulu yang aku dapat dari bapakku, kadang ya nonton tv dulu

setelah baca doa”.

6. penggunan obat

Klien selalu dibantu dalam penggunaan obat. Klien selalu di bantu oleh

perawat dalam meminum obat. Sering kali klien lupa minum obat ketika

perawat tidak menyuruh meminum obat. Dibuktikan dengan perkataan


61

klien “ aku kadang males mbak minum obat, capek aku minum obat tapi

kadang juga karena lupa makanya gak minum obat”.

7. pemeliharaan kesehatan

Klien memerlukan perawatan lanjutan di kerenakan kesehatan klien masih

perlu pengawasan. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku masih harus di

ingettin minum obat mbak, kalau gak disuruh aku paling malas minum

obat”.

8.Aktifitas dalam rumah

Klien sudah di latih dalam menyiapkan makanan di dalam rumah, menjaga

kerapian rumah, mencuci pakaian. Dibuktikan dengan perkataan klien

“aku dirumah sudah biasa bersih-bersih mbak, menyapu, cuci baju sendiri,

sampai masak aku bisa sendiri mbak, masakanku enak-enak loh mbak”.

9. Aktivitas di luar rumah

Klien mengatakan klien bisa menggunakan sepeda motor untuk melakukan

kegiatan sehari-hari dirumah. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku

kalau dirumah kemana-mana ya naik sepeda mbak, mobil sudah dijual

semua buat usaha sandal”.

23. Mekanisme Koping

Tn S bereaksi Hiperaktivitas ketika melakukan aktivitas, dalam berbicara.

Dan klien jika ada masalah cenderung selalu memikirkannya sehingga merasa

pusing dan ingin marah-marah kepada ibu tirinya. Dibuktikan dengan perkataan

klien “aku kalau ada masalah gak suka cerita-cerita mbak, mesti tak pikirkan

senditi sampai pusing sendiri”.


62

24. Masalah psikososial dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya :

Klien memiliki gangguan dalam dukungan kemompok, masyarakat di

sekitar rumahnya atau didalam rumah karena klien hanya tinggal bersama ibu dan

adik tirinya sehingga kurang mendapatkan dukungan untuk sembuh. Dan selama

dirumah sakit klien jarang bergaul dengan sesama pasien hanya 3 teman yang

klien ketahui dan yang satu sudah keluar rumah sakit. Dibuktikan dengan

perkataan klien “aku Cuma punya keluarga ibu sama adik tiriku aja mbak, ibuku

gak pernah mikirin sakitku. Kalau dirumah sakit aku cuma kenal 3 orang aja”.

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifikasinya :

Klien tidak memiliki gangguan dengan lingkungan, selama dirumah sakit

klien sering mengikuti kegiatan yang ada dirumah sakit seperti olahraga, Terapi

Aktivitas Kelompok dan jalan-jalan pagi. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku

kalau pagi senang ikut jalan-jalan keliling rumah sakit mbak, setiap pagi juga aku

ikut olahraga, kalau sore kadang aku ikut main pimpong mbak, kadang-kadang

juga ikut kegiatan dihalaman itu dikumpulin semuanya terus disuruh menceritakan

isi hatinya.”

3. Masalah dengan pendidikan, spesifikasinya :

Klien memiliki gangguan dengan pendidikan, klien hanya seorang tamatan

SLTP sehingga klien tidak banyak memiliki informasi mengenai kesehatan.

Dibuktikan dengan perkataan klien ”aku sekolah cuma sampai SMP mbak”.
63

4. Masalah dengan pekerjaan, spesifikasinya :

Klien memiliki Masalah dalam pekerjaannya, klien tidak bekerja selama

klien sakit. Dibuktikan dengan perkataan klien “selama dirumah sakit aku gak

kerja mbak, gak punya penghasilan jadinya”.

5. Masalah dengan perumahan, spesifikasinya :

Klien tidak memiliki gangguan dengan perumahan. Dibuktikan dengan

perkataan klien “aku punya banyak temen dirumah mbak, cuma kadang aku malu

mau ketemu kalau temen-temenku itu selalu Tanya kenapa aku jarang kumpul”.

6. Masalah dengan ekonomi, spesifikasinya :

Klien memiliki masalah dalam ekonomi. Dibuktikan dengan perkataan

klien “meskipun aku tidak bekerja tapi ibu tiriku jualan dirumah mbak buka

warung kecil-kecilan tapi tetap saja gak cukup untuk biaya hidup, jadi aku juga

harus bekerja”.

7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifikasinya :

Klien tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan. Dibuktikan

dengan perkataan klien “aku kalau kambuh langsung dibawa kerumah sakit sama

ibu tiriku”.

25. Pengetahuan kurang tentang

Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan jiwa, yang klien tau

penyakitnya ini disebabkan oleh kerasukan sosok setan, roh dan jin yang

dilihatnya. Dibuktikan dengan perkataan klien “aku ini sekarang jadi gila sampai

masuk rumah sakit karena kerasukan sosok-sosok setan yang sering aku lihat itu

aku jadi kayak gini”.


64

26. Aspek Positif

Diagnosa medik klien adalah : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

4.1.2.2 Analisa Data

Analisa data pada Tn S dilalukan pada tanggal 28 Agustus 2018 pada jam

10.00 WIB dengan hasil data Subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian klien

selalu hiperaktivitas dan berbicara ngelantur, klien sering terlihat berbicara sendiri

dengan pandangan pada satu objek. Dan klien tampak sering mondar-mandir

sambil bicara sendiri kadang tertawa sendiri. Penampilan klien terlihat cukup rapi,

Klien berpakaian cukup rapi, terdapat sedikit kotoran bekas makanan tapi tidak

bau, klien tidak pernah menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan

penampilannya. Klien selalu menganggap bahwa dirinya memiliki doa-doa khusus

yang sangat ampuh mengusir sosok yang dilihatnya, dan klien jarang mau

berkumpul atau berinteraksi dengan orang yang baru dikenal karena klien

menganggap selalu ada seseorang yang berusaha menciderai dirinya.

Analis adata Tn S dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2018 pada jam 10.00

dengan hasil data objektif Keadaan umum Klien baik, dengan hasil pemeriksaan

Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 130/80 mmhg, Nadi 89x/m, Suhu 36.5 C,

dan Pernafasan 20x/m, setelah di lakukan penimbangan berat badan di temukan

Ukuran Berat badan Tn S 51 kg tinggi badan 158 Cm. Klien terlihat sering

melamun dan melihat pada satu objek tertentu dan sering berbicara sendiri, kurang

kooperatif, kontak mata kurang, aktivitas berlebih dan tidak terkontrol, dan

berbicara sering ngelantur.


65

4.1.2.3 Diagnosa Keperawatan

Melihat dari data Subjektif dan data Objektif yang di temukan pada

pasien maka peneliti mengambil Diagnosa Keperawatan Pada Tn S pada tanggal

28 Agustus 2018 pukul 12.00 dengan dignosa keperawatan Halusinasi

Penglihatan.

4.1.2.4 Rencana Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan Halusinasi Penglihatan tujuan

umum yaitu klien dapat mengontrol halusinasinya secara mandiri. Tujuan khusus

klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, klien dapat

mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, klien dapat

mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan harian dan klien dapat

mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan benar.

SPI : Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat,

yaitu dengan melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara 6 benar minum obat

yaitu : benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute, benar frekuensi dan

kontinuitas minum obat.

SPII : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, kita dapat

membina hubungan saling percaya : dengan menggunakan komunikasi terapeutik,

beri salam, perkenalkan diri, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan rasa empati,

buat kontak yang jelas, mengidentifikasi halusinasi : mulai dari isi, frekuensi,

waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, dan respon, menjelaskan cara

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.


66

SPIII : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap yaitu

melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

SPIV : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian,

yaitu melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian, klien

di perintahkan untuk memilih kegiatan sesuai dengan kemampuannya.

SPV : Klien dapat mengontrol halusinasi dengan baik, yaitu kita nilai dan

evaluasi semua kegiatan. Dan beri pujian.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal pada dasar dalam proses keperawatan

merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan

mengindentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan

menentukan desain perencanaan yang ditetapkan, tindakan keperawatan dan

evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat (Nikmaturohmah, 2014).

Melihat data pengkajian dari kasus Tn. S didapatkan hasil dari rekam

medis dan keterangan yang didapat dari Dokter Spesialis Jiwa mengatakan bahwa

Tn. S mengalami Skizofrenia Paranoid. Hasil pengkajian yang dilakukan pada

tanggal 27 Agustus 2018 di dapatkan dari observasi langsung dan catatan medis

didapatkan data subjektif yaitu klien Tn S selalu hiperaktivitas dan berbicara

ngelantur, klien sering terlihat berbicara sendiri dengan pandangan pada satu

objek. Dan klien tampak sering mondar-mandir sambil bicara sendiri kadang

tertawa sendiri. Klien selalu menganggap bahwa dirinya memiliki doa-doa khusus

yang sangat ampuh mengusir sosok yang dilihatnya, dan klien jarang mau
67

berkumpul atau berinteraksi dengan orang yang baru dikenal karena klien

menganggap selalu ada seseorang yang berusaha menciderai dirinya. Data

obyektif dari hasil pengkajian berupa klien Keadaan umum Klien baik, dengan

hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 130/80 mmhg, Nadi

89x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 20x/m, setelah di lakukan penimbangan berat

badan di temukan Ukuran Berat badan Tn M 51 kg tinggi badan 158 Cm. Klien

terlihat sering melamun dan melihat pada satu objek tertentu dan sering berbicara

sendiri, kurang kooperatif, kontak mata kurang, aktivitas berlebih dan tidak

terkontrol, dan berbicara sering ngelantur. Pada pengkajian status mental

penampilan klien terlihat tidak rapi, klien berpakaian tidak rapi, terlihat kotor dan

tidak bau, klien tidak pernah menyisir rambut dan klien tidak pernah

memperhatikan penampilannya.

Kusumawati (2010) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan hilangnya

kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan

rangsangan eksternal (dunia luar). Dimana seseorang memberikan persepsi atau

pendapat tentang lingkungan tanpa adanya objek atau rangsangan yang nyata.

Sebagai contoh seseorang melihat sesuatu padahal tidak ada yaitu Halusinasi

Penglihatan. Keliat (2006) Seseorang akan menunjukkan gejala seperti berbicara

sendiri, tersenyum sendiri dan menunjukkan respon verbal yang lambat.

Halusinasi mulai mengontrol klien sehingga klien mengalami kecemasan yang

sangat berat di tandai dengan tremor dan berkeringat. Saat itu klien akan merasa

orang lain yang berada di sekitarnya mulai terasa berbahaya dan mengancam,

sehingga klien menunjukkan sikap bermusuhan seperti marah-marah, mencederai

diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Selain itu Halusinasi memiliki gejala
68

klinis yaitu Halusinasi Penglihatan dengan gejala subjektifnya mendengar suara

menyuruh bahkan melakukan suatu yang berbahaya, Mendengar suara atau bunyi

seseorang, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar suara

orang yang sudah meninggal, dan mendengar suara yang mengancam diri klien

atau orang lain yang membahayakan. Dan gejala objektifnya mengarahkan telinga

pada sumber suara, Bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab, menutup

telinga, mulut komat-kamit, ada gerakan tangan. Sedangkan untuk Halusinasi

Penglihatan memiliki gejala subjektif yaitu melihat seseorang yang sudah

meninggal, bayangan, hantu atau sesuatu yang menakutkan, dan gejala objektif

yaitu tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada

objek yang dilihat. Dan pada halusinasi penciuman dengan gejala subjektif

mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, dll, klien mengatakan mencium bau

sesuatu dan tipe ini sering menyertai klien yang mengalami dimensia, kejang atau

penyakit serebrovaskular sedangkan untuk gejala objektif yaitu ekspresi wajah

seperti mencium sesuatu, pergerakan cuping hidung dan mengarahkan hidung

pada tempat tertentu. Dan Halusinasi Perabaan dengan gejala subjektif yaitu klien

mengatakan ada sesuatu yang menyentuh kulitnya seperti tangan, binatang atau

hantu, merasakan sesuatu dipermukaan kulit, seperti panas, dingin dan tersengat

aliran listrik, dengan gejala objektifnya yaitu mengusap, menggaruk dan meraba

permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti merasakan suatu rabaan.

Yang terakhir adalah Halusinasi Pengecapan dengan gejala subjektifnya yaitu

klien seperti sedang merasakan makanan tertentu atau mengunyah sesuatu dan

gejala objektifnya yaitu mengecap sesuatu, mengunyah, meludah dan muntah.

