Anda di halaman 1dari 27

QBL 3: PENGORGANISASIAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu : Ns. Rista Apriana, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh:
Kelas Tutor Manajemen Keperawatan G

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
2019
1. Pentingnya pengorganisasian dibidang kesehatan
Pentingnya pengorganisasian di bidang kesehatan adalah bisa menciptakan kerja sama
yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf. Otomatis dengan
pengorganisasian yang baik bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Pentingnya pengorganisasian dibidang keperawatan


Pengorganisasian di bidang keperawatan adalah proses pengelompokkan kegiatan
terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab, dan koordinasi kegiatan baik vertical maupun
horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan adanya pengorganisasian maka dalam penugasan dijalankan tugas dan
wewenangnya masing-masing sesuai dengan tugas-tugas yang sudah dikelompokkan.

3. Pengertian pengorganisasian
Huber (2000) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi sumber daya
manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk
mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan yang lain. Pengorganisasian adalah
pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi,
melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan
dan horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2001)
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan kegiatan terhadap
tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal
yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus
melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di
mana serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.

4. Teori & Konsep Organisasional

KONSEP DASAR ORGANISASI

Organisasi sebagai kumpulan orang orang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena
pada dasarnya organisasi merupakan bagian dari lingkungan dan masyaraka. Organisasi perlu
memahami lingkungan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
mempertimbangkan faktor faktor lingkungan yang terkait, antara lain lingkungan internal dan
lingkungan eksternal.
Lingkungan internal adalah lingkungan yang terkait dengan eksistensi suatu organisasi.
Dan lingkungan eksternal adalah lingkungan yang terkait dengan kegiatan operasional dan
bagaimana kegiatan operasional tersebut dapat bertahan. Eksternal dibagi dua : yaitu
ligkungan mikro & makro. Mikro artinya yang terkait langsung dengan kegiatan operasional
sedangkan makro artinya yang tidak terkait secara langsung. Makro juga dibagi dua yaitu
lokal dan internasional.
TEORI ORGANISASIONAL
Max Weber, ilmuwan sosial berkebangsaan jerman yang disebutkan dalam bab 1,
dikenal sebagai bapak teori organisasional. Ia diakui telah mengembangkan formulasi klasik
yang paling komprehensif pada karakteristik birokrasi. Weber mengembangkan dari sudut
pandang manajer, bukan peserta didik. Selama tahun 1920-an, weber mengamati
pertumbuhan organisasi berskala besar dan memprediksikan bahwa pertumbuhan ini
membutuhkan rangkaian prosedur yang lebih formal untuk administrator. Peryataannya
tentang birokrasi, yang diterbitkan setelah kematiannya, tetap menjadi pernyataan yang
paling berpengaruh terhadap birokrasi.
Weber menyimpulkan tiga “tipe ideal” kewenangan atau alasan mengapa orang
sepanjang sejarah telah mematuhi aturan yang dibuat oleh mereka sendiri. Salah satunya,
kewenangan “legal-rasional”, berdasarkan pada keyakinan adanya pola peraturan normatif
yang sah dan orang yang memiliki kepatuhan kemudian dilakukan kepada perangkat
peraturan impersonal yang dibuat secara legal, bukan kepada peraturan perseorangan. Oleh
karena itu, kekuasaan terletak pada kantor, bukan pada orang yang bekerja di kantor itu. Jenis
kewenangan ini menjadi dasar konsep birokrasi weber.
Weber menentang bahwa kelebihan birokrasi-bahkan, mungkin kelebihan tersebut
merupakan karakteristiknya adalah bahwa birokrasi merupakan metode institusional dalam
menerapkan peraturan umum pada kasus tertentu sehingga memungkinkan manajemen
dilakukan dengan adil dan dapat diperkirakan. Karakteristik birokrasi lainnya seperti yang
diidentifikasi oleh weber meliputi:
 Pembagian kerja jelas (yaitu, semua pekerjaan harus dibagi ke dalam unit yang dapat
ditangani oleh individu atau kelompok yang kompeten untuk melakukan tugas tersebut)
 Hierarki kewenangan didefinisikan dengan jelas, yaitu atasan dipisahkan dari bawahan;
berdasarkan hierarki ini, pembayaran gaji dibedakan, kewenangan diakui, hak istimewa
dibedakan, dan promosi diadakan.
 Peraturan tidak berdasarkan perorangan dan hubungan interpersonal tidak melibatkan
perorangan. Dengan kata lain, birokrat tidak bebas bertindak dengan menggunakan setiap
cara yang mereka sukai. Peraturan birokrasi memberikan suatu pengendalian sistematik oleh
atasan terhadap bawahannya, sehingga membatasi kesempatan terjadinya perilaku yang
sewenang-wenang dan sikap pilih kasih personal.
 Sistem prosedur untuk mengatur situasi kerja (yaitu aktivitas regular untuk menyelesaikan
pekerjaan) harus ada.
 Sistem peraturan yang mencakup hak dan kewajiban setiap posisi harus ada.
 Pemilihan untuk mempekerjakan seseorang dan memberikan promosi berdasarkan pada
kompetensi teknik.

Birokrasi adalah alat yang ideal untuk memanfaatkan dan merutinisasi energi dan
meningkatkan hasil produksi industri. Namun, karya Weber tidak mempertimbangkan
kompleksitas dalam mengatur organisasi pada abad ke-21. Weber menulis pada era ketika
motivasi pekerja dianggap remeh, dan pernyataannya yang sederhana tentang peran
manajemen dan pegawai tidak mengkaji hubungan bilateral antara pegawai dan manajemen
yang umum terjadi pada ssebagian besar organisasi dewasa ini.
Sejak penelitian Weber, teoritis manajemen mempelajari banyak hal tentang perilaku
manusia, dan sebagian besar organisasi telah memodifikasi struktur mereka serta
menciptakan rancangan organisasi alternatif yang dapat mengurangi kekakuan dan
impersonalitas. penelitian terkini juga mendukung tesis yang mengubah struktur organisasi
dengan menggunakan yang dapat meningkatkan otonomi dan wewenang perawat serta
menghasilkan perawatan pasien yang lebih efektif (Laschinger & Havens, 1996;Miller,
Galloway, & Brennan, 2001). Namun selama hamper 100 tahun setelah temuan Weber
tersebut, komponen struktur birokratik terus ditemukan dalam rancangan sebagian besar
organisasi yang besar.

5. PRINSIP –PRINSIP PENGORGANISASIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN


Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan organisasi,
ada empat prinsip yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip tersebut adalah: 1)
Pembagian kerja. 2) Pendelegasian tugas, 3) Koordinasi dan 4) Manajemen waktu.
Berikut ini penjelasan masing-masing prinsip dalam pengorganisasian yang penting Anda
perhatikan, yaitu:
1. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf.
Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk
menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas,
tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job description, pengembangan prosedur dan
deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian kerja
2. Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu
tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap
tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu, Dalam
pendelegasian mengandung unsur mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta
memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan efisien dengan
kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi, 2013 pendelegasian yang
baik harus melihat The five right of delegation meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan
sekitarnya, orang yang ditunjuk, adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan
supervisi atau evaluasi
3. Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang
terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi
keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja.
Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara : 1) membangun komunikasi dua arah baik
dengan atasan maupun bawahan, 2) membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre
dan post conferent), 3) melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan,
4) membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas apa saja.
Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat
berhasil dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif dengan
cara : 1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan, 2)
memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada, 3) menentukan prioritas
pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak mendesak/rutin, 4) mendelegasikan
kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan

Daftar pustaka
Mugianti,sri.2016.manajemen dan kepemimpinan dalam praktek
keperawatan.jakarta.kementrian kesehatan republik Indonesia
6. Pengambilan Keputusan dalam Hierarki Organisasional

Hierarki pengambilan keputusan, atau piramida, sering kali mengacu pada rantai skala.,
memungkinkan ditentukannya posisi yang melakukan pengambilan keputusan dalam hierarki
manajemen. Meskipun setiap manajer memiliki beberapa kewenangan pengambilan
keputusan, jenis dan tingkatnya ditentukan oleh posisi manajer pada bagan.
Dalam organisasi dengan pengambilan keputusan tersentralisasi, keputusan dibuat oleh
beberapa manajer di tingkat atas suatu hierarki.
Pengambilan keputusan terdesentralisasi mengizinkan pengambilan keputusan di seluruh
organisasi dan memungkinkan masalah diselesaikan oleh manajer praktik tingkat terendah.
Sering kali hal ini berarti bahwa masalah dapat diatasi pada tingkat masalah itu muncul, yang
berpotensi untuk meningkatkan hasil akhir mutu pelayanan dan dapat meningkatkan efisiensi
organisasi (Hagenstad, Weis,& Brophy,K.2000;Krairiksh & Anthony,2001).
Secara umum, semakin besar organisasi, semakin besar kebutuhan untuk
mendesentralisasikan pengambilan keputusan. Hal ini terjadi karena pertanyaan kompleks
yang harus dijawab paling baik diberikan pada beragam orang dengan area keahlian yang
berbeda. Selain itu, meletakkan keputusan semacam itu dalam organisasi besar pada pundak
sedikit manjer akan sangat membebani manajer tersebut dan mengakibatkan penundaan yang
sangat merugikan dalam pengambilan keputusan. Hierarki pengambilan keputusan organisasi
terdesentralisasi bersifat absolut, dengan rantai scalar yang sangat pendek.
Sumber: Buku kepemimpinan dan manajemen keperawatan teori dan aplikasi oleh BESSIE
L.MARQUIS DAN CAROL J.HUSTON

7. Jenis struktur organisasi


Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan
yang diterapkan di ruang perawatan. Berikut ini Anda pelajari terlebih dahulu beberapa tipe
organisasi dilihat dari strukturnya.
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1 Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini
mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata
antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan
sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan
kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih cocok
digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana
terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini
mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat,
kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih
mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan
pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur
manusiawi sering terabaikan.

2 Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf
dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang
berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah
individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang
yang mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan
berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih
baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.

3 Organisasi lini dan staf


Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini,
staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung
jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide
tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan
keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang
karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting
serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong
tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan
memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf
tidak mengetahui batas batas wewenangnya.
Kesimpulan
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja
lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2001). Tipe-tipe organisasi
terdiri dari organisasi lini, organisasi staf, dan organisasi lini dan staf. Salah satu kegiatan
organisasi adalah mengelompokan dan membagi kegiatan yang harus oleh staff dibagi habis
sesuai kompetensi dan tanggung jawab. Salah satu tujuan dari organisasi tersebut adalah
mencapai dari tujuan organisasi tersebut. Prinsip-prinsip pengorganisasian manajemen
keperawatan adalah pembagian kerja, pendegelasian tugas, kordinasi, dan pembagian waktu.
8. Komponen struktur organisasi
Ada lima elemen atau komponen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika
hendak mendesain struktur, antara lain:

1. Spesialisasi pekerjaan: Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke


dalam beberapa pekerjaan tersendiri.

