Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERILAKU KEKERASAN
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN

DISUSUN OLEH :
1. ANISA SALSABILA
2. LIA WAHYUNI
3. MELDA ANDRIANI
4. VERA KOMALA SARI
5. YULI SAHARA

PEMBIMBING LAHAN :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang studi : Keperawatan Jiwa


Topik : Peran Keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan
Sasaran : Pasien dan keluarga di Area Poli Klinik RS ERNALDI BAHAR Provinsi
Sumatera Selatan
Tempat : Area Poli Klinik RS ERNALDI BAHAR Provinsi Sumatera Selatan
Hari / Tanggal : Rabu, 15 Desember 2021
Waktu : 08.00 s/d selesai.

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga di Area Poli Klinik RS
ERNALDI BAHAR Provinsi Sumatera Selatan mengetahui tindakan yang dilakukan
dalam merawat penderita dengan masalah perilaku kekerasan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah ddiberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat :
a. Keluarga mampu mengenal perilaku kekerasan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan
c. Keluarga mampu merawat pasien
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

3. Materi
Materi penyuluhan terlampir :
a. Definisi pengertian perilaku kekerasan
b. Penyebab perilaku kekerasan
c. Cara merawat pasien
d. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
e. Penjelasan manfaat dalam penggunaan fasilitas kesehatan
f. Menjelaskan bentuk dalam mengambil keputusan

4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

5. Media
Leaflet

6. Kegiatan penyuluhan
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
1. Memberi salam dan 1. Menyambut salam dan
memperkenalkan diri mendengarkan

2. Menjelaskan tujuan dari 2. Mendengarkan


penyuluhan
3. Mendengarkan
3. Melakukan kontrak waktu
4. Mendengarkan
4. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan.
2. 10 menit Pelaksanaan :

1. Menggali informasi yang telah 1. Menyampaikan informasi


diketahui peserta tentang yang telah diketahui
perilaku kekerasan.
2. Mendengarkan dan
2. Memberikan penjelasan memperhatikan
tentang :

a. Definisi pengertian perilaku


kekerasan
b. Penyebab perilaku
kekerasan
c. Cara merawat pasien
d. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan
e. Penjelasan manfaat dalam
penggunaan fasilitas
kesehatan
f. Menjelaskan bentuk dalam
mengambil keputusan

3. 10 menit Tanya jawab

1. Memberi kesempatan bertanya 1. Memberikan pertanyaan


kepada peserta
2. Menjawab pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan dari
peserta
4. 5 menit Penutu :

1. Feedback materi 1. Menyebutkan sesuai


materi yang diberikan
2. Menyimpulkan materi yang
telah diberikan 2. Mendengarkan dan
membalas salam
3. Membagi leaflet
3. Menerima leaflet
4. Mengucapkan terima kasih
dan salam penutup

7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur

1. Peserta hadir ditempat yang telah ditentukan untuk penyuluhan kesehatan


minimal 15 orang.
2. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di Area Poli Klinik RS ERNALDI BAHAR
Provinsi Sumatera Selatan.
3. Sarana dan prasarana memadai.

b. Evaluasi proses

1. Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri .


2. Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
3. Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme penyuluhan.
4. Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.
5. Penyaji menggali informasi dan pengalaman yang telah diketahui peserta tentang
rileksasi / mengurangi rasa amarah.
6. Penyaji menjelaskan tentang hal yang dapat dilakukan untuk proses rileksasi/
mengurangi rasa marah.
7. Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.
8. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai selesai.
9. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.

c. Evaluasi hasil
1. Peserta memahami tentang cara membantu sosialisasi ( interaksi social ) pasien
gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit.
2. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan kesehatan sesuai yang diharapkan.
3. Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai.

8. Pengorganisasian
Moderator : Yuli Sahara
Pembicara : Melda andriani
Documentasi : Lia wahyuni
Fasilitator : Vera komala
Observasi : Anisa salsabila

9. Job description :
a. Moderator
Membantu penyaji dalam mengorganisasikan anggota penyuluhan, membuka dan
menutup penyuluhan, memimpin jalanya diskusi proses penyuluhan.

b. Pembicara / penyaji
Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan.

c. Documentasi
Melakukan pengodumentasian selama berjalanya acara.

d. Fasilitator
1. Memfasilitasi dan memotivasi anggota penyuluhan untuk berperan aktif
2. Memfokuskan kegiatan.
3. Membantu mengkoordinasikan anggota kelompok.

10. Setting

document penyaji moderat


asii

fasilitator

observasi
Lampiran materi
1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yangdapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupunlingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marahyang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,
diri sendiri baik secar fisik,emosional, dan atau seksualitas (Nanda, 2005). Perilaku
kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secarafisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000).

