PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurang lebih 70 persen manusia dewasa mempunyai wasir (hemoroid), baik
wasir dalam, wasir luar maupun keduanya. Namun tidak semua penderita wasir
ini memerlukan pengobatan. Hanya sebagian kecil saja yang memerlukan
pertolongan medis, yakni mereka yang mengeluhkan pendarahan, adanya tonjolan
dan gatal-gatal. Menurut Syamsuhidayat (2000), Penyebab wasir sebenarnya
sederhana, yakni saat susah buang air kemudian dipaksakan mengeluarkan
kotoran. Penyebab susah buang air ini adalah kurang minum, kurang makan serat,
kurang olah raga atau banyak duduk dan mengangkat yang berat-berat.
Hemoroid adalah pembuluh darah vena pada rectum yang dapat bersifat
eksternal dan internal. Dan kebanyakan hemoroid dialami oleh laki-laki daripada
perempuan. Penyakit Hemoroid terjadi pada usia disekitar 20 sampai 50 tahun,
biasanya disebabkan adanya tekanan intra abdominal, kehamilan, hipertensi,
terlalu lama berdiri atau duduk, kurang mengkonsumsi serat juga termasuk yang
menyebabkan jumlah insiden penyakit hemoroid meningkat. Penatalaksanaan
hemoroid adalah dengan pembedahan atau hemoroidektomi (Brunner & Suddarth,
2001).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan
atau penyulit, diperlukan tindakan (Syamsuhidayat, 2000). Sedangkan menurut
Price dan Wilson (2006), hemoroid adalah bagian vena varikosa kongesti vena
yang disebabkan oleh gangguan aliran balik, banyak terjadi pada usia di atas 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam nyawa, tetapi pada umumnya
menimbulkan perasaan yang tidak nyaman.
Tanda utama hemoroid biasanya adalah perdarahan. Darah yang keluar
berwarna merah segar, tidak bercampur dengan feses, dan jumlahnya bervariasi.
Bila hemoroid bertambah besar maka dapat terjadi prolaps. Pada awalnya
biasanya dapat tereduksi spontan. Pada tahap lanjut, pasien harus memasukkan
sendiri setelah defekasi. Dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak
dapat dimasukkan. Kotoran di pakaian dalam menjadi tanda hemoroid yang
mengalami prolaps permanen. Kulit di daerah perianal akan mengalami iritasi.
Nyeri akan terjadi bila timbul trombosis luas dengan edema dan peradangan.
Melihat gejala klinis yang ditimbulkan, maka perawat sebagai tenaga
kesehatan mempunyai andil untuk penanggulangan dan pencegahan penyakit
hemoroid dengan menggunakan pelayanan keperawatan yang professional yaitu
melalui 4 aspek, yaitu: promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk
pelayanan di rumah sakit, perawat adalah bagian dari tim kesehatan yang paling
intern pertemuannya dengan klien, asuhan keperawatan yang diberikan dimulai
dari memenuhi kebutuhan sehari-hari sampai yang sifatnya darurat mengingat
kompleksnya masalah yang tejadi pada klien dengan penyakit hemoroid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hemoroid?
2. Apa saja etiologi dari hemoroid?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari hemoroid?
1
4.
5.
6.
7.
8.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami gangguan
dalam sistem pencernaan, yakni hemoroid.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi hemoroid.
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari hemoroid.
3. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis dari hemoroid.
4. Menjelaskan secara singkat tentang patofisiologi dan WOC dari
hemoroid.
5. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hemoroid.
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik pada hemoroid.
7. Mengetahui dan memahami komplikasi dan prognosis dari
hemoroid.
8. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.
1.4 Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat yang lain
dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
hemoroid.
2. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat dengan tujuan untuk menangani penyakit hemoroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan
atau penyulit, diperlukan tindakan (Syamsuhidayat, 2000). Sedangkan menurut
Price dan Wilson (2006), hemoroid adalah bagian vena varikosa kongesti vena
yang disebabkan oleh gangguan aliran balik, banyak terjadi pada usia di atas 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam nyawa, tetapi pada umumnya
menimbulkan perasaan yang tidak nyaman.
Pada umumnya hemoroid dibagi dalam dua jenis, hemoroid interna dan
hemoroid eksterna (Mansjur, 1999). Hemoroid interna adalah vena yang
berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang timbul di atas linea
dentate dan mukosa yang mendasarinya. Hemoroid eksterna merupakan vena
rektalis inferior yang terletak di bawah linea dentate dan ditutupi oleh epitel
gepeng. Penyebab umum peningkatan tekanan dalam system vena ini meliputi
konstipasi, mengejan saat buang air besar, kecenderungan varises herediter,
kehamilan, posisi berdiri yang lama, tumor abdomen atau pelvis dan hipertensi
porta. Gejala yang biasa adalah protrusion, perdarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa
nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolapse dan
menjadi strangulata. Salah satu tanda penyebab hemoroid interna adalah
perdarahan darah segar tanpa nyeri per rectum atau setelah defekasi (Sabiston,
1994).
2.2 ETIOLOGI
Beberapa penyebab hemoroid antara lain peningkatan tekanan rongga perut
pada saat kehamilan dan juga saat melahirkan anak (Graber, dkk. 2006). Infeksi
perineum dengan jamur dan investasi cacing keremi juga merupakan penyebab
hemoroid (Burnside,1995). Penyebab yang lain meliputi:
a. Terlalu banyak duduk
b. Berdiri terlalu lama
c. Kurang minum
d. Kurang serat
e. Diare menahun
f. Faktor genetik
g. Sembelit yang dipaksakan untuk mengedan
h. Mengangkat beban terlalu beratkurang olah raga
i. Kurang olah raga
j. Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah balik di sekitar rektum atau
dubur
k. Hipertrofi prostat jinak
l. Batuk dengan mengedan
m. Alkoholisme
n. Infeksi anoretal
o. Penyakit hepatik
2.3 MANIFESTASI KLINIS
a. Hemoroid Internal :
1) Terkadang tidak menimbulkan gejala
2) Pendarahan intemitten yang tidak menyakitkan saat defekasi
b. Hemoroid eksternal :
1) Ketidaknyamanan atau prolaps konstant disetai kenaikan tekanan intraabdominal.
2) Nyeri rektal mendadak dan bongkahan besar, keras, dan subkutaneus
(jika terjadi trombosis hemoroid external)
2.4 PATOFISIOLOGI
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prolaps.
Sebagian penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk feses
menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisis mengejan saat BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabakan pembengkakan dari hemoroid,
kemungkinan gangguan oleh veneus return. Kehamilan atau obesitas memberikan
tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah
hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama. Penurunan veneus return
dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat
membaca) diyakini menyebabkan penurunan relatif venous return di daerah
perineal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan
terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya struktur
pendukung, yang memfasilitasi prolaps. Melemahnya struktur pendukung sudah
dapat terjadi pada awal dekade ketiga (Thornton, 2009).
terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Gambar 3. Kolonoskopi
2.6 PENATALAKSANAAN
2.6.1 Terapi Non-Bedah
a. Terapi obat-obatan (medikamentosa)/ diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat
ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan
10
Konsumsi
Makanan
Berserat
OBESITAS
Kehamilan
Tekanan vena
rektum
Peradangan
pada Usus
Penuaan
Vena hemoroidalis
superior
mengalirkan darah
ke Sistem portal
Tegangan otot
sfingter internal
Tinja Keras
Hipertensi
Portal
Perdarahan
Frekuensi BAB
Kelemahan Otot
Pendukung, spt:
Sfingter
Prolaps
HEMOROID
Peradangan pada
Pleksus Hemoiroidalis
Ruptur
Vena
Kompresi
Saraf
Lokal
MK.
Nyeri
Prolaps
Pleksus
Keluar anus
Pendarahan
Anus feses
darah
Intake Nutrisi
tidak Adekuat
Gangguan
Defekasi
Anemia
MK. Intoleransi
Aktivitas
Anoreksia
MK.
Kecemasan
Intervensi
Skleroterapi
Intervensi bedah
Hemoroidektomi
Pasca bedah
Kerusakan Jaringan
Lunak pasca Bedah
MK. Resiko
Infeksi
Port de
Entree
Preoperatif
MK. Resiko
Ketidakseimb
angan Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan
MK. Pemenuhan
Informasi
Luka pasca
Bedah
BAB III
11
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian hemoroid terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan evaluasi diagnostik.
1. Anamnesis
Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik
perkembangan penyakit.
a. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan pada anus,
dan merasa ada benjolan di sekitar anus. Keluhan nyeri yang hebat jarang
sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada
hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.
b. Riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan factor predisposisi yang
berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya,
riwayat peradangan pada usus, dan riwayat diet rendah serat.
c. Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta
perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan
rencana pembedahan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan survey umum bisa terlihat sakit ringan sampai gelisah akibat
menahan sakit.
b. TTV biasa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi,
peningkatan pernafasan.
c. Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus, kebersihan dan
adanya ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok dubur hemoroid interna
tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan
biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum.
3. Pengkajian diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematocrit dan
adanya anemia.
b. Pemeriksaan anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid internalyang
tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vascular yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit,
ukuran hemoroid akan membesardan penonjolan atau prolapse akan lebih
nyata.
c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di tingkat yang
lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda
yang menyertai.
Rasional
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi
nyeri
Pendekatan PQRS dapat secara komprehensif
menggali kondisi nyeri pasien. Apabila pasien
mengalami skala nyeri 3 (0-4).
Rendam bokong dengan larutan PK dapat
menurunkan kolonisasi jamur pada area
perianal sehingga menurunkan stimulasi gatal
atau nyeri pada hemoroid.
Mandi di bak mandi dengan air hangat secara
umum menurunkan nyeri perianal. Kondisi ini
akan meningkatkan relaksasi sfingter dan
menurunkan spasme dari perianal yang
menjadi stimulus nyeri sehingga dapat
menurunkan respon nyeri.
Pemberian es dapat meningkatkan
vasokontriksi lokal sehingga menurunkan
rangsang nyeri dari trombus hemoroid.
Istirahat secara fisiologis akan menurunkan
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Pengaturan posisi semifowler dapat membantu
merelaksasi otot-otot abdomen pascabedah
sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri
dari luka pascabedah.
Meningkatkan intake oksigen sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari penurunan
oksigen lokal.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal.
Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
megurangi nyerinya dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik
13
untuk pemberian:
a. Analgetik
b. Agen antidiare
Rasional
Distensi dan hilangnya peristaltik usus
merupakan tanda bahwa fungsi defekasi
hilang yang kemungkinan berhubungan
dengan kehilangan persarafan parasimpatik
usus besar dengan tiba-tiba
Program untuk seumur hidup ini perlu untuk
secara rutin mengeluarkan feses dan biasanya
termasuk stimulasi manual, minum jus dan/
atau cairan hangat dan menggunakan pelunak
feses atau supositoria pada interval tertentu.
Kemampuan mengontrol pengeluaran feses
penting untuk kemandirian fisik pasien dan
penerimaan sosial.
Dapat melembekkan feses memfasilitasi
eliminasi.
Meningkatkan konsistensi feses untuk
melewati usus dengan mudah
Menstimulasi peristaltik yang memfasilitasi
terbentuknya flatus
Pengeluaran feses secara manual dengan hatihati mungkin perlu, yang dilakukan
bersamaan dengan intervensi lain untuk
menstimulasi pengeluaran feses.
14
Rasional
Mengetahui tanda-tanda infeksi sedini
mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan
keperawatan selanjutnya
Menurunkan resiko infeksi
Tanda adanya syok septik, menyebabkan
vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi
dan rendahnya status curah jantung
Meminimalkan resiko terjadinya infeksi
Untuk mencegah dan menangani infeksi
Rasional
Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat,
meningkatkan perasaan sakit, penting dalam
prosedur diagnostik dan kemungkinan
pembedahan
Rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil
dengan informasi atau pengetahuan dan dapat
meningkatkan penerimaan dialisis
15
Rasional
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi
sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan kondisi
individu pasien. Dengan mengetahui tingkat
pengetahuan tersebut perawat dapat lebih
terarah dalam memeberikan pendidikan yang
sesuai dengan pengetahuan pasien secara
efesien dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat dengan pasien perku
penerimaan informasi
dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan risiko mesinterpretasi terhadap
informasi yang diberikan.
Ajarkan toilet training
Toilet training dilakukan dengan
mengingatkan kembali pada pasien bahwa
tidak harus duduk di toilet cukup lama untuk
memgevakuasi isi usus dan tidak berupaya
untuk mengejan terlalu kuat karena dapat
menyebabkan hemoroid mambesar.
Jelaskan tentang terapi
Peran perawat mengklarifikasi pemberian
skleroterapi
penjelasan medis mengenai skleroterapi.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia
ke area pleksus hemoroidalis yang kemudian
menjadi fibrotik dan meningglakan jaringan
parut sehingga tidak terjadi lagi pelebaran
vena.
16
c. Persiapan intestinal
d. Persiapan puasa
e. Pencukuran area operasi
f. Persiapan istirahat dan
tidur
BAB IV
17
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan kelainan patologik. Beberapa penyebab hemoroid antara lain
peningkatan tekanan rongga perut pada saat kehamilan dan juga saat melahirkan
anak. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien hemoroid, yaitu
pemeriksaan colok dubur, anoskopi, proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop)
dan/atau kolonoskopi. Penatalaksanaan pada penyakit hemoroid dibedakan
menjadi dua, yakni penatalaksanaan bedah dan non bedah. Adapun komplikasi
dari hemoroid, antara lain terjadi trombosis, peradangan, dan perdarahan. Dengan
terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik,
meskipun bisa terjadi kekambuhan. Kematian akibat perdarahan hemoroid
merupakan kejadian yang jarang terjadi. Biasanya hemoroid memiliki prognosis
yang baik namun keluhan nyeri saat BAB dan adanya perdarahan dari anus dapat
terjadi sesekali terutama bila kebiasaan yang menyebabkan hemoroids terulang
kembali.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan untuk klien hemoroid adalah
dengan melakukan pengkajian terlebih dahulu kemudian menganalisa data. Hasil
dari analisa data tersebut dapat digunakan untuk menentukan masalah
keperawatan, diagnosa, serta menyusun intervensinya. Diagnosa keperawatan
pada klien hemoroid, yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi intestinal, respon pembedahan,
b. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat
nyeri selama eliminasi,
c. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat,
d. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu, dan
e. Pemenuhan informasi berhubungan dengan adanya intervensi kemoterapi,
radioterapi, rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
4.2 Kritik dan Saran
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan klien dengan Hemoroid ini
diharapkan bisa memberikan manfaat untuk penulis, pembaca, dan lainnya untuk
menambah wawasan. Khususnya kita sebagai perawat sangat penting untuk
mengetahui dan memahami apa itu Hemoroid dan bagaimana asuhan keperawatan
untuk pasien Hemoroid.
Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami sangat menerima apabila ada kritik dan saran untuk pembuatan makalah
kami selanjutnya supaya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
18
19