(Yosep, 2016).
69

Melihat fenomena dan teori yang di jelaskan pada paragraf sebelumnya

antara fakta dan teori ada kesamaan tanda dan gejala yaitu klien melihat sosok jin,

roh dan setan yang sebenarnya tidak ada dikarenakan klien tidak dapat

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan ekstrenal (dunia luar)

dengan gejala objektifnya yaitu tatapan mata terkadang pada tempat tertentu, klien

juga sering menunjukkan tangannya pada arah tertentu dan mengatakan jika takut

saat melihat sosok tersebut. Klien juga sering terlihat bicara dan tertawa sendiri,

dan kadang pembicaraan klien ngelantur. Kondisi yang telah dijelaskan pada

paragraf sebelumnya didukung dengan data penunjang berupa Pada kasus Tn S

sudah di jelaskan bahwa Klien mengalami gangguan jiwa di masa lalu sejak 7

Tahun yang lalu yaitu usia 24 Tahun, sehingga sampai saat ini klien belum

menikah, dan terakhir masuk rumah sakit 5 bulan yang lalu dan setelah 5 bulan

penyakitnya kambuh lagi dan klien dirawat dirumah sakit. Saat di rumah klien

pernah melakukan perilaku kekerasan pada ibu dan adik tiri klien dengan

memukulnya. Klien juga pernah memecahkan kaca dan barang yang ada di

rumahnya. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara Fakta dan

Teori, sehingga penulis mengangkat masalah keperawatan yang muncul adalah

Halusinasi Penglihatan.
70

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu

terhadap masalah atau proses kehidupan actual maupun potensial sebagai dasar

pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil perawat yang

bertanggung jawab (Rohmah, 2014).

Halusinasi Penglihatan di angkat sebagai prioritas masalah utama karena

dari pengkajian didapatkan data-data yang menunjukkan dari pasien halusinasi

penglihatan dan didapatkan data subjektif yaitu klien Tn S selalu hiperaktivitas

dan berbicara ngelantur, klien sering terlihat berbicara sendiri dengan pandangan

pada satu objek. Dan klien tampak sering mondar-mandir sambil bicara sendiri

kadang tertawa sendiri. Klien selalu menganggap bahwa dirinya memiliki doa-doa

khusus yang sangat ampuh mengusir sosok yang dilihatnya, dan klien jarang mau

berkumpul atau berinteraksi dengan orang yang baru dikenal karena klien

menganggap selalu ada seseorang yang berusaha menciderai dirinya. Data

obyektif dari hasil pengkajian berupa klien Keadaan umum Klien baik, dengan

hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 130/80 mmhg, Nadi

89x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 20x/m, setelah di lakukan penimbangan berat

badan di temukan Ukuran Berat badan Tn M 51 kg tinggi badan 158 Cm. Klien

terlihat sering melamun dan melihat pada satu objek tertentu dan sering berbicara

sendiri, kurang kooperatif, kontak mata kurang, aktivitas berlebih dan tidak

terkontrol, dan berbicara sering ngelantur. Pada pengkajian status mental

penampilan klien terlihat tidak rapi, klien berpakaian tidak rapi, terlihat kotor dan

tidak bau, klien tidak pernah menyisir rambut dan klien tidak pernah

memperhatikan penampilannya.
71

Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus tersebut yang

sesuai dengan teori adalah Halusinasi Penglihatan. Halusinasi Penglihatan

(Visual-seeing persons or things) merupakan terganggunya persepsi sensori

seseorang seperti Melihat seseorang yang sudah meninggal, bayangan, hantu atau

sesuatu yang menakutkan yang tidak nyata. (Yosep, 2016)

(Mukhripah Damaiyanti & Iskandar, 2012) Menjelaskan halusinasi adalah

salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori

persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,

perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

Melihat fenomena dan teori di atas dapat disimpulkan bahwa Tn. S

mengalami Halusinasi Penglihatan.

4.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah

mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam

diagnostic keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana

perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah secara efektif dan

efisien (Rohmah, 2014)

Rencana Keperawatan merupakan serangkaian tindakan dalam mencapai

tujuan khusus, perencanaan keperawatan meliputi tujuan umum, tujuan khusus,

kriteris evaluasi, dan intervensi.

Intervensi atau Strategi pelaksanaan yang dapat di lakukan untuk Tn S

sesuai dengan keadaan yang di alami oleh Tn S adalah :


72

SP 1 yaitu mengajarkan dan memberikan pendidikan kesehatan tentang

jenis-jenis obat yang dikonsumsi klien dan menjelaskan 5 benar obat agar klien

mengerti pentingnya minum obat secara teratur untuk kesembuhannya. Berikan

pemahaman kepada klien agar dapat mengetahui jenis-jenis obat dan kegunaan

obat yang setiap hari klien konsumsi.

SP 2 yaitu mengidentifikasi halusinasi yang dialaminya mulai dari jenis,

isi, waktu, frekuensi, situasi yang menimbulkan halusinasi dan respon terhadap

halusinasinya, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

untuk mencegah terjadinya halusinasi dan beri pujian yang realistik/nyata dan

hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negative.

SP 3 yaitu mengajarkan klien cara berbincang-bincang dengan orang lain

untuk mengalihkan saat halusinasi tersebut datang lagi.

SP 4 yaitu membantu klien untuk memilih kegiatan harian yang bisa

dilakukan dan membuatkan jadwal harian. Untuk tindakan tersebut, saudara dapat

Mendiskusikan dengan klien kegiatan apa yang ingin klien lakukan mulai dari

bangun tidur pada pagi hari sampai mau tidur pada malam hari, sehingga tidak ada

waktu untuk klien menyendiri atau melamun. Bantu pasien menyebutkannya dan

memberi penguatan terhadap kegiatan harian yang akan dilakukan, perlihatkan

respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan

mengidentifikasi halusinasi yang dialaminya mulai dari jenis, isi, waktu,

frekuensi, situasi yang menimbulkan halusinasi dan respon terhadap

halusinasinya, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,


73

mengajarkan klien cara berbincang-bincang dengan orang lain, membantu klien

untuk memilih kegiatan harian yang bisa dilakukan dan membuatkan jadwal

harian, mengajarkan dan memberikan pendidikan kesehatan tentang jenis-jenis

obat yang dikonsumsi klien dan menjelaskan 5 benar obat agar klien mengerti

pentingnya minum obat secara teratur untuk kesembuhannya.

SP 5 yaitu minta klien mempraktekan semua cara untuk mengontrol

halusinasi dan beri pujian jika klien klien berhasil melakukannya. Berikan

kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.

Pada Kasus Tn S. Pemulis melakukan strategi pelaksaan selama 10x24 jam

karena Halusinasi Penglihatan tidak dapat di atasi dalam waktu singkat dan perlu

penanganan terlebih dahulu dengan Tujuan dan Kriteria Hasil Tn S dapat

mengidentifikasi Halusinasi Penglihatan yang di alami mulai dari isi, waktu,

frekuensi, situasi yang menimbulkan halusinasi dan respon terhadap halusinasinya

dan Tn. S dapat mengatasi jika halusinasi datang dengan cara menghardik, Tn S

dapat berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengatasi halusinasinya, Tn S

dapat menetapkan/memilih kegiatan harian yang sesuai kemampuan, Tn S dapat

mengetahui jenis dan kegunaan obat yang dikonsumsinya dan dapat minum obat

secara teratur, dan Tn S dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang

sudah dilatih.

Melihat penjelasan mengenai intervensi yang akan dilakukan pada Tn S

pada intinya adalah dapat menceritakan tentang halusinasi yang dialaminya dan

dapat melakukan cara-cara untuk mengontrol halusinasinya. Hal ini bertujuan

untuk menyadarkan klien bahwa sesuatu yang di alaminya itu tidak benar dan

hanya sesuatu yang sebenarnya tidak ada.


74

4.2.4 Implementasi

Implementasi merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan

data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, 2014).

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 28 Agustus 2018 jam

10.00 yaitu memberikan salam sebelum interaksi, memperkenalkan nama dan

tujuan berkenalan, menanyakan nama klien, 10.20 mengidentifikasi halusinasi

klien mulai dari jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon klien terhadap

halusinasinya, 10.50 mengajarkan klien cara mengontrol halusinasinya dengan

cara menghardik, 11.05 meminta klien untuk memperagakan sendiri cara

menghardik yang sudah dipelajari, 11.30 membantu memasukkan cara

menghardik ke jadwal kegiatan klien, 10.35 membuat kontrak waktu untuk

kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S mau

menceritakan halusinasi yang sedang Tn. S alami dan dibutuhkan waktu selama 1

hari untuk mampu menceritakan tentang halusinasinya dan waktu 3 hari lagi untuk

Tn. S mampu melakukan cara menghardik secara mandiri.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 1 klien dapat mengenal tentang jenis halusinasinya dan dapat

melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 29 Agustus 2018 jam

09.00 yaitu memberikan salam sebelum interaksi, memperkenalkan nama

kembali, 09.20 mengevaluasi kegiatan kemarin dan meminta klien menyebutkan


75

apa yang sudah kita pelajari, 09.30 mengajarkan kembali cara mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik, 09.45 menjelaskan tujuan dari menghardik,

09.50 meminta klien untuk memperagakan sendiri cara menghardik yang sudah

dipelajari, membuat kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S mau

menceritakan halusinasi yang dideritanya dan mampu melakukan cara

menghardik secara mandiri, Tn. S membutuhkan waktu 2 hari lagi untuk mampu

melakukan cara menghardik secara mandiri.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 1 klien dapat mengenal tentang jenis halusinasinya dan dapat

melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Implemantasi yang dilakukan penulis pada tanggal 30 Agustus 2018 jam

09.00 yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.10 mengevaluasi kegiatan

kemarin dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09.25

mengajarkan kembali cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, 09.35

menjelaskan tujuan dari menghardik, 09.40 meminta klien untuk memperagakan

sendiri cara menghardik yang sudah dipelajari, 09.55 membuat kontrak waktu

untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S mau

menceritakan halusinasi yang dideritanya dan mampu melakukan cara

menghardik secara mandiri, Tn. S membutuhkan waktu 1 hari lagi untuk mampu

melakukan cara menghardik secara mandiri.


76

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 1 klien dapat mengenal tentang jenis halusinasinya dan dapat

melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 31 Agustus 2018 jam

09.00 yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.10 mengevaluasi kegiatan

kemarin dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09.25

mengajarkan kembali pada klien cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik, 09.35 menjelaskan tujuan dari menghardik, 09.40 meminta klien

untuk memperagakan sendiri cara menghardik yang sudah dipelajari dan beri

pujian, 09.55 membantu membuatkan jadwal kegiatan menghardik, membuat

kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S mau

menceritakan halusinasi yang dideritanya dan mampu melakukan cara

menghardik secara mandiri dan sudah mampu melakukan cara menghardik secara

mandiri.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 1 klien sudah dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan

cara menghardik secara mandiri.

Implemantasi yang dilakukan pada tanggal 01 September 2018 jam 09.00

yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.05 mengevaluasi kegiatan kemarin

dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09.30 meminta

klien untuk melakukan satu kegiatan yang dipilihnya, 10.00 menjelaskan tentang

obat dan memberikan pendidikan kesehatan tentang 5 benar minum obat yang

dikonsumsinya, 10.10 membantu klien untuk minum obat, 10.05 menjelaskan


77

manfaat dari minum obat, 10.15 meminta klien untuk menyebutkan kembali

tentang obat yang dikonsumsinya. Dan memberi pujian, 10.35 membuat kontrak

waktu untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S

dapat mengenal dan mengetahui jenis-jenis obat yang di konsumsinya dan agar

Tn. S mengerti pentingnya untuk minum obat, sehingga membutuhkan waktu 1

hari lagi untuk Tn. S mengenal jenis-jenis obat yang dikonsumsinya dan dapat

menjelaskan kembali.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 2 klien dapat sadar dan mau untuk minum obat secara mandiri tanpa

harus di ingatkan kembali.

Implemantasi yang dilakukan pada tanggal 02 September 2018 jam 09.00

yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.05 mengevaluasi kegiatan kemarin

dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09.15 meminta

klien untuk menjelaskan kembali obat yang dikonsumsinya, 09.25 menjelaskan

kembali tentang obat dan memberikan pendidikan kesehatan tentang 5 benar

minum obat yang dikonsumsinya, 09.45 membantu klien untuk minum obat ,

09.55 menjelaskan kembali manfaat dari minum obat, 10.10 meminta klien untuk

menyebutkan kembali tentang obat yang dikonsumsinya. Dan memberi pujian,

10.30 membantu memasukkan kegiatan minum obat kedalam jadwal kegiatan,

10.35 membuat kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S

dapat mengenal dan mengetahui jenis-jenis obat yang di konsumsinya dan agar
78

Tn. S mengerti pentingnya untuk minum obat dan sudah dapat mengenal jenis-

jenis obat yang dikonsumsinya dan dapat menjelaskan kembali.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 2 klien dapat sadar dan mau untuk minum obat secara mandiri tanpa

harus di ingatkan kembali.

Implemantasi yang dilakukan pada tanggal 03 September 2018 jam 09.00

yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.05 mengevaluasi kegiatan kemarin

dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09. 15 meminta

klien untuk memperagakan cara menghardik dan memberi pujian, 09.25

mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain, 09.40 menjelaskan manfaat dari bercakap-cakap dengan orang lain,

09.45 meminta klien untuk memperagakan sendiri cara bercakap-cakap sesuai

dengan apa yang sudah dipelajari. Dan memberi pujian, 10.05 membuat kontrak

waktu untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S mau

menceritakan halusinasi yang terjadi pada dirinya dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain untuk mencurahkan bagaimana perasaannya setelah halusinasi

yang terjadi, dan Tn. S membutuhkan waktu 1 hari saja untuk mampu melakukan

cara bercakap-cakap dengan orang lain.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 3 klien dapat mempraktekan sendiri bagaimana cara mengontrol

halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain secara mandiri.

