Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA HEMOROID

Di Ruang Poli Bedah Rumah Sakit Dr. Saiful


Anwar Malang

Oleh :
Failul Afinda
NIM 15.20.017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM PROFESI STIKes KEPANJEN
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan hemoroid di Ruang Poli Bedah Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Failul Afinda

NIM : 15.20.017

Prodi : Program Studi Pendidikan Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Dasar, yang dilaksanaka pada tanggal 19 Agugtus 2019 -24 Agustus
2019 , yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 20 Agustus 2019

Malang, 20 Agustus 2018

Mengetahui,

Pembimbing Klinik
Pembimbing Institusi

(.............................................)
(.............................................)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus


Hemoroidalis (Muttaqin,2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolanmembrane mukosa yang melapisi daerah
anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid seringterjadi pada orang dewasa
dengan umur 45 sampai 65 tahun (Chong dkk.2008). Penyakithemoroid yang
terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana
pasiendengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per
100.000 jiwa (Everheart,2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di
Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari pasienyang menjalani sigmoidoskopi
dengan keluhan perdarahan pada anosrektal memperlihatkanadanya hemoroid
(Nikpour dan Asgari, 2008). Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang
diIndonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna


yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan
perdarahan. Yang kedua adalahhemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup
besar, sehingga varises muncul keluar anus dan disertai nyeri. ( Broker, 2009).

Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi


(konstipasi/sembelit)yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita
mengejan, penyempitan saluran kemih,sering melahirkan anak, sering duduk,
diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggulkarena tumor rahim
atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit hemoroid tidakdapat
disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami thrombosis karena tekanan
tinggi padavena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya implamasi dan
edema.nyeri akan sangat kuat pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah
dengan minum air putih yang cukup, makansayuran yang banyak, dan buah-
buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras.Apabila banyak
memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih
yang banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat
(Gotera, 2006). Selain ituhemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang
cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiritidak terlalu lama (Merdikoputro,
2006). Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalammembantu klien
yang mengalami hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan
yangdimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia.Oleh karena itu, kami sempat tertarik
untuk membahas asuhan keperawatan pada klien denganhemoroid.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui
mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran
pembuluh (dilatasi) vena pada anus dan rektal. Pembuluh darah tersebut disebut
sebagai venecsia atau varises di daerah anus atau perianus. Pelebaran pembuluh
darah tersebut terjadi disebabkan karena bendungan darah dalam susunan
pembuluh darah vena dan tidak hanya melibatkan pembuluh darah, tetapi juga
melibatkan jaringan lunak dan otot sekitar anorektal (Smeltzer, 2001).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid
seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang
dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri,
dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan
perdarahan rectal (Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang
benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).

2.2 Etiologi
Menurut (Sjamsuhidayat & Jong, 2004) hemoroid dapat menimbulkan
gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan kausal ialah mengedan
pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.

Penyebab hemoroid yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti


pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum (Price,
2005). Yang menjadi faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan,
pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor
mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal),
fisiologis dan radang. Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi
saling berkaitan.

2.3 Patofisiologi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik


dari vena hemoroidalis

Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid
interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah
dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis
inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.

Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut.
Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid


interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan
proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior
kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan
tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interna derajat II
dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat
mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna
derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang
paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri
pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna
dan eksterna.

Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis, dan


stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang
mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.
Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan.
Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan
penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap,
terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus tidak dapat diatasi ( Price, 2005 ).

2.4 Manifestasi klinis

Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan


perdarahan berwarna merah terang pada defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid interna tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps.

Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II,dan III. Hemoroid


interna derajat I ( dini ) tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan
dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan
anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis
superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid
derajat II dapat mengalami prolaps melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini
dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi ( di kembalikan ke dalam )
secara manual. Hemoroid derajat III mengalami prolaps secara permanen. Gejala-
gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri, karena
tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid
campuran interna dan eksterna

2.5 Pemeriksaan Fisik

1. Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).

