Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH STASE NEUROMUSKULAR

INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KONDISI


CVD STROKE ISKEMIC HEMIPARESE SINISTRA
DI RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL

Disusun Oleh :

Galuh Tria Prafita Sari

1810306070

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH STASE NEUROMUSKULAR


INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KONDISI
CVD STROKE ISKEMIC HEMIPARESE SINISTRA
DI RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL

MAKALAH

Disusun oleh :

Galuh Tria Prafita Sari


1810306070

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui Oleh Pembimbing Lahan Praktik Guna
Memenuhi Tugas Akhir Praktik Profesi Program Studi Fisioterapi Profesi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Periode 13 MEI 2019 – 7 JUNI 2019

Oleh :

Pembimbing : Sunarto, S.Ft

Tempat / Tanggal : Jakarta, 22 Mei 2019

Tanda tangan :_____________________

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Makalah
Stase Neuromuskular Intervensi Fisioterapi Pada Kondisi Cvd Stroke Iskemic Hemiparese
Sinistra di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional” guna melengkapai tugas akhir Praktik
Profesi Program Studi Fisioterapi Profesi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berupaya semaksimal mungkin agar dapat
memenuhi harapan semua pihak, namun penulis menyadari tentunya penulisan makalah ini
tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi
penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis
sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan
ilmu Fisioterapi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Sunarto, S. Ft sebagai pembimbing lahan di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

2. Bapak Muh, Ali Imron M. Fis dan bapak Andry Ariyanto, SST. Ft. Mkes selaku dosen
pembimbing kampus Program Studi Fisioterapi Profesi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

3. Para staff Fisioterapis di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional yang telah membantu
membimbing, berbagi ilmu dan pengalaman.

4. Orang tua dan teman – teman mahasiswa Program Studi Fisioterapi Profesi Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta angkatan 2018.

Akhir kata, semoga makalah ini ada manfaatnya, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi kita semua dalam rangka menambah wawasan pengetahuan dan pemikiran
kita.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 22 Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI GAMBAR ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4
A. Definisi Stroke ............................................................................................................ 4
B. Anatomi Otak ............................................................................................................. 4
C. Patofisiologi .............................................................................................................. 11
D. Etiology Stroke ......................................................................................................... 12
E. Manifestasi Klinis Stroke ......................................................................................... 13
F. Faktor Risiko ............................................................................................................ 13
BAB III STATUS KLINIS .................................................................................................. 20
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................... 35
A. Hasil Terapi .............................................................................................................. 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 36
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 36
B. Saran ......................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 37

iv
DAFTAR ISI GAMBAR
Gambar 2. 1 Cerebrum .......................................................................................................... 5
Gambar 2. 2 Cerebellum ........................................................................................................ 8
Gambar 2. 3 Fissura Prima .................................................................................................... 9
Gambar 2. 4 fissura prima ..................................................................................................... 9
Gambar 2. 5 Lobus medius .................................................................................................. 10

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak kedua di dunia setelah

penyakit jantung dan merupakan penyebab utama dari disabilitas. Prevalensi stroke

di dunia pada tahun 2010 adalah sebanyak 33 juta, dengan 16,9 juta orang terkena

stroke serangan pertama. Dari data South East Asisn Medical Information Centre

(SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar di Asia Tenggara

terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina,

Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia, prevalensi stroke

meningkat dari 8,3 per 1000 pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000 pada tahun

2013 (WHO, 2015).

Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke, dan stroke

mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di Amerika Serikat tercatat hampir

setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat

stroke. Menurut Yayasan Stroke Indonesia, terdapat kecenderungan meningkatnya

jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir (Sedyaningsih,

2011).

Berdasarkan data Riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi stroke

tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9). Sementara itu di Sumatera Utara

prevalensi kejadian stroke sebesar 6,3%. Prevalensi penyakit stroke juga meningkat

seiring bertambahnya usia. Kasus stroke tertinggi adalah usia 75 tahun keatas

(43,1%) dan lebih banyak pria (7,1%) dibandingkan dengan wanita (6,8%)

(Depkes, 2013).