Implemantasi yang dilakukan pada tanggal 04 September 2018 jam 09.00

yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.05 mengevaluasi kegiatan kemarin,


79

dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09.15 meminta

klien untuk memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Dan memberi

pujian, 09.30 mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan

kegiatan harian, 09.35 membantu klien memilih kegiatan harian sesuai

kemampuan klien, 09.50 menjelaskan manfaat dari melakukan kegiatan harian,

10.00 meminta klien untuk melakukan satu kegiatan yang dipilihnya. Dan

memberi pujian, 10.30 membantu memasukkan kegiatan kedalam jadwal

kegiatan, 10.35 membuat kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk agar Tn. S

dapat memilih dan mau melakukan kegiatan harian yang terjadwal, dan Tn. S

membutuhkan waktu 1 hari untuk mampu melakukan satu kegiatan harian yang

sudah Tn. S pilih.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 4 klien dapat melakukan kegiatan harian yang dipilih secara mandiri

mulai dari bangun tidur pada pagi hari sampai saat akan tidur pada malam hari

dengan tujuan supaya tidak ada waktu lagi untuk Tn. S menyendiri atau melamun.

Implemantasi yang dilakukan pada tanggal 05 September 2018 jam 09.00

yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.05 mengevaluasi kegiatan kemarin

dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09.15 meminta

klien untuk menjelaskan kembali obat yang dikonsumsinya, 09.30 mengevaluasi

semua kegiatan yang dilakukan klien dan mengevaluasi kemampuan klien dalam

mengontrol halusinasinya, 09.35 meminta klien untuk memperagakam cara

menghardik, 09.40 meminta klien untuk menunjukkan cara bercakap-cakap

dengan orang lain, 09.50 meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang sudah
80

klien pilih dan meminta untuk melakukannya, 10.00 meminta klien untuk

menjelaskan kembali tentang obat-obatan yang dikonsumsinya, dan memberikan

pujian, 10.10 membuat kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk mengevaluasi

kembali kemampuan Tn. S dalam mengontrol halusinasinya secara mandiri,

sehingga membutuhkan waktu 2 hari untuk Tn. S mampu melakukan semua cara-

cara mengontrol halusinasi secara mandiri.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 5 Tn. S dapat mengingat dan mau melakukan sendiri cara-cara

mengontrol halusinasi tersebut sehingga halusinasi Tn. S dapat teratasi.

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 06 September 2018 jam 09.00

yaitu memberikan salam sebelum interaksi, 09.05 mengevaluasi kegiatan kemarin

dan meminta klien menyebutkan apa yang sudah kita pelajari, 09.15 meminta

klien untuk menjelaskan kembali obat yang dikonsumsinya, 09.20 mengevaluasi

semua kegiatan yang dilakukan klien dan mengevaluasi kemampuan klien dalam

mengontrol halusinasinya, 09.25 meminta klien untuk memperagakam cara

menghardik, 09.35 meminta klien untuk menunjukkan cara bercakap-cakap

dengan orang lain, 09.45 meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang sudah

klien pilih, dan meminta untuk melakukannya, 10.10 meminta klien untuk

menjelaskan kembali tentang obat-obatan yang dikonsumsinya, dan memberikan

pujian.

Dari Implementasi yang dilakukan tujuannya adalah untuk mengevaluasi

kembali kemampuan Tn. S dalam mengontrol halusinasinya secara mandiri,


81

sehingga membutuhkan waktu 2 hari untuk Tn. S mampu melakukan semua cara-

cara mengontrol halusinasi secara mandiri.

Dari implementasi yang telah dilakukan di atas diharapkan setelah

dilakukan SP 5 Tn. S dapat mengingat dan mau melakukan sendiri cara-cara

mengontrol halusinasi tersebut sehingga halusinasi Tn. S dapat teratasi.

4.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan

dari keadaan klien (hasil yang di amati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, 2014)

Evaluasi dilakukan selama 10 hari, yaitu tanggal 28 Agustus 2018 sampai

06 September 2018 selama 10 kali kunjungan dan masalah halusinasi penglihatan

Tn. S dapat teratasi pada hari ke 10.

Evaluasi pada tanggal 28 Agustus 2018 pada pukul 15.30 Wib dengan data

subjektif data Subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian Klien mengatakan sering

melihat bayangan roh, jin dan iblis. Dan bayangan itu kadang-kadang sangat

menakutkan. Jika bayangan itu datang klien berdoa, karena klien memiliki doa

tersendiri untuk mengusir bayangan-bayangan tersebut. Penampilan klien terlihat

rapi, Klien berpakaian cukup rapi, baju terlihat sedikit kotor bekas makanan, klien

tidak bau, klien tidak pernah menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan

penampilannya. Dengan data Objektif Keadaan umum Klien baik, dengan hasil

pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 130/70 mmhg, Nadi 84x/m,

Suhu 36.3 C, dan Pernafasan 22x/m, setelah di lakukan penimbangan berat badan

di temukan Ukuran Berat badan Tn S 54 kg tinggi badan 158 Cm. klien terlihat
82

gelisah karena kedatangan orang baru dan selalu berfikir negatif dengan

kedatangan orang baru, klien kurang kooperatif, kontak mata kurang, klien

tampak bicara sendiri, klien belum mau memperagakan sendiri cara menghardik,

bicara klien ngelantur dan aktivitas klien tidak terkontrol.

Setelah dilakukan Strategi pelaksanaan berupa Mendiskusikan Halusinasi

yang di alaminya dan mengajarkan klien cara menghardik, halusinasi klien belum

teratasi sebagian karena klien sudah mau menceritakan halusinasinya tapi belum

mau untuk mempraktekan cara menghardik, maka di simpulkan bahwa penulis

harus mengulang strategi pelaksanaan yang pertama selama 3 hari.

Evaluasi pada tanggal 29 Agustus 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif data Subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian klien mengatakan

masih melihat bayangan roh, jin dan iblis. Penampilan klien terlihat cukup rapi,

Klien berpakaian cukup rapi, tidak kotor dan tidak bau, klien tidak pernah

menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan penampilannya. Dengan data

Objektif Keadaan umum Klien baik, dengan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital

Tekanan darah Tn S 130/80 mmhg, Nadi 84x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan

22x/m, setelah di lakukan penimbangan berat badan di temukan Ukuran Berat

badan Tn S 54 kg tinggi badan 158 Cm. Klien masih gelisah, klien kurang

kooperatif dan hiperaktivitas, kontak mata kurang, klien masih sering terlihat

berbicara sendiri, klien belum mau memperagakan sendiri cara menghardik dan

mengatakan tidak mau melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik karena menurut klien cara tersebut tidak mempan, bicara klien

ngelantur.
83

Setelah tetap dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mengajarkan klien

cara menghardik dan menyuruh klien untuk mempraktekannya sendiri, Maka

disimpulkan Halusinasi penglihatan klien belum teratasi. Dan penulis harus

mengulang strategi pelaksanaan yang pertama yaitu cara menghardik selama 2

hari.

Evaluasi pada tanggal 30 Agustus 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif data Subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian klien mengatakan

masih melihat bayangan roh, jin dan iblis, dan bayangan tersebut berupa wanita

besar, klien mengatakan melihatnya pada malam hari saat akan tidur. Penampilan

klien cukup rapi, Klien berpakaian cukup rapi, tidak kotor dan tidak bau, klien

tidak pernah menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan penampilannya.

Dengan data Objektif Keadaan umum Klien baik, kesadaran Composmentis

dengan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 120/80 mmhg,

Nadi 88x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 21x/m, setelah di lakukan penimbangan

berat badan di temukan Ukuran Berat badan Tn S 54 kg tinggi badan 158 Cm.

Klien tampak gelisah dan mondar-mandir, kurang kooperatif dan perilakunya

hiperaktivitas, kontak mata klien kurang, klien tampak berbicara sendiri tujuan

mata tertuju pada satu objek tertentu, klien mau memperhatikan cara menghardik

tapi belum mau untuk memperagakannya sendiri, bicara klien masih sering

ngelantur.

Setelah tetap dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mengajarkan kembali

klien cara menghardik dan menyuruh klien untuk mempraktekannya sendiri,

Maka disimpulkan Halusinasi penglihatan klien belum teratasi. Dan penulis harus

mengulang strategi pelaksanaan yang pertama yaitu cara menghardik.


84

Evaluasi pada tanggal 31 Agustus 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian klien mengatakan sudah jarang

melihat bayangan roh, jin dan iblis. Klien berpakaian cukup rapi, terlihat bersih

dan tidak bau, klien tidak pernah menyisir rambut dan klien jarang

memperhatikan penampilannya. Dengan data Objektif Keadaan umum Klien baik,

kesadaran Composmentis dengan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan

darah Tn S 130/70 mmhg, Nadi 85x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 22x/m,

setelah di lakukan penimbangan berat badan di temukan Ukuran Berat badan Tn S

54 kg tinggi badan 158 Cm. Klien tenang tapi masih kurang kooperatif, klien

berperilaku hiperaktivitas, kontak mata cukup, klien sudah jarang berbicara

sendiri, klien sudah mau memperagakan sendiri cara menghardik, bicara klien

kadang-kadang masih ngelantur.

Setelah tetap dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mengajarkan kembali

klien cara menghardik dan menyuruh klien untuk mempraktekannya sendiri,

Maka disimpulkan Halusinasi penglihatan klien teratasi. Dan penulis dapat

melanjutkan strategi pelaksanaan yang ke 2 yaitu dengan minum obat secara

teratur selama 2 hari.

Evaluasi pada tanggal 01 September 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian Klien mengatakan sosok tersebut

datang lagi pada saat klien akan tidur siang dan klien melihat sampai 2x dan

mengatakan ingin pulang kerumah. Penampilan klien terlihat cukup rapi, Klien

berpakaian cukup rapi, terlihat bersih dan tidak bau, klien tidak pernah menyisir

rambut dan klien jarang memperhatikan penampilannya. Dengan data Objektif

Keadaan umum Klien baik, kesadaran Composmentis dengan hasil pemeriksaan


85

Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 130/70 mmhg, Nadi 87x/m, Suhu 36.5 C,

dan Pernafasan 22x/m, setelah di lakukan penimbangan berat badan di temukan

Ukuran Berat badan Tn S 54 kg tinggi badan 158 Cm. Klien tampak bingung dan

tampak bicara sendiri, tatapan klien curiga, klien belum memahami tentang obat,

klien belum bisa menjelaskan kembali tentang obat yang dikonsumsinya.

Setelah dilakukan dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mengajatkan

minum obat secara teratur dan memberikan pemahaman tentang hal penting

minum obat yaitu 5 benar obat. Maka halusinasi klien belum teratasi, maka di

simpulkan bahwa penulis harus mengulang kembali strategi pelaksanaan ke 4

yaitu minum obat secara teratur selama 1 hari.

Evaluasi pada tanggal 02 September 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian Klien mengatakan sosok tersebut

sudah tidak datang lagi, dan klien bisa tidur nyenyak tadi malam. Penampilan klien

terlihat cukup rapi, Klien berpakaian cukup rapi, terlihat bersih dan tidak bau,

klien tidak pernah menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan

penampilannya. Dengan data Objektif Keadaan umum Klien baik, kesadaran

Composmentis dengan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S

140/70 mmhg, Nadi 88x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 22x/m, setelah di

lakukan penimbangan berat badan di temukan Ukuran Berat badan Tn S 54 kg

tinggi badan 158 Cm. Klien tampak lebih tenang, klien sudah jarang bicara

sendiri, kontak mata cukup, klien hiperaktivitas, klien mengatakan sudah

memahami tentang obat, klien bisa menjelaskan kembali tentang obat yang

dikonsumsinya dan tau pentingnya minum obat secara teratur dan dampaknya jika

berhenti minum obat.


86

Setelah dilakukan dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mengajarkan

minum obat secara teratur dan memberikan pemahaman tentang hal penting

minum obat yaitu 5 benar obat. Maka halusinasi klien sudah teratasi, maka di

simpulkan bahwa penulis dapat melanjutkan strategi pelaksanaan yang ke 3

selama 1 hari.

Evaluasi pada tanggal 03 September 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian Klien mengatakan melihat sosok

wanita besar berdiri didepannya tapi tidak mengatakan apa-apa. Penampilan klien

terlihat cukup rapi, Klien berpakaian cukup rapi, terlihat bersih dan tidak bau,

klien tidak pernah menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan

penampilannya. Dengan data Objektif Keadaan umum Klien baik, kesadaran

Composmentis dengan hasil pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S

130/70 mmhg, Nadi 88x/m, Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 22x/m, setelah di

lakukan penimbangan berat badan di temukan Ukuran Berat badan Tn S 54 kg

tinggi badan 158 Cm. Klien lebih tenang, masih kurang kooperatif dan perilaku

klien hiperaktivitas, kontak mata cukup, sudah tidak berbicara sendiri, klien

mengajak bicara perawat saat melihat ada sosok wanita sedang berdiri

didepannya, interaksi klien labil, bicara klien kadang-kadang ngelantur.