2. Penyebab
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak,cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhiterjadinya kemarahan terbagi atas faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.

a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu :

a) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapattimbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiayaan atau saksi penganiayaan juga berpengaruh.Sesorang yang
mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yangdiharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dancemas. Jika ia tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpamengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya maka dia menghadapinyadengan kekerasan.

b) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
seringmengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Manusia padaumumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingindihargai dan diakui
statusnya. Sehingga Kebutuhan akan status dan prestise juga mempengaruhi perilaku
seseorang untuk melakukan kekerasan.
c) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosialyang
tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima (permisive).

d) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporaldan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.

b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
denganorang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilakukekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikanyang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan
dankekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan
konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu
mempunyaikebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
akibatnyaindividu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
lekastersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian
individutentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
denganideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaannegatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapaikeinginan.

3. Rentang respon marah


Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapioleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :Mengungkapkan secara
verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini carayang pertama adalah
konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif. Denganmelarikan diri atau
menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara inidipakai terus menerus,
maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri danlingkungan dan akan tampak
sebagai depresi dan psikomatik atau agresif danngamuk.Respons kemarahan dapat
berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentangrespon kemarahan dapat
digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).

a. Assertif
Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau
tanpamerendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi
Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang tidak
realistis. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibatdari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

c. Pasif
Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.

d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.Orang
agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap
orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri danmengharapkan
perlakuan yang sama dari orang lain. Tindakan destruktif terhadaplingkungan yang
masih terkontrol.

e. Mengamuk
Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Padakeadaan
ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.Tindakan
destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.
4. Tanda dan gejala perilaku kekerasan.
Yosep ( 2009 ) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut :

a. Fisik
1). Muka merah dan tegang
2). Mata melotot/ pandangan tajam
3). Tangan mengepal
4). Rahang mengatup
5). Postur tubuh kaku
6). Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1). Muka merah dan tegang
2). Mata melotot/ pandangan tajam
3). Tangan mengepal
4). Rahang mengatup
5). Postur tubuh kaku
6). Jalan mondar-mandir

c. Perilaku
1). Melempar atau memukul benda/orang lain
2). Menyerang orang lain
3). Melukai diri sendiri/orang lain
4). Merusak lingkungan
5). Amuk/agresif

d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan danmenuntut.

e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang
lain,menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5. Akibat dari perilaku kekerasan.


Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagidirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang
lain,memecahkan perabot, membakar rumah dll.

6. Hal – hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai keluarga yang
mempunyai perilaku kekerasan.
a. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan minat bakat
anggota keluarga yang mengalami risiko perilaku kekerasan sehinggadiharapkan
dapat meminimalisir kejadian perilaku kekerasan.
b. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak
terkaitcontohnya badan konseling, RT, atau RW dalam membantu
menyelesaiakankonflik sebelum terjadi tindakan kekerasan.
c. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat membahas
danmelaporkan perkembangan anggota keluarga yang mengalami risiko
pelakukekerasan terutama dari segi kejiwaan antara pengajar dengan pihak
keluargaterutama orangtua.

7. Peran keluarga dalam penanganan perilaku kekerasan.

a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :


1. Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota keluarga
2. Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga yang berada
dalam kesulitan
3. Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4. Menjalin keterbukaan
5. Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6. Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaikikekurangan tersebut
7. Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan padaanggota
keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk membantu kiendalam
menyelesaikan masalah yang konstruktif.
8. Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum obat anggotadengan
risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan tentang pentingnyaminum obat dalam
mempercepat penyembuhan.
9. Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telahdilatih
di rumah sakit.
10. Keluarga memberi pujian atas keberhasilan klien untu mengendalikan marah.
11. Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan anggota keluargarisiko
pelaku kekerasan.
12. keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatanmelakukan perilaku kekerasan.
b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan klien :
1. Menarik nafas dalam
2. Memukul-mukul bantal
3. Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klienmengucapkan apa yang tidak
disukai klien
4. Melakukan kegiatan keagamaan seperti berwudhu’ dan shalat
5. Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.

c. Bila Klien dalam PK Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu
membawa klienke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahan utamakan
keselamatan diriklien dan penolong.

8. Konsep keluarga mampu mengambil keputusan


Ketika ada keluarga yang mengalami sakit keluarga harus mampu mengambil
keputusan seperti membawa pasien yang sakit kerumah sakit bukan hanya dibiarkan
saja .

9. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan


Keluarga mampu memodifikasi lingkungan terhadap keluarga yang sakit
contohnya : untuk tidak meletakkan barang barang yang tajam atau bahaya yang buat
pasien luka seperti pisau , barang beling seperti gelas dan piring .

10. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan


Ketika pasien kambuh sakitnya maka keluarga inisiatif langsung membawa
kerumah sakit jiwa, dan mengfasilitaskan kehatan utama bagi keluarga kita agar
kembali sehat seperti biasanya
Daftar pustaka

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI;Jakarta.
WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ;Jakarta.
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.) .St.LouisMosby
Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa ,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri ,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003
Anonim. 2011. Cegah dan hindari kekerasan, diakses tanggal 22 Mei 2011. Jam 14.30 dari
http://www.orangtua.org/cegahdanhidarikekerasan=804

Anda mungkin juga menyukai