2. Ukur tanda – tanda vital (Tekanan darah meningkat/menurun, takikardi).

3. Auskultasi bunyi nafas.

4. Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).

5. Kaji terhadap nyeri atau mual.


6. Abdomen : nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.

7. Anus : pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat


benjolan pada anus, perdarahan.

2.6 Komplikasi

Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :

1. Perdarahan, dapat sampai anemia.


2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani.
4. Luka dan infeksi
2.7 Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan yang bisa dilakukan yaitu :
1. Pemeriksaan colok dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam
posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
2.8 Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Obat yang memperbaiki defekasi.

Terdapat dua macam yaitu :

1) Suplement Serat (Fiber Suplement)


Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain psylium
atau isphaluga Husk (Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari
kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk.
2) Pelicin Tinja (Stool Softener)
Obat yang sering dipakai yaitu laxant atau pencahar (laxadine,
dulcolax).
b. Obat Simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol,
BoraginolN/S dan faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid
digunakan untuk mengurangi daerah hemoroid atau anus. Contoh obat
misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal
dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg 3x2 tablet selama 4 hari, lalu 2x2 tablet
selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap
gejalainflamasi, kongesti, edema dan prolaps.
2. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit
prolaps, thrombosis atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang.
Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup
atau secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan
obat hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna
efektif menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan ulang.
3. Tindakan minimal Invasif
a. Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat langsung
kepada benjolan/prolaps hemoroidnya.
b. Ligasi pita karet
Hemorhoid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal diatas garis
mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan
diatas hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
setelah beberapa hari danm dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan
mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan
ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan ini
menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid sekunder dan infeksi
perianal.
c. Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan
jaringan hemorroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis.
Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan
dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau angat
menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
d. Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan
kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi
komplikasi pada periode paska operatif.
4. Tindakan non-operatif
a. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tekhnik
terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang
mendasarinya
b. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan
berdarah. Membantu mencegah prolaps.
5. Tindakan mandiri pasien sebagai lanjutan
a. Perbaiki pola hidup (makan dan minum) yaitu perbanyak mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30
gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama proses pencernaan
makanan dapat merangsang gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat
selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat melunakkan feses.
Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam. Menghindari
makanan yang sulit dicerna oleh usus. Tidak mengkonsumsi alcohol, kopi,
dan minuman bersoda. Perbanyak minum air putih 30 – 40 cc/kg BB/hari.
b. Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan local daerah anus
dengan cara merendam anus dalam air selama 10 – 15 menit tiga kali sehari.
Selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur,
lebih baik banyak berjalan.
c. Menghindari mengejan terlalu berlebihan selama defekasi.
d. Menjaga personal hygiene yang baik terutama di daerah anus.
2.9 Pathway

Bendungan vena
Pleksus hemoroid

Gangguan aliran
Balik vena

Tekanan vena
meningkat

Distensi dan
Stasis vena

Kongesti vena Kongesti vena


Rektalis superior pleksus rektalis
Dan media onferior

Pembengkakan Perdarahan saat Pembengkakan


Globular defekasi mengembalikan pinggir anus bulat
Kemerahan defekasi kebiruan
Kecemasan

Prolapsus Konstipasi Edema


saat defekasi
Pembedahan
Prolapsus post operatif
permanen Perdarahan Nyeri luka insisi
akut
Spasme Resti peristalti usus
Otot infeksi menurun
Resiko
keseimbangan Takut gerak
cairan
Gangguan konstipasi
Resiko Tinggi mobilisasi fisik
Infeksi
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Anamnesa

Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

No. Registrasi :

Diagnose Medis :

Pengumpulan data

3.2 Identitas

Nama Pasien :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pendidikan :

Agama :

1. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada
benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang
keluar menetes.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau
terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak
dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.
3. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di
tekuk dan menempel pada tempat tidur.
a. Inspeksi
b. Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
c. Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
d. Warna benjolan terlihat kemerahan.
e. Benjolan terletak di dalam ( internal ).
f. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin
dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari
kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi
keras, dan juga ada perdarahan.
3.3.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)


2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan, imunitas tubuh primer menurun
3. Konstipasi berhubungan dengan Fungsi:kelemahan otot abdominal,
Aktivitas fisik tidak mencukup
3.4 Intervensi

DIAGNOSA RENCANA INTERVENSI


KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan
denganAgen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
NIC :
DS: NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
· Pain Level, termasuk lokasi,
Laporan secara verbal
karakteristik, durasi,
DO: · pain control, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
1. Posisi untuk menahan · comfort level 2. Observasi reaksi
nyeri nonverbal dari
2. Tingkah laku berhati- Setelah dilakukan ketidaknyamanan
hati tinfakan keperawatan 3. Bantu pasien dan
3. Gangguan tidur (mata selama …. Pasien tidak keluarga untuk mencari
sayu, tampak capek, mengalami nyeri, dan menemukan
sulit atau gerakan kacau, dengan kriteria hasil: dukungan
menyeringai) 4. Kontrol lingkungan yang
4. Terfokus pada diri 1. Mampu mengontrol dapat mempengaruhi
sendiri nyeri (tahu nyeri seperti suhu
5. Fokus menyempit penyebab nyeri, ruangan, pencahayaan
(penurunan persepsi mampu dan kebisingan
waktu, kerusakan proses menggunakan 5. Kurangi faktor presipitasi
berpikir, penurunan tehnik nyeri
interaksi dengan orang nonfarmakologi 6. Kaji tipe dan sumber
dan lingkungan) untuk mengurangi nyeri untuk menentukan
6. Tingkah laku distraksi, nyeri, mencari intervensi
contoh : jalan-jalan, bantuan) 7. Ajarkan tentang teknik
menemui orang lain 2. Melaporkan bahwa non farmakologi: napas
dan/atau aktivitas, nyeri berkurang dala, relaksasi, distraksi,
aktivitas berulang- dengan kompres hangat/ dingin
ulang) menggunakan 8. Berikan analgetik untuk
7. Respon autonom (seperti manajemen nyeri mengurangi nyeri:
diaphoresis, perubahan 3. Mampu mengenali 9. Tingkatkan istirahat
tekanan darah, nyeri (skala, 10. Berikan informasi tentang
perubahan nafas, nadi intensitas, frekuensi nyeri seperti penyebab
dan dilatasi pupil) dan tanda nyeri) nyeri, berapa lama nyeri
8. Perubahan autonomic 4. Menyatakan rasa akan berkurang dan
dalam tonus otot nyaman setelah antisipasi
(mungkin dalam rentang nyeri berkurang ketidaknyamanan dari
dari lemah ke kaku) 5. Tanda vital dalam prosedur
9. Tingkah laku ekspresif rentang 11. Monitor vital sign
(contoh : gelisah, normalTidak sebelum dan sesudah
merintih, menangis, mengalami pemberian analgesik
waspada, iritabel, nafas gangguan tidur pertama kali
panjang/berkeluh kesah)
10. Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Risiko infeksi berhubungan


dengan tindakan invasive,
insisi post pembedahan,
imunitas tubuh primer
menurun

Faktor-faktor risiko : NOC :


- Immune Status NIC :
1. Prosedur Infasif - Knowledge : 1. Pertahankan teknik
2. Kerusakan jaringan dan Infection control aseptif
peningkatan paparan - Risk control 2. Batasi pengunjung bila
lingkungan perlu
3. Malnutrisi Setelah dilakukan 3. Cuci tangan setiap
4. Peningkatan paparan tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
lingkungan pathogen selama…… pasien tindakan keperawatan
5. Imonusupresi tidak mengalami infeksi 4. Gunakan baju, sarung
6. Tidak adekuat pertahanan dengan tangan sebagai alat
sekunder (penurunan Hb, pelindung
Leukopenia, penekanan kriteria hasil 5. Ganti letak IV perifer dan
respon inflamasi dressing sesuai dengan
7. Penyakit kronik petunjuk umum
8. Imunosupresi 1. Klien bebas dari 6. Gunakan kateter
9. Malnutrisi tanda dan gejala intermiten untuk
10. Pertahan primer tidak infeksi menurunkan infeksi
adekuat (kerusakan kulit, 2. Menunjukkan kandung kencing
trauma jaringan, kemampuan untuk 7. Tingkatkan intake nutrisi
gangguan peristaltik) mencegah 8. Berikan terapi antibiotic
timbulnya infeksi 9. Monitor tanda dan gejala
3. Jumlah leukosit infeksi sistemik dan local
dalam batas norm 10. Pertahankan teknik
4. Menunjukkan isolasi
perilaku hidup sehat 11. Inspeksi kulit dan
5. Status imun, membran mukosa
gastrointestinal, terhadap kemerahan,
genitourinaria panas, drainase
dalam batas norma 12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam

Konstipasi berhubungan
dengan Fungsi:kelemahan
otot abdominal, Aktivitas
fisik tidak mencukup

DS: NOC: NIC :


- Bowl Elimination
1. Nyeri perut - Hidration 1. Manajemen konstipasi
2. Ketegangan perut 2. Identifikasi faktor-faktor
3. Anoreksia Setelah dilakukan yang menyebabkan
4. Perasaan tekanan pada tindakan keperawatan konstipasi
rectum selama …. konstipasi 3. Monitor tanda-tanda
5. Nyeri kepala pasien teratasi dengan ruptur bowel/peritonitis
6. Peningkatan tekanan kriteria hasil: 4. Jelaskan penyebab dan
abdominal rasionalisasi tindakan
7. Mual 1. Pola BAB dalam pada pasien
8. Defekasi dengan nyeri batas normal 5. Konsultasikan dengan
2. Feses lunak dokter tentang
3. Cairan dan serat peningkatan dan
DO: penurunan bising usus
adekuat
4. Aktivitas adekuat 6. Kolaburasi jika ada
1. Feses dengan darah 5. Hidrasi adekuat tanda dan gejala
segar konstipasi yang menetap
2. Perubahan pola BAB 7. Jelaskan pada pasien
3. Feses berwarna gelap manfaat diet (cairan dan
4. Penurunan frekuensi serat) terhadap eliminasi
BAB 8. Jelaskan pada klien
5. Penurunan volume feses konsekuensi
6. Distensi abdomen menggunakan laxative
7. Feses keras dalam waktu yang lama
8. Bising usus 9. Kolaburasi dengan ahli
hipo/hiperaktif gizi diet tinggi serat dan
9. Teraba massa abdomen cairan
atau rektal 10. Dorong peningkatan
10. Perkusi tumpul aktivitas yang optimal
11. Sering flatus 11. Sediakan privacy dan
12. Muntah keamanan selama BAB
3.5 Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam : Nyeri yang
dirasakan pasien berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam : tidak terjadi
tanda-tanda resiko infeksi
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam: konstipasi pada
pasien teratasi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun


kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.
Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat.
Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid
bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah
terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan. Hemoroid juga dapat
menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit
dan pengobatannya.

4.2 Saran
Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam
setiap pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan
pada klien hemoroid menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar
manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual dan
semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak umum.
DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMSR.
Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. beberapa
sumber web : Conectique.com,hemorrhoid.net dan dewabenny.com
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
AsuhanKeperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.
Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,Ed.2.jakarta.
EGC, 2004.
Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy
versusTraditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan
tingkat nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah.

Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9.


Jakarta: EGC.

Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat,


W. D. Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Aeskulapius.

Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi


Sentosa.Jakarta:Medika.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit (6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC.

Suddarth, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 3). Jakarta:
EGC.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
pada junjungan kita, Rasulullah SAW. Puji syukur dan shalawat selalu mengawali
penulis dalam setiap langkah, sehingga dapat menyelesaikan Tugas “LAPORAN
PENDAHULUAN HEMOROID”.

Dalam penulisan laporan ini,saya menyadari bahwa dalam penyusunan


laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari pembimbing menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Terselesaikannya laporan
ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, serta bantuan dari semua pihak yang
terlibat. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malang,19 Agustus 2019

Penulis

Anda mungkin juga menyukai