Setelah dilakukan Strategi pelaksanaan berupa Mengajarkan klien cara

bercakap-cakap dengan orang lain, maka halusinasi klien sudah teratasi, maka di

simpulkan bahwa penulis dapat melanjutkan strategi pelaksanaan yang ke 3 yaitu

melakukan kegiatan harian yang terjadwal selama 1 hari.

Evaluasi pada tanggal 04 September 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian Klien mengatakan bayangan tersebut
87

sudah mulai berkurang. Penampilan klien terlihat cukup rapi, Klien berpakaian

cukup rapi, terlihat bersih dan tidak bau, klien tidak pernah menyisir rambut dan

klien jarang memperhatikan penampilannya. Dengan data Objektif Keadaan

umum Klien baik, kesadaran Composmentis dengan hasil pemeriksaan Tanda-

tanda vital Tekanan darah Tn S 130/70 mmhg, Nadi 87x/m, Suhu 36.5 C, dan

Pernafasan 22x/m, setelah di lakukan penimbangan berat badan di temukan

Ukuran Berat badan Tn S 54 kg tinggi badan 158 Cm. Klien tetap tenang, dan

cukup kooperatif, perilaku klien masih hiperaktivitas, kontak mata cukup, klien

dapat mencuci piringnya sendiri setelah makan siang, bicara klien kadang-kadang

ngelantur.

Setelah dilakukan dilakukan Strategi pelaksanaan berupa Melatih klien

untuk melakukan kegiatan harian yaitu mencuci piring sendiri setelah makan.

Maka halusinasi klien sudah teratasi, maka di simpulkan bahwa penulis dapat

melanjutkan strategi pelaksanaan yang ke 5 yaitu mengevaluasi semua

kemampuan Tn. S untuk mengontrol halusinasinya.

Evaluasi pada tanggal 05 September 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian Klien mengatakan sudah tidak melihat

sosok tersebut mulai dari kemarin malam. Penampilan klien terlihat cukup rapi, Klien

berpakaian cukup rapi, terlihat bersih dan tidak bau, klien tidak pernah menyisir

rambut dan klien jarang memperhatikan penampilannya. Dengan data Objektif

Keadaan umum Klien baik, kesadaran Composmentis dengan hasil pemeriksaan

Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 130/80 mmhg, Nadi 90x/m, Suhu 36.5 C,

dan Pernafasan 22x/m, setelah di lakukan penimbangan berat badan di temukan

Ukuran Berat badan Tn S 54 kg tinggi badan 158 Cm. Klien tenang, tidak bicara
88

sendiri, kontak mata cukup, perilaku klien dapat terkontrol, klien sudah

memahami dan dapat menjelaskan kembali tentang 4 cara mengontrol

halusinasinya, tetapi masih perlu dibantu untuk menjalankan 4 cara mengontrol

halusinasi.

Setelah dilakukan dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mempraktekan

kembali dan menilai kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi sesuai

dengan cara yang telah diajarkan dan menilai apakah halusinasi sudah dapat

terkontrol. Maka halusinasi klien teratasi sebagian, maka di simpulkan bahwa

penulis harus mengulang strategi pelaksanaan ke 5 selama 1 hari.

Evaluasi pada tanggal 06 September 2018 pada pukul 15.30 WIB dengan

data subjektif yaitu Tn S Pada saat pengkajian Klien mengatakan sudah tidak melihat

sosok tersebut dan merasa tenang dan merasa perasaannya senang.. Penampilan klien

terlihat rapi, Klien berpakaian rapi, terlihat bersih dan tidak bau, klien tidak

pernah menyisir rambut dan klien jarang memperhatikan penampilannya. Dengan

data Objektif Keadaan umum Klien baik, kesadaran Composmentis dengan hasil

pemeriksaan Tanda-tanda vital Tekanan darah Tn S 130/80 mmhg, Nadi 89x/m,

Suhu 36.5 C, dan Pernafasan 22x/m, setelah di lakukan penimbangan berat badan

di temukan Ukuran Berat badan Tn S 54 kg tinggi badan 158 Cm. Klien tenang

dan raut wajah terlihat senang, klien sudah tidak bicara sendiri, kontak mata

cukup, aktivitas klien dapat terkontrol, klien sudah memahami tentang 4 cara

mengontrol halusinasi dan dapat menjelaskan kembali, klien dapat melakukan

cara mengontrol halusinasi dengan mandiri.

Setelah dilakukan dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mempraktekan

kembali dan menilai kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi sesuai


89

dengan cara yang telah diajarkan dan menilai apakah halusinasi sudah dapat

terkontrol selama 1 hari.

Dan dari evaluasi diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi klien sudah

teratasi, maka di simpulkan bahwa penulis dapat menghentikan strategi

pelaksanaan dimana klien sudah dapat melakukan cara-cara mengontrol

halusinasinya secara mandiri dan mengatakan sudah tidak melihat sosok yang

biasa klien lihat, dan klien sudah menyadari bahwa sosok tersebut tidak nyata.
90

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut berdasarkan tujuan khusus, yaitu :

5.1.1 Pengkajian

Dalam pengkajian di temukan hasil data Subjektif yaitu Tn S Pada saat

pengkajian klien selalu hiperaktivitas dan berbicara ngelantur, klien sering terlihat

berbicara sendiri dengan pandangan pada satu objek. Dan klien tampak sering

mondar-mandir sambil bicara sendiri. Klien selalu menganggap bahwa dirinya

memiliki doa-doa khusus yang sangat ampuh mengusir sosok yang dilihatnya, dan

klien jarang mau berkumpul atau berinteraksi dengan orang yang baru dikenal

karena klien menganggap selalu ada seseorang yang berusaha menciderai dirinya.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Peneliti dalam studi kasus ini mengangangkat Diagnosa keperawatan

Halusinasi Penglihatan dimana Halusinasi Penglihatan : Halusinasi Penglihatan

adalah keadaan dimana melihat seseorang yang sudah meninggal, bayangan, hantu

atau sesuatu yang menakutkan yang sebenarnya tidak ada. (Yosep, 2016).

5.1.3 Intervensi

Dari masalah keperawatan yang muncul intervensi/ strategi pelaksanaan yang

dapat penulis lakukan diantanya adalah : mengidentifikasi halusinasi yang

dialaminya mulai dari jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang menimbulkan

halusinasi dan respon terhadap halusinasinya, mengajarkan cara mengontrol

90
91

halusinasi dengan cara menghardik untuk mencegah terjadinya halusinasi,

mengajarkan cara bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi itu datang,

dan membantu klien memilih kegiatan harian sesuai dengan kemampuan klien,

menjelaskan tentang jenis dan kegunaan obat-obatan yang dikonsumsi serta

memberitahu cara meminum obat, mempraktekan dan menilai kemampuan klien

dalam mengontrol halusinasi sesuai dengan cara yang telah diajarkan.

5.1.4 Implementasi

Implementasi yang telah dilakukan dalam penelitian ini mengidentifikasi

halusinasi yang dialaminya mulai dari jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang

menimbulkan halusinasi dan respon terhadap halusinasinya, mengajarkan cara

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, mengajarkan klien cara

berbincang-bincang dengan orang lain, membantu klien untuk memilih kegiatan

harian yang bisa dilakukan dan membuatkan jadwal harian, melaksanakan salah

satu kegiatan yang sudah klien pilih, mengajarkan dan memberikan pendidikan

kesehatan tentang jenis-jenis obat yang dikonsumsi klien dan menjelaskan 5 benar

obat agar klien mengerti pentingnya minum obat secara teratur untuk

kesembuhannya. Meminta klien untuk mempraktekan kembali semua cara untuk

mengontrol halusinasi dan memberi pujian jika klien klien berhasil melakukannya.

memberikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah melaksanaan

kegiatan cara mengontrol halusinasinya.


92

5.1.5 Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama 10 hari, yaitu tanggal 28 Agustus 2018 sampai

06 September 2018 dengan metode KAP.

Setelah dilakukan Strategi pelaksanaan berupa mengidentifikasi halusinasi,

mengajarkan cara menghardik, mengajarkan cara bercakap-cakap dengan orang

lain, melakukan kegiatan harian yang terjadwal, mengajarkan dan menjelaskan

cara minum obat secara teratur maka di simpulkan bahwa penulis dapat

mengulangi semua kegiatan yang sudah di lakukan secara mandiri oleh klien.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Perawat

Saran untuk perawat ruangan agar lebih care kepada klien dan lebih

meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan dalam melakukan pemberian asuhan

keperawatan jiwa seperti pada klien Skizofrenia Paranoid khususnya dengan

masalah Halusinasi Penglihatan sehingga masalah klien dapat segera teratasi.

5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan bagi rumah sakit RSUD dr. H Koesnadi Bondowoso

khususnya Ruang Seroja untuk lebih memperhatikan keamanan ruangan untuk

meminimalisir terjadinya pasien kabur, karena sering terjadinya masalah pasien

kabur karena loncat pagar.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Saran untuk peneliti selanjutnya terkait pemberian asuhan keperawatan

jiwa pada klien Skizofrenia Paranoid diharapakan memberikan asuhan

keperawatan dengan lebih mengkaji keluhan dan kondisi klien agar tepat dalam
93

menentukan intervensi yang akan diberikan dan dapat menentukan diagnosa

keperawatan prioritas dengan tepat misalkan Halusinasi Penglihatan.


94

Daftar Pustaka
Creswell. 20014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Pustaka Belajar.
Data Rekam Medik. 2017. RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso tentang Klien
Skizofrenia Paranoid. Tidak dipublikasikan.
Hawari. Danang. 2007. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Gaya Baru Jakarta
Kelliat. Program Studi Nesr Spesialis Keperawatan Jiwa. 2014. Standart Asuhan
Keperawatan. (Tidak Dipublikasikan). Agustus 2014.
Marillyin. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri edisi 3. Perpustakaan
Nasional : Katalog dalam terbitan. EGC.
Muslim, Rusdi . 2013 . Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
dan DSM -5. PT Nuh Jaya – Jakarta.
Novitayanti, Sri. 2016 . Karakteristik Pasien Skizofrenia Dengan Riwayat
Rehospitalisasi. Vol.VII No.2. Idea Nursing Journal. Aceh.
Nur, Afifah. 2015 . Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Sensori Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Pasien
Halusinasi. Jurnal Keperawatan. Vol. 6 No. 1. Maret : 44-55. Semarang.

Program Studi D III Keperawatan Universitas Bondowoso. 2018. BUKU


PANDUAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (STUDI KASUS)
TAHUN AKADEMIK 2017/2018. BONDOWOSO. Tidak dipublikasikan
Ruswanti. 2017. Upaya Menurunkan Kekambuhan Pada Klien Halusinasi
Menggunakan Antipsikotik. Dilihat pada 16 April 2018.

Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Perpustakaan Nasional : Katalog


dalam terbitan. EGC.
Wahyu. 2009. Asuhan Keperawatan. Terapi Modalitas dan Standart Operating
Prosedur (SOP). Mitra Cendekia Offset.
Willy. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Pusat penerbit dan percetakan (AUP).
Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan.
Yosep. 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing.
Pt Refika Aditama.
Zahnia, Siti & Dyah Wulan Sumekar . 2016 . Kajian Epidemiologis Skizofrenia.
Volume 5 Nomor 4. Lampung.
Djohan. 2006. Terapi Menonton TV :Teori dan Aplikasi. Yogyakarta

:Galangpress.

Rohmah & Walid. 2014. Proses Keperawatan. Yogyakarta : Ar – Ruzz Media


95

Lampiran 1 Informed Concent


96

Lampiran 2

PENGKAJIAN KEPERAWATAN (SINGLE DIAGNOSA)

KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : ……………….. tanggal dirawat : …………….
Umur : ……………….. tanggal pengkajian : …………
Alamat : ……………….. ruang rawat : ………………...
Pekerjaan : ………………..
Jenis kel. : ………………..
No. RM : ………………..

II. Alasan masuk


a. Data Primer :
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
b. Data sekunder :
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….

III. Faktor presipitasi dan Riwayat Penyakit Sekarang


……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
……………………………………………………………….

IV. Faktor predisposisi / Riwayat Penyakit Dahulu


1. Pernah mengalami gangguan jiwa?
 Ya
 Tidak
Jika ya,jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
………………………………………………………
97

………………………………………………………
2. Faktor penyebab/pendukung :
 RIWAYAT TRAUMA
Trauma Usia pelaku Korban Saksi

1. Aniaya
fisik
2. Aniaya
seksual
3. Penolakan

4. Kekerasan
dalam
keluarga
5. Tindakan
kriminal
Tabel 1. Contoh riwayat trauma.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
 Ada
 Tidak
Jika ada : ……………………………..
Hubungan keluarga : ……………………………..
Gejala : ……………………………..
Riwayat pengobatan : ……………………………..
Diagnosa Keperawatan : ……………………………..

