Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP HEMOROID

DI SUSUN OLEH :
NAMA : DENTRI ARISA TIVA
NIM : PO.71.20.2.19.005
TINGKAT : 2.A
DOSEN PEMBIMBING : SURYANDA,SPd.,M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020/2021
A. PENGERTIAN
Menurut Daldiyono hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih
pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang
disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis
sehingga cairan darah terhambat dan membesar.
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales ( bacon) (Kapita Selekta Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik ( Buku Ajar Ilmu Bedah)
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena  pleksus hemoroidalis inferior atau
superior, akibat peningkatan tekanan vena yang persisten ( Kamus Kedokteran
Dorland)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid dibagi
menjadi 2,   yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan
varises vena hemoroidalis suparior dan media dan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan  istilah yang digunakan, maka
hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul
di sebelah dalam sfingter. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan
atau penyulit diperlukan tindakan(R. Sjamsuhidayat, wim de jong).
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis.
Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering
menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan
intervensi.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan
klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan
pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis
mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
B. PENYEBAB DAN FAKTORPREDISPOSISI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk
peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis ulseratif atau penyakit Crohn,
konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, konsumsi makanan
rendah serat, obesitas, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.
Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system
portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi
aliran balik.

C. MANIFESTASI KLINIK
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan
dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan
iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu
menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan
atau prolaps.

D. PATOFISIOLOGI
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan
elevasi yang tekanan yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis
mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus
akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat
dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan
akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.Hemoroid dapat terjadi
pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika
mengalami pembesaran, peradangan, atau prolaps.
Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk
feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid,
kemungkinan gangguan oleh venous return. Kehamilan atau obesitas memberikan
tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah
hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama. Penurunan venous return
dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat
membaca) ditakini menyebabkan penurunan relatif venous return di daerah
perianal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan
terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya struktur
pendukung, yang memfasilitasi prolaps. Melemahnya struktur pendukung sudah
dapat terjadi pada awal dekade ketiga (Thornton, 2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam
pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak
(Johanson, 1994). Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal
istirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih
rendah daripada sebelum prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat
adalahmekanisme aksi dilatasi (Gibbons, 1988).
Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan
hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal
biasanya bersifat masif (Hosking, 1989). Varises anorektal merupakan kondisi
umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di
antara sistem portal dan vena inferior rectal. Varises terjadi lebih sering pada
pasien yang nonsirosis, dan mereka jarang mengalami perdarahan (Chawla, 1991).
Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri
dan perdarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan sakit karena berada
di atas garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun, mereka mengalami
perdarahan, prolaps, dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian
sensitive kulit perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal
dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan spasme
sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan
sekitar anus (Duthie, 1960). Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit
akut ketika terjadi inkarserata atau strangulasi (Dodi, 1986). Kondisi strangulasi
dengan nekrosis dapat menyebabkan ketidaknyamanan lebih mendalam. Ketika
kondisi ini terjadi, sering menyebabkan kejang sfingter eksternal seiring dengan
thrombosis. Thrombosis eksternal menyebabkan nyeri akut.
Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan tanpa rasa
sakit pada saat buang air besar. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama
hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras dan vena mengalami
rupture. Dengan meningginya spasme sfingter, perdarahan dapat bersifat muncrat.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses,
mungkin hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan tang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan
darah di vena tetap merupakan “darah arteri”. Kadang perdarahan hemoroid yang
berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid internal dapat mendepositkan lender ke jaringan perianal. Lender
pada feses dapat menyebabkan dermatitis local, yang disebut pruritus ani.
Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara. Pertama,
thrombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi.
Thrombosis akut biasanya berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti tenaga
fisik, berusaha dengan mengejan, diare, atau perubahan dalam diet. Nyeri dari
inervasi saraf oleh adanya distensi dan edema. Rasa sakit berlangsung selama 7-14
hari sesuai dengan resolusi thrombosis.
Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi kurang hygienis akibat
kelembaban dan rangsangan akumulasi mucus. Keluarnya mucus dan terdapatnya
feses pada pakaian dalam merupakan cirri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap
E. PATHWAY

Konsumsi Terlalu lama duduk Kehamilan Peradangan pada usus,


makanan rendah di toilet (atau saat , obesitas seperti kolitis ulseratif
serat membaca) atau penyakit Crohn

Feses kecil Penurunan relatif Peningkatan


dan mengejan venous return di frekuensi
selama BAB daerah perianal BAB

Peningkatan Pelebaran dari Melemahnya Seringnya


vena portal vena-vena di struktur pendukung penggunaan
dalam pleksus dan memfasilitasi otot-otot
hemoroidalis prolaps perianal

Resiko Kondisi
Hemoroid
kerusakan penuaan
integritas kulit

Peradangan pada Anoreksia


Kompresi pleksus
Nyeri saraf lokal hemoroidalis
Intake
nutrisi tidak
Perdara Rupture Prolaps adekuat
han anus vena pleksus
feses keluar
berdarah anus Risiko
ketidakseim
Intoleran bangan
si nutrisi
Anemia
aktivitas kurang dari
kebutuhan

Risiko Interveni Intervensi bedah Gangguan Respons


infeksi skleroterapi hemoroidektomi defekasi psikologis

Port de Respons Preoperatif Ansietas,


entree serabut lokal kurang
pengetahuan
Luka Kerusakan Pasca
pasca jaringan lunak bedah
bedah pascabedah
F. PENATALAKSANAAN
1. Non-farmakologi
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki cara
defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan
dan minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut
Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat
tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam
posisi jongkok/squatting). Makanan berserat akan menyebabkan gumpalan
isi usus besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan
mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus
dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan kalium
permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter
air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat
dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan
rasa gatal bila dibiarkan.

2. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan
keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas
empat macam, yaitu:
a. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan
pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang
banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta,
Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago
ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja
dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik
usus. Efek samping antara lain kentut dan kembung. Obat kedua adalah
laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).

b. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya
Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung
kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya
vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida
yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki
permeabilitas dinding pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari,
lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.

3. Tindakan Operatif
Indikasi tindakan operatif pada pasien hemoroid adalah penderita
dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan
berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Penderita hemoroid eksterna juga diberikan terapi bedah karena hemoroid
eksterna sudah tidak bisa ditangani dengan tindakan konservatif. Prinsip
yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan
rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis
akibat prolapsus mukosa.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan
adanya anemia.
 Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya
tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid
sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur
ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
 Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan
lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
 Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

H. PENGKAJIAN FOCUS
1. Identitas Klien
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden
penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak
pada usia 45-65 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
1. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar
dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh /
terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan
pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit
lain seperti sirosis hepatis.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya apabila ada anggota keluarga yang menderita hemoroid maka
anggota keluarga yang lain juga akan berisiko untuk menderita hemoroid
karena berhubungan dengan dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
yang diturunkan.

 Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Terjadi pada individu dan keluarga yang kurang memperhatikan pola
hidup dan pola atau cara defekasi (terlalu kuat mengedan).
2. Pola Nutrisi
Pada klien dengan hemoroid kurang memperhatikan pola makan dan
minum (kurang makanan yang berserat).
3. Pola Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan hemoroid istirahat dan tidur kemungkinan terganggu
dan terjadi perubahan pola tidur karena terasa nyeri pada anus saat tidur.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada klien dengan hemoroid aktivitas klien sedikit terganggu karena
adanya nyeri pada anusnya, kelemahan dan kelelahan.
5. Pola Eliminasi
Pada klien dengan hemoroid akan mengalami gangguan pola eliminasi
(defekasi).
6. Pola Koping dan Stres
Keluarga adalah support bagi klien, keluarga klien berusaha
menyelesailkan masalah kesehatan yang dialaminya dengan cara
membawa ke tempat pelayanan kesehatan.

I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iritasi kulit / jaringan,
pelebaran vena hemorrhoidalis, adanya massa anal, respons pembedahan.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum sekunder dari
anemia.
3) Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, prognosis penyakit,
rencana pembedahan, kurang informasi tentang perawatan di rumah.
4) Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat, pecahnya vena
pleksus hemorrhoidalis.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entree luka pasca bedah,
pertahanan primer tidak adekuat.
6) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada ujung-
ujung saraf, gatal.

J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

1. Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk


rasa nyaman dilakukan mengetahui
(nyeri) tindakan tingkat nyeri klien
berhubungan keperawatan sehingga dapat
dengan iritasi selama 1x24 memberikan
kulit / jam diharapkan intervensi lebih
jaringan, gangguan rasa lanjut.
pelebaran nyaman (nyeri) 2. Anjurkan tehnik 2. Akan
vena dapat teratasi / relaksasi untuk melancarkan
hemorrhoidali berkurang menurunkan peredaran darah
s, adanya dengan kriteria : ketegangan otot . sehingga
massa anal,  Nyeri klien kebutuhan O2
respons berkurang akan terpenuhi
pembedahan.  Klien tidak sehingga akan
meringis menguranggi
lagi nyeri.
 Klien 3. Ajarkan metode 3. Mengalihkan
terlihat distraksi selama perhatian nyeri ke
tenang nyeri. hal-hal yang

 Skala nyeri menyenangkan.

0. 4. Kolaborasi dalam 4. Analgetik


pemberian memblok lintas
analgetik. nyeri sehingga
nyeri akan
berkurang
2. Intoleransi Setelah 1. Observasi 1. Untuuk
aktivitas dilakukan respon klien mengetahui
berhubungan tindakan dalam sejauh mana
dengan keperawatan beraktivitas aktivitas yang
kelemahan selama 3x24 dapat dilakukan
umum jam diharapkan klien
sekunder dari intoleransi 2. Tingkatkan 2. Melatih otot klien
anemia. aktivitas dapat aktivitas secara agar tidak lemah
teratasi / bertahap
berkurang 3. Bantu klien 3. Agar energy klien
dengan kriteria : dalam tidak terbuang
 Klien dapat beraktivitas sia-sia.
beraktivitas
sendiri
 Kliendapat
bengun dari
tempat tidur
 Klien tidak
terlihat
lemah dan
pucat lagi.

3. Ansietas Setelah 1. Kaji tingkat 1. Dapat menjadi


berhubungan dilakukan kecemasan pedoman untuk
dengan faktor tindakan klien. memberikan
psikologis, keperawatan intervensi.
prognosis selama 1 jam 2. Kaji tingkat 2. Mengetahui
penyakit, diharapkan pengetahuan seberapa jauh
rencana ansietas dapat klien tentang pengetahuan klien
pembedahan, teratasi / penyakit yang di tentang
kurang berkurang derita. penyakitnya.
informasi dengan kriteria : 3. Kaji ulang 3. Dapat membantu
tentang  Klien tidak patologi untuk
perawatan di gelisah lagi prognosa dan memberikan
rumah.  Klien tidak harapan klien informasi dan
khawatir yang akan motivasi sehingga
dan cemas datang. cemas klien
lagi. berkurang.
4. Beri dukungan 4. Klien merasa di
kepada klien perhatikan
sehingga
termotivasi untuk
sembuh.
5. Beri pengertian 5. Klien akan
pada klien merasa tenang
bahwa penyakit menghadapi
yang di derita penyakit yang di
pasti akan deritanya.
sembuh.
4. Resiko tinggi Setelah 1. Timbang BB 1. Menimbang
ketidakseimba dilakukan klien. merupakan
ngan nutrisi tindakan langkah untuk
kurang dari keperawatan mengetahui
kebutuhan selama 3x24 kecukupan nutrisi
tubuh jam diharapkan klien.
berhubungan ketidakseimban 2. Monitor input 2. Intake dan output
dengan intake gan nutrisi dan ouput. yang seimbang
makanan yang kurang dari dapat
kurang kebutuhan meningkatkan
adekuat, tubuh dapat BB.
pecahnya teratasi / 3. Berikan 3. Supaya klien
vena pleksus berkurang makanan sedikit berselera dan mau
hemorrhoidali dengan kriteria : tapi sering. makan sehingga
s.  Nafsu nutrisi terpenuhi,
nmakan sedikit tapi sering
klien agar klien tidak
meningkat mual dan muntah.
 BB 4. Sajikan 4. Supaya klien
meningkat makanan dalam berselera makan
 Badan klien keadaan hangat. sehingga
tidak lemas nutrisinya
lagi. terpenuhi.
5. Jelaskan kepada 5. Klien akan
klien akan mengerti dan
pentingnya berusaha untuk
nutrisi bagi meningkatkan
klien. masukan nutrisi
klien.
5. Resiko tinggi Setelah 1. Cuci tangan 1. Menecah infeksi
infeksi dilakukan sebelum dan silang.
berhubungan tindakan sesudah
dengan port keperawatan melakukan
de entree luka selama 2x24 tindakan .
pasca bedah, jam diharapkan 2. Lakukan 2. Mencegah
pertahanan infeksi dapat perawatan mikroorganisme
primer tidak teratasi / dengan tehnik berkembang biak
adekuat. berkurang aseptic dan di daerah luka.
dengan kriteria : septic.
 Tidak 3. Observasi TTV. 3. Mengidentifikasi
terdapatnya bila ada gejala-
tanda-tanda gejala infeksi.
infeksi 4. Awasi/ batasi 4. Mencegah
pengunjung bila kontaminasi
perlu jelaskan silang.
prosedur isolasi
terhadap
pengunjung.
5. Kolaborasi 5. Mencegah infeksi
dengan tim dan mempercepat
medis dalam penyembuhan
pemberian
antibiotic.
6. Resiko Setelah 1. Kaji keadaan 1. Dapat mengetahui
kerusakan dilakukan kulit. apakah adanya
integritas kulit tindakan kerusakan
berhubungan keperawatan integritas kulit
dengan iritasi selama 2x24 sehingga dapat
pada ujung- jam diharapkan memberikan
ujung saraf, kerusakan intervensi
gatal. integritas kulit selanjutnya.
dapat teratasi / 2. Pertahankan 2. Dapat
berkurang tempat tidur memperlancar
dengan kriteria : tetap kering. saluran sirkulasi
 Lecet dan darah dan
kebiruan mencegah lesi
pada anus pada daerah yang
berkurang/hi tertekan..
lang. 3. Ajarkan kepada 3. Hygiene yang
klien untuk terjaga mencegah
menjaga terjadinya
kebersiahan atau kerusakan
personal integritas
hygiene pada jaringan.
daerah sekitar
rectum dan
perineum.
4. Berikan salep 4. Pemberian salep
pelumas atau atau bedak dapat
bedak pada menguranggi
daerah rectum resiko lecet.
dan perineum.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Campbell, Reece, Mitchel. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit, dkk; editor

edisis bahasa Indonesia, Huriawan Hertanto, dkk. Volume 2. Edisi 6. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan:

UNIMED Press
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

“HEMOROID”

Telah di sahkan dan di setujui oleh:

Hari :

Tanggal :

Di setujui oleh :
Pembimbing lahan Mahasiswa

DENTRI ARISA TIVA

(PO.71.20.2.19.005)

Dosen pembimbing

SURYANDA,S.Pd.,M.Kep

Anda mungkin juga menyukai