2. Departementalisasi: Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara


bersama-sama.

3. Rantai komando: Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak
organisasi ke paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.

4. Rentang kendali: Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara
efisien dan efektif.

5. Formalisasi: Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan didalam organisasi dibakukan.

Kesimpulan
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan
unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2001). Tipe-
tipe organisasi terdiri dari organisasi lini, organisasi staf, dan organisasi lini dan staf.
Salah satu kegiatan organisasi adalah mengelompokan dan membagi kegiatan yang harus
oleh staff dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawab. Salah satu tujuan dari
organisasi tersebut adalah mencapai dari tujuan organisasi tersebut. Prinsip-prinsip
pengorganisasian manajemen keperawatan adalah pembagian kerja, pendegelasian tugas,
kordinasi, dan pembagian waktu

9. Formal orgnisasi
Pengertian Organisasi Formal
Organisasi formal memiliki definisi yaitu sebagai organisasi yang terdiri dari struktur
yang jelas dengan pembagian kerja yang jelas serta adanya tujuan dan sasaran yang disusun
dengan jelas. Pengertian lain menyatakan bahwa organisasi formal merupakan organisasi
yang tersusun dari struktur dengan bagan yang mendeskripsikan keterkaitan kerja antar unit,
kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab antar elemen di dalam organisasi. Perencanaan di
dalam organisasi formal disusun secara sengaja yang meliputi struktur dan tujuan. Penentuan
tujuan inilah sebagai salah satu alasan mengapa organisasi formal dibuat.
Struktur organisasi formal sendiri memiliki arti sebagai sistem formal yang mana
organisasi diatur sedemikian rupa. Struktur organisasi formal menggambarkan rangkaian
pola hubungan diantara fungsi-fungsi, unit-unit, kedudukan-kedudukan maupun posisi setiap
orang yang menunjukkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Pada
struktur organisasi formal ini tergambarkan spesialisasi/spesifikasi setiap pekerjaan yang
diamanahkan pada tiap individu ataupun tiap departemen/bagian.

10. Tabel organisasi


Struktur organisasi merupakan suatu susunan ataupun hubungan antat komponen berbagai
bagian dan posisi dalam sebuah organisasi, komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
organisasi memiliki ketergantungan. Sehingga apabila terdapat sebuah komponen yang baik
maka akan berpengaruh kepada komponen yang lainnya dan tentu saja akan mempengaruhi
organisasi tersebut.

kesimpulan
secara umum ialah sebagai landasan berdirinya suatu organisasi dibuat, dan juga tentang
tujuan yg mau di capai dari dasar dari awal organisasi tersebut didirikan.

11 Pendiagraman Struktur Organisasi


Adapun terdapat beberapa macam bentuk struktur organisasi yaitu :
1) Struktur organisasi lini
2) Struktur organisasi staff
3) Struktur organisasi lini dan staff
4) Struktur organisasi fungsional 
5) Struktur organisasi lini dan fungsional.
6) Struktur organisasi proyek/kepanitiaan
7) Struktur organisasi matriks

1. Organisasi Lini
Organisasi Garis / Lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pelimpahan wewenang
langsung secara vertical dan sepenuhnya dari kepemimpinan terhadap bawahannya
Bentuk lini juga disebut bentuk lurus atau bentuk jalur. Bentuk ini merupakan bentuk
yang dianggap paling tua dan digunakan secara luas pada masa perkembangan industri
pertama. Organisasi Lini ini diciptakan oleh Henry Fayol.
1. Hubungan antara pimpinan & bawahan masih bersifat langsung melalui satu garis
wewenang
2. Selain top manajer , manajer dibawahnya hanya sebagai pelaksana
3. Jumlah karyawan sedikit
4. Sarana dan alatnya terbatas
5. Bentuk lini pada perusahaan perseorangan, pemilik perusahaan adalah
sebagai top manajer
6. Organisasi kecil    

2. Organisasi staf
Organisasi staf dapat diterapkan jika dalam organisasi, dikembangkan satuan organisasi
staf yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Pada umumnya, satuan organisasi staf
diisi oleh para ahli yang berasal dari berbagai spesialisasi sesuai kebutuhan. Organisasi
ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari organisasi lini.
3. Organisasi Lini dan Staf
Organisasi Lini dan Staf adalah kombinasi dari organisasi lini dan organisasi fungsional.
Pelimpahan wewenang dalam organisasi ini berlangsung secara vertikal dari seorang
atasan pimpinan hingga pimpinan dibawahnya. Untuk membantu kelancaran dalam
mengelola organisasi tersebut seorang pimpinan mendapat bantuan dari para staf
dibawahnya. Tugas para staf disini adalah untuk membantu memberikan pemikiran
nasehat atau saran-saran, data, informasi dan pelayanan kepada pimpinan sebagai bahan
pertimbangan untuk menetapkan suatu keputusan atau kebijaksanaan. Pada struktur
organisasi ini Hubungan antara atasan dengan bawahan tidak secara langsung

Ciri :
1. Hubungan atasan dan bawahan tidak seluruhnya secara langsung
2. Karyawan banyak
3. Organisasi besar 
Ada dua kelompok kerja dalam organisasi sehingga ditekankan adanya spesialisasi:
1. Personel lini
2. Personel staf

4. Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor yaitu suatu bentuk organisasi di mana
kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di
bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Struktur ini berawal dari konsep
adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan yang jelas dan setiap atasan
mempunyai wewenang memberi perintah kepada setiap bawahan, sepanjang ada
hubunganya dengan fungsi atasan tersebut
Ciri :
1. Organisasi kecil
2. Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staf ahli
3. Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
4. Target yang hendak dicapai jelas dan pasti
5. Pengawasan dilakukan secara ketat

Tipe fungsional ini relevan untuk situasi seperti berikut :


1. Lingkungan stabil
2. Tugas bersifat rutin dan tidak banyak perubahan terjadi
3. Mengutamakan efisiensi dan kapabilitas fungsional

5. Organisasi Lini dan Fungsional


Organisasi Lini dan Fungsional adalah organisasi yang masing-masing anggota
mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi Komite lebih
mengutamakan pimpinan, artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan “kolektif/
presidium/plural executive” dan komite ini bersifat managerial. Komite dapat juga
bersifat formal atau informal,komite-komite itu dapat dibentuk sebagai suatu bagian dari
struktur organisasi formal, dengan tugas-tugas dan wewenang yang dibagi-bagi secara
khusus.