1
2

Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat

berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis, emboli),

dan hemoragik akibat perdarahan. Darah yang keluar dan menyebar menuju

jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal, atau kombinasi keduanya adalah

akibat dari pecahnya pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke hemoragik

(Nila , Mohamad , & Imam , 2018).

Hal ini mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Oleh karena itu setelah serangan stroke, penderita harus mempelajari

kembali hubungan somatosensori baru atau lama untuk melakukan tugas-tugas

fungsionalnya. Hal tersebut memerlukan perhatian khusus oleh fisioterapi dengan

berbagai metode dan pendekatan untuk mengembalikan kemampuan gerak dan

fungsi dengan pola yang normal.

Berbagai metode dan intervensi fisioterapi yang dapat diberikan antara lain

pemanfaatan sarana fisis seperti pemberian stimulasi elektris dan penerapan terapi

latihan. Pemulihan kemampuan gerak dan fungsi bagi insan stroke dimungkinkan

oleh adanya sifat plasti-sitas saraf (neuroplasticity).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Jelaskan definisi dari stroke?

2. Bagaimana anatomi dari otak?

3. Bagaimana patofisiologi stroke?

4. Bagaimana etiologi stroke?

5. Apa saja tanda dan gejala stroke?

6. Apa saja factor risiko terjadinya stroke?


3

7. Bagaimana intervensi fisioterapi pada stroke?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dalam penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi stroke.

2. Untuk mengetahui anatomi dari otak.

3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi stroke.

4. Untuk mengetahui etiologi stroke.

5. Untuk mengetahui tanda dan gejala stroke.

6. Untuk mengetahui factor risiko terjadinya stroke.

7. Untuk mengetahui bagaimana intervensi fisioterapi pada stroke.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarka latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini adalah

manfaat penulisan makalah:

1. Bagi institusi pendidikan fisioterapi

Sebagai tambahan khasanah keilmuan fisioterapi mengenai stroke

iskemic hemiparese dan bagaimana penanganannya.

2. Bagi fisioterapi

Sebagai masukan tentang kondisi dan variasi bagaimana penanganan

pada kasus stroke iskemic hemiparese.

3. Bagi penulis

Sebagai pendalaman tentang kasus stroke iskemic hemiparese dan

penanganan yang dapat diberikan di klinis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Stroke

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke merupakan gangguan peredaran darah

di otak. Stroke juga dikenal dengan cerebrovascular accident dan Brain Attack. Stroke

berarti pukulan (to strike) yang tejadi secara mendadak dan menyerang otak. Gangguan

peredaran darah di otak dapat berupa iskemia yaitu aliran darah berkurang atau terhenti

pada sebagian daerah di otak. Sedangkan gangguan peredaran darah lainnya adaalah

terjadinya perdarahan di otak karena dinding pembuluh darah robek (WHO, 2015).

Penyakit stroke merupakan salah satu dari penyakit tidak menular yang

masih menjadi masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Terdapat dua tipe utama

dari stroke yaitu stroke iskemik akibat berkurangnya aliran darah sehubungan dengan

penyumbatan (trombosis, emboli), dan hemoragik akibat perdarahan. Darah yang

keluar dan menyebar menuju jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal, atau

kombinasi keduanya adalah akibat dari pecahnya pembuluh darah otak yang dikenal

dengan stroke hemoragik (sacco, 2013).

B. Anatomi Otak

1. Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum (Telecephalon) merupakan bagian terbesar otak dan menempati

fossa cranial tengah dan anterior. Cerebrum juga disebut dengan cerebral cortex,

forebrain atau otak depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan

manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan

4
5

berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan

fisual. Kecerdasan intelektual atau IQ manusia juga ditentukan oleh kualitas

cerebrum.

Cerebrum dibagi oleh suatu celah yang dalam, fisura serebri longitudinal,

menjadi hemisferkiri dan kanan, dimana setiap hemisfer ini berisi satu ventrikel

lateral. Di otak bagian dalam, hemisfer dihubungkan oleh massa substansi albikan

(serat saraf) yang disebut korpus kalosum (corpus callosum). Bagian superfisial

cerebrum terdiri atas badan sel syaraf atau substansi grisea, yang membentuk

korteks serebri,dan lapisan dalam yang terdiri atas serat syaraf atau substansi

albikan.

Secara umum, belahan belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan

belahan orak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam

kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir

rasional (Dedy J. Asmara, 2011 ).

Gambar 2. 1 Cerebrum
6

Cerebrum dibagi menjadi 4 bagian yang disebut lobus. Bagian lobus yang

menonjol disebut girus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.

Ke-4 lobus tersebut yaitu :

Lobus Lokasi Fungsi

Lobus Frontal Lobus frontal, terletak di Emosi, perencanaan,

daerah otak sekitar dahi kreativitas, penilaian, gerakan

Anda. dan pemecahan masalah

dikendalikan di lobus frontal.

Lobus frontal dibagi lagi ke

dalam korteks prefrontal, area

premotor, dan area motor.

Lobus Parietal Lobus parietal terletak Pengaturan suhu, rasa

di belakang lobus frontal tekanan, sentuhan dan rasa

dan di bagian belakang sakit dikendalikan di lobus

atas otak. parietal. Beberapa fungsi

bahasa juga dapat

dikendalikan di lobus parietal.

Lobus Temporal Sesuai namanya, lobus Kebanyakan pendengaran dan

temporal terletak di fungsi bahasa dikendalikan di

setiap sisi otak lobus temporal. Proses emosi,

belajar dan pendengaran juga

terletak di lobus temporal.


7

Lobus Oksipital Lobus oksipital terletak Penglihatan dan kemampuan

di bagian punggung untuk mengenali obyek

bawah otak di bagian dikendalikan di lobus

belakang kepala. oksipital. Retina mata

mengirimkan masukan ke

lobus oksipital otak yang

kemudian menafsirkan sinyal

sebagai gambar

2. Cerebellum (Otak Kecil)

a. Gambaran Umum Cerebellum

Cerebellum (otak kecil) terletak di fossa cranii posterior dan bagian

superiornya ditutupi oleh tentorium cerebelli. Cerebellum adalah bagian

terbesar otak belakang dan terletak posterior dari ventriculus quartus, pons, dan

medulla oblongata (Gambar 2.1). Cerebellum berbentuk agak lonjong dan

menyempit pada bagian tengahnya, serta terdiri dari dua hemispherium

cerebelli yang dihubungkan oleh bagian tengah yang sempit, yaitu vermis.

Cerebellum berhubungan dengan aspek posterior batang otak melalui tiga

berkas serabut saraf yang simetris, disebut pedunculus cerebellaris superior,

medius dan inferior.


8

Gambar 2. 2 Cerebellum
Cerebellum dibagi menjadi tiga lobus utama: lobus anterior (fungsi:

regulasi tonus otot dan mempertahankan sikap badan), lobus medius/ lobus

posterior (fungsi: koordinasi berbagai gerakan lincah), dan lobus

flocculonodularis (fungsi: mempertahankan keseimbangan). Lobus anterior

dapat dilihat pada permukaan superior cerebellum dan dipisahkan dari lobus

medius oleh sebuh fissura yang berbentuk huruf “V”, disebut fissura prima

(Gambar 2.3 dan 2.4). Lobus medius (kadang-kadang disebut lobus posterior),

yang merupakan bain cerebellum yang paling besar, terletak di antara fissura

prima dan fissura uvulonodularis. Lobus flocculonodularis terletak di posterior

fissura uvulonodularis (Gambar 2.5). Fissura horizontalis yang dalam

ditemukan disepanjang pinggir cerebellum dan memisahkan permukaan

superior dari permukaan inferior; tidak mempuyai arti morfologis atau

fungsional yang penting.


