Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR BRACHII DEXTRA

PADA TN.TRI MULYONO

DI SUSUN OLEH :

NAMA : DENTRI ARISA TIVA

NIM : PO.71.20.2.19.005

TINGKAT : 2.A

DOSEN PEMBIMBING : SURYANDA,SPd.,M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN 2020/2021

1
A. DEFINISI

Tumor Jaringan Lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau
pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma
( Smeltzer, 2002 ). Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan
tulang serta organ tubuh bagian dalam.

Soft tissue tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu kelompok tumor yang biasanya
berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan, atau
retroperitoneum (Toyet al. 2011).
Soft Tissue Tumor Regio Femur adalah adanya benjolan atau pembengkakan yang
abnormal akibat sel baru yang tumbuh disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma di
bagian regio femus yaitu teletak diatara pinggul (hip) dan lutut (knee). Tumor tersebut
menyerang jaringan lunak yang terletak di regio femur yang berasal dari jaringan embrional
mesoderm yaitu jaringan ikat, otot, pembuluh darah dan limfe, jaringan lemak dan selaput
saraf.

 ANATOMI FISIOLOGI FEMUR

Tulang femur merupakan tulang terbesar dari tubuh manusia dan membentuk sistem
muskuloskeletal dari daerah paha, (Netter,2006). Regio femur terletak diantara  pinggul ( hip)
dan lutut (knee). Daerah ini merupakan struktur yang penting karena merupakan struktur
utama penyangga tubuh serta berperanan penting dalam pergerakan melalui sendi  pinggul
( hip joint  ) dan sendi lutut (knee joint ). Tulang femur dapat menahan beban tekanan sebesar
3500 kg/cm2. Tekanan sebesar ini mampu menahan tekanan yang didapatkan pada saat
berjalan, berlari, atau melompat. Tulang femur merupakan tulang yang terkuat, terberat, dan
terpanjang dari tulang manusia. Tinggi badan manusia biasanya sekitar empat kali dari
panjang tulang femur.

2
Tulang femur terletak diantara pinggul dan lutut. Tulang femur adalah tulang terbesar
pada tubuh manusia dan merupakan tulang utama yang menyangga daerah paha. Bagian
ujung  proksimal dari tulang femur terdiri dari caput femoris, collum femoris, serta trochanter
mayor dan trochanter minor yang menghubungkan antara collum femur dengan corpus
femoris, (Netter,2006). Caput femoris berbentuk hampir lebih dari setengah lingkaran,
berartikulasi dengan asetabulum pada tulang panggul. Pada bagian tengah caput femoris
terdapat cekungan kecil yang disebut sebagai fovea capitis. Pada bagian ini terdapat ligamen
dan pembuluh darah yang berhubungan dengan caput femoris.

B. ETIOLOGI
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan keganasan tulang yaitu genetik,
radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, dan infeksi. Faktor genetik dapat
menyebabkan soft tissue tumor berdasarkan dari data penelitian, diduga mutasi genetik pada
sel induk mesenkim dapat menimbulkan sarkoma, (Hana, 2012).
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi

3
Infeksi firus epstein-barr bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah
ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT. Virus Epstein-Barr
(EBV) adalah virus yang sangat umum menyerang manusia dan ditularkan melalui
air liur. Virus ini paling dikenal sebagai penyebab infeksi mononukleosis. Infeksi
penyakit ini ditunjukkan dengan gejala demam, sakit tenggorokan, dan radang
kelenjar getah bening di leher.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. MANIFESTASI KLINIS

Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.
Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau
nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.Tumor
jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila dirabaterasa lunak
dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak
pernah menyebar ke tempat jauh. Pada tahap awal, Soft Tissue Tumor Regio Femur biasanya
tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan
tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri atau bengkak yang terjadi pada bagian paha.

D. PATOFISIOLOGI

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Soft Tissue Tumor Regio Femur tumbuh di antara pinggul dan lutul atau paha. Biasanya
tanda dan gejala yang pertama muncul adalah adanya rasa sakit dan bengkak pada bagian
paha. Tumor tersebut menyerang jaringan lunak yang ada di bagian regio femur yaitu
jaringan embrional mesoderm, tumor yang tumbuh menjadi lebih besar akan menekan sel
normal, maka terjadi rasa nyeri yang menekan sel saraf atau otot. Setelah tumor mencapai
batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular.

4
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :

1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi


2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh.