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit).


1. Genogram
98

Jelaskan :
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
Diagnosa Keperawatan :
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
b. identitas :
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
c. peran :
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
d. ideal diri :
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
e. harga diri :
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
Diagnosa Keperawatan :
99

3. Hubungan Sosial.
a. Orang yang berarti/terdekat.
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan
social.
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………..
Diagnosa Keperawatan :
4. Spiritual
a. Agama
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :

VI. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
2. Kesadaran (kuantitas)
100

………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
3. Tanda vital :
TD : …………… mmHg
N : ……………. x/menit
S : …………….. Cº
P : …………….. x/menit
4. Ukur :
BB : ……………. Kg
TB : ……………. Cm.
5. Keluhan Fisik
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagmosa Keperawatan :

VII. Status Mental


1. Penampilan (penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Jelaskan :

………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :
2. Pembicaraan
Jelaskan :

………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
101

Kelambatan :
 Hipokinesia/Psikomotor
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea

Jelaskan :

………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Peningkatan :

 Hiperkinesia
 Stereotipi
 Gaduh gelisah katatonik
 Mannerism
 Katapleksi
 Tik
 Ekhopraxia
 Command automatism
 Grimace
 5Otomatisma
 Negativisme
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :
4. Mood dan Afek
 Mood
 Depresi
 Ketakutan
 Euphoria
102

 Khawatir
 Anhedonia
 Kesepian
 Lain-lain
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
b. Afek
 Sesuai
 Tumpul/dangkal/datar
 Tidak sesuai
 Labil
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :
5. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :

6. Persepsi Sensorik
103

a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir :
 Koheren
 Sirkumtansial
 Tangensial
 Blocking
 Logorhoe
 Clang assoclation
 Afasia
 Inkoheren
 Asosiai longgar
 Main kata-kata
 Lain-lain…
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
b. Isi Pikir
104

 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 Pikiran bunuh diri
 Preokupasi
 Pikiran isolasisosial
 Ide yang terkait
 Pikiran rendah diri
 Pesimisme
 Pikiran magis
 Pikiran curiga
 Fobia,sebutkan……………….
 Waham :
 Agama
 Somatic
 Kebesaran
 Kejar/curiga
 Nihilistik
 Dosa
 Sisip piker
 Kontrol piker
Jelaskan :
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
c. Bentuk Pikir :
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan :
105

………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
………………………………………………………………….
Diagnosa Keperawatan :
8. Kesadaran :
 Orientasi (waktu,tempat,orang)
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
 Meninggi
 Menurun
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( >1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (10 detik-15 menit)
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


106

a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
b. Berhitung
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :
11. Kemampuan Penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :
12. Daya Titik Diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
107

VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

 Perawatan kesehatan,
 Transportasi,
 Tempat tinggal,
 Keuangan dan kebutuhan lainnya.

Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
2. Kegiatan hidup sehari-hari

a. Perawatan Diri

1) Mandi
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
2) Berpakaian,berhias dan berdandan
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
3) Makan
Jelaskan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
4) Toileting (BAK,BAB)
Jelaskan :
……………………………………………………………
108

……………………………………………………………
……………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari.
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Bagaimana nafsu makannya
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Bagaimana berat badannya
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : ………….. s/d ………….
Tidur malam, lama : ………… s/d ………….
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : ………….. , ………….

Jelaskan :

……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
2) Gangguan Tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain-lain

Jelaskan :

……………………………………………………………
109

……………………………………………………………
……………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :
3) Kemampuan lain-lain :
 Mengantisipasi kebutuhan hidup

………………………………………………………
………………………………………………………

 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,

………………………………………………………
………………………………………………………

 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan


kesehatannya sendiri.
………………………………………………………
………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :
4) Sistem pendukung ya tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
………………………………………………………
………………………………………………………
………………………………………………………
Diagnosa keperawatan :

IX. Mekanisme Koping


Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
110

……………………………………………………………………
Diagnosa keperawatan :

X. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


 Masalah dengan dukungan kelompok
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
111

…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :

XI. Aspek Pengetahuan


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang
penyakit/gangguan jiwa, perawatan dan penatalaksanaannya faktor
yang memperberat masalah (presipitasi), obat-obatan atau lainnya.
Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan
spesifiknya masalah tersebut.
112

 Penyakit/gangguan jiwa
 System pendukung
 Faktor presipitasi
 Penatalaksanaan
 Lain-lain, jelaskan
Jelaskan :
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Diagnosa Keperawatan :

XII. Aspek Medis


1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : ……………………………………………………....
Axis II : ………………………………………………………
Axis III : ……………………………………………………...
Axis IV : ……………………………………………………...
Axis V : ………………………………………………………
2. Terapi Medis
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
113

XIII. Analisa Data


No Data Diagnosa keperawatan

1. Ds :
…………………………….
…………………………….
Do :
…………………………….
…………………………….
2. Ds :
…………………………….
…………………………….
Do :
…………………………….
…………………………….
3. Ds :
…………………………….
…………………………….
Do :
…………………………….
…………………………….

XIV. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. …………………………………
2. …………………………………
3. …………………………………
4. …………………………………
5. …………………………………
6. Dst
114

XV. Pohon Masalah

XVI. Prioritas diagnosa keperawatan


1. …………………………………
2. …………………………………
3. …………………………………
4. …………………………………

Tempat.tanggal/bulan/tahun

Perawat yang mengkaji

………………………………

NIM/NIRM : ……………
115
116
119

Lampiran 3 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan pertama
Hari : Selasa Tanggal : 28 Agustus 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sering melihat sosok roh, jin dan iblis. Dan sosok

itu kadang-kadang sangat menakutkan. Jika bayangan itu datang klien

berdoa, karena klien memiliki doa tersendiri untuk mengusir sosok-sosok

tersebut.

DO : Klien tampak gelisah, tidak kooperatif dan kontak mata kurang.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

2) Tujuan Khusus

a. Klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus

dan perasaan.

b. Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasinya

dengan menghardik.

4. Tindakan Keperawatan

a. Evaluasi klien dalam mengenal halusinasi

 Isi
120

 Waktu

 Frekuensi

 Situasi

 Respon terhadap/terjadinya halusinasi

b. Ajarkan dan latih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, pak

perkenalkan nama saya kadek rega dwi santini saya mahasiswi dari

akper bondowoso pak. Disini saya hanya ingin berkenalan sama

bapak dan sedikit ingin bertanya-tanya sama bapak. Ayo tadi nama

saya siapa pak? Iya betul sekali pak nama saya kadek rega panggil

saja kadek ya pak.”

“bagaimana persaan bapak hari ini pak? Ohya tadi pagi pak

suryanto bangun jam berapa? Sudah sarapan belum pak? Wah

baguss…apa pak firman sudah mandi?

2) Evaluasi/Validasi

“pak suryanto masih ingat kan tadi kita sudah janjian setelah

makan siang? Sekarang kita akan berbincang-bincang pak. Tau

nggak tentang apa? Sekaran ini kita bercakap-cakap tentang sosok-


121

sosok yang pak suryanto lihat dan cara mengontrolnya dengan

menghardik.

3) Kontrak

Topik : kita mulai ya pak bercakap-cakap tentang sosok-sosok

yang pak suryanto lihat dan cara mengontrolnya dengan

menghardik.

Waktu : pak suryanto ingat kan tadi kita mau bicara dimana dan

berapa lama? Iya kurang lebih 15 menit ya pak.

Tempat : hari ini kita akan berbincang-bincang di halaman

depan kamar bapak ini ya.

b. FASE KERJA

“apakah pak suryanto melihat bayangan tanpa ada wujudnya? Apa yang

dikatakan sosok itu?”

“apakah terus menerus terlihat atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling

sering pak suryanto lihat sosok itu? Berapa kali sehari pak suryanto alami?

Pada keadaan apa sosok itu terlihat? Apakah jika sedang sendiri?”

“apa yang pak suryanto rasakan pada saat melihat sosok itu?”

“apa yang pak suryanto lakukan saat melihat sosok tersebut? Apakah

dengan cara tersebut sosok itu bisa hilang? Baik kalau begitu, bagaimana

kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah sosok-sosok itu muncul?”

“begini pak, untuk mencegah sosok-sosok bapak muncul itu 4 cara pak.

Yaitu yang pertama dengan cara menghardik sosok tersebut. Kedua


122

dengan cara bercakap-cakap atau ngobrol dengan orang lain, ketiga

melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang keempat yaitu dengan

cara minum obat yang teratur.”

“bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu ya pak yaitu menghardik”

“caranya seperti ini pak, jika sosok itu muncul, langsung pak suryanto

tutup mata dan katakan (pergi,pergi,pergi saya tidak mau lihat kamu.

Kamu sosok palsu) begitu diulang-ulang sampai sosok itu tak terlihat lagi

ya pak. Coba pak suryanto peragakan. Iya bagus sekali…

“jadi ada 4 cara ya pak untuk mengontrol halusinasi bapak. Dan hari ini

kita belajar mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ya pak..”

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?”

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto ulangi lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara

yang pertama yaitu menghardik."

2. Rencana tindak lanjut

“kalau sosok-sosok itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut ya pak!

Terus berlatih ya pak walaupun saya sedang tidak ada. Bagaimana kalau

kita buat jadwal latihannya pak. Bapak suryanto mau latihannya jam

berapa saja?”
123

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “baiklah pak suryanto besok saya akan kesini lagi dan kita akan

coba lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ya

pak,karena tadi pak suryanto masih kurang paham cara dan masih belum

mau melakukannya sendiri ya pak.”

Waktu : “pak suryanto besok mau kita latihan menghardik lagi jam

berapa? Bagaimana jika setelah makan siang lagi seperti sekarang?

Waktunya hanya 15 menit saja kok pak.

Tempat : tempatnya mau dimana pak? Tetap disini atau ditempat

lain pak? Oh tetap disini ya pak besok kita latihannya.”

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat siang.”


124

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan kedua
Hari : Rabu Tanggal : 29 Agustus 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan masih melihat sosok roh, jin dan iblis.

DO : Klien tampak gelisah, tidak kooperatif dan kontak mata kurang, dan

klien terlihat hiperaktivitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan umum

Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

2) Tujuan khusus

a. Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasinya

dengan menghardik.

4. Tindakan Keperawatan

c. Ajarkan dan latih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN
125

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Hayoo nama saya siapa pak? Ya betul sekali pak,

nama saya kadek pak.”

“bagaimana persaan bapak hari ini pak? Ohya tadi pagi pak

suryanto bangun jam berapa? Sudah sarapan belum pak? Wah

baguss…apa pak suryanto sudah mandi?

2) Evaluasi/Validasi

“pak suryanto masih ingat kan kemarin kita sudah janjian setelah

makan siang? Sekarang kita akan berlatih kembali cara mengontrol

halusinasi bapak dengam cara yang pertama yaitu dengan cara

menghardik pak.

3) Kontrak

Topik : kita mulai ya pak kita belajar kembali cara mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik.

Waktu : pak suryanto ingat kan kemarin kita mau bicara dimana

dan berapa lama? Iya kurang lebih 15 menit ya pak setelah makan

siang ya pak sama seperti kemarin.

Tempat : hari ini kita akan belajar di halaman depan kamar

bapak ini ya.


126

b. FASE KERJA

“kemarin kita sudah membuatkan jadwal untuk bapak kapan saja bapak

akan melakukan cara menghardik, apa sudah dilakukan pak? Ohh belum

bisa ya pak. Baik kita pelajari kembali ya pak.”

“masih ingat gak pak caranya menghardik seperti yang kita pelajari

kemarin? Oh lupa ya pak. Baik saya ulangi lagi ya pak caranya nanti pak

suryanto peragakan kembali ya pak.”

“caranya seperti ini pak, jika sosok itu muncul, langsung pak suryanto

tutup mata dan katakan (pergi,pergi,pergi saya tidak mau lihat kamu.

Kamu sosok palsu) begitu diulang-ulang sampai sosok itu tak terlihat lagi

ya pak. Coba pak suryanto peragakan. Iya bagus sekali…

“jadi ada 4 cara ya pak untuk mengontrol halusinasi bapak yaitu dengan

cara menghardik, berbincang-bincang dengan orang lain, melakukan

kegiatan yang terjadwal dan yang terakhir minum obat secara teratur. Dan

hari ini kita mengulangi kembali belajar tentang mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik ya pak..”

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?”

Evaluasi obyektif (Perawat)


127

“coba pak suryanto ulangi lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara

yang pertama yaitu menghardik."

2. Rencana tindak lanjut

“kalau sosok-sosok itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut ya pak!

Terus berlatih ya pak walaupun saya sedang tidak ada. Dan lakukan sesuai

jadwal yang sudah kita buat kemarin ya pak.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “baiklah pak suryanto besok saya akan kesini lagi dan kita akan

coba mengulang sekali lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik ya pak,karena kemarin pak suryanto belum bisa

melakukannya, masih kurang paham cara menghardik dan masih belum

mau melakukannya sendiri ya pak.”

Waktu : “pak suryanto besok mau kita latihan menghardik lagi jam

berapa? Bagaimana jika setelah makan siang lagi seperti sekarang?

Waktunya hanya 15 menit saja kok pak.

Tempat : tempatnya mau dimana pak? Tetap disini atau ditempat

lain pak? Oh di kamar bapak ya.

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat siang.”


128

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan ketiga
Hari : Kamis Tanggal : 30 Agustus 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan masih melihat sosok roh, jin dan iblis.

DO : Klien tampak gelisah, tidak kooperatif dan kontak mata cukup, dan

klien terlihat hiperaktivitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan umum

Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

2) Tujuan khusus

a. Evaluasi Kemampuan klien memperagakan cara mengontrol

halusinasinya dengan menghardik.

4. Tindakan Keperawatan

a. Ajarkan dan latih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN
129

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Hayoo nama saya siapa pak? Ya betul sekali pak,

nama saya kadek pak.”

“bagaimana persaan bapak hari ini pak? Ohya tadi pagi pak

suryanto bangun jam berapa? Sudah sarapan belum pak? Wah

baguss…apa pak suryanto sudah mandi?

2) Evaluasi/Validasi

“pak suryanto masih ingat kan kemarin kita sudah janjian setelah

makan siang? Sekarang kita akan berlatih kembali cara mengontrol

halusinasi bapak dengam cara yang pertama yaitu dengan cara

menghardik pak. Karena kemarin bapak masih belum melakukan

cara menghardik sesuai jadwal yang sudah kita buat ya pak.”

3) Kontrak

Topik : kita mulai ya pak kita belajar kembali cara mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik.

Waktu : pak suryanto ingat kan kemarin kita mau bicara dimana

dan berapa lama? Iya kurang lebih 15 menit ya pak setelah makan

siang ya pak sama seperti kemarin.

Tempat : hari ini kita akan belajar di kamar bapak sesuai

keinginan bapak kemarin ya pak..


130

b. FASE KERJA

“kemarin saya sudah menganjurkan bapak untuk melakukan cara

menghardik sesuai jadwal yang sudah dibuat, apa sudah dilakukan

pak? Ohh belum bisa ya pak. Baik kita pelajari kembali ya pak.”

“masih ingat gak pak caranya menghardik seperti yang kita pelajari

kemarin? Oh lupa ya pak. Baik saya ulangi lagi ya pak caranya nanti

pak suryanto peragakan kembali ya pak.”

“caranya seperti ini pak, tolong diperhartikan ya pak caranya. jika

sosok itu muncul, langsung pak suryanto tutup mata dan katakan

(pergi,pergi,pergi saya tidak mau lihat kamu. Kamu sosok palsu)

begitu diulang-ulang sampai sosok itu tak terlihat lagi ya pak. Coba

pak suryanto peragakan. Iya bagus sekali…

“jadi ada 4 cara ya pak untuk mengontrol halusinasi bapak yaitu

dengan cara menghardik, berbincang-bincang dengan orang lain,

melakukan kegiatan yang terjadwal dan yang terakhir minum obat

secara teratur. Dan hari ini kita mengulangi kembali belajar tentang

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ya pak...

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?”

Evaluasi obyektif (Perawat)


131

“coba pak suryanto ulangi lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara

yang pertama yaitu menghardik."

2. Rencana tindak lanjut

“kalau sosok-sosok itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut ya pak!

Terus berlatih ya pak walaupun saya sedang tidak ada. Dan lakukan sesuai

jadwal yang sudah kita buat kemarin ya pak.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “baiklah pak suryanto besok saya akan kesini lagi dan kita akan

coba mengulang sekali lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik ya pak,karena kemarin pak suryanto belum bisa

melakukannya, masih kurang paham cara menghardik dan masih belum

mau melakukannya sendiri ya pak.”

Waktu : “pak suryanto besok mau kita latihan menghardik lagi jam

berapa? Bagaimana jika setelah makan siang lagi seperti sekarang? Oh

habis mandi pagi ya pak? Waktunya hanya 15 menit saja ya pak.”

Tempat : tempatnya mau dimana pak? Tetap disini atau ditempat

lain pak? Oh di tempat duduk halaman depan ya pak.”

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat siang.”


132

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan keempat
Hari : Jumat Tanggal : 31 Agustus 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sudah jarang melihat sosok roh, jin dan iblis.

DO: Klien tidak gelisah, kurang kooperatif dan kontak mata cukup, dan

klien terlihat masih hiperaktivitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

2) Tujuan Khusus

a. Evaluasi Kemampuan klien memperagakan dan melakukan sendiri

cara mengontrol halusinasinya dengan menghardik.

4. Tindakan Keperawatan

b. Ajarkan dan latih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik
133

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Hayoo nama saya siapa pak? Ya betul sekali pak,

nama saya kadek pak.”

“bagaimana persaan bapak hari ini pak? Ohya tadi pagi pak

suryanto bangun jam berapa? Sudah sarapan belum pak? Wah

baguss…apa pak suryanto sudah mandi?

2) Evaluasi/Validasi

“pak suryanto masih ingat kan kemarin kita sudah janjian setelah

bapak mandi pagi kita ketemu disini ya pak? Sekarang kita akan

berlatih kembali cara mengontrol halusinasi bapak dengam cara

yang pertama yaitu dengan cara menghardik pak. Karena kemarin

bapak masih belum mau melakukan cara menghardik sesuai jadwal

yang sudah kita buat ya pak.”

3) Kontrak

Topik : kita mulai ya pak kita belajar kembali cara mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik tolong diperhatikan supaya pak

suryanto dapat melakukannya sendiri.

Waktu : pak suryanto ingat kan kemarin kita mau bicara dimana

dan berapa lama? Iya kurang lebih 15 menit ya pak setelah makan

siang ya pak sama seperti kemarin.


134

Tempat : hari ini kita akan belajar di tempat duduk halaman

depan ya pak sesuai keinginan bapak kemarin ya pak..

b. FASE KERJA

“kemarin saya sudah menganjurkan bapak untuk melakukan cara

menghardik sesuai jadwal yang sudah dibuat, apa sudah dilakukan pak?

Ohh belum bisa ya pak. Baik kita pelajari kembali ya pak.”

“masih ingat gak pak caranya menghardik seperti yang kita pelajari

kemarin? Oh lupa ya pak. Baik saya ulangi lagi ya pak caranya nanti pak

suryanto peragakan kembali ya pak.”

“caranya seperti ini pak, tolong diperhartikan ya pak caranya. jika sosok

itu muncul, langsung pak suryanto tutup mata dan katakan

(pergi,pergi,pergi saya tidak mau lihat kamu. Kamu sosok palsu) begitu

diulang-ulang sampai sosok itu tak terlihat lagi ya pak. Coba pak suryanto

peragakan. Iya bagus sekali…

“jadi ada 4 cara ya pak untuk mengontrol halusinasi bapak yaitu dengan

cara menghardik, berbincang-bincang dengan orang lain, melakukan

kegiatan yang terjadwal dan yang terakhir minum obat secara teratur. Dan

hari ini kita mengulangi kembali belajar tentang mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik ya pak..”

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?”


135

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto ulangi lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara

yang pertama yaitu menghardik. Ya bagus sekali pak suryanto sudah

bisa melakukannya sendiri ya pak."

2. Rencana tindak lanjut

“kalau sosok-sosok itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut ya pak!

Terus berlatih ya pak walaupun saya sedang tidak ada. Dan lakukan sesuai

jadwal yang sudah kita buat kemarin ya pak.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “baiklah karena pak suryanto sudah bisa melakukan cara

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, besok kita lakukan cara

yang kedua ya pak yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain atau

teman bapak ya pak ya…”

Waktu : “pak suryanto besok mau kita latihan dengan bercakap-cakap lagi

jam berapa? Bagaimana jika setelah makan siang? Baik pak besok setelah

makan siang ya pak.”

Tempat : tempatnya mau dimana pak? Tetap disini atau ditempat

lain pak? Oh tetap disini ya pak.”

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat siang.”


136

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan kelima
Hari : Sabtu Tanggal : 01 September 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan masih melihat bayangan roh, jin dan iblis tapi

sudah jarang dan tidak sebanyak kemarin yang dilihatnya dirumah.

DO : Klien tenang, kurang kooperatif dan kontak mata cukup, dan klien

terlihat masih hiperaktivitas dan terlihat berbicara sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain

2) Tujuan khusus

a. klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

b. klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan

orang lain.

4. Tindakan Keperawatan

a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


137

b. melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-

cakap dengan orang lain (kegiatan yang biasa dilakukan pasien)

c. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Hayoo nama saya siapa pak? Ya betul sekali pak,

ingatan bapak luar biasa”

“pak suryanto, tadi saya lihat bapak sedang bicara sendiri sambil

bernyanyi-nyanyi sendiri, bagaimana kalau kita berbincang-

bincang bersama disini?”

2) Evaluasi/Validasi

“bagaimana pak suryanto masih ingat apa yang kita pelajari

kemarin? Apakah sosok-sosoknya masih muncul? Apakah sudah

dicoba cara yang telah kita latih? Berkurang kan sosok-sosoknya?

Yapp bagus kalau begitu pak!”

3) Kontrak

Topik : “sesuai janji yang kemarin saya akan latih cara kedua

mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang

lain.”
138

Waktu : pak suryanto ingat kan kemarin kita mau bicara dimana

dan berapa lama? Iya kurang lebih 15 menit ya pak setelah makan

siang ya pak.”

Tempat : hari ini kita akan belajar di tempat duduk halaman

depan ya pak sesuai keinginan bapak kemarin ya pak.. Pak

suryanto sudah siap?. Baik.”

b. FASE KERJA

“kemarin saya sudah menganjurkan bapak untuk melakukan cara

menghardik sesuai jadwal yang sudah dibuat, apa sudah dilakukan pak?

Ohh bagus pak kalau pak suryanto sudah bisa melakukannya sendiri, coba

pak tunjukan gimana caranya? Iyaa bagus pak. sekarang kita belajar cara

yang kedua ya pak.”

“cara kedua untuk memcegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah

bercakap-cakap dengan orang lain pak. Jadi kalau pak suryanto mulai

melihat sosok-sosok langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol dengan

pak suryanto. Contohnya begini pak, perhatikan ya pak. “Tolong, saya

melihat bayangan-bayangan itu. Ayo ngobrol dengan saya!”. Nah begitu

pak.. coba sekarang pak suryanto lakukan seperti saya lakukan tadi. Ya..

begitu pak suryanto.. bagus! Coba sekali lagi pak. Bagus..! nah dilatih

terus ya pak suryanto, nanti kalau pak suryanto melihat sosok itu itu,

bapak bisa coba cara yang kedua ini ya pak.”

“jadi cara kedua untuk mengontrol halusinasi bapak adalah dengan

bercakap-cakap dengan orang lain ya pak.”


139

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini?”

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto ulangi lagi apa yang sudah kita bicarakan tadi? Nah

bagus.. jadi ada berapa cara untuk mengontrol halusinasi pak?”

2. Rencana tindak lanjut

“bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian pak

suryanto ya pak. Mau jam berapa bapak latihan bercakap-cakap? Nah nanti

lakukan secara teratur ya pak serta sewaktu-waktu sosok itu muncul ya

pak.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “baiklah karena pak suryanto sudah bisa melakukan cara

mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.

Bagaimana kalau selanjutnya kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan

aktivitas terjadwal?”

Waktu : “mau jam berapa pak? Bagaimana kalau jam 10.00?”

Tempat : tempatnya mau dimana pak? Diruang makan?

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat siang.”


140

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan keenam
Hari : Minggu Tanggal : 02 September 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sosok tersebut sudah mulai berkurang

DO : Klien tenang, kooperatif dan kontak mata cukup, hiperaktivitas, raut

wajah senang.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan

kegiatan harian

2) Tujuan Khusus

a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan

kegiatan klien secara terjadwal.

c. menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan

a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


141

b. melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan membuat kegiatan-

kegiatan klien secara terjadwal.

c. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Hayoo nama saya siapa pak? Ya betul sekali pak,

ingatan bapak luar biasa”

“sepertinya bapak sudah mulai sehat ya, pak suryanto sudah

ngapain saja pagi ini? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang

lagi.”

2) Evaluasi/Validasi

“bagaimana pak suryanto masih ingat apa yang kita pelajari

kemarin? Apakah sosok-sosoknya masih muncul? Apakah sudah

dicoba cara yang telah kita latih? Berkurang kan sosok-sosoknya?

Yapp bagus kalau begitu pak!”

3) Kontrak

Topik : “sesuai janji yang kemarin saya akan latih cara ketiga

mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan bapak

setiap harinya.”

Waktu : kita akan buat bersama-sama selama 15 menit ya pak.”


142

Tempat : tempatnya diruang makan. Bagaimana apakah

bapak sudah siap?”

b. FASE KERJA

“kemarin saya sudah menganjurkan bapak untuk melakukan cara

bercakap-cakap dengan orang lain sesuai jadwal yang sudah dibuat, apa

sudah dilakukan pak? Ohh bagus pak kalau pak suryanto sudah bisa

melakukannya sendiri, coba pak tunjukan gimana caranya? Iyaa bagus

pak. sekarang kita belajar cara yang ketiga ya pak.”

