Anda di halaman 1dari 15

PENGORGANISASIAN DALAM

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI

OLEH

KELOMPOK: 1

Badratun Nafis 20010115


Siti Maqfirah 20010057
Gemala Sari Manalu 20010118
Dara Ayu Kanasya 20010131
Wahyuna 20010111
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya
dan kepada kita selaku umatnya semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat
kelak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca,
karena kami telah berusaha melakukan semaksimal mungkin agar mencapai
tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari materi tentang Pengorganisasian dalam Manajemen
Keperawatan

Sigli, Maret 2023


Penulis

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengorganisasian adalah hal penting untuk dipelajari, pengorganisasian
mencakup hal-hal yang diatur untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Antara
pimpinan dan bawahan, atau antara ketua dan staf memiliki saling keterkaitan
tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama.  Pengorganisasian adalah fungsi
manajemen yang juga mempunyai peranan penting seperti halnya fungsi
perencanaan. Dengan fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki
oleh intitusi pelayanan kesehatan (manusia dan bukan manusia) diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan institusi.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan
wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan
kesehatan  profesional  yang pelayanannya  disediakan  oleh  dokter,  perawat, dan
tenaga  ahli  kesehatan  lainnya.
Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk  melancarkan
suatu tujuan dengan sukses.  Organisasi  rumah  sakit  memiliki  pemimpin  dan
staf-staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu
mejalankan  pelayanan yang optimal. Pengorganisasian  dalam  manajemen
keperawatan  mempunyai  banyak  aktifitas penting, antara  lain   bagaimana
asuhan  keperawatan  dikelola  secara  efektif   dan  efisien  untuk sejumlah
pasien  di  rumah  sakit  dengan  jumlah  staf  keperawatan  dan  fasilitas  yang
ada.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar suatu pengorganisasian?
2. Apa tujuan dari suatu pengorganisasian ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dari suatu pengorganisasian ?
4. Bagaimana organisasi sebagai sistem sosial?
5. Bagaimana struktur dan jenis-jenis struktur dari sebuah organisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar suatu
pengorganisasian?
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dari suatu
pengorganisasian ?
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip dari suatu
pengorganisasian
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan organisasi sebgai sisatem
sosial?
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur dan jenis-jenis
struktur dari sebuah organisasi?


BAB II 
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Organisasi


Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan untuk mencapai tujuan.
Akibat terjadinya interaksi dengan karakteristik masing-masing serta banyak
kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku, dan etika kerja, yang
semuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi. (Marquis & Huston, 2010).
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang
dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas
yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas,
struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer
bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk
mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007). 
Fungsi pengorganisasian akan dapat dilaksanakan dengan baik kalau
manajer pelayanan kesehatan memahami prinsip-prinsip pengorganisasian.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan
wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk
mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan batasan tersebut maka fungsi organisasi ialah alat untuk
memadukan dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personel,
finansial, material dan tata cara pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pandangan tersebut maka organisasi dipandang sebagai
wadah kerjasama antar orang-orang (organisasi bersifat statis). Organisasi juga
dapat ditinjau dari kerjaan dan pembagian tugas para staf untuk mencapai tujuan
(organisasi bersifat dinamis). Organisasi dapat juga dilihat dari strategi pimpinan
untuk mengelolah organisasi (organisasi sebagai instrument pimpinan).

B. Tujuan Pengorganisasian
1. Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
2. Mempermudah pelaksanaan tugas.
3. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.
4. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah
ditentukan.
5. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas yang
ada.

C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Beberapa prinsip pokok dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
        Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
1. Membagi habis pekerjaan kedalam kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
2. Mengolompokkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang lebih
operasional (elemen kegiatan)
3. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan fasilitas
pendukungnya.
4. Penugasan personel yang cakap.
5. Mendelegasikan wewenang
6. Dalam pembagian tugas harus diperhatikan keseimbangan antara
wewenang dan tanggung jawab. Wewenang yang terlalu besar pada staf
mendorong terjadinya kasus korupsi akibat peluang yang besar tetapi
pengawasan yang kurang.

D. Organisasi Sebagai Sistem Sosial


Organisasi sebagai wadah kerja sama manusia untuk mecapai tujuan
bersama harus dipahami sebagai sebuah sistem sosial karena sumber daya
utamanya adalah manusia. Di dalam sebuah sistem sosial terdapat subsistem lain
yang saling berinteraksi satu sama lain. Salah satu di antaranya yang terpenting
adalah subsistem hubungan antar manusia (social sub-system). Subsistem yang
lain adalh subsistem administrasi (structural sub-system), subsistem informasi
(decision making sub-system), subsistem ekonomi (technological sub-system)
(Muninjaya, 2011). Didalam sistem inilah para manajer sebuah organisasi bekerja
dengan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi
1. Subsistem administrasi
Fokus kajian terhadap subsistem administrasi dalam institusi peayanan
kesehatan lebih banyak diarahkan untuk mengkaji tipe gaya kepemimpinan,
proses pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepada staf,
dan mekanisme kerjasam yang dikembangkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Di dalam pengembangan subsistem ni harus jelas: “siapa mengerjakan apa, unutk
siapa, “siapa menyuruh siapa untuk mengerjakan apa”, “kapan dan mengapa”
tugas tersebut harus dilaksanakan.
2. Subsistem informasi
Kajian terhadap subsistem informasi dan penagambilan keputusan
diarahkan untuk mempelajari proses pengambilan keputusan strategis dalam
sebuah organisasi kegiatan (keputusan kunci). Untuk pengambilan keputusan
strategis, diperlukan informasi yang akurat dan menyeluruh tentang organisasi,
terutama tentang bagaimana sistem yang ada dalam organisasi berkembang sesuai
dengan misinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Subsistem ekonomi
Untuk mengkaji subsistem ekonomi institusi peayana kesehatan
diperlukan kejelasan tugas pokok staf untuk mencapai tujuan organisasi dalam
batas-batas kemampuan anggaran yang tersedia(cost effectiveness) dan
disesuaikan dengan tanggung jawab masing-masing.
4. Subsistem sosial
Di dalam kajian subsistem sosial, seseorang akan mempelajari lebih jauh
tentang proses pengembangan motivasi staf dan kepemimpinan yang efektif yang
dilakoni para manajer organisasi, terutama manajer personalia. Meskipun semua
subsistem nampaknya berdiri sendiri, tetapi perubahan yang terjadi pada salah
satuu subsistem akan dirasakan pengaruhnya pada subsistem lainnya. Jika
keseluruhan sistem berjalan sehat dan bekerja secara normal, setiap subsistem
akan berinteraksi secara efektif satu sama lain. 
Karenanya, pengembangan organisasi jangka panjang hanya akan terjadi kalau
semua subsistem dikembangkan dantidak mengorbankan salah satu subsistem
untuk kepentingan suubsistm yang lain. Pada saat bersamaan, sistem manajemen
di dalam sebuah organisasi kesehatan juga tidak mungkin mengabaikan pengatuh
dan tekanan yang tersumber dari lingkungan di luar organiasi.

E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi (Organizational Structure) menentukan bagaimana
pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Struktur
organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi-ibagi, dan
dikelompokkan secara formal (Robbins,2007)
Menurut Robbins (2007) ada elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para
manager ketika mereka hendak mendesain struktur organisasi. Keenam elemen
tersebut adalah spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang
kendali, sentralisasi, desentralisai dan formalisasi.
5. Spesialisasi Kerja
Spesialisasi pekerjaan (work specialization), atau pembagian kegiatan
dalam organisasi dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan tersendiri. Hakikat dari
spesialisasi pekerjaan adalah bahwa ketimbang seluruh pekerjaan dilakukan oleh
seorang individu, pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi sejumlah tahap, dengan
masing-masing tahap diselesaikan oleh seorang individu tersendiri. Intinya,
individu mengkhususkan diri dalam melakukan bagian dari suatu kegiatan
ketimbang seluruh kegiatan.
6. Departementalisasi
Setelah memecah pekerjaan melalui spelisasi, langkah selanjutnya yaitu
mengelompokkannya bersama sehingga tugas-tugas yang sama dapat
dikoordinasikan dalam satu basis. Dasar pengelompokan bersama pekerjaan ini
disebut Departementalisasi (departementalizational).
Departementalisasi berdasarkan fungsi dapat digunakan di semua jenis organisasi,
hanya saja fungsi tersebut bisa berubah guna mencerminkan tujuan dan aktivitas
organisasi. Contohnya sebuah rumah sakit mungkin memiliki departemen yang
dikhususkan untuk penelitian, perawatan pasien, pembukuan, dan sebagainya.
7. Rantai Komando
Rantai komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang tanpa
putus dari puncak organisasi ke eselom paling bawah dan menjelaskan siapa
bertanggung jawab kepada siapa. Jika membahas rantai komando ada dua konsep
lain yang harus dibahas agar saling melengkapi yaitu:
a. Wewenang (authority)
Wewenang ini mengacu pada hak-hak yang melekat dalam sebuah
posisi manajerial untuk memberikan perintah dan berharap bahwa perintah
itu dapat dipatuhi. Untuk memfasilitasi koordinasi, tiap posisi manajerial
diberi sebuah tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer diberi
tingkat wewenang untuk memenuhi tanggung jawabnya.
b. Kesatuan komando (unity of command)
Prinsip kesatuan komando yaitu membantu melanggengkan konsep
garis wewenang yang tidak terputus. Prinsip ini menyatakan bahwa
seseorang hanya mempunyai satu dan satu-satunya atasan, yang kepadanya
ia bertanggung jawab secara langsung. Jika kesatuan komando putus,
seorang karyawan mungkin harus menghadapi berbagai permintaan atau
prioritas yan saling bertentangan dari beberapa atasan.
c. Rentang kendali
Rentang kendali adalah berapa banyak bawahan yang dapat diatur
oleh seorang manajer secara efektif dan efisien. Lingkup kendali sangat
penting karena menentukan tingkatan struktur dan berapa orang manajer
yang dibutuhkan sebuah organisasi. Semakin luas lingkupnya, semakin
efisien organisasi tersebut. Namun, dalam keadaan tertentu, rentang yang
lebih lebar bisa mengurangi keefektifan. Itu terjadi jika rentang tersebut
menjadi terlalu lebar, kinerja karyawan memburuk karena penyelia tidak
lagi memiliki waktu untuk memberikan kepemimpinan dan dukungan
yang diperlukan.
Sedangkan untuk rentang yang sempit atau kecil dengan
membatasi rentang kendali pada lima atau enam karyawan, seseorang
manajer dapat mempertahankan kendalinya secara baik. Tetapi rentang
yang sempit juga memiliki tiga kelemahan diantaranya:
1) Rentang yang sempit, memiliki biaya yang mahal karena
memperbanyak tingkatan manajemen.
2) Membuat komunikasi vertical dalam organisasi lebih rumit.
Tingkat hirarki tambahan tersebut memperlambat pengambilan
keputusan dan cenderung mengisolasi manajemen atas.
3) Rentang kendali yang sempit mendorong supervise yang terlalu
ketat, sehingga menghambat otonomi karyawan
8. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi mengacu pada derajat mana pembuatan keputusan
dikonsentrasikan pada satu titik dalam organisasi. Sentralisasi juga berlaku tatkala
manajemen puncak membuat keputusan kunci organisasi dengan sedikit atau
bahkan tanpa masukan dari tingkatan yang lebih rendah. Sebaliknya,
desentralisasi adalah jika level lebih bawah diberi kesempatan untuk memberi
masukan bagi pengambilan keputusan atau bahkan diberi kewenangan untuk
membuat keputusan. (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2008)
Menurut (Huber, 2000; Marquis & Huston, 2003) dalam (Jones, 2007)
Pengambilan keputusan desentralisasi terjadi ketika keputusan dibuat di seluruh
organisasi, pada tingkat terendah dalam organisasi. Dalam pengambilan keputusan
desentralisasi, wewenang, tanggung jawab, dan akuntabilitas yang diberikan
kepada orang yang paling dekat dengan masalah untuk menyelesaikan masalah.
Metode ini meningkatkan semangat kerja karyawan dan kepuasan kerja.
Karyawan diberi kewenangan tersebut cenderung lebih termotivasi dan merasa
dihargai sebagai anggota organisasi.
9. Formalisasi
Formalisasi mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam
organisasi dibakukan. Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku organisasi
pekerjaan akan memiliki sedikit sekali kebebasan untuk memiliki apa yang harus
dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana dikerjakan. Karyawan
diharapkan untuk selalu menangani output yang konsisten dan seragam. 
Organisasi yang tingkat formalisasinya tinggi, memiliki deskripsi tugas
yang jelas, beragam aturan organisasi dan prosedur yang didefinisikan secara
tegas. Sedangkan organisasi yang tingkat formalisasinya rendah memiliki perilaku
pekerjaan yang relative tidak terprogram dan karyawannya memiliki banyak
kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka terkait pekerjaan. Karena
kebebasan seorang individu atas pekerjaan berbanding terbalik dengan jumlah
perilaku dalam pekerjaan yang diprogram sebelumnya oleh organisasi, semakin
besar standarisasi semakin kecil input yang dimiliki karyawan mengenai
bagaimana suatu pekerjaan harus dijalankan.

F. Tipe Struktur Organisasi


Menurut (Marquis & Huston, 2010) biasanya, sebuah departemen
keperawatan menggunakan satu dari beberapa tipe struktur organisasi seperti
bureaucratic, ad hoc, matrix, flat, atau gabungan dari beberapa struktur. Tipe
struktur yang digunakan dalam fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi pola
komunikasi, hubungan, dan wewenang dalam sebuah organisasi. 
1. Bureaucratic
Desain organisasi birokrasi biasa disebut dengan line structures atau line
organization. Pengambilan keputusan dan kekuasaan dipegang oleh beberapa
orang dalam tingkat atas. Setiap orang yang memiliki beberapa kekuatan dan
otoritas yang bertanggung jawab untuk hanya beberapa orang. Ada banyak lapisan
departemen, dan komunikasi cenderung bergerak lambat pada jenis sistem ini.
Banyak orang yang telah mengenal struktur ini sehingga tidak sulit untuk
mengorientasikan seseorang ke dalam struktur ini. Dalam struktur ini, wewenang
dan tanggung jawab diatur dengan sangat jelas. 
Masalah terkait struktur ini adalah kepatuhan terhadap rantai komando
komunikasi, yang membatasi komunikasi ke atas. Pemimpin yang baik
mendorong komunikasi ke atas untuk mengkompensasi kerugian. Namun, ketika
garis posisinya sudah jelas terdefinisi, keluar dari rantai komando komunisasi
dengan melakukan komunikasi ke atas biasanya tidak pantas. 
Menurut Robbins (2007), birokrasi (bureaucracy) dicirikan dengan tugas-
tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan
ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam
berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit,
dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
2. Ad Hoc Design 
Ad Hoc Design adalah modifikasi dari struktur birokrasi dan terkadang
digunakan sementara untuk memudahkan penyelesaian sebuah proyek dengan
garis organisasi formal. Struktur ad hoc adalah sarana untuk mengatasi
ketidakfleksibelan dari garis struktur. Struktur ad hoc menggunakan proyek tim
atau pendekatan tugas dan biasanya dibubarkan saat proyek tersebut selesai.
Kerugian dari struktur ini adalah menurunnya kekuatan dalam rantai komando
formal dan menurunkan loyalitas karyawan terhadap organisasi induk. 
3. Matrix Structure
Matrix organization structure dirancang untuk fokus terhadap produk dan
fungsi. Fungsi digambarkan sebagai semua tugas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk, dan produk merupakan hasil akhir dari fungsi tersebut.
Sebagai contoh, kriteria hasil pasien yang baik adalah produk sedangkan staf yang
memadai adalah sebuah fungsi yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang
baik. Struktur organisasai matrik mempunyai rantai komando vertikal dan
horisontal. Meskipun begitu, terdapat aturan yang kurang formal dan tingkat
hirarki yang lebih sedikit. Dalam struktur ini, membuat keputusan bisa menjadi
lebih lama karena kebutuhan untuk bertukar informasi, dan hal itu dapat
menyebabkan kebingungan bagi pekerja karena desain dari dua wewenang.
Keuntungan utama dari struktur ini adalah keahlian yang terpusat seringkali
sebanding dengan kompleksitas komunikasi yang dibutuhkan dalam perancangan. 
4. Flat design
Flat organizational design adalah sebuah usaha untuk memindahkan
lapisan hirarki dengan perataan rantai komando dan desentralisasi organisasi.
Pada waktu yang tepat, ketika finansial organisasi kaya, merupakan hal yang
mudah untuk menambahkan lapipsan dalam sebuah organisasi untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tapi ketika organisasi mulai merasa
finansialnya menurun, mereka sering melihat hirarki mereka untuk mengetahui
posisi apa yang dapat dihilangkan. Dalam desain ini, terdapat kelangsungan garis
kebijakan, dan karena struktur organisasi iini, pembuat kebijakan dan wewenang
menjadi lebih banyak. Banyak manajer yang kesulitan untuk melepaskan
kontrolnya, dan walaupun struktur ini menahan banyak karakteristik dari birokrasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang
dicapai. Suatu pengorganisasia memiliki tujuan dan prinsip pokok tertentu dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi sebagai sistem sosial memiliki 4 subsistem yaitu subsistem
administrasi, subsistem informasi, subsistem ekonomi, dan subsistem sosial.
Dalam struktur organisasi memiliki 4 jenis atau tipe struktur yaitu Bureaucrati, Ad
Hoc Design, Matrix Structure, dan Flat design.

B. Saran
Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran
pengorganisasian secara jelas. Selain itu pengorganisasian yang baik juga dilihat
dari pemimpin dan stafnya. Hubungan yang baik membuat tujuan organisasi lebih
cepat tercapai. Begitu juga dengan hubungan yang buruk antara pimpinan dan
stafnya akan membuat tujuan organisasi lambat terwujud bahkan gagal tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Gillies, D. A. ( 1989 ). Nursing management, A system  approach.WB Saunders
Company. Philadelphia.

Prayitno, Subur. ( 1997 ). Dasar - dasar administrasi kesehatan


masyarakat. Airlangga University Press. Surabaya.

Prayitno, Subur. ( 2000 ). Administrasi rumah sakit di Indonesia. FKUA.


Surabaya.

Sullivan, E.J.et al. ( 1990 ). Management and leadership for nurse manager. Jones
and Barlett Publisher. Boston.

Swanburg, C Russel. ( 2000 ). Pengantar kepemimpinan dan manjemen


untuk perawat klinis. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai