Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP MUTU

Dosen Pengampu: Ns. Rista Apriana, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun oleh:

KELAS TUTOR G

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
      
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “QBL 8 : Konsep
Mutu” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung. 

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari
segi kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.

Depok, 29 Agustus 2019

Kelas G

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................……........... i

Daftar Isi ...........................................................................................................…........ ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang …………………………………………….........................…1

B. Rumusan Masalah .........................................................…...........................…1

C. Tujuan....................................................................................................………2

Bab II Landasan Teori

A. Pengertian Mutu …………………………………………………................. 3


B. Pengertian mutu pelayanan kesehatan ………………………..…………...... 3
C. Dimensi mutu asuhan keperawatan ……………………………………........ 5
D. Pengendalian (controlling) dalam keperawatan …………………………... 10
E. Langkah dalam pengendalian mutu ………………………………………...13
F. Indikator mutu ………………………………………………...................... 13
G. Ciri mutu askep …………………………………………............................ 17
H. Pengertian standar mutu ……………………………………....................... 18
I. Tujuan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) ……………………….......... 18
J. Komponen SAK …………………………………………........................... 19
K. Pengevaluasian penerapan SAK ……………………………………............ 26

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………............................. 36
B. Saran …………………………………………………............................... 36

Daftar Pustaka .………………………………………………................................. 37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan
rumah sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24
jam kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan
pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif
singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan
demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-
menerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat
juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013)
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan
fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan
adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola
keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien
baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan,
maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses,
dimensi, penilaian, strategi, indikator, standar, dan peran dalam menejemen
mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat menggambarkan bagaimana
manajemen keperawatan yang bermutu seharusnya dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mutu?
2. Apa pengertian mutu pelayanan kesehatan?
3. Apa saja dimensi mutu asuhan keperawatan?
4. Apa pengendalian dalam keperawatan?
5. Apa saja langkah dalam pengendalian mutu?
6. Apa yang dimaksud indikator mutu?
7. Apa saja ciri mutu askep?
8. Apa penegrtian standar mutu?
9. Apa tujuan SAK?
10. Apa saja komponen SAK?
11. Bagaimana pengevaluasian penerapan SAK?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu mutu?
2. Untuk mengetahui apa itu mutu pelayanan kesehatan?
3. Untuk mengetahui dimensi mutu asuhan keperawatan
4. Untuk mengetahui pengendalian dalam keperawatan
5. Untuk mengetahu langkah-langkah dalam pengendalian mutu
6. Untuk mengetahui indikator dari mutu

1
7. Untuk mengetahui ciri dari dari mutu askep
8. Untuk mengetahui apa itu standar mutu
9. Untuk mengetahui tujuan dari SAK
10. Untuk mengetahui komponen dari SAK
11. Untuk mengetahui pengevaluasian penerapan SAK

2
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Mutu
b. “Quality is fitness for use.” (Mutu adalah kemampuan untuk digunakan).
(Joseph M. Juran dalam Eddy Herjanto, 2008)
c. “Quality meansconformanceto requirements.” (Mutu berarti kesesuaian dengan
persyaratan). (Philiph B. Crosby dalam Eddy Herjanto, 2008)
d. “Quality is the total composite product and service and service characteristics
of marketing, engineering, manufacture, and maintenance through which the
product and service in use will meet the expectations of the custumer.” (Mutu
adalah keseluruhan gabungan produk dan karakteristik layanan dan layanan
pemasaran, teknik, pembuatan, dan pemeliharaan di mana produk dan layanan
yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan). (Feigenbaum dalam Eddy
Herjanto, 2008)
e. “Mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik inheren dalam memenuhi
persyaratan.” (SNI 19-9000:2000 dalam Eddy Herjanto, 2008).
f. Mutu adalah Keseluruhan karakteristik barang/jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen baik berupa kebutuhan
yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. (Imbalo S. Pohan dalam Ferry
Efendi & Makhfudli, 2009).

Simpulan:
Dapat disimpulkan bahwa mutu adalah keseluruhan karateristik barang/jasa yang
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan agar dapat memuaskan
kebutuhan konsumen.

2. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan


a. “Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan kode etik profesi.” (Azwar dalam Hetty Ismainar, 2015).
b. “Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di RS, Puskesmas secara
wajar, efisien dan efektif serta secara aman dan memuaskan sesuai norma,
etika, hukum dan sosial budaya dengan memerhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.” (Hetty Ismainar, 2015)
c. “Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan atau tingkat
kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
dan harapan client.” (Febby Endra Budi Setyawan & Stefanus Supriyanto,
2019)

Simpulan:

3
Dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat
kesempurnaan suatu pelayanan pada bidang kesehatan yang diberikan sesuai
dengan standar pelayanan dan kode etik profesi untuk memuaskan setiap
pengguna jasa pelayanan kesehatan.

Selain itu mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
diantaranya:
1) Menurut pasien/keluarga adalah empati, menghargai, tanggap sesuai
kebutuhan dan ramah.
2) Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu secara
profesional sesuai dengan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan peralatan yang
memenuhi standar.
3) Menurut manajer/administrator adalah mendorong manajer untuk mengatur
staf dan pasien/masyarakat dengan baik.
4) Menurut yayasan/owner adalah menuntut pemilik agar memiliki tenaga
kesehatan yang bermutu dan cukup.

Jadi yang dimaksud adalah mutu pelayanan kesehatan menunjukkan tingkat


kesempurnaan pelayanan kesehatan untuk memuaskan setiap pasien.
Semakin tinggi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan,
maka semakin baik pula mutu pelayanan kesehatan.
(Hetty Ismainar, 2015).

3. Dimensi Mutu Asuhan Keperawatan

Ada 8 dimensi mutu pelayanan kesehatan yaitu:

1.Kompetensi teknis (Technical competence)


Adalah terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas,
manajer dan staf pendukung. Kompetensi teknis berhubungan dengan
bagaimana cara petugas mengikuti standart pelayanan yang telah ditetapkan
dalam hal: kepatuhan, ketepatan (accuracy), kebenaran (reliability), dan
konsistensi.

2.Akses terhadap pelayanan (Acces to service)


Adalah pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial,
ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa

3.Efektivitas (Effectiveness)
Adalah kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standart
yang ada.

4.Efisiensi (Efficiency)
Adalah dimensi yang penting dari kualitas karena efisiensi akan mempengaruhi
hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumberdaya pelayanan kesehatan pada
umumnya terbatas. Pelayanan yang efisien pada umumnya akan memberikan

4
perhatian yang optimal kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan
memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki.

5.Kontinuitas (Continuity)
Adalah klien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan
(termasuk rujukan) tanpa mengulangi prosedur diagnosa dan terapi yang tidak
perlu.

6.Keamanan (Safety)
Adalah mengurangi resiko cidera, infeksi atau bahaya lain yang berkaitan
dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien

7.Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)


Adalah interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas, dan
antara tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar manusia yang baik
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga
rahasia, menghormati, responsive, dan memberikan perhatian.

8.Kenyamanan (Amenities)
Adalah pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan
efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya
untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
Amenities juga berkaitan dengan penampilan fisik dari fasilitas kesehatan,
personil,dan peralatan medis maupun non medis.(Wijono dalam Rasidin
Calundu, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam dokumen berjudul Quality


of Care “a Process for making strategic choices in health system.” Tahun 2006
Dimensi mutu pelayanan kesehatan diidentifikasi ke dalam 6 kategori yaitu:

Dimensi Mutu Penjelasan


Efisien Memaksimalkan penggunaan sumber daya dan menghindari
pemborosan
Efektif Perawatan kesehatan berbasis bukti dan menghasilkan hasil
kesehatan yang lebih baik sesuai kebutuhan

Dapat diakses Perawatan kesehatan yang tepat waktu, masuk akal secara
geografis, dan disediakan dalam setting dimana keterampilan dan
sumber daya sesuai dengan kebutuhan medis
Dapat diterima Perawatan kesehatan yang mempertimbangkan preferensi dan
aspirasi pengguna layanan perorangan dan budaya komunitas
mereka
Adil Perawatan kesehatan yang tidak berbeda kualitasnya karena
karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, ras, etnisitas, lokasi
geografis, atau status sosial ekonomi
Aman Layanan kesehatan yang meminimalkan risiko dan kerugian bagi
pengguna jasa

5
(Aboriginal Health & Medical Research Council of New South Wales A literature
review about indicators and their uses, 2013)
Kualitas suatu pelayanan menurut Parasuraman dalam Kamaruddin (2019) dikenal
dengan model SERVQUAL yang terdiri dari “RATER” yaitu:
1. Realiability (Kehandalan dari SDM yang dimiliki).
Dimensi ini merujuk pada kemampuan untuk menghantarkan layanan sesuai
seperti yang telah dijanjikan tanpa suatu kesalahan (konsisten) serta akurat.

2. Assurance (Memberikan jaminan)


Dimensi ini merujuk pada pengetahuan (knowledge) dan kesopanan dari para
karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan rasa percaya (trust) dan
yakin (confidence) kepada para pelanggan.

3. Tangible (Menunjukkan bukti fisik)


Dimensi ini merujuk pada fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan dari para
personil.

4. Empathy (Memiliki empati)


Dimensi ini merujuk pada sejauh mana tingkat
pemahaman/simpati (caring) serta perhatian secara individual yang diberikan
oleh perusahaan kepada para pelanggannya.

5. Responsiveness (Cepat dalam merespon keluhan pelayanan)


Dimensi ini merujuk pada kemauan untuk menolong para pelanggan dan
menyediakan suatu layanan dengan segera/tepat waktu.

(Parasuraman dalam Kamaruddin Sellang, 2019)

Sedangkan Menurut Nursalam (2014), dimensi Mutu Asuhan Keperawatan terbagi


menjadi enam, yaitu:
a) Patient safety (medication error, flebitis, decubitus, jatuh, restrains, injuri,
ILO(Infeksi Luka Operasi), INOS (Infeksi Nosocomial)).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

SASARAN I    :  KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/


meningkatkan ketelitian identifikasi pasien
Elemen Penilaian Sasaran I :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

6
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur.

SASARAN II   :  PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Standar SKP II Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan


efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan
Elemen Penilaian Sasaran II :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

SASARAN III  :  PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU


DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Standar SKP III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert)
Elemen Penilaian Sasaran III :

1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,


menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.

SASARAN IV  : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-


PASIEN OPERASI
Standar SKP IV Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien.

Elemen Penilaian Sasaran IV :

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk memverifikasi
saat pre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua
dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum
“incisi/time out”tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan.

7
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

SASARAN V   : PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN

Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi


resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Elemen Penilaian SasaranV :

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru


yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari WHO Guidelines on
Patient Safety.
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI  : PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH


Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
resiko pasien dari cidera karena jatuh.
Elemen Penilaian Sasaran VI :

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh
dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

- Kesalahan pengobatan (medication error) meliputi tidak tepat obat, tidak tepat
cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu
pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat.

Angka KTD = Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut
Angka KNC = Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

Indikator penilaian INOS (Infeksi Nosokomial) menggunakan sistem NNIS


(National Nosocomial Infections Surveillance) :

1. ILO (Infeksi Luka Operasi) tidak terjadi.

8
diklasifikasikan menjadi infeksi daerah operasi superfisial, dalam (deep), dan
organ. Data yang diperlukan adalah uji laboratorium yang terkait dengan
infeksi, tanda dan gejala spesifik timbulnya infeksi, prosedur pembedahan,
nilai ASA (American Society of Anesthesiologists), lama prosedur, faktor
pejamu yang memungkinkan terjadinya infeksi.

2. ISK (Infeksi Saluran Kemih).

Pengkajian yang dibutuhkan adalah kebersihan area perineal, penggunaan


dan lamanya pemasangan kateter urinari.

(Kathleen Meehan Arias, 2009)

b) Kepuasan pasien
Tingkat kepuasan pasien terhadap kinerja perawat. Biasanya dengan
pemberian kuisioner.
c) Kenyamanan
Presentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam asuhan keperawatan:
= Jumlah total pasien nyeri terdokumentasi x 100%
Jumlah pasien yang dirawat dalam periode tertentu
d) Kecemasan
Mengetahui tingkat kecemasan yang dialami pasien selama perawatan.
e) Perawatan Diri.
Kategori Tingkat kemandirian pasien menurut indeks KATZ

Kategori Deskripsi Jumlah Pasien

A Mandiri dalam hal makan, BAK/BAB,


mengenakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi.

B Mandiri semuanya, kecuali salah satu


fungsi diatas

C Mandiri kecuali mandi dan salah satu


fungsi diatas

D Mandiri kecuali mandi, berpakaian


dan salah satu fungsi diatas

E Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke


toilet dan salah satu fungsi diatas

F Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke


toilet, berpindah dan salah satu fungsi
diatas

G Ketergantungan untuk semua kategori


diatas.

9
f) Pengetahuan/perilaku pasien
Presentase pengetahuan tentang perawatan penyakit pada pasien kelolaan:
= Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat dalam periode tertentu
(Nursalam , 2014)

4. Pengendalian (controlling) dalam Keperawatan


a. DEFINISI
- “Pengontrolan adalah Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang ditentukan”. (Fayol dalam Sri Mugianti, 2016).
- “Pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan
standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain
sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang
sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah
ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang
efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.” (Mockler dalam Sri
Mugianti, 2016).
- “Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan
adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk
menjamin mutu serta evaluasi kinerja.” (Sri Mugianti, 2016)

Dapat disimpulkan bahwa Pengendalian adalah suatu proses yang sistematis


untuk memastikan bahwa aktivitas/standar prestasi kerja yang dilakukan sudah
sesuai dengan rencana, instruksi dan prinsip-prinsip yang telah ditentukan
sebelumnya untuk mencapai tujuan.

Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan


agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk
mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul issue dapat segera direspons
dengan cepat dengan cara duduk bersama. (Sri Mugianti, 2016)

B. PRINSIP PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan


pengembangan fungsi pengawasan :
1. Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat dimengerti oleh
staf, Hasilnya dapat diukur.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting untuk
meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai dengan baik.
3. Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan kepada semua
staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer sebagai bahan pertimbangan
memberikan reward kepada mereka yang mampu bekerja profesional.

10
(Sri Mugianti, 2016)

C. MANFAAT PENGAWASAN

Manfaat pengawasan dalam manajemen adalah:


1. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf
dalam kurun waktu tertentu.
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakan tugas.
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah
digunakan dengan tepat dan efisien.
4. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan.
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
(Sri Mugianti, 2016)

D. KARAKTERISTIK PENGENDALIAN YANG BAIK

Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan berhasil bila


mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:
1. Menggambarkan kegiatan sebenarnya
2. Melaporkan kesalahan dengan tepat
3. Berpandangan ke depan
4. Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting
5. Bersifat obyektif
6. Bersifat fleksibel
7. Menggambarkan pola kegiatan organisasi
8. Bersifat ekonomis
9. Bersifat mudah dimengerti
10. Menunjukkan kegiatan perbaikan
(Sri Mugianti, 2016)

E. LANGKAH – LANGKAH PENGENDALIAN / PENGONTROLAN

Supaya kegiatan pengendalian/pengontrolan dapat berjalan secara efektif,


seorang manajer harus memperhatikan langkah-langkah pengendalian. Langkah-
langkah pengendalian/pengontrolan adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja.
2. Melakukan pengukuran prestasi kerja.
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar.
4. Mengambil tindakan korektif.
(Sri Mugianti, 2016)

5. Langkah dalam Pengendalian Mutu.

11
Mockler (1984) membagi pengendalian mutu dalam 4 langkah yaitu :

1. Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja


Standar yang dimaksud adalah kriteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-
titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja
tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi
dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan
rencana yang telah ditetapkan.

2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja


Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan,
sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat
diketahui lebih dahulu.

3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar


Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah
ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala
sesuatunya beada dalam kendali.

4. Mengambil Tindakan Korektif


Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan
penyimpangan yanf terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka
pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah
mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu
atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.

(Mockler dalam Eddy Herjanto, 2008)

6. Indikator Mutu

Indikator mutu adalah ukuran yang memantau perawat dan layanan. Ada dua jenis
utama indikator-indikator proses dan indikator hasil. Indikator proses memantau
kegiatan yang diberikan oleh organisasi yang berdampak pada perawatan yang
dilakukan bagi seorang pelanggan/klien/pasien. Indikator hasil adalah indikator
outcome yang akan memberikan gambaran mengenai hasil aktual atau yang diharapkan
dari kinerja yang dilakukan sesuai dengan mutu pelayanan kesehatan yang ada. Alat-alat
untuk perencanaan efektif yang terkait:

a. Masukan anggota inti kepemimpinan dalam kegiatan peningkatan mutu kontinyu


b. Libatkan manajemen, staff klinis dan pendukung yang terkait dalam proses
peningkatan mutu
c. Gunakan tim yang terdiri dari anggota yang mengenal isu-isu yang ditanangi dalam
kegiatan peningkatan mutu
d. Kembangkan kegiatan peningkatan mutu seputar alur biasa daam layanan pasien /
klien

12
e. Beri perhatian khusus pada relasi pelangan – pemasokan, baik di dalam maupun di
antara bidang pelayanan
f. Beri perhatian pada proses yang terkait dengan perawatan
g. Lanjutkan evaluasi dan pemantauan proses perswatan sebagai upaya meningkatkan
layanan dan bukan kinerja yang diindividualisasikan atau bidang masalah yang
diisolasikan .
(Roberts R. Albert dan J. Gilbert. 2009)

1) Indikator Mutu Klinis


Menurut ACHS (2001), indikator klinis adalah suatu alat ukur atau pengukuran
untuk mengukur manajemen klinis dan outcome layanan kesehatan. Indikator klinis
merupakan pengukuran yang obyektif dari proses atau outcome layanan terhadap
pasien dalam bentuk kuantitatif.
Menurut  Mainz (2003),  indikator klinis adalah:
a. Langkah‐langkah pengukuran tertentu yang menilai hasil pelayanan kesehatan
b. Langkah‐langkah pengukuran kuantitatif yang dapat digunakan
untuk  memantau dan mengevaluasi  kualitas pelayanan, manajemen,    klinis,
dan    mendukung fungsi‐fungsi yang mempengaruhi hasil pada pasien
c. Alat pengukuran, screening, atau standarisasi yang digunakan    sebagai
panduan    untuk memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki kualitas
pelayanan kepada pasien.
Indikator klinis bukan merupakan standar pasti, melainkan lebih sebagai
simbol atau tanda melalui pengumpulan dan analisis data untuk menjadi
kewaspadaan bagi suatu organisasi akan kemungkinan adanya masalah dan atau
sebagai peluang untuk memperbaiki pelayanan kepada pasien.

Proses Pengembangan Indikator Klinis


Berikut ini adalah format indikator klinis menurut ACHS (1998), semua indikator klinis
mempunyai struktur yang sama, yang terdiri dari:
a) Area, menjelaskan ruang lingkup utama pelayanan yang dituju
b) Topik, merupakan target yang lebih spesifik dari area pelayana
c) Rationale, yaitu tujuan dikembangkannya indicator
d) Definisi istilah (definisi operasional), menjelaskan istilah yang digunakan dalam
indikator yang menjelaskan data yang dikumpulkan
e) Tipe indikator, menjelaskan tujuan indikator dan apakah termasuk rate‐based atau
sentinel event
f) Numerator, menjelaskan jumlah kasus yang termasuk dalam kriteria indicator
g) Denominator, menjelaskan jumlah semua kasus yang masuk risiko dalam kriteria
indikator, dan
h) Threshold, merupakan target pencapaian indikator.

Di antara sekian program pengembangan serupa mengenai indikator klinis yang


dilaksanakan oleh negara‐negara lain seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia,
maka Australia adalah yang terdepan dari semua program internasional lain dalam
mengembangkan indikator (ACHS, 2001).

13
(The Australian Council on Healthcare Standards (1997) A Working Guide for the
Implementation of a Clinical Indicator Program)

2.) Indikator Mutu Rumah Sakit

Mutu pelayanan di rumah sakit sangat erat kaitannya dengan akreditasi rumah sakit.
tahapan peyelengaraan kegiatan mutu pelayanan yaitu terdiri dari pemantauan, evaluasi,
dan perbaikan. pengendalian mutu dirumah sakit dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. pengendalian mutu internal di implementasikan dalam pemenuhan standar
rumah sakit pendidikan. pengen dalian mutu eksternal di lakukan melalui proses
akreditasi rumah sakit untuk pengendalian terhadap mutu rumah sakit pendidikan yang
menyangkut unsur masukan (input), proses, keluaran (output), dan hasil (outcome).
kualitas pelayanan dirumah sakit ditunjukan juga dengan tingkat pelayanan BOR (Bed
Occupancy Rate) rendah atau tinggi, apabila angka BOR renah maka pihak manajemen
rumah sakit yang bersngkutan harus meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien,
terutama bagi mereka yang sedang rawat inap. dalam memberikan pelayanan kepada
pasien, pelayanan harus benar-benar mentadari bahwa penyembuhan seseorang bukan
hanya ditentukan oleh obat-obatan yan diberikan, tetapi juga di pengaruhi oleh cara
peyanan yang diperlihatkan para petugas kesehatan seperti sikap, keterampilan serta
pengetahuan. setiap rumah sakit harus memperhatikan mutu pelayanan yang diberikan
kepada pasien. Mutu pelayanan mempengaruhi terhadap akreditas suatu rumah sakit
tersebut.

Pelayanan diartikan sebagi kegiatan yang ditunjukan dan di maksud untuk


menunjang kesembuhan penyakit pasien baik palayanan non medis maupun medis.
pelayanan kesehatan tidak dapat dilepaskan terhadap kemungkinan untuk membuat
kesalahan atau melakukan pekayanan yang tidak sesuai dengan standar sehingga
berpotensi atau bisa menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan dan membahayakan
pasien. pengkasesan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dan di peruntukan untuk
pasien BPJS, JKN, pasien umum, asKES. rumah sakit dalam melakukan pelayanan
menerapkann tarif yang harus dikeluarkan pasien atas jasa pelayanan yang telah
diberikan. besar kecilnya tarif pelayanan di rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan kepada pasien .

3.) Kondisi Pasien

Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan pasien


menjadi bagian yang integal dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan
kesehatan. artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan. konsekuensi dari pola
pikir yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi mutu
layanan kesehatan yang penting. survey kepuasan pasien menjadi penting dan perlu
dilakukan bersama dengan pengukuran dimensi mutu layanan kesehatan yang lain.
kemauan atau keinginan pasien atau masyarakat dapat diketahui melalui survey
kepuasan pasien. pengalaman membuktikan bahwa transformasi ekonomi pasti akan
mengubah keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan. oleh sebab

14
itu, pengukuran keputusan pasien perlu dilakuka secara berkala dan akurat. telah
terbukti bahwa terdapat hubungan yang positif antara partisipasi aktif masyarakat dalam
perkembangan kesehatan dengan kepuasan pasien. kesimpulan yang dapat dibuat dari
pola pikir di atas, antara lain : (Pohan, 2007.)

a) Komponen kepuasan pasien dari mutu layanan kesehatan menjadi satu komponen
utama yang penting
b) Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan. dengan demikian ,
kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan
kesehatan
c) Dapat dibuktikan bahwa pasien atau masyarakat yang mengalami kepuasan terhadap
layanan kesehatan yang diselangarakan cenderung mematuhi nasihat, setia, atau taat
terhadap rencana pengobatan yang telah disepakati
d) Sebaliknya, pasien atau masyarakat yang tidak merasakan kepuasan atau
kekecewaan sewaktu mengunakan layanan kesehatan cenderung tidak mematuhi
rencana pengobatan, berganti dokter atau pindah kefasilitas layanan kesehatan lain.
e) Uji coba membuktikan bahwa kepuasan pasien berdampak pada keluaran dari
layanan kesehatan, artinya berdampak dapa status kesehatan.

4.) Kondisi Sumber Daya Manusia

Indikator mutu struktur atau mutu sumber daya dapat pula dipilah-pilah. Indikator
strukur atau sumber daya manusia. mutu layanan kesehatan sangat di tentukan oleh
mutu profesi layanan kesehatan yang berkerja pada fasilitas layanan kesehatan dalam
lingkungan sistem kesehatan kabupaten/kota. mutu profesi layanan kesehatan
ditentukan pula oleh mutu pendidikan instusi pendidikan yang menghasilkan profesi
layanan kesehatan. pendidikan sebaiknya berkaitan denga tugas dan tanggung jawab
setiap profesi layanan kesehatan. selain itu, mereka harus mempunyai kompetensi
teknik dan kemapuan manajerial sesuai uraian tugas masing-masing.

Pendidikan harus dapat membantu bentuk dan pengembangan etika profesi dan
sikap kemanusiaan yang menajdi landasan utama dan dorongan bagi mereka untuk
dapat membaktikan hidupnya kepada kepentingan pasien dan kemanusiaan. beberapa
faktor relevan lain yang harus diperhitungkan dalam mengukur mutu pendidikan dan
pelatihan antara lain, bersumber masyarakat, kelayanan terhadap situasi lokal,
ketanggapan terhadap kebutuhan dan tugas, kesesuaian terhadap keadaan sosial-
ekonimi. Adanta reorientasi, pendidikan berkelanjutan, pengembangan tenaga pada
rumah sakit dan puskesmas dapat dijadikan indikasi kegiatan peningkatan mutu kinerja
petugas kesehatan.

7. Ciri – Ciri Mutu Asuhan Keperawatan


1. Memenuhi standar profesi yang diterapkan.
2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar,
efisien dan efektif.
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan.

15
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan.
8. Pengertian Standar Mutu Pelayanan keperawatan
Standar mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan kepada pasien yang
berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien.
( Depkes RI,2009)
9. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
Menurut SK Dirjen Yan Med No : YM.00.03.2.6.7637 standar asuhan
keperawatan adalah alat ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan.
tujuan standar asuhan keperawatan, sebagai berikut :
a. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan.
b. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
c. Member kesempatan kepada semua tenaga perawat untuk mengembangkan
keterampilan yang dimiliki.
d. Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan mengurangi atau menghilangkan kesenjangan.
e. Mengembangkan asuhan keperawatan.
Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi tenaga keperawatan.

10. Komponen SAK

Menurut (Komite Keperawatan, 2017). Komponen-komponen Standar Asuhan


Keperawatan itu dibagi menjadi 6 standar pokok, yaitu:

1) Standar I Pengkajian, asuhan keperawatan memerlukan data yang lengkap


dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk
menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan. Data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian
meliputi :

a. Kumpulan Data. Kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis diisi


sesuai item yang tersedia, actual (baru) & absah (valid)

b. Pengelompokan Data Kriteria : Data biologis, data psikologis, data sosial


dan data spiritual

16
c. Perumusan Masalah Kriteria : Kesenjangan antara status kesehatan dengan
norma dan pola fungsi kehidupan, serta perumusan masalah ditunjang oleh
data yang telah dikumpulkan

2) Standar II Diagnosa Keperawatan, diagnosa keperawatan dirumuskan


berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan
norma fungsi kehidupan pasien, dengan kriteria :

a. Diagnosa Keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan


pemenuhan kebutuhan pasien.

b. Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan gejala/tanda (PES) atau


terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi.

e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien, kemungkinan besar


akan terjadi.

f. Dapat ditanggulangi oleh perawat.

3) Standar III Perencanaan Keperawatan, perencanaan keperawatan disusun


berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan
meliputi:

a. Prioritas masalah, dengan kriteria : Masalah-masalah yang mengancam


kehidupan merupakan prioritas utama, masalah-masalah yang mengancam
kesehatan seseorang adalah prioritas kedua dan masalah-masalah yang
mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

b.Tujuan Asuhan Keperawatan Kriteria : Spesifik, bisa diukur, bisa dipakai,


realistik dan ada batas waktu

c. Rencana Tindakan Kriteria : Disusun berdasarkan tujuan asuhan


keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar
belakang budaya pasien/keluarga, menentukan alternatif tindakan yang
tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan

17
nyaman bagi pasien serta kalimat instruksi, ringkas, tegas dan bahasanya
mudah dimengerti.