9

Gambar 2. 3 Fissura Prima

Gambar 2. 4 fissura prima


10

Gambar 2. 5 Lobus medius


3. Brainstem (Batang Otak)

Batang otak merupakan struktur pada bagian posterior (belakang) otak.

Pada gerak volunter, batang otak merupakan jalur yang dilalui impuls rangsang

sebelum mencapai cerebrum. Impuls rangsang diantarkan oleh traktus ascendentes

(serat-serat saraf yang menghantarkan impuls ke otak) untuk diolah diotak, lalu

impuls respons dihantarakan oleh traktus descendentes. Pada perbatasan antara

batang otak dan sumsum tulang belakang medulla spinalis terjadi deccusatio

(penyilangan) serat-serat kortikospinal (serat-serat saraf descendentes) dari

cerebrum ke modulla spinalis. Serat-serat kortokospinal dari otak kiri menyilang

kebagian kanan medula spinalis dan serat dari otak kanan menyilang kebagian kiri.

Penyilangan ini menyebabkan bagian tubuh kanan di kendalikan oleh otak kiri dan

bagian tubuh kiri dikendalikan oleh otak kanan. Batang otak merupakan tempat

melekatnya seluruh syaraf kranial, kecuali syaraf I dan II yang menempel pada

cerebrum (otak besar) (Grant, Anne , Ross , & Wilson , 2011).


11

C. Patofisiologi

Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan

hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi – reaksi berantai yang

berakhir dengan kematian sel – sel otak dan unsur – unsur pendukungnya (Rida ,

Nurdiana, & Tina, 2017)

Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core)

dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi

nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik

terdapat daerah penumbra iskemik. Sel – sel otak dan jaringan pendukungnya belum

mati akan tetapi sangat berkurang fungsi – fungsinya dan menyebabkan juga defisit

neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke perifer makin ringan. Daerah penumbra

iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya aliran

darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah penumbra iskemik inilah yang menjadi

sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi

kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor waktu dan jika tidak terjadi reperfusi,

daerah penumbra dapat berangsur-angsur mengalami kematian (Rida , Nurdiana, &

Tina, 2017).

Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap,

yaitu:

Tahap 1 :

a. Penurunan aliran darah

b. Pengurangan O2

c. Kegagalan energy

d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion


12

Tahap 2 :

a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion

b. Spreading depression

Tahap 3 : Inflamasi

Tahap 4 : Apoptosis.

D. Etiology Stroke

Stroke iskemik bisa disebabkan oleh berbagai macam problem yang bisa

dikelompokan menjadi 3 bagian. Yaitu masalah masalah pembuluh darah, jantung dan

substrat pembuluh darah itu sendiri (Rida , Nurdiana, & Tina, 2017).

Kelainan vascular Kelainan jantung Kelainan darah

Aterosklerosis Trombus mural Trombositosis

Displasia fibromuskular Penyakit jantung rematik Polisitemia

Gangguan inflamasi Aritmia Penyakit sel sikle

Arteritis sel giant Endocarditis Leukositosis

SLE Prolap katub mitral Atatus Hiperkoagulasi

Polyarteritis nodosa Paradoxic embolus Status hiperkoagulasi

Granulomatous angitis Atrial myxoma

Syphilitic arteritis Prosthetic heart valves

AIDS

Diseksi arteri karotis atau


vertebralis
Infark lakuner

Druge abuse

Migren
13

E. Manifestasi Klinis Stroke

Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan

bervariasi, tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan

gejala stroke akut berupa : (De Freitas GR, 2009)

1. Terasa semutan/seperti terbakar

2. Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis)

3. Kesulitan menelan, sering tersedak

4. Mulut mencong dan sulit untuk bicara

5. Suara pelo, cadel (Disartia)

6. Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia)

7. Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya

8. Gangguan penglihatan

9. Gerakan tidak terkontrol

10. Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma

F. Faktor Risiko

Faktor - faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan sebagai

berikut : (De Freitas GR, 2009).