“cara ketiga untuk mengendalikan halusinasi adalah dengan melakukan

kegiatan sehari-hari seperti yang bapak lakukan dirumah, seperti

membersihkan rumah, membaca Koran, olahraga, nonton TV, dan lain-

lain. Baiklah sekarang kita buat jadwal kegiatan harian dari pagi sesudah

bangun tidur sampai malam hari sebelum tidur. Hal ini tujuannya untuk

meminimalkan pak suryanto melihat bayangan-bayangan aneh itu lagi.

(buat jadwal kegiatan bersama klien/ yang disepakati bersama klien).

Bagus, sekarang bapak punya sudah memiliki jadwal kegiatan harian

untuk hari ini, yang untuk besok dan hari selanjutnya nanti kita buat

bersama-sama lagi ya pak?’


143

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah kita buat jadwal kegiatan bapak

ini?”

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto ulangi kegiatan apa saja yang sudah kita buat? Nah

bagus..dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jadwal

kegiatan harian yang telah kita buat tadi, berarti tidak ada waktu untuk

melamun dan merenung sendiri ya pak. jadi ada berapa cara untuk

mengontrol halusinasi pak?”

2. Rencana tindak lanjut

“pak mau kan melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan jadwal yang

sudah kita buat? Dan jangan lupa juga dibuat kegiatan hariannya untuk

hari besok dan hari-hari selanjutnya. Nanti saya akan bantu.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : baiklah karena bapak sudah bisa melakukan kegiatan harian yang

sudah kita buat, besok kita lanjut ke cara ke empat mengontrol halusinasi

bapak yaitu dengan cara minum obat ya pak..”

Waktu : “mau jam berapa pak? Bagaimana kalau setelah makan pagi?”

Tempat : tempatnya di halaman ini ya pak?

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat pagi.”


144

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan ketujuh
Hari : Senin Tanggal : 03 September 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sosok tersebut datang lagi pada saat klien akan

tidur siang

Klien mengatakan melihat sampai 2x dan mengatakan ingin pulang

kerumah

DO : Klien bingung, berbicara sendiri dan tatapan klien curiga.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan Khusus

a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya dengan minum

obat secara teratur.

c. menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan

a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan minum obat secara

teratur.
145

c. memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara

teratur.

d. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Ya betul sekali pak, ingatan bapak luar biasa”

“bagaimana perasaan pagi ini pak? Udah mandi dan makan tadi

pagi pak?”

2) Evaluasi/Validasi

“bagaimana pak suryanto masih ingat apa yang kita pelajari

kemarin? Apakah sosok-sosoknya masih muncul? Apakah sudah

dicoba cara yang telah kita latih? Berkurang kan sosok-sosoknya?

Yapp bagus kalau begitu pak!”

3) Kontrak

Topik : “pagi ini saya akan menjelaskan kepada bapak obat-obat

apa saja yang bapak minum.”

Waktu : kita akan berbincang-bincang sekitar 10 menit.”

Tempat : ditempat ini ya pak?”


146

b. FASE KERJA

“ini pak, obat yang nanti bapak minum yang orange CPZ, yang merah

muda ini Halloperidol yang gunanya membuat pikiran bapak menjadi

tenang dan mengendalikan halusinasi yang sedang bapak alami. Obat ini

diminum 3x sehari masing-masing 1 tablet dan tidak boleh lebih atau

kurang. Dengan minum obat ini bapak akan mengantuk, lemas ingin tidur

terus. Bagaimana, apa sudah jelas pak? Obat ini harus diminum terus,

mungkin berbulan atau bisa selamanya. Tidak usah khawatir obat ini aman

jika bapak minum sesuai yang dianjurkan. Jangan berhenti minum obat

walaupun bapak sudah merasa sehat. Kalau bapak menghentikan obat

tanpa sepengetahuan dokter atau perawat, gejala-gejala seperti yang bapak

alami seperti sekarang akan muncul lagi. Bapak harus mengingat 5 hal saat

minum obat yaitu :

1. benar obat

2.benar bahwa obat ini untuk bapak

3. benar cara minumnya

4. benar waktunya

5. benar dosisnya.

“Ingat ya pak.”

“nah sekarang saya bantu bapak untuk minum obat ya pak..”

Bagaimana pak perasaannya setelah minum obat?”


147

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah kita buat jadwal kegiatan bapak

ini?”

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto sebutkan jenis obat yang bapak minum, dan cobat

sebutkan 5hal saat minum obat. Belum bisa ya pak, lupa ya pak..”

2. Rencana tindak lanjut

“begini pak karena bapak tadi masih belum paham tentang obat apa saja

yang bapak minum, untuk hari ini saya bantu bapak minum obat, dan

besok kita belajar lagi ya pak tentang obat-obatan pak agar bapak bisa

lebih paham lagi.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “besok kita belajar lagi ya pak tentang obat-obatan.”

Waktu : “mau jam berapa pak? Jam 10.00 ya pak setelah sarapan.”

Tempat : kita jumpa dikamar bapak lagi besok ya pak?”

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat pagi.”


148

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan kedelapan
Hari : selasa Tanggal : 04 September 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sosok tersebut sudah tidak datang lagi, dan klien

bisa tidur nyenyak tadi malam.

DO : Klien tenang, kooperatif, masih hiperaktivitas dan bicara kadang

ngelantur, kontak mata cukup

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.

2) Tujuan Khusus

a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. klien dapat mengontrol halusinasi yang di alaminya dengan minum

obat secara teratur.

c. menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan

a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


149

b. melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan minum obat secara

teratur.

c. memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara

teratur.

d. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Ya betul sekali pak, ingatan bapak luar biasa”

“bagaimana perasaan pagi ini pak? Udah mandi dan makan tadi

pagi pak?”

2) Evaluasi/Validasi

“bagaimana pak suryanto masih ingat apa yang kita pelajari

kemarin? Apakah sosok-sosoknya masih muncul? Apakah sudah

dicoba cara yang telah kita latih? Berkurang kan sosok-sosoknya?

Yapp bagus kalau begitu pak!”

3) Kontrak

Topik : “pagi ini saya akan menjelaskan kembali kepada bapak

obat-obat apa saja yang bapak minum.”

Waktu : kita akan berbincang-bincang sekitar 10 menit.”

Tempat : ditempat ini ya pak yang kemarin?”


150

b. FASE KERJA

“saya ulangi sekali lagi ya pak. Ini pak, obat yang nanti bapak minum

yang orange CPZ, yang merah muda ini Halloperidol yang gunanya

membuat pikiran bapak menjadi tenang dan mengendalikan halusinasi

yang sedang bapak alami. Obat ini diminum 3x sehari masing-masing 1

tablet dan tidak boleh lebih atau kurang. Dengan minum obat ini bapak

akan mengantuk, lemas ingin tidur terus. Bagaimana, apa sudah jelas

pak? Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulan atau bisa

selamanya. Tidak usah khawatir obat ini aman jika bapak minum sesuai

yang dianjurkan. Jangan berhenti minum obat walaupun bapak sudah

merasa sehat. Kalau bapak menghentikan obat tanpa sepengetahuan

dokter atau perawat, gejala-gejala seperti yang bapak alami seperti

sekarang akan muncul lagi. Bapak harus mengingat 5 hal saat minum

obat yaitu :

1. benar obat

2.benar bahwa obat ini untuk bapak

3. benar cara minumnya

4. benar waktunya

5. benar dosisnya.

“bagaimana pak apakah sudah mengerti? Tolong di ingat ya pak.”


151

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah kita buat jadwal kegiatan bapak

ini?”

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto sebutkan jenis obat yang bapak minum, dan cobat

sebutkan sekali lagi 5 hal saat minum obat. Iya pak bagus sekali pak..”

2. Rencana tindak lanjut

“karena bapak sudah paham tentang obat yang diminum, bapak dapat

langsung meminum obatnya.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “besok kita ketemu lagi ya pak buat memgevaluasi semua cara-

cara mengontrol halusinasi mulai dari cara yang pertama ya pak.”

Waktu : “besok jam 08.00 pagi ya pak.”

Tempat : kita jumpa dikamar bapak lagi besok ya pak?”

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat pagi.”


152

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan kesembilan
Hari : Kamis Tanggal : 05 September 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sudah tidak melihat sosok tersebut mulai dari

kemarin malam.

DO : Klien tenang dan kooperatif, kontak mata cukup.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

1) Tujuan Umum

Klien dapat melakukan 4 cara mengontrol halusinasi dengan baik

2) Tujuan Khusus

a. mengevaluasi semua kegiatan.

b. klien dapat mengontrol halusinasi dengan baik.

c. menilai kemampuan yang di miliki sudah mandiri.

d. menilai halusinasi sudah terkontrol atau belum.

4. Tindakan Keperawatan

a. mengevaluasi semua kegiatan harian.


153

b. menilai kemampuan klien apakah dapat mengontrol halusinasi

dengan baik.

c. menilai apakah kemampuan yang di miliki sudah mandiri.

d. menilai apakah halusinasi terkontrol.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Ya betul sekali pak, ingatan bapak luar biasa”

“bagaimana perasaan pagi ini pak? Udah mandi dan makan tadi

pagi pak?”

2) Evaluasi/Validasi

“bagaimana pak suryanto masih ingat apa yang kita pelajari

semuanya kemarin? Apakah sosoknya masih muncul? Apakah

sudah dicoba cara yang telah kita latih semuanya? Wah.. bagus

sekali bapak, coba sekarang kita lakukan lagi ya pak.”

3) Kontrak

Topik : “coba sekarang kita coba cara menghardik lagi ya pak.”

Waktu : “kita coba sekitar 15 menit ya pak.”

Tempat : “dihalaman depan ya pak?”


154

b. FASE KERJA

”coba pak sebutkan cara mengontrol halusinasi yang pertama apa pak?”

“ya bagus sekali pak, kalau begitu coba bapak praktekan caranya

bagaimana.”

“nah selanjutnya kita coba cara yang kedua ya pak yaitu dengan

berbincang-bincang dengan orang lain, sekarang bapak ingin berbicara

dengan siapa? Oh dengan mbak fitrya ya pak. Baik saya sambil lihat

kemampuan bapak berbincang-bincang dengan mbak fitrya ya pak.”

“ya bagus sekali pak, bapak sudah terbiasa berbincang-bincang dengan

orang lain ya.”

“selanjutnya kita akan lakukan kegiatan apa saja yang bapak lakukan

sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat ya pak, bapak mau kita

melakukan kegiatan apa pak? Membaca Koran ya pak, baik kalau begitu

kit abaca Koran setelah itu bapak jelaskan kepada saya ya pak isi dari

Koran yang bapak baca.” “wah.. terimakasih ya pak sudah mau

menjelaskan isi dari Koran yang sudah bapak baca.”

“sekarang kita sama-sama pelajari kembali obat-obatan yang bapak minum

ya, coba apa bapak bisa menjelaskan obat apa saja yang bapak minum?

Iya… bagus pak, bapak sudah mengerti ya apa saja obat yang bapak

minum.”
155

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah kita evaluasi semua cara mengontrol

halusinasi yang sedang bapak alami?”

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto sebutkan lagi apa saja cara-cara untuk mengontrol

halusinasi” “wahh bagus sekali pak.”

2. Rencana tindak lanjut

“sampai dengan besok kita akan tetap evaluasi cara mengontrol

halusinasi dengan 4 cara ya pak, mulai dari menghardik, berbincang-

bincang dengan orang lain, melakukan kegiatan terjadwal dan minum obat

secara teratur ya pak.”

3. Kontrak yang akan datang

Topik : “besok kita akan evaluasi lagi ya pak semuanya cara mengontrol

halusinasi bapak.”

Waktu : “besok jam 08.00 pagi ya pak”

Tempat : kita jumpa dihalaman depan ya pak?”

“baiklah sampai jumpa besok ya pak.. selamat pagi.”


156

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan kesepuluh
Hari : Kamis Tanggal : 05 September 2018

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan sudah tidak melihat sosok menakutkan tersebut.

DO : Klien tenang dan kooperatif, kontak mata cukup.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.

3. Tujuan

3) Tujuan Umum

Klien dapat melakukan 4 cara mengontrol halusinasi dengan baik

4) Tujuan Khusus

a. mengevaluasi semua kegiatan.

b. klien dapat mengontrol halusinasi dengan baik.

c. menilai kemampuan yang di miliki sudah mandiri.

d. menilai halusinasi sudah terkontrol atau belum.

4. Tindakan Keperawatan

a. mengevaluasi semua kegiatan harian.

b. menilai kemampuan klien apakah dapat mengontrol halusinasi

dengan baik.
157

c. menilai apakah kemampuan yang di miliki sudah mandiri.

d. menilai apakah halusinasi terkontrol.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

a. FASE ORIENTASI

1) Salam terapeutik

”selamat pagi pak suryanto, bagaimana kabarnya?, masih ingat

dengan saya pak? Ya betul sekali pak, ingatan bapak luar biasa”

“bagaimana perasaan pagi ini pak? Udah mandi dan makan tadi

pagi pak?”

