PERILAKU KEKERASAN
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
DISUSUN OLEH :
1. ANISA SALSABILA
2. LIA WAHYUNI
3. MELDA ANDRIANI
4. VERA KOMALA SARI
5. YULI SAHARA
PEMBIMBING LAHAN :
3. Materi
Materi penyuluhan terlampir :
a. Definisi pengertian perilaku kekerasan
b. Penyebab perilaku kekerasan
c. Cara merawat pasien
d. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
e. Penjelasan manfaat dalam penggunaan fasilitas kesehatan
f. Menjelaskan bentuk dalam mengambil keputusan
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media
Leaflet
6. Kegiatan penyuluhan
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
1. Memberi salam dan 1. Menyambut salam dan
memperkenalkan diri mendengarkan
7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
b. Evaluasi proses
c. Evaluasi hasil
1. Peserta memahami tentang cara membantu sosialisasi ( interaksi social ) pasien
gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit.
2. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai yang diharapkan.
3. Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai.
8. Pengorganisasian
Moderator : Yuli Sahara
Pembicara : Melda andriani
Documentasi : Lia wahyuni
Fasilitator : Vera komala
Observasi : Anisa salsabila
9. Job description :
a. Moderator
Membantu penyaji dalam mengorganisasikan anggota penyuluhan, membuka dan
menutup penyuluhan, memimpin jalanya diskusi proses penyuluhan.
b. Pembicara / penyaji
Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan.
c. Documentasi
Melakukan pengodumentasian selama berjalanya acara.
d. Fasilitator
1. Memfasilitasi dan memotivasi anggota penyuluhan untuk berperan aktif
2. Memfokuskan kegiatan.
3. Membantu mengkoordinasikan anggota kelompok.
10. Setting
fasilitator
observasi
Lampiran materi
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yangdapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupunlingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marahyang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,
diri sendiri baik secar fisik,emosional, dan atau seksualitas (Nanda, 2005). Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secarafisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000).
2. Penyebab
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak,cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhiterjadinya kemarahan terbagi atas faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu :
a) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapattimbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiayaan atau saksi penganiayaan juga berpengaruh.Sesorang yang
mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yangdiharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dancemas. Jika ia tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpamengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya maka dia menghadapinyadengan kekerasan.
b) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
seringmengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Manusia padaumumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingindihargai dan diakui
statusnya. Sehingga Kebutuhan akan status dan prestise juga mempengaruhi perilaku
seseorang untuk melakukan kekerasan.
c) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosialyang
tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima (permisive).
d) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporaldan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
denganorang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilakukekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikanyang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan
dankekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan
konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu
mempunyaikebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
akibatnyaindividu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
lekastersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian
individutentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
denganideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaannegatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapaikeinginan.
a. Assertif
Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau
tanpamerendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi
Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang tidak
realistis. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibatdari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif
Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.Orang
agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap
orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri danmengharapkan
perlakuan yang sama dari orang lain. Tindakan destruktif terhadaplingkungan yang
masih terkontrol.
e. Mengamuk
Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Padakeadaan
ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.Tindakan
destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.
4. Tanda dan gejala perilaku kekerasan.
Yosep ( 2009 ) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut :
a. Fisik
1). Muka merah dan tegang
2). Mata melotot/ pandangan tajam
3). Tangan mengepal
4). Rahang mengatup
5). Postur tubuh kaku
6). Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1). Muka merah dan tegang
2). Mata melotot/ pandangan tajam
3). Tangan mengepal
4). Rahang mengatup
5). Postur tubuh kaku
6). Jalan mondar-mandir
c. Perilaku
1). Melempar atau memukul benda/orang lain
2). Menyerang orang lain
3). Melukai diri sendiri/orang lain
4). Merusak lingkungan
5). Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan danmenuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain,menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
6. Hal – hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai keluarga yang
mempunyai perilaku kekerasan.
a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan minat bakat
anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan sehinggadiharapkan
dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak
terkaitcontohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu
menyelesaiakankonflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat membahas
danmelaporkan perkembangan anggota keluarga yang mengalami risiko
pelakukekerasan terutama dari segi kejiwaan antara pengajar dengan pihak
keluargaterutama orangtua.
c. Bila Klien dalam PK Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu
membawa klienke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahan utamakan
keselamatan diriklien dan penolong.
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI;Jakarta.
WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ;Jakarta.
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.) .St.LouisMosby
Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa ,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri ,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003
Anonim. 2011. Cegah dan hindari kekerasan, diakses tanggal 22 Mei 2011. Jam 14.30 dari
http://www.orangtua.org/cegahdanhidarikekerasan=804