1. Non modifiable risk factors :

a. Usia

Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk

anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun

keatas) dan resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan

mengalaminya degeneratif organ-organ dalam tubuh.

Status umur berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu. Semakin

bertambah umur maka penalaran dan pengetahuan semakin bertambah. Tingkat


14

kematangan seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat kecemasan dimana individu yang matang mempunyai daya adaptasi

yang besar terhadap stresor yang muncul. Sebaliknya individu yang

berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap rangsangan

sehingga sangat mudah mengalami gangguan kecemasan. Berikut kategori

umur menurut Depkes RI (2009) :

1) Usia Muda 18-40 tahun

2) Usia Tua 41- 65 tahun

b. Jenis kelamin

Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke pada usia

dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1. Insiden

stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-rata

25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang

lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai

menopause. Hal ini, hormon merupakan yang berperan dapat melindungi

wanita sampai mereka melewati masa masa melahirkan anak.

Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan memiliki peluang yang

sama juga dengan laki-laki untuk terserang stroke. Hal ini membuktikan bahwa

resiko laki-laki dan perempuan untuk terserang stroke pada usia dewasa awal

adalah sama. Pria memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra

sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun, wanita memiliki

resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga baik jenis kelamin laki-

laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena stroke pada

usia dewasa awal 18-40 Tahun.


15

2. Modifiable risk factors

a. Behavioral risk factors

1) Merokok

Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke yang lebih banyak

terjadi pada usia dewasa awal dibandingkan lebih tua. Risiko stroke akan

menurun setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4

tahun setelah berhenti merokok.Perlu diketahui bahwa merokok memicu

produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga

merangsang timbulnya aterosklerosis (Pizon & Asanti, 2010). Arteriskle

rosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah yang

lambat karena terjadi viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan

tekanan pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran

melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi lemak

yang berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan menurunkan jumlah

HDL (kolestrol baik) atau menurunkan kemampuan HDL dalam

menyingkirkan kolesterol LDL yang berlebihan.

2) Unhealthy diet : lemak, garam berlebihan, asam urat, kolesterol, low fruit

diet.

3) Obat-obatan : narkoba (kokain), antikoaguilansia, antiplatelet, obat

kontrasepsi

3. Physiological risk factors

a. Penyakit hipertensi

Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga

timbul perdarahan otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir seluruh organ

tubuh, terutama otak, jantung, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer.
16

Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung kepada seberapa besar tekanan

darah itu, seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan dari kondisi

sebelumnya, dan kehadiran faktor risiko lain.

Insiden stroke dapat bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan

berkurang bila tekanan darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg,

baik pada stroke iskemik, perdarahan intrakranial, maupun perdarahan

subaraknoid

b. Penyakit jantung

Penyakit atau kelainan jantung dapat mengakibatkan iskemia pada otak.

Ini disebabkan karena denyut jantung yang tidak teratur dapat menurunkan total

curah jantung yang mengakibatkan aliran darah di otak berkurang (iskemia).

Selain itu terjadi pelepasan embolus yang kemudian dapat menyumbat

pembuluh darah otak. Ini disebut dengan stroke iskemik akibat trombosis.

Seseorang dengan penyakit atau kelainan jantung beresiko terkena atroke 3 kali

lipat dari yang tidak memiliki penyaki atau kelainan jantung.

c. Diabetes mellitus

Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada

pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar atau pembuluh darah otak

dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menghambat aliran darah

dikarenakan pada kadar gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah sehingga

menghamabat aliran darah ke otak. Hiperglikemia dapatmenurunkan sintesis

prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran arteri, meningkatkanya

pembentukan trombosis dan menyebabkan glikolisis protein pada dinding

arteri.
17

d. Kegemukan (obesitas)

Obesitas merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskuler dan stroke

(Wahjoepramono, 2005). Jika seseorang memiliki berat badan yang berlebihan,

maka jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh,

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Patel, 1995). Obesitas dapat juga

mempercepat terjadinya proses aterosklerosis pada remaja dan dewasa muda

(Madiyono, 2003). Oleh karena itu, penurunan berat badan dapat mengurangi

risiko terserang stroke. Penurunan berat badan menjadi berat badan yang

normal merupakan cerminan dari aktivitas fisik dan pola makan yang baik.

G. Intervensi fisioterapi

Beberapa intervensi yang dapat diberikan untuk pasien stroke diantaranya

sebagai berikut:

1. Metode Bobath

Metode Bobath adalah salah satu metode yang berorientasi pada aktivitas

pola gerak normal dengan meningkatkan kemampuan control postural dan

gerakan-gerakan yang selektif. Pada aktifitas gerak, maka tonus otot postural

akan sangat menentukan efektifitas dan efesiensi gerak yang akan dihasilkan

(Irfan , 2012).

a. Melakukan identifikasi pada area-area spesifik otot-otot antigravitasi yang

mengalami penurunan tonus.

b. Meningkatkan kemampuan input proprioceptive

c. Melakukan identifkasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan mampu

melakukan aktivitas fungsi yang efisien “Normal”

d. Fasilitasi specific motor activity

e. Minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reaksi dari gangguan gerak


18

f. Mengidentifikasi kapan dan bagaimana gerakan menjadi lebih efektif (G ,

Lathika, & Kulama, 2017)

2. Excercise Ambulation Gait Training

Dalam intervensi yang diberikan dalam latihan ini adalah termasuk

didalamnya dengan latihan gerakan aktif dan pasif pada setiap sendi untuk

menjaga fisiologis otot dan sekaligus memberikan transfer friction pada tendon

yang terkena untuk mengurangi spastisitas ditambah dengan pemberian

Propioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF). PNF adalah terapi latihan yang

menggabungkan fungsional pola diagonal berdasarkan gerakan dengan teknik

fasilitasi neuromuskuler untuk membangkitkan respon motorik dan

meningkatkan kontrol neuromuskular dan fungsi. Metode ini berusaha

memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai dengan reaksi yang

dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau gerakan yang

terkoordinasi (Kisner & Lynn, 2007)

3. Core strability

Core stability dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk

mengotrol posisi dan gerakan pada bagian pusat tubuh. Target utama dari jenis

latihan ini adalah otot yang letaknya lebih dalam (deep muscle) pada abdomen,

yang terkoneksi dengan tulang belakang (spine), panggul (pelvic) dan bahu

(shoulder).

Core Stability adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak

dari thrunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara

optimal dalam proses perpindahan, kontrol tekanan dan gerakan saat aktfitas.

Core stability merupakan salah satu faktor penting dalam postural set.
19

Dalam kenyataanya core stability menggambarkan kemampuan untuk

mengontrol atau mengendalikan posisi dan gerakan (Irfan , 2012).


BAB III

STATUS KLINIS

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Tn. SP

Umur : 75 tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan BRI

Alamat : Masjid Al-Amir No 35 Rt2 Rw7 Lawinangu Cimanggis

No Rekam Medik : 00050502

II. DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT / KLINIK


Diagnosa Medis : CVD SI Hemiparese Sinistra

Radiologi : 5 Mei 2019 CT SCAN

Kesan : Infark akut di kapsula interna kanan cruz posterior sampai periventrikel lateral
kanan. Infark lama di kapsula kiri cruzposterior dan lobus frontal kanan. Leukoraiaosis
grade 3 - atrofi cerebri

Laboratorium : kolesterol HDL : 28 mg/dl ; kolesterol LDL : 86 mg/dl ; Gliko Hb : 6,2

SEGI FISIOTERAPI
A. ANAMNESIS
⃝ AUTOANAMNESIS ⃝HETEROANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Lemas badan sebelah kiri

20
21

Riwayat Penyakit Sekarang: pada tanggal 5 mei 2019 tiba tiba os merasakan lemah pada
kedua kaki nya kemudian dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Setelah
dilakukan CT SCAN dengan hasil terjadi penyumbatan pada pembuluh darah. Lalu os di
opname selama sepuluh hari. Setelah keluar dari rumah sakit aktifitas os menggunakan
kursi roda. Os kemudian melakukan fisiotrapi, saat ini os sudah melakukan dua kali terapi.
Kondisi os saat pertama terapi sudah bisa duduk dengan seimbang.

2. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta:


Os memiiki riwayat penyakit dahulu stroke hemorage Desember 2018 dan riwayat
penyakit penyerta gula dan kolesterol yang tidak terkontrol
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Pemeriksaan Vital Sign : Kemampuan Fungsional :

1. TD:
120/80mmHg 1. Tidur/bedrest/gendong

2. HR : 75 x/mnt 2. Jalan Sendiri

3. Suhu: Afebris 3. Kursi Roda


4. RR : 20 x/menit
4. Alat Bantu : ............
5. Skor Nyeri:
5. Prothese : ...........

6. Deformitas : ............

7. Resiko Jatuh: ............

8. Lain-lain : ............

1. Pemeriksaan Sistemik Khusus : *)

a. Kesadaran : komposmentis
b. Kemampuan sensoris

Dex Sin

Tajam + +

Tumpul + +
22

Dex Sin

Kasar + +

Halus + +

Dex Sin

Sensasi gerak + +

Dex Sin

Two point discrimination + +

c. Pemeriksaan keseimbangan
Tinneti Section balance

No Instruksi Reaksi pasien Skor

1 Kesimbangan duduk Tenang dan aman 1

2 Duduk ke berdiri Mampu tanpa bantuan tangan 2

3 Usaha untuk bangkit (duduk ke berdiri) Mampu dengan lebih dari 1 1


kali usaha
4 Keseimbangan berdiri awal 15 detik Stabil tanpa bantuan 2
pertama
5 Keseimbangan berdiri Stabil dengan landasan 2
sempit/tanpa bantuan
6 Berdiri kaki rapat, terapis memberikan Goyah 1
dorongan 3 kali di dada
7 Bersii dengan kaki rapat rapat dan Stabil 1
menutup mata
8 Berputar 360 derajat Langkah continue 1
23

9 Berdiri ke duduk Menggunakan tangan dan 1


duduk perlahan
Total skor 12

Tinneti Section berjalan

No Instruksi Reaksi pasien Skor

1 Permulaan jalan, segera Beberapa kali mencoba tanpa keraguan 1


setelah aba aba “jalan”
2 Panjang dan tinggi langkah Melangkah melewati kiri 2

3 Foot clearance

4 Kesimetrisan langkah Langkah kanan kiri tidak imbang 0

5 Kontinuitas langkah Tidak kontinu antara langkah 0

6 Garis jalur jalan Lurus tanpa alat bantu 2

7 Trunk Tidak mengayun tapi lutut/pinggang 1


fleksi/menggunakan lengan untuk stabil
8 Walking time Tumit terpisah 1

Total skor 7

Total skor section balance + section berjalan = 12+7 = 19 (risiko jatuh moderate)

d. Pemeriksaan General Postural Alignment


Posisi Duduk

Regio Dextra Sinistra

Head Forward head

Trunk Flexi

Protraksi, depresi,
Shoulder Elevasi, protraksi endorotasi
24

Elbow Semi fleksi

Wrist Netral

Finger Netral

Pelvic Anterior

Hip Feksi

Knee Fleksi

Ankle Netral Eversi

Toes Netral

Posisi Berdiri

Regio Dextra Sinistra

Head Forward head

Trunk Flexi

Protraksi, depresi,
Shoulder Elevasi, protraksi endorotasi

Elbow Netral

Wrist Netral

Finger Netral

Pelvic Anterior

Hip Netral

Knee Netral

Ankle Netral Eversi

Toes Netral
25

e. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional


Bartel Index

No Aktifitas Keterangan Skor

1 Makan Mandiri 10

2 