2) Evaluasi/Validasi

“bagaimana pak suryanto masih ingat apa yang kita pelajari

semuanya kemarin? Apakah bayangan-bayangannya masih

muncul? Apakah sudah dicoba cara yang telah kita latih semuanya?

Wah.. bagus sekali bapak, coba sekarang kita lakukan lagi ya pak.”

3) Kontrak

Topik : “sekarang kita lakukan keempat cara mengontrol

halusinasi bersama-sama ya pak.”

Waktu : “kita coba sekitar 20 menit ya pak.”

Tempat : “dihalaman depan ya pak?”


158

b. FASE KERJA

”coba pak sebutkan cara mengontrol halusinasi yang pertama apa pak?”

“ya bagus sekali pak, kalau begitu coba bapak praktekan caranya

bagaimana.”

“nah selanjutnya kita coba cara yang kedua ya pak yaitu dengan

berbincang-bincang dengan orang lain, sekarang bapak ingin berbicara

dengan siapa? Oh dengan saya ya pak. Baik saya sambil lihat kemampuan

bapak berbincang-bincang dengan saya ya pak.”

“ya bagus sekali pak, bapak sudah terbiasa berbincang-bincang dengan

orang lain ya.”

“selanjutnya kita akan lakukan kegiatan apa saja yang bapak lakukan

sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat ya pak, bapak mau kita

melakukan kegiatan apa pak? Berkumpul dengan teman-teman ya pak?”

“baiklah nanti bapaak dan teman-teman saling menceritakan ya pak apa

yang sedang bapak rasakan itu ceritakan pada teman-temannya ya pak.”

“sekarang kita sama-sama pelajari kembali obat-obatan yang bapak minum

ya, coba apa bapak bisa menjelaskan obat apa saja yang bapak minum?

Iya… bagus pak, bapak sudah mengerti ya apa saja obat yang bapak

minum.”
159

c. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subyektif (Klien)

“bagaimana perasaan bapak setelah kita evaluasi semua cara mengontrol

halusinasi yang sedang bapak alami?”

Evaluasi obyektif (Perawat)

“coba pak suryanto sebutkan lagi apa saja cara-cara untuk mengontrol

halusinasi” “wahh bagus sekali pak.”

2. Rencana tindak lanjut

“karena saya melihat kemampuan bapak sudah bisa melakukan cara

mengontrol halusinasi dengan baik dan benar, dan bapak sudah bisa

melakukannya sendiri, saya buatkan jadwal ya pak nanti bapak lakukan

semua cara mengontrol halusinasi jika halusinasi bapak kambuh lagi.”

3. Kontrak yang akan datang

Hentikan Strategi Pelaksanaan, Klien dapat melakukan cara

mengontrol halusinasi dengan baik dan benar, klien bisa melakukannya

secara mandiri.
160

Lampiran 4 Format Strategi Pelaksanaan Terapi Menonton TV/Video

Format Strategi Pelaksanaan Terapi Menonton TV/Video

1) Pengertian
………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

2) Tujuan
1.
………………………………………………………………………
2.
………………………………………………………………………
3.
………………………………………………………………………
3) Indikasi
1.
………………………………………………………………………
2.
………………………………………………………………………
3.
………………………………………………………………………
4) Persiapan Alat
a.
………………………………………………………………………
b.
………………………………………………………………………
c.
………………………………………………………………………
161

No Prosedur Nilai

A Persiapan 2 1 0

1 Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi

2 Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk setengah


lingkaran dalam suasana ruangan yang aman dan terang)

Score = 4

NA Nilai = Jumlah Score

No Butir yang dinilai Nilai

B Orientasi 2 1 0

1 Mengucapkan salam terapeutik

2 Menanyakan perasaan klien hari ini

3 Menjelaskan tujuan kegiatan

4 Menjelaskan aturan main

a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai


akhir
b. Bila ingin berhenti/ kekamar mandi harus meminta
ijin terlebih dulu
c. Lama kegiatan yang di lakukan 60 menit
Score = 8

NB Nilai = Jumlah Score

No Butir yang dinilai Nilai

C Kerja 2 1 0

1 Mengajak klien untuk memperkenalkan diri (nama, nama


panggilan dan asal

2 Berikan tepuk tangan

3 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menonton


TV dan menceritakan makna yang telah ditonton
162

4 Perawat memutar TV/Video yang sudah dipersiapkan sesuai


dengan kondisi klien yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai

5 Perawat meminta klien untuk menceritakan isi dari video


yang telah ditonton.

6 Berikan pujian

Score = 12

NC Nilai = Jumlah Score

No Prosedur Nilai

D Terminasi 2 1 0

1 Menanyakan perasaan klien setelah menonton tv/video

2 Memberikan pujian

3 Menganjurkan menonton tv/video setiap hari

4 Membuat kontrak kembali untuk pertemuan berikutnya

Nilai = 8

ND Nilai = Jumlah Score


163

Lampiran 5

Skema Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Halusinasi Pasien Keluarga

SP 1 SP I

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan


pasien keluarga dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
pasien halusinasi dan jenis halusinasi yang
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi dialami pasien besertab proses terjadinya
pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
6. Melatih pasien cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
7. Membimbing pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian

SP II SP II
1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Melatih keluarga mempraktekan cara
sebelumnya merawat pasien dengan halusinasi
2. Melatih pasien cara control 2. Melatih keluarga melakukan cara
halusinasi dengan berbincang- merawat langsung kepada pasien
bincang dengan orang lain halusinasi
3. Membimbing pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian

SP III SP III

1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Membantu keluarga membuat jadwal


sebelumnya. aktivitas dirumah termasuk minum obat.
2. Melatih pasien cara mengontrol 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
halusinasi dengan kegiatan (yang pulang.
bisa dilakukan pasien)
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan sehari –
hari.

SP IV

1. Memvalidasi masalah dan latihan


sebelumnya.
2. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi dengan teratur minum
obat.
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan sehari –
hari.
164

Lampiran 6 Rencana Kegiatan Penelitian

RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan)

JIWA HALUSINASI PENGLIHATAN

Masalah Strategi Kegiatan Alat dan Waktu Tempat

Bahan

Halusinas SP 1  Mengucapkan  Lembar Senin/27 Pavilium


salam dan informconcent Agustus Seroja
Penglihatan  Klien dapat Menjelaskan  Lembar 2018
membina hubungan maksud dan tujuan pengkajian RSUD dr. H
saling percaya kepada pasien. keperawatan Koesnadi
 Mengidentifikasi isi  Melakukan jiwa Bondowoso.
halusinasi pasien Informconcent  Pulpen dan
 Mengidentifikasi (lembar kertas/buku
waktu halusinasi persetujuan catatan.
pasien menjadi klien)  Surat
 Mengidentifikasi  Mengajak penghantar
frekuensi halusinasi berkenalan dan ruangan.
pasien menanyakan
 Mengidentifikasi kabarnya hari ini.
situasi yang  Menanyakan
menimbulkan halusinasi yang
halusinasi sedang dialami
 Melatih pasien cara (jemis, isi,
mengontrol frekuensi, waktu
halusinasi dengan dan situasi yang
menghardik menimbulkan
 Membimbing pasien halusinasi.
memasukan dalam  Mencatat data-data
jadwal kegiatan yang dapat diambil
harian dari apa yang
dikeluhkan pasien.
 Mengajarkan
pasien cara
mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
 Memerintahkan
pasien untuk
mempraktekan
sendiri.
 Membuatkan
jadwal kegiatan
harian tentang
menghardik.

SP II  Mengucapkan  Lembar Selasa/28 Pavilium


salam, dan pengkajian Agustus Seroja
 Memvalidasi memperkenalkan keperawatan 2018
masalah dan RSUD dr. H
165

latihan diri kembali. jiwa Koesnadi


sebelumnya  Menanyakan kabar  Pulpen dan Bondowoso.
 Melatih pasien dan perasaannya kertas/buku
cara control hari ini. catatan.
halusinasi dengan  Mengevaluasi
berbincang- kemampuan pasien
bincang dengan dalam mengontrol
orang lain halusianasinya
 Membimbing dengan menghardik
pasien  Menilai
memasukan dalam kemampuan pasien
jadwal kegiatan dalam menghardik
harian. halusinasinya
 Memuji atas
kemampuan pasien
 Mengajarkan
pasien cara
mengontrol
halusinasi yang
kedua dengan
berbincang-bincang
dengan orang lain.
 Memerintahkan
pasien untuk
mempraktekannya
sendiri.
 Membuatkan
jadwal kegiatan
harian tentang
berbincang-bincang
dengan orang lain.
SP III

 Memvalidasi  Mengucapkan  Lembar Rabu/29 Pavilium


masalah dan salam, dan pengkajian Agustus Seroja
latihan memperkenalkan keperawatan 2018
sebelumnya. diri kembali. jiwa RSUD dr. H
 Melatih pasien  Menanyakan kabar  Pulpen dan Koesnadi
cara mengontrol dan perasaannya kertas/buku Bondowoso.
halusinasi dengan hari ini. catatan.
kegiatan (yang  Mengevaluasi  Alat-alat
bisa dilakukan kemampuan pasien kebersihan,
pasien) dalam mengontrol misal :
 Membimbing halusianasinya sapu,alat
pasien dengan berbincang- pel,penyiram
memasukkan bincang dengan bunga,buku
dalam jadwal orang lain. gambar, dll.
kegiatan sehari –  Menilai
hari. kemampuan pasien
dalam berbincang-
bincang dengan
orang lain.
 Memuji atas
kemampuan pasien
 Mengajarkan
pasien cara
mengontrol
166

halusinasi yang
ketiga dengan
kegiatan (yang bisa
dilakukan pasien)
 Meminta pasien
untuk menyebutkan
kegiatan yang bisa
dilakukan.
 Membuatkan
jadwal kegiatan
harian tentang
kegiatan (yang bisa
dilakukan pasien).

SP IV

 Memvalidasi  Mengucapkan  Lembar Kamis/30 Pavilium


masalah dan salam, dan pengkajian Agustus Seroja
latihan memperkenalkan keperawatan 2018
sebelumnya. diri kembali. jiwa RSUD dr. H
 Menjelaskan cara  Menanyakan kabar  Pulpen dan Koesnadi
mengontrol dan perasaannya kertas/buku Bondowoso.
halusinasi dengan hari ini. catatan.
teratur minum  Mengevaluasi  Macam-
obat. kemampuan pasien macam obat
 Membimbing dalam mengontrol yang
pasien halusianasinya dikonsumsi
memasukkan dengan melakukan pasien.
dalam jadwal kegiatan (yang bisa
kegiatan sehari – dilakukan) pasien.
hari.  Menilai
kemampuan pasien
dalam melakukan
kegiatan yang bisa
dilakukan.
 Memuji atas
kemampuan pasien
 Mengajarkan
pasien cara
mengontrol
halusinasi yang
ketempat dengan
meminum obat
secara teratur
 Menjelaskan
macam-macam
obat mulai dari
kegunaan,efek
samping dan aturan
minumnya.
 Meminta pasien
untuk menyebutkan
macam-macam
obat yang sudah
dijelaskan.
 Membuatkan
jadwal kegiatan
167

harian tentang
minum obat secara
teratur.

Masalah Strategi Kegiatan Alat dan Waktu Tempat

Bahan

Halusinasi Pelaksanaan  (jika SP I tidak  Tv Senin/27 Pavilium


Penglihatan terapi menonton berhasil)  Video Agustus Seroja
TV/Video  Dilakukan terapi  VCD 2018
diberikan dengan menonton TV / RSUD dr. H
memberikan Video. Koesnadi
stimulus suara  Mempersiapkan Bondowoso.
dan melihat pada alat dan tempat
klien sehingga pelaksanaan.
terjadi perubahan  Menjelaskan
tujuan dan
perilaku
manfaat dari
a. Klien mampu menonton
menceritakan TV/Video
makna acara  Mengajakkan
yang ditonton pasien ke tempat
yang disediakan.
b. Klien dapat  Menyalakan
menikmati video.
TV/video yang  Dan
ditonton menganjurkan
pasien untuk
memperhatikann
ya.
 Evaluasi respon
pasien
 Tanyakan
perasaannya
setelah
menonton
TV/Video
 Perintahkan
pasien untuk
menceritakan
makna dari video
yang telah
ditontonnya.
 Nilai dan
evaluasi
kemampuan
pasien.
 Lanjutkan SP I.
168

Lampiran 7 Surat Pengambilan Data


169

Lampiran 8 Surat Diklat RSUD dr. H Koesnadi Bondowoso


170

Lampiran 9 Rencana Kegiatan Penelitian


171

Lampiran 10 Lembar Konsultasi


172

Lampiran 11 Foto-foto Kegiatan Klien

(Pada saat mengidentifikasi jenis halusinasi yang Tn. S alami)

(Pada saat mengajarkan Tn. S cara Menghardik)


173

(pada saat Tn. S bercakap-cakap dengan orang lain)

(pada saat Tn. S melakukan kegiatan yang dipilih yaitu menggambar)


174

(pada saat klien minum obat)

Anda mungkin juga menyukai