4) Standar IV Implementasi Keperawatan,implementasi keperawatan adalah


pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Dengan kriteria:

a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.

b. Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien.

c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada


pasien/keluarga.

d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

e. Menggunakan sumber daya yang ada.

f. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.

g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan


mengutamakan keselamatan pasien.

h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.

i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan


pasien.

j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis


yang telah ditentukan

Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar


meliputi :

A. MEMENUHI KEBUTUHAN OKSIGEN

1. Menyiapkan alat sesuai dengn jenis tindakan dan umur pasien.

18
2. Mengatur posisi pasien.

3. Memberikan obat/O2 dengan prinsip 5 benar dan 1 W (benar pasien, benar


obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan waspada terhadap reaksi).

B. MEMENUHI KEBUTUHAN NUTRISI, KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT

1. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien.

2. Mengatur posisi pasien sesuai jenis tindakan.

3. Memberikan cairan dan makanan sesuai program.

4. Mencocokkan jenis cairan dan mengobservasi tetesan infus.

5. Memeriksa kondisi darah dan golongan darah sebelum pemberian tranfusi


darah.

6. Mengobservasi reaksi pasien, tanda-tanda vital selama pasien mendapat


tranfusi darah.

C. MEMENUHI KEBUTUHAN ELIMINASI

1. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien.

2. Memperhatikan suhu cairan (pada pemberian huknah).

3. Menjaga privacy pasien.

4. Mengobservasi dan mencatat konsistensi faeses dan keadaan urine.

5. Mengobservasi reaksi pasien dan keberhasilan huknah.

D. MEMENUHI KEBUTUHAN KEAMANAN

1. Menerapkan pelaksanaan aseptik dan antiseptik dalam setiap tindakan.

2. Memasang alat pengaman pada pasien yang tidak sadar, gelisah, anak dan
pasien usia lanjut.

3. Memberi label ibu dan bayi, sidik jari bayi kaki kanan dan kiri.

4. Menyimpan alat-alat dan obat berbahaya ditempat yang telah disediakan.

19
5. Menyiapkan lingkungan yang aman, lantai tidak licin, cukup penerangan
atau cahaya.

6. Menyediakan alat dalam keadaan siap pakai.

E. MEMENUHI KEBUTUHAN KEBERSIHAN DAN KENYAMANAN FISIK

1. Memperhatikan privacy pasien.

2. Memperhatikan kebersihan perseorangan.

3. Mengganti alat-alat tenun sesuai dengan kebutuhan.

F. MEMENUHI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

1. Mengatur posisi yang tepat.

2. Mengatur ventilasi dan penerangan atau cahaya.

3. Mencegah kebisingan suara.

4. Memperhatikan kebersihan lingkungan.

5. Mengatur pelaksanaan pengobatan atau tim dalam keperawatan.

6. Mengatur kunjungan visite dokter.

7. Mencegah tamu diluar jam kunjungan.

8. Mengobservasi respons pasien

G. MEMENUHI KEBUTUHAN GERAK DAN KEGIATAN JASMANI

1. Mengatur posisi sesuai dengan kebutuhan.

2. Memperhatikan reaksi pasien.

H. MEMENUHI KEBUTUHAN SPIRITUAL

1. Menyediakan sarana ibadah sesuai kebutuhan pasien.

2. Membantu pasien beribadah.

3. Mendampingi pasien saat mendapat bimbingan spiritual.

20
I. MEMENUHI KEBUTUHAN EMOSIONAL

1. Memperhatikan kebutuhan pasien.

2. Mendengarkan keluhan pasien.

3. Memberikan penjelasan tentang tindakan, pengobatan yang akan


dilakukan.

4. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya.

J. MEMENUHI KEBUTUHAN KOMUNIKASI

1. Menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

2. Memberi penjelasan dengan singkat dan jelas.

3. Memperhatikan intonasi suara.

4. Memperhatikan pesan-pesan pasien.

5. Membantu dan memberi kemudahan kepada pasien dan keluarga untuk


komunikasi.

K. MENCEGAH DAN MENGATASI REAKSI FISIOLOGIS

1. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.

2. Melakukan test alergi pada setiap pemberian obat tertentu dan dicatat
hasilnya.

3. Mengobservasi reaksi pasien.

L. MEMENUHI KEBUTUHAN PENGOBATAN DAN MEMBANTU


PROSES PENYEMBUHAN

Melaksanakan tindakan perawatan dan program pengobatan dengan


memperhatikan prinsip 5 benar dan 1 W (benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu dan waspada terhadap reaksi) ekonomis dan aman bagi
pasien.

M. MEMENUHI KEBUTUHAN PENYULUHAN

1. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan.

21
2. Melaksanakan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan.

3. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti.

N. MEMENUHI KEBUTUHAN REHABILITASI

1. Menyiapkan alat sesuai kebutuhan.

2. Melatih pergerakan mobilisasi pasien sedini mungkin sesuai kondisi


pasien, baik secara aktif maupun pasif.

3. Membantu dan melatih pasien menggunakan alat bantu sesuai kondisi.

4. Mengobservasi reaksi pasien.

5) Standar V Evaluasi Keperawatan, evaluasi keperawatan dilakukan secara


periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien.
Dengan kriteria:

a. Setiap tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi.

b. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan.

c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.

d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan.

e. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

6) Standar VI Catatan Asuhan Keperawatan, catatan asuhan keperawatan


dilakukan secara individual. Dengan kriteria:

a. Dilakukan selama pasien di rawat inap dan rawat jalan.

b. Dapat dilakukan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan.

c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.

d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang


baku.

e. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan.

22
f. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama perawat yang
melakukan tindakan dan waktunya.

g. Menggunakan formulir yang baku.

h. Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, komponen-komponen Standar Asuhan Keperawatan


memang sangat penting dalam proses pemberi asuhan kepada pasien, dimana komponen
itu sendiri meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan catatan asuhan keperawatan itu
sendiri. Dimana komponen-komponen tersebut sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kesehatan pasien supaya pasien dapat kembali sehat seperti sedia kala
dan pasien yang sedang mengalami proses penyembuhan dapat mendapatkan pelayanan
atau tindakan yang memang seharusnya ia dapatkan guna untuk mencapai kesembuhan
pasien.

11. Pengevaluasani Penerapan SAK: Instrumen a, b dan c

INSTRUMEN ABC SAK MENURUT (DEPKES, 2005)


INSTRUMEN A
1. Petunjuk penggunaan instrument A terdiri :

a. Aspek yang dinilai dalam instrument ini adalah :

- Pengkajian Keperawatan.

- Diagnosa Keperawatan.

- Perencanaan Keperawatan.

- Tindakan Keperawatan

- Evaluasi Keperawatan.

- Catatan Asuhan Keperawatan.

b. Pengisian instrument dilakukan oleh perawat dengan kriteria sebagai berikut:

- Perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan evaluasi.

23
- Perawat yang telah menguasai / memahami proses perawatan.

- Telah mengikuti pelatihan penerapan standar asuhan keperawatan di


Rumah Sakit.

c. Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai berikut

- Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat minimal 3 (tiga)
hari diruangan yang bersangkutan.

- Data dikumpulkan sebelum berkas rekam medik pasien dikembalikan pada


bagian Medical Recort Rumah Sakit.

- Khusus untuk kamar operasi dan UGD penilaian dilakukan setelah pasien
dipindahkan ke ruang lain / pulang.

- Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode evaluasi


berjumlah 20 untuk setiap ruangan.

- Pada setiap akhir penilaian dibuat rekapitulasinya.

d. Bentuk instrument A terdiri dari :

 Kolom 1     : No urut yang dinilai.

 Kolom 2     : Aspek yang dinilai.

 Kolom 3     : No kode rekam medik yang dinilai.

 Kolom 4     : Keterangan.

e. Cara pengisian instrument A.

 Perawat penilai mengisi kolom 3 dan 4.

 Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi denagn kode berkas pasien (1,
2, 3, …… dst), sesuai dengan urutan waktu pulang, pada periode evaluasi.

 Tiap sub kolom hanya digunakan untuk penilaian terhadap satu rekam
medik pasien.

Contoh : Sub kolom 01 digunakan untuk mengisi hasil penilaian rekam


medik dengan kode berkas 01.

24
Rekam medik yang telah digunakan untuk penilaian harus diberi tanda
dengan kode berkas agar tidak dinilai ulang.

 Pada tiap sub kolom diisi dengan tanda “ V “ bila aspek yang dinilai
ditemukan dan tanda “ O “ bila aspek yang dinilai tidak ditemukan pada
rekam medik pasien yang bersangkutan.

 Kolom keterangan diisi bila penilai menganggap perlu mencantumkan


penjelasan atau bila ada keraguan penilaian.

 Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai “ V “ yang
ditemukan pada masing-masing kolom.

 Total diisi dengan hasil penjumlahan sub total, 01 + 02 + 03 …… dan


seterusnya.

 Tiap variable dihitung prosentasenya dengan cara :

Total

Prosentase    =       =============================            x 100 %

      Jumlah berkas x jumlah aspek yang dinilai.

2.      Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.

Aspek yang dinilai :

a. Pengkajian.

-Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian.

-Data dikelompokkan (bio, psiko, sosial, spiritual).

-Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang.

- Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan


dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

b. Diagnosa.

-Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

25
-Diagnosa keperawatan mencerminkan PE / PES.

-Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial.

c. Perencanaan.

-Berdasarkan diagnosa keperawatan.

-Disusun menurut urutan prioritas.

-Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan,


perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria.

-Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci


dan jelas atau melibatkan pasien/keluarga.

-Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga

-Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan


lain.

d. Tindakan.

-Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan.

-Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan.

-Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.

-Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.

e. Evaluasi.

-Evaluasi mengacu pada tujuan

-Hasil evaluasi dicatat.

f. Catatan Asuhan Keperawatan.

-Menulis pada format yang baku.

-Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.

-Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.

26
-Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama
jelas, dan tanggal jam dilakukannya tindakan

-Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Instrumen A Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan

Item Status Status Status Status Presentasi


No
Penilaian No 1 No 2 No 3 No 4 (%)

1 Pengkajian

2 Dignosa
Keperawatan

3 Perencanaan

4 Implementasi

5 Evaluasi

6 Catatan
Asuhan
Keperawatan

Presentasi (%)

INSTRUMEN B

Instrumen evaluasi persepsi pasien terhadap asuhan keperawatan di Rumah Sakit dan
evaluasi persepsi perawat terhadap Rumah Sakit

27
A. Instrumen B Kepuasan Pasien dan Perawat
Kepuasan Pasien

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri

2 Apakah perawat melarang anda/ pengunjung merokok di


ruangan

3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu


makan anda

4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam


hal makanan kepada anda

5 Apakah perawat menanyakan atau memperhatikan berapa


jumlah makanan dan makanan yang anda habiskan

6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu makan sendiri


apakah perawat membantu menyuapi

7 Pada saat anda/keluarga anda dipasang infuse, apakah


perawat selalu memeriksa cairan infuse/tetesannya dan
area sekitar pemasangan jarum infuse

8 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan buang


air besar apakah perawat menganjurkan makan buah-
buahan, sayuran, minum yang cukup dan banyak
bergerak

9 Pada saat perawat membantu anda/keluarga anda buang


air besar/buang air kecil, apakah perawat memasang
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela.
Mempersilahkan pengunjung keluar ruangan

10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu dijaga


kebersihannya dengan disapu/dipel setiap hari

11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu bersih, tidak licin,


tidak berbau cukup terang

12 Selama anda/keluarga anda belum mampu mandi dalam


keadaan istirahat total apakah dimandikan oleh perawat

13 Apakah anda/keluarga anda dbantu oleh perawat jika


tidak mampu menggosok gigi, membersihkan mulut atau

28
mengganti pakaian atau mnyisir rambut

14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut diganti setiap


kotor

15 Apakah perawat memberikan penjelasan akibat dari


kurang bergerak, atau berbaring terlalu lama

16 Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah sakit, apakah


perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang
tersedia dan cara penggunaannya. Peraturan/tata tertib
yang berlaku dirumah sakit

17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah


perawat memanggil nama dengan benar

18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah


perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada
pagi sore maupun malam hari

19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan apakah


perawat memberi bantuan bila diperlukan

20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah

21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang


bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas

22 Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum


melakukan tindakan perawatan/pengobatan

23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan


memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga

24 Dalam hal memberikan obat apakah perawat membantu


menyiapkan/meminumkan obat

25 Selama anda/keluarga anda dirawat apakah diberikan


penjelasan tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan
lanjutan setelah anda /keluarga anda diperbolehkan
pulang

Kepuasan Perawat
SP: Sangat puas P: Puas CP: Cukup Puas TP: Tidak Puas STP: Sangat Tidak Puas

No Pertanyaan SP P CP TP STP

29
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan
pekerjaan yang saudara lakukan

2 Sistem pengkajian yang dilakukan institusi


tempat saudara bekerja

3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan


pendidikan saudara

4 Pemberian insentif tambahan atas suatu


prestasi atau kerja ekstra

5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang


mendukung pekerjaan

6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar


mandi, kantin, parker

7 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan


dengan ventilasi udara, kebersihan dan
kebisingan

8 Adanya jaminan atas kesehatan atau


keselamatan kerja

9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap


saudara

10 Hubungan antara karyawan dalam kelompok


kerja

11 Kemampuan dalam bekerja sama antar


karyawan

12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara

13 Kesesuaian anatara pekerjaan dan latar


belakang pendidikan saudara

14 Kemampuan dalam menggunakan waktu


bekerja dengan penugasan yang diberikan

15 Kemampuan supervise/pengawas dalam


membuat keputusan

16 Perlakuan atasan selama bekerja disini

30
17 Kebebasan dalam melakukan suatu metode
sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan

18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan


kerja melalui pelatihan atau pendidikan
tambahan

19 Kesempatan untuk mendapatkan posisi lebih


tinggi

20 Kesempatan membuat suatu prestasi dan


mendapatkan kenaikan pangkat

INSTRUMEN C

B. Instrumen C Kepatuhan Sesuai SOP

No Judul SOP Perawat Perawat Perawat Perawat Perawat


1 2 3 4 5
1 Infus
2 Injeksi IV
3 Pemberian
Tranfusi
4 Pemberian
Injeksi IM
5 …..
Presentasi (%)

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mutu adalah keseluruhan karateristik barang/jasa yang sesuai dengan


persyaratan yang telah ditetapkan agar dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Adapun dimensi Mutu adalah Kompetensi teknis (Technical competence), Akses
terhadap pelayanan (Acces to service), Efektivitas (Effectiveness), .Efisiensi
(Efficiency), Kontinuitas (Continuity), Keamanan (Safety), Hubungan antar
manusia (Interpersonal relations), Kenyamanan (Amenities). Pengendalian
adalah suatu proses yang sistematis untuk memastikan bahwa aktivitas/standar
prestasi kerja yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana, instruksi dan
prinsip-prinsip yang telah ditentukan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dan
tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan
agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk
mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul issue dapat segera direspons
dengan cepat dengan cara duduk bersama. (Sri Mugianti, 2016)

B. Saran
Adapun saran yang diharapkan penulis kepada pembaca agar pembaca dapat
mulai menerapkan manajemen mutu di kehidupan sehari-hari. Mulai
meningkatkan manajemen mutu dan dapat menjaga kualitas mutu dengan sebaik
mungkin. Terutama manajemen mutu dalam pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien maupun pasien sehingga dapat menjadi perawat yang
professional.

32
Daftar Pustaka

Arias, Kathleen Meehan. 2009. Investigasi Dan Pengendalian Wabah Di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Calundu, Rasidin. 2018. Manajemen Kesehatan. Makassar: CV SAH MEDIA.

Depkes RI. 2005. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di


Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.

Ismainar, Hetty. 2015. Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta: Deepublish.

Komite Keperawatan. 2017. Standar Asuhan Keperawatan (SAK). Jakarta: Komite


Keperawatan

Mugianti, Sri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan.


Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pohan, Imbalo.S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian


dan Penerapan. Jakarta: EGC.

Sellang, Kamaruddin dkk. 2019. Strategi dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan


Publik. Jakarta: Qiara Media

Setyawan, Febby Endra Budi & Stefanus Supriyanto. 2019. Manajemen Rumah Sakit.
Sidoarjo: Zifatama Jawara.

33
LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

QBL 8

Subbab1-5: Christin Maria (1710711102)

Subbab 6: Salma nur shohimah (1710711142)

Subbab 7-9: Ni Luh Gede Vidya Gayatri (1710711106)

Subbab 10-11 : Putri Widyawati (1710711091)

34

Anda mungkin juga menyukai