E. PATHWAY

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Tumor tumbuh di bagian regio femur

Soft Tissue Tumor Regio Femur

Pre Operasi Sel abnormal Post Operasi

Bengkak
Adanya luka post operasi
Adanya inflamasi
Menekan sel saraf

Perubahan fisik Menstimulasi respon


nyeri Peradangan
pada kulit Tempat masuk
Anatomi kulit mikroorganisme
abnormal
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Adanya ruam
Kurang Resiko infeksi
kemerahan
pengetahuan area pembedahan
Nyeri Akut

Ansietas Kerusakan
integritas
kulit

Kerusakan
integritas jaringan

5
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik:
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut. Pembedahan (complete surgical excision)
dengan kapsul sangatlah penting untuk mencegah kekambuhan setempat (local
recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya,
pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.
Klasifikasi Pembedahan
Klasifikasi pembedahan dikelompokkan berdasarkan beberapa tingkat, yaitu
berdasarkan tingkat keseriusan, tingkat urgensi dantujuan pembedahan. Tiga
kelompok tersebut dapat digolongkan seperti tabel dibawah ini :

Tingkat Jenis Deskripsi Contoh


Keseriusan Mayor Melibatkan Bypass
rekonstruksi atau arteri koroner,
perubahan yang reseksi kolon,
luas pada pengangkatan
bagian tubuh; laring,
menimbulkan reseksi lobus paru
risiko yang tinggi
bagi
kesehatan.
Minor Melibatkan Ekstraksi katarak,
perubahan yang operasi plastik
kecil pada bagian wajah,
tubuh; sering ekstraksi gigi.
dilakukan untuk
memperbaiki
deformitas;
mengandung
risiko
yang lebih rendah

6
dibandingkan
dengan prosedur
mayor.
Urgensi Elektif Dilakukan Bunionektomi,
berdasarkan pada operasi
pilihan klien; plastik wajah,
tidak penting dan perbaikan
tidak dibutuhkan hernia,
kesehatan rekonstruksi
payudara.
Gawat erlu untuk Eksisi tumor
kesehatan klien, ganas,
dapat mencegah pengangkatan
timbulnya batu
masalah tambahan kandung empedu,
(misal : perbaikan
destriksi jaringan vaskular
atau fungsi akibat obstruksi
organ yang arteri
terganggu); tidak (misal :
harus selau bypass
bersifat darurat arteri
koroner).
Darurat Harus dilakukan Memperbaiki
segera untuk perforasi
menyelamatkan appendiks;
jiwa atau amputasi
mempertahankan traumatik,
fungsi bagian mengontrol
tubuh perdarahan
interna.
Tujuan Diagnostik Bedah eksplorasi Laparotomi
untuk eksplorasi

7
memperkuat (insisi rongga
diagnosis dokter; peritoneal
termasuk untuk
pengangkatan menginspeksi
jaringan untuk organ abdomen),
pemeriksaan. biopsi
diagnostik yang massa payudara
lebih lanjut.
Ablatif Eksisi atau Amputasi,
pengangkatan pengangkatan
bagian tubuh yang appendiks,
menderita kolesistekomi
Penyakit.
Paliatif Menghilangkan Kolostomi,
atau debridemen
mengurangi jaringan nekrotik,
intensitas gejala reseksi serabut
penyakit; tidak saraf.
akan
meyembuhkan
penyakit.
Rekonstruktif Mengembalikan Fiksasi internal
fungsi atau pada
penampilan fraktur, perbaikan
jaringan yang jaringan paru.
mengalami
trauma atau
malfungsi.
Transplantasi Dilakukan untuk Transplantasi
mengganti ginjal,
organ atau kornea, atau hati;
struktur yang penggantian
mengalami pinggul

8
malfungsi. total.
Konstruktif Mengembalikan Memperbaiki
fungsi yang bibir
hilang atau sumbing,
berkurang akibat penutupan
anomali defek katup
kongenital. atrium
jantung.

b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan:
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien.
b. Perawatan luka pada pasien.
c. Pemberian obat.
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah dilakukan
operasi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya
jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.

9
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas.
tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma
seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi
akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak
yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa
tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray dan
CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari
semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas
ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor
tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.
5. Peemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
Merupakan pemeriksaan penunjang terhadap spesimen/sampel jaringan yang
diperoleh melalui bedah sederhana. Biasanya sampel jaringan diperoleh dari benjolan
yang belum diketahui penyebabnya atau yang diyakini dari kelenjar getah bening.
Pemeriksaan ini menggunakan metode tertentu untuk mendapatkan diagnosis
penyakit. Jenis pemeriksaan PA meliputi:
a. Pemeriksaan Kasar
Pemeriksaan jaringan yang sakit dengan mata telanjang, yang khususnya penting
untuk fragmen jaringan yang besar, karena penyakit itu sering dapat dikenali
secara visual. Pada tingkat ini jualah patolog memilih daerah yang akan diproses
untuk hispatologi.
b. Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaan mikroskopik pada salah satu bagian jaringan yang dicat
menggunakan teknik histologis. Cat standar adalah hematoksilin dan eosin, namun
lainnya juga ada. Peakaian kaca mikroskop yang dicat dengan hemaktosilin atau

10
eosin untuk menyediakan diagnosis spesifik bedasarkan pada morfologi dianggap
sebagai keahlian inti patologi anatomi.
1) Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
a. Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
b. Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
c. Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis
dan lesi rekuren juga berlaku.
2) Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
3) Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
4) Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
5) Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
adalah merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan
tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan
untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Tindakan biopsi aspirasi
ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial dan papable misalnya tumor
kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Sitopatologi
Pemeriksaan sel-sel lepas yang dicat pada kaca menggunakan teknik sitologi.
d. Pemerisaan imunohistokomia
Menggunakan teknik antibodi untuk mendeteksi keberadaan, keberlimpahan, dan
lokalisasi protein spesifik. Teknik ini penting untuk membedakan antara gangguan
dengan morfologi yang mirip dan juga mencirikan sifat-sifat molekuler kanker
tertentu.
e. Pemeriksaan. Hibridisasi in situ
Molekul DNA dan RNA spesifik dapat dikenali pada bagian teknik ini, bila probe
dilabeli dengan celupan berpender, teknik FISH.

11
f. Pemeriksaan Mikroskopi elektron
Pemeriksaan jaringan dengan mikroskop elektron, yang memungkingkan
pembesaran yang jauh lebih besar, memungkinkan visualisasi organel dalam sel.
g. Pemeriksaan sitogenetika jaringan
Visualisasi kromosom untuk mengenali translokasi kromosom.
h. Pemeriksaan Imunofenotipe arus
Penentuan imunofenotipe sel menggunakan teknik sitometri arus. Sangat berguna
untuk mendiagnosis jenis-jenis leukimia dan limfoma.

H. KOMPLIKASI

Pada kasus Soft Tissue Tumor (STT) yang ditangani dengan prosedur pembedahan
komplikasi yang dapat muncul adalah:

1. Prosedur pembedahan tersebut merupakan trauma jaringan lunak.


2. Efek anestesi bisa menyebabkan komplikasi sampai kematian.
3. Perdarahan akibat efek samping dari pembedah.
4. Infeksi jaringan akibat perawatan yang tidak steril.

I. HEALT EDUCATION

Edukasi pasien menjadi hal yang penting. Karena soft tissue tumor regio femur dextra
dapat menimbulkan nyeri jika benjolan tersentuh, maka selama dalam perawatan di rumah
sakit perlu adanya edukasi untuk membatasi aktivitas fisik yang dapat menimbulkan
terjadinya nyeri dan meminta pasien untuk isstirahat yang cukup. Edukasi pasien setelah
dilakukan tindakan operasi yaitu dengan pemenuhan nutrisi yang cukup agar dapat
mempercepat pemulihan luka post operasi, ketika klien pulang dari rumah sakit dengan
perawatan pasien dan keluarga pasien diharapkan memahami pengetahuan tentang
pemenuhan nutrisi yang cukup terutama kebutuhan protein yang sangat penting untuk
pemulihan luka post operasi.

12
J. PENGKAJIAN FOKUS

1. Pengkajian
Persiapan Pra Operatif
1) Informed consent (tanda persetujuan secara tertulis).
2) Penyuluhan pre operasi :
a) Menjelaskan apa yang akan dihadapi oleh pasien jika ia akan dioperasi.
b) Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah dilakukan
Herniotomy.
c) Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka / insisi
setelah operasi.
d) Untuk mencegah komplikasi pasca operasi (atelektasis) pasien diajarkan
tentang kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik nafas dalam.
3) Persiapan fisik.
a) Kulit
Mencukur bagian yang akan dioperasi.
b) Observasi tanda-tanda vital
c) Transporting pasien
Pasien harus dibawa tepat pada waktunya, jangan terlalu cepat, sebab
terlalu lama menunggu saat operasi akan menyebabkan pasien gelisah
dan takut. Baju pasien diganti dengan baju khusus operasi, barang-
barang berharga diserahkan pada keluarga.

K. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah


b. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap luka

L. Perencanaan Asuhan Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
diharapkan nyeri
Kriteria Hasil :
- Keluhan nyeri berkurang atau hilang (skala 0-1)

13
- Tampak rileks
Intervensi :
- Kaji skala nyeri
- Kaji insisi bedah,perhatikan edema
- Berikan tindakan kenyamanan, misalnya:latihan nafas dalam,
lingkungan yang tenang dan tekhnik relaksasi
Kolaborasi:
- Berikan analgetik

b.Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder


terhadap luka
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (Rubor, Dolor, Kalor, Tumor,)
- TTV stabil
- Terdapat tanda-tanda penyembuhan
Intervensi :
- Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya nyeri
abdomen, perubahan mental
- Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang baik,
dan perawatan luka septic
- Lihat insisi dan balutan drainase bila diindikasikan
Kolaborasi:
- Berikan antibiotik sesuai indikasi

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.


Jakarta : Sagung Seto.
2. Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
3. Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC.
4. Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China :
Mosby Elsevier.
5. Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC

15
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

“HEMOROID”

Telah di sahkan dan di setujui oleh:

Hari :

Tanggal :

Di setujui oleh :

Pembimbing lahan Mahasiswa

DENTRI ARISA TIVA

(PO.71.20.2.19.005)

Dosen pembimbing

SURYANDA,S.Pd.,M.Kep

16

Anda mungkin juga menyukai