Manajemen Keperawatan
Disusun oleh:
2019
Dwi Arini (1710711034)
Pengertian BOR menurut Huffman (1994), “The ratio of patient service days
to inpatient bed count day in a period under consideration”. Menurut Depkes RI
(2005) BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Jadi, BOR adalah rata rata pemakaian tempat tidur dalam satuan waktu tertentu. BOR
iini memberi gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur di rumah sakit. Nilai
BOR yang ideal menurut Depkes (2005) adalah 60 – 85 %.
Cara mengitung
BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit x 100 %
Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode
Cara menghitung
LOS = Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar
c. Manfaat BOR dan LOS
Manfaat perhitungan BOR yaitu untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur
suatu rumah sakit. Angka BOR yang rendah kurangnya penggunaan fasilitas
perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85 %)
menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Menurut Barber Johnson
nilai ideal BOR adalah 75%-85% (Sudra,2010).
Manfaat dari perhitungan LOS salah satunya yaitu untuk menghitung tingkat
penggunaan sarana dan untuk kepentingan finansial (Sudra,2010).
BOR adalah Presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu,
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.
Jadi, hubungan antara BOR dengan LOS adalah semakin lama pasien dirawat di
rumah sakit, semakin kecil jumlah rata-rata pasien keluar atau semakin kecil jumlah
kapasitas tempat tidur.
Daftar Pustaka
Benson Nababan. 2012. Analisis Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Bed Occupancy
Ratio (BOR) Di Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara Kalimantan Tengah. Jakarta
Edwin Idris. 2012. Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Di Ruangan Rawat Inap RSUD Pariaman Tahun 2012. Padang
Muhammad Sholeh S dan Tri Lestari. 2012. Jumlah Pasien Rawat Inap Dengan BOR (Bed
Occupancy Ratio) Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2009-2010 Vol 1. Jurnal Rekam Medis
Tsilmi Adhari (1710711069)
Berdasarkan standar akreditasi rumah sakit yang disusun oleh kementrian ksehatan
dan pedoman tata laksana survey akreditasi rumah sakit “ Akreditasi Rumah Sakit merupakan
pengakuan terhadap Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mulu pelayanan Rumah
Sakit secara berkesinambungan ” ( Pengantar Klasifikasi dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
)
JCI adalah versi internasional dari The Joint Commission (USA) yang bergerak
dibidang akreditasi Rumah Sakit. JCI Berdiri sejak tahun 1951 dan merupakan Join Venture
antara American College of Surgeons, American College of Physician, American Hospital
Association, American Medical Association. Akreditasi rumah sakit dilakukan secara
sukarela dan sesuai dengan standar rumah sakit komisi bersama menunjukkan potensi untuk
memberikan perawatan berkualitas tinggi. JCI telah mengakreditasi sebagian besar rumah
sakit di Amerika.
Pada tahun 1975-an JCI telah mengakreditasi hampir 80% rumah sakit di Amerika
Serikat. Dikarenakan adanya perubahan akan budaya pelayanan kesehatan di Amerika, pada
awal tahun 1975, JCI meluaskan sayapnya kepada bukan hanya rumah sakit tapi juga
organisasi non-ruamh sakit lainnya. Dan JCI meluas sampai keseluruh dunia dan hingga saat
ini telah bekerjasama dengan lebih dari 90 negara didunia. Perubahan besar yang dilakukan
pada proses akreditasi JCI pada tahun 2006 adalah menfokuskan kepada pelayanan perawatan
pasien. Untuk membantu menjelaskan proses ini maka diperkenalkanlah Tracer Methodelogy
atau Metodelogi Telusur.
Pada bulan Juli 2010, JCI mengeluarkan revisi standar baru yang di implementasikan
pada Januari 2011. Standar baru ini diciptakan melalui proses berikut:
Interprestasi Standar
3) Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit
dan rumah sakit sebagai institusinya
Manfaat akreditasi rumah sakit dibagi menjadi 3 antara lain : manfaat akreditasi bagi
rumah sakit, manfaat akreditasi rumah sakit bagi masyarakat, manfaat akreditasi bagi
karyawan rumah sakit dan manfaat akreditasi bagi pemilik rumah sakit itu sendiri
(Kusbaryanto, 2017)
a. Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultasi antara rumah sakit dengan lembaga
akreditasi yang akan memberikan saran perbaikan untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit
b. Melalui self evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada di bawah
standar atau perlu ditingkatkan
f. Suatu saat pemerintah akan mensyaratkan akreditasi sebagai kriteria untuk memberi ijin
rumah sakit yang menjadi tempat pendidikan tenaga medis/ keperawatan
b) Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di rumah sakit yang sudah
diakreditasi.
Manfaat akreditasi bagi pemilik rumah sakit ialah pemilik dapat mengetahui rumah
sakitnya dikelola secara efisien dan efektif.
4. Semua pasien diberi tahu tentang hak serta kewajiban dengan metode dan bahasa
yang mudah dimengerti.
1. ASSESMEN AWAL. Rumah sakit menentukan isi, jumlah dan jenis asesmen awal
pada disiplin medis dan keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik, riwayat
kesehatan, pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi,
kultural dan spiritual pasien.
4. MAKANAN DAN TERAPI GIZI. Makanan dan nutrisi yang sesuai sangat penting
bagi kesehatan pasien dan penyembuhannya. Pilihan makanan disesuaikan dengan
usia, budaya, pilihan, rencana asuhan, diagnosis pasien termasuk juga antara lain
diet khusus seperti rendah kolesterol dan diet diabetes melitus. Berdasar atas
asesmen kebutuhan dan rencana asuhan maka DPJP atau PPA lain yang kompeten
memesan makanan dan nutrisi lainnya untuk pasien.
8. RUANG OPERASI. Tindakan bedah merupakan tindakan yang berisiko tinggi dan
rumit sehingga memerlukan ruang operasi yang mendukung terlaksananya tindakan
bedah untuk mengurangi risiko infeksi.
2. SELEKSI DAN PENGADAAN. Ada proses seleksi obat dengan benar yang
menghasilkan formularium dan digunakan untuk permintaan obat serta instruksi
pengobatan. Obat dalam formularium senantiasa tersedia dalam stok di rumah sakit
atau sumber di dalam atau di luar rumah sakit.
3. PENYIMPANAN. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
disimpan di tempat yang sesuai, dapat di gudang logistik, di instalasi farmasi, atau di
satelit atau depo farmasi serta diharuskan memiliki pengawasan di semua lokasi
penyimpanan.
3. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS). Untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada
pasien, rumah sakit dituntut memiliki kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan efektif
ini ditentukan oleh sinergi yang positif antara pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit,
para pimpinan di rumah sakit, dan kepala unit kerja unit pelayanan. Direktur rumah sakit
secara kolaboratif mengoperasionalkan rumah sakit bersama dengan para pimpinan,
kepala unit kerja, dan unit pelayanan untuk mencapai visi misi yang ditetapkan serta
memiliki tanggung jawab dalam pengeloaan manajemen peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, manajemen kontrak, serta manajemen sumber daya.
4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK). Rumah sakit dalam kegiatannya harus
menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi, dan suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan
pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut fasilitas fisik, peralatan medis, dan
peralatan lainnya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus
berupaya keras mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko, mencegah kecelakaan
dan cidera, dan memelihara kondisi aman. Manajemen yang efektif melibatkan
multidisiplin dalam perencanaan, pendidikan, dan pemantauan.
Rumah sakit pendidikan harus mempunyai mutu dan keselamatan pasien yang lebih
tinggi daripada rumah sakit nonpendidikan. Agar mutu dan keselamatan pasien di rumah
sakit pendidikan tetap terjaga maka perlu ditetapkan standar akreditasi untuk rumah sakit
pendidikan. Pada rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, akreditasi
perlu dilengkapi dengan standar dan elemen penilaian untuk menjaga mutu pelayanan dan
menjamin keselamatan pasien
Daftar Pustaka:
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2018. Standar Nasional Akreditasi Rumah Saikt Edisi 1.