Ciri :
a. Tidak tampak adanya pembedaan tugas pokok dan bantuan
b. Spesialisasi secara praktis pada pejabat fungsional
c. Pembagian kerja dan wewenang tidak membedakan perbedaan tingkat eselon
d. Strukutur organisasi tidak begitu kompleks. Biasanya terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, ketua-ketua seksi, dan para perugas
e. Struktur organisasi secara relatif tidak permanea. Organisasi ini hanya dipakai sesuai
kebutuhan atau kegiatan
f. Tugas pimpinan dilasanakan secara kolektif
g. Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang sama
h. Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satgas

6. Organisasi Proyek
Organisasi proyek disusun berdasarkan pada pembentukan tim khusus, biasanya masing-
masing terdiri atas para spesialis yang diperlukan untuk menyelesaikan dan mencapai
tujuan khusus pula. Jika proyek tersebut selesai, maka tim khusus itu dibubarkan.

7. Organisasi Matrik
Organisasi matrik disebut juga sebagai organisasi manajemen proyek yaitu organisasi di
mana penggunaan struktur organisasi menunjukkan di mana para spesialis yang
mempunyai keterampilan di masing-masing bagian dari kegiatan perusahaan dikum-
pulkan lagi menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek yang harus diselesaikan.

Organisasi matrik digunakan berdasarkan struktur organisasi staf dan lini khususnya di
bidang penelitian dan pengembangan dan akan menghasilkan wewenang ganda di mana
wewenang horizontal diterima manajer proyek sedangkan wewenang fungsionalnya yaitu
sesuai dengan keahliannya dan tetap akan melekat sampai proyek selesai, karena memang
terlihat dalam struktur formalnya. Sebagai akibat anggota organisasi matrik mempunyai
dua wewenang, hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan kegiatannya para anggotanya
juga harus melaporkan kepada dua atasan
Untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul, biasanya manajer proyck diberi jaminan
untuk melaksanakan wewenangnya dalam memberikan perintah di mana manajer proyek
tersebut akan langsung lapor kepada manajer puncak.

 
12 Keterbatasan Bagan Organisasi
1) Struktur organisasi lini
Kelebihan dari struktur organisasi lini adalah : 
a) Atasan dan bawahan dihubungkan dengan satu garis komando.
b) Rasa solidaritas dan spontanitas seluruh anggota organisasi besar.
c) Proses pembuatan keputusan berjalan cepat.
d) Disiplin dan loyalitas tinggi.
e) Rasa saling pengertian antar anggota tinggi

Kelemahan dari struktur organisasi lini adalah :


a) Ada tendensi gaya kepernimpinan otokratis
b) Pengembangan kreatifitas karyawan terhambat
c) Tujuan top manajer sering tidak bisa dibedakan dengan tujuan organisasi
d) Karyawan tergantung pada satu orang dalam organisasi

2) Struktur organisasi staff


Keuntungan organisasi staf adalah hasil keputusan dapat lebih baik karena telah
dipikirkan oleh sekelompok kalangan ahli, sedangkan kerugiannya adalah pengambilan
keputusan lebih lama sehingga menghambat kelancaran program.
3) Struktur organisasi lini dan staff
Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
a) Ada pembagian tugas yang jelas
b) Kerjasama dan koordinasi dapat dilaksanakan dengan jelas
c) Pengembangan bakat segenap anggota organisasi terjamin
d) Staffing dilaksanakan sesuai prinsip the right man on the right place
e) Bentuk organisasi ini fleksibel untuk diterapkan

Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah :


a) Tugas pokok orang-orang sering dinomorduakan
b) Proses decesion makin berliku-liku
c) Jika pertimbangan tidak terkontrol maka sering menimbulkan nepotism
spoilsystem patronage
d) Persaingan tidak sehat antara pejabat yang satu dengan pejabat lainnya

4) Struktur organisasi fungsional


Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
a. Program terarah, jelas dan cepat
b. Anggaran, personalia, dan sarana tepat dan sesuai
c. Kenaikan pangkat pejabat fungsional cepat
d. Adanya pembagian tugas antara kerja pikiran dan fisik
e. Dapat dicapai tingkat spesialisasi yang baik
f. Solidaritas antar anggota yang tinggi
g. Moral serta disiplin kerja yang tinggi
h. Koordinasi antara anggota berjalan dengan baik
i. Keterampilan yang terspesialisasi
j. Mengurangi duplikasi penggunaan sumber daya yang terbatas
k. Memberikan kesempatan karir bagi para tenaga ahli spesialis

Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah :


a. Pejabat fungsional bingung dalam mengikuti prosedur administrasi
b. Pangkat pejabat fungsional lebih tinggi dibandingkan kepala unit sehingga
inspeksi sulit dilaksanakan
c. Insiatif perseorangan sangat dibatasi
d. Sulit untuk melakukan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri
dalam satu bidang tertentu
e. Menekankan pada rutinitas tugas - kurang memperhatikan aspek strategis jangka
panjang
f. Menumbuhkan perspektif fungsional yang sempit
g. Mengurangi komunikasi dan koordinasi antar fungsi
h. Menumbuhkan ketergantungan antar-fungsi dan kadang membuat koordinasi dan
kesesuaian jadwal kerja menjadi sulit dilakukan.

5) Struktur organisasi lini dan fungsional.


Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
a. Solidaritas tinggi
b. Disiplin tinggi
c. Produktifitas tinggi karena spesialisasi dilaksanakan maksimum
d. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak rutin atau teknis tidak dikerjakan
e. Keputusan dapat diambil dengan baik dan tepat
f.Kecil kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan
g. Usaha kerjasama bawahan mudah digalang

Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah:


a. Kurang fleksibel dan tour of duty
b. Spesialisasi memberikan kejenuhan
c. Proses pengambilan keputusan agak larnban karena harus dibicarakan terlebih
dahulu dengan anggota organisasi
d. Kalau terjadi kemacetan kerja, tidak seorang pun yang mau bertanggung jawab
melebihi yang lain.
e. Para pelaksana sering bingung, karena perintah datangnya tidak dari satu orang
saja.
f. Kreativitas nampaknya sukar dikembangkan, karena perintah pelaksanaan
didasarkan pada kolektivitas.
g. Organisasi panitia biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa
seksi

6) Struktur organisasi proyek/kepanitiaan


Keuntungannya adalah lebih efektif untuk menangani proyek tertentu sehingga
kinerjanya lebih terstruktur dan lebih efektif. Kekurangannya adalah susunannya tidak
menentu dan hanya digunakan untuk proyek tertentu.

7) Struktur organisasi matriks


Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
Pada fleksibelitas dan kemampuannya dalam memperhatikan masalah-masalah yang
khusus maupun persoalan teknis yang unik serta pelaksanaan kegiatan organisasi matrik
tidak mengganggu struktur organisasi yang ada.

Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah :


Manajer proyek tak bisa mengkoordinasi berbagai bagian yang berbeda hingga
menghadapi kesulitan dalam mengembangkan team yang terpadu dikarenakan
penyimpangan pclaksanaan perintah untuk masing-masing individu. Untuk mengatasi
kesulitan yang mungkin timbul, maka manajer proyek biasanya diberi wewenang khusus
yang penting, misalnya: dalam menentukan gaji, mempromosikan atau melakukan
perlakuan personalia.

13 Budaya Organisasi, Struktur Organisasi dan Komunikasi


Budaya organisasi adalah norma perilaku dan nilai-nilai yang dipahami dan diterima oleh
semua anggota organisasi dan digunakan sebagai dasar dalam aturan perilaku dalam
organisasi tersebut. Budaya Organisasi menjadi suatu karakteristik yang ada pada sebuah
organisasi dan menjadi pedoman organisasi tersebut sehingga membedakannya dengan
organisasi lainnya.
Karakteristik Budaya Organisasi

Budaya organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang perlu diketahui dan dipahami. Adapun
karakteristik terssebut adalah :

1. Adanya Inovasi dan Pengambilan Resiko. Karakteristik ini mencoba mendorong anggota


untuk bersikap selalu inovatif dalam bekerja khususnya pada penyelesaian masalah.
Selain itu anggota diminta tidak takut dalam mengambil resiko asalkan telah melalui
perhitungan yang matang.
2. Memperhatikan secara mendetail. Para anggota organisasi diminta fokus pada hal yang
dikerjakan dan selalu teliti dan mendetail dalam menganalisis
3. Berorientasi pada kebermanfaatan. Manajemen organisasi memusatkan pada keluaran
khususnya pada kebermanfaatan bagi berbagai pihak.
4. Berorientasi pada orang. Setiap keputusan yang diambil oleh organisasi harus melalui
pertimbangan bahwa dampaknya harus positif terhadap anggota dalam organisasi.
5. Berorientasi pada tim. Program dan tindakan dalam organisasi condong pada kinerja tim
dibandingkan kinerja personal.
6. Bersifat Agresif. Budaya organisasi membuat anggota bertindak agresif dalam bekerja.
7. Stabilitas. Budaya dalam organisasi memberi penmekanan pada stabilitas status quo.

Fungsi / Peran Budaya Organisasi

Seperti dijelaskan dalam pengertian budaya organisasi di atas, leader memberi peranan


penting dalam membentuk budaya kerja pada organisasi. Sehingga, fungsi budaya organisasi
secara umum terbagi dalam beberapa hal, meliputi:

1. Menambahkan rasa kepemilikan dan menaikkan loyalitas karyawan dalam perusahaan


2. Digunakan sebagai alat untuk mengorganisasikan anggota
3. Memperkuat nilai organisasi
4. Sebagai mekanisme untuk mengontrol perilaku di dalam lingkungan kerja
5. Mendorong semua struktur untuk meningkatkan kinerja baik itu untuk jangka pendek
atau jangka panjang
6. Budaya organisasi juga berfungsi sebagai penentu arah, mana yang boleh dilakukan
dan mana yang tidak.

Jenis / Tipe Budaya Organisasi


Dalam bukunya, Noe dan Mondy (1996:237) mengatakan ada dua tipe Budaya Organisasi,
yaitu:
1. Open and Participative Culture
Budaya organisasi ini ditandai dengan pencapaian tujuan output yang tinggi dengan
didukung adanya rasa percaya pada bawahan, komunikasi yang terbuka, kepemimpinan
yang supportif dan penuh perhatian, penyelesaian masalah secara tim, adanya otonomi
pekerja, dan berbagi informasi.
2. Closed and Autocratic Culture
Budaya organisasi ini ditandai dengan pencapaian tujuan output yang tinggi, namun
pencapaian tersebut mungkin lebih dinyatakan dan dipaksakan organisasi dengan
pemimpin yang otokrasi dan kuat.

Struktur Komunikasi Dalam Organisasi


Struktur jaringan komunikasi organisasi merupakan suatu struktur saluran dimana
informasi melewatinya dari individu yang satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut
mangandung alur informasi, dan mencerminkan interaksi formal antar anggota
organisasi.
Menurut Devito, ada 5 struktur jaringan komunikasi kelompok, diantaranya:
1. Struktur Lingkaran

Dalam struktur lingkaran, sebuah organisasi tidak memiliki pemimpin, semua anggota
posisinya sama, mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi kelompok. Model jaringan komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota
bisa terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarkinya tetapi tanpa ada kelanjutannya
pada tingkat yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap level, pada intinya setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya
2.         Struktur Roda (Wheel Network)

Dalam struktur roda, sebuah organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya
dipusat. Struktur ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi dengan masing-masing
orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang tersebut adalah peimpin. Orang
(pemimpin) ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari
semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota
lain maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada
ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi
anggotanya. Penyelesaian masalah dalam stuktur roda bisa dibilang cukup efektif tapi
keefektifan itu hanya mencakup masalah yang sederhana saja.
3. Struktur “Y” (Y Network)

Struktur Y relative kurang tersentralasasi dibanding karakteristik individu dan perilaku


komunikasi dalam struktur roda. Tetapi lebih tersentralasasi dibanding dengan pola
lainnya. Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi
kepada yang lainnya pda batas luar suatu pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada
jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi
atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang
tertentu saja. Dalam struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi semua aggota
lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirim dan menerima pesan
dari dua orang lainnya, sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas hanya dengan satu
orang saja.
4.         Struktur Rantai (Chain Network)

Dalam struktur rantai dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan ke bawah
(downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando)
baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan.
Sistem komunikasi dalam struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa
para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.
Keadaan terpusat juga terjadi disini. Orang yang berada ditengah lebih berperan sebagai
pemimpin dari pada mereka yang berada diposisi lain. Dalam struktur ini, Sejumlah
saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi degan orang-orang
tertentu saja.
5.         Struktur Bintang / Struktur Seluruh Jaringan (Pinwheel Network)

Struktur ini juga hampir sama dengan struktur limgkaran. Dalam arti semua anggota
adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota
lainnya. Pada jaringan pinwheel seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi
dengan setiap orang lainnya. Jaringan pinwheel ini memberikan contoh suatu struktur
komunikasi yang desentralisasi.
Jaringan terpusat/sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda.
Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah
secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat.

14 Struktur Komite dalam Organisasi


Organisasi komite adalah bentuk organisasi di mana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu
dilaksanakan secara kolektif oleh sekelompok pejabat, yang berupa komite atau dewan atau
board dengan pluralistic manajemen.
Organisasi komite terdiri dari:
1. Executive Committe (Pimpinan komite) yaitu para anggotanya mempunyai wewenang
lini
2. Staff Committee yaitu orang-orang yang hanya mempunyai wewenang staf
Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
1. Pelaksanaan decision making berlangsung baik karena terjadi musyawarah dengan
pemegang saham maupun dewan
2. Kepemimpinan yang bersifat otokratis sangat kecil
3. Dengan adanya tour of duty maka pengembangan karier terjamin

Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah:


1. Proses pembuatan keputusan sangat lambat
2. Biaya operasional rutin sangat tinggi
3. Kalau ada masalah sering kali terjadi penghindaran siapa yang bertanggung jawab

15 Tanggung jawab dan tugas komite keperawatan


Pengertian Komite Keperawatan
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi
utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
Tujuan
Menurut Permenkes no 49 tahun 2013, tujuan penyelenggaraan komitekeperawatan adalah
untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatanserta mengatur tata kelola klinis
yang baik agar mutu pelayanan keperawatan pelayanan kebidanan yang berorientasi pada
keselamatan pasien di rumah sakit lebih terjamin dan terlindungi.
Fungsi Komite Keperawatan
Komite Keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
yang bekerja di Rumah Sakit dengan cara:
a. melakukan Kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit;
b. memelihara mutu profesi tenaga keperawatan; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.
Tugas Komite berdasarkan Fungsinya
1. Fungsi Kredensial

 menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih;


 melakukan verifikasi persyaratan Kredensial;
 merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga keperawatan;
 merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis;
 melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan;
 melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
diteruskan kepada kepala/direktur Rumah Sakit
2. Fungsi Memelihara mutu profesi
3. menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
 merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan;
 melakukan audit keperawatan dan kebidanan; dan
 memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuha
4. Fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan

 melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan;


 melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan;
 merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah etik
dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan
 merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis; dan
 memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan dan kebidanan
Wewenang Komite Keperawatan
• memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis
• memberikan rekomendasi perubahan rincian Kewenangan Klinis
• memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis tertentu
• memberikan rekomendasi surat Penugasan Klinis
• memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan
• memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan dan pendidikan kebidanan
berkelanjutan; dan
• memberikan rekomendasi pendampingan dan memberikan rekomendasi
pemberian tindakan disiplin.
16 Keefektifan Organisasi
Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauhmana organisasi
tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Konsep Efektivitas yang
dikemukakan para ahli organisasi dan manajemen memiliki makna yang berbeda, tergantung
pada kerangka acuan yang dipergunakan.
Secara nyata Stoner (1982) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam
pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu
organisasi.
Miller (1977: 292) mengemukakan bahwa :
“Efectiveness be define as the degree to wich a social system achieve its goals. Efectiveness
must be distingiished from efficiency. Efficiency is mainly concered with goal attainments.”
(Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya.
Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandaung pengertian
perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan
dengan pencapaian suatu tujuan).
Disimpulkan bahwa konsep tingkat efektivitas organisasi menunjukkan pada tingkat jauh
organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada.
Sharma (1982:314) memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang
menyangkut faktor internal organisasi dan faktor ekternal organisasi yang meliputi antara
lain:
1) Produktivitas organisasi atau output
2) Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dari perubahan-
perubahan didalam dan diluar organisasi
3) Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara
bagian-bagian organisasi.
Konsep Sharma tersebut diatas jelas meyangkut tiga elemen yang berbicara mengenai
produktivitas organisasi sebagai output, kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan, dan bagaimana organisasi mengelola dan mengatasi
konflik internal yang terjadi.
Steers (1985: 206) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas dalam
pengukuran efektivitas organisasi yaitu:
• Produktivitas
• Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas
• Kepuasan kerja
• Kemampuan berlaba
17 Peran Pemimpin dan Fungsi Manajemen berhubungan dengan Hirarki Perencanaan
dan Perencanaan Strategis
Fungsi pemimpin dalam penyususnan rencana strategis
Ketika seorang direktur berusaha menyusun rencana strategis, sebenarnya ia sedang
memimpin proses perubahan ke masa depan agar menjadi lembaga yang lebih baik.
Penyusunan visi merupakan tahap seorang direktur rumah sakit bersama dengan seluruh staf
berusaha meletakkan tonggak perkembangan rumah sakit ke masa depan. Oleh karena itu,
dalam menyusun rencana strategis terdapat kemungkinan seorang direktur rumah sakit
menjadi pemimpin sebuah proses transformasi, misal dari rumah sakit yang bermutu rendah
menjadi rumah sakit bermutu internasional. Proses transformasi ini tidak hanya perubahan
secara peraturan, tetapi perubahan cara berpikir, budaya, sampai perubahan pola kegiatan
sumber daya manusia di rumah sakit.
Dengan demikian, direktur rumah sakit perlu memperhatikan konsep transformational
leadership. Konsep ini menyatakan bahwa pemimpin transformasi meletakkan nilai-nilai dan
merumuskan visi organisasi (Sashkin dan Rosenbach, 1998). Hasil dari perumusan ini
mungkin tidak akan dirasakan secara langsung tetapi dapat dipahami untuk dilaksanakan.
Rumah sakit dengan komitmen sumber daya manusia yang tidak kuat, maka peran pemimpin
dalam proses penyusunan rencana strategis menjadi penting.
Koteen (1997) menyatakan bahwa peran pemimpin saat ini yaitu sebagai, (1) arsitek
penyusunan visi organisasi, (2) pembentuk budaya organisasi dari nilai-nilai yang ada, (3)
pemimpin dalam manajemen strategis, (4) pengamat untuk memahami lingkungan, (5)
penggerak penggalian sumber biaya, dan (6) penjamin mutu tinggi dalam kinerja. Di samping
itu, apabila terjadi kemacetan dalam perkembangan organisasi seorang pemimpin harus
berperan sebagai penggerak agar suasana kerja dapat bergairah untuk berubah.
Dengan menggunakan konsep Koteen, para direktur rumah sakit mempunyai peran besar
dalam penyusunan rencana strategis. Peran sebagai arsitek penyusunan visi organisasi
merupakan hal menantang bagi seorang direktur rumah sakit. Dalam hal ini ada contoh
direktur rumah sakit yang selalu berusaha untuk bertanya ke diri sendiri dan organisasinya.
Dalam keadaan lingkungan apa sekarang ini, ke mana kita ingin menuju, bagaimana kita
akan mencapai tujuan, perubahan apa yang kita perlukan, untuk siapa perubahan ini. Itulah
pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dan pantas ada dalam benak seorang direktur.
Akan tetapi, ada pula direktur yang praktis menyerupai seorang kepala kantor. Ia tidak
mempunyai pandangan mengenai masa depan dan tidak perduli pada perubahan lingkungan.
Perlu dicermati bahwa kemampuan berpikir, menafsirkan perubahan lingkungan, dan
bertindak sebagai arsitek penyusunan visi memang bukan merupakan bagian dari budaya
kerja pegawai negeri. Oleh karena itu, cara berpikir untuk berperan sebagai arsitek penyusun
visi perlu ditanamkan dan membutuhkan berbagai prasyarat, termasuk otonomi manajemen
rumah sakit.
Proses penyusunan rencana strategis bukan sebuah proses yang dibuat sendiri oleh
direktur. Sejak awal, proses ini sebaiknya melibatkan berbagai stakeholders di rumah sakit.
Dalam hal ini peran direktur sebagai pemimpin akan diuji. Direktur harus mampu
berkomunikasi dengan pemilik rumah sakit, konsultan yang membantu proses penyusunan,
pihak-pihak luar terkait, dan tentu saja dengan berbagai kelompok sumber daya manusia di
dalam rumah sakit itu sendiri. Setelah perencanaan strategis, aplikasi manajemen strategis
merupakan sistem yang kompleks dengan beberapa ketersediaan data yang baik dan cepat
analisisnya terpenuhi, sistem informasi dan proses pengambilan keputusan yang baik.
Pemimpin dalam rumah sakit harus mampu berperan sebagai motor penggerak utama agar
sistem manajemen strategis dapat berjalan.
Secara khusus peran pemimpin dalam proses perencanaan strategis adalah:
1. Menggerakkan komitmen seluruh kelompok sumber daya manusia untuk memahami
pentingnya perencanaan
2. Merencanakan proses perencanaan strategis
3. Menjadi penanggung jawab utama proses perencanaan strategis termasuk perumusan
strategisnya
4. Memimpin pelaksanaan rencana strategis termasuk mengkoordinasi pelaksanaan berbagai
subsistem di rumah sakit
5. Melakukan penilaian dan pengendalian kinerja.
Hubungan perencanaan dengan fungsi-fungsi lain
Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta kegiatan-kegiatan manajerial lainnya
adalah saling berhubungan, saling tergantung dan berinteraksi.  Berikut ini penjelasan
tentang hubungannya:
A. Pengorganisasian dan Penyusunan Personalia
Pengorganisasian adalah proses pengaturan kerja bersama sumber daya-sumber
daya keuangan, phisik dan manusia dalam organisasi. Perencanaan menunjukan cara
dan menunjukan sumber daya-sumber daya tersebut untuk mencapai efektivitas
paling tinggi.
B. Pengarahan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan dengan perencanaan. Perencanaan
menentukankombinasi yang paling baik dari faktor-faktor, kekuatan-kekuatan,
sumber daya-sumber daya dan hubungan-hubungan yang di perlukan untuk
mengarahkan dan memotivasi karyawan.
C. Pengawasan
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan sangat erat, sehingga
sering disebut sebagai “kembar siam” dalam manajemen. Pengawasan adalah penting
sebagai produk perencanaan efektif. Oleh karena itu, pengawasan bertindak sebagai
kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana. Tujuan setiap rencana adalah
untuk membantu sumber daya dalam kontribusinya secara positif terhadap
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.

Rifah Miladina 171011040


Risma Dianty K.P 1710711125
B. Birokrasi
1 Pengertian Birokrasi
Menurut Farel Heady (1989), pengertian birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang memiliki
karakteristik tertentu; hierarki, diferensiasi, dan kualifikasi atau kompetensi. Hierarkhi berkaitan
dengan struktur jabatan yang mengakibatkan perbedaan tugas dan wewenang antar anggota
organisasi. Menurut Farel Heady (1989), pengertian birokrasi adalah suatu struktur organisasi
yang memiliki karakteristik tertentu; hierarki, diferensiasi, dan kualifikasi atau kompetensi.
Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh
berbagai macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang.
Birokrasi banyak ditemukan dalam organisasi pemerintahan, rumah sakit, perusahaan, sekolah,
dan militer.
2 Fungsi Birokrasi
Michscel G. Roskin, (dalam Mustafa 2014 :121) menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi
birokrasi :
1) Fungsi Administrasi, Administrasi berarti pelaksanaan kebijakan umum suatu rumah
sakit, di mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna
mencapai tujuan rumah sakit secara keseluruhan.
2) Fungsi Pelayanan, Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau
kelompokkelompok khusus.
3) Fungsi Pengaturan (Regulation) Fungsi pengaturan dari suatu rumah sakit biasanya
dirancang demi mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini,
badan birokrasi biasanya dihadapkan antara dua pilihan : kepentingan individu versus
kepentingan masyarakat banyak.
4) Fungsi pengumpulan informasi Dalam hal ini berdasarkan dua tujuan polok yakni :
Apakah suatu kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat
kebijakan-kebijakan baru yang disusun oleh rumah sakit berdasarkan situasi faktual.
3 Tujuan Birokrasi
1) Sejalan dengan tujuan Pemerintahan
2) Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi
3) Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan professional
4) Menjalankan manajemen rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengawasan, evaluasi,
koordinasi, sinkronisasi, represif, prevetif, antisipatif, resolusi dll.
4 Keuntungan Birokrasi
1) Terdapat aturan-aturan serta prosedural dalam suatu organisasi.
Pada bentuk teori birokrasi yang di gagas oleh Max Weber terdapat penekanan tentang
penting prosedur dan aturan-aturan yang harus ditaati. Menurut Max Weber bahwa setiap
peraturan haruslah bersifat rasional dan tertulis sehingga suatu organisasi akan memiliki
suatu pedoman dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
2) Mempunyai Spesialisasi Pekerjaan dan Job Description yang Jelas.
Dalam sistem ini, terdapat pembagian tugas yang spesifik, seperti halnya operan, dimana
setiap orang mengerjakan pekerjaan yang telah didelegasikan kepadanya. Dengan
demikian, pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan cepat serta tidak ada benturan
kepentingan karena masalah overlapping pekerjaan.
3) Ada Hierarki Otoritas yang Formal, Sehingga Memudahkan Pengkoordinasian
Dengan adanya hierarki otoritas, masing-masing pekerja tahu dimana posisinya dan
otomatis akan mengikuti perintah supervisor/atasannya, sehingga proses
pengkoordinasian pekerja menjadi mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Mugianti,sri.2016.manajemen dan kepemimpinan dalam praktek
keperawatan.jakarta.kementrian kesehatan republik Indonesia
Asmuji, Ar-Ruz. 2012. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta:
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Douglass. 1992.The effective nurse : leader and manager (4th ed). St.Louis : Mosby Year Book
Korompis, Grace E.C. 2015. Organisasi & Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta:Salemba Humanika
Suarli. S dan Yanyan Bahtiar. 2012. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga.
Mustafa, Delly, 2014. Birokrasi Pemerintahan Edisi Revisi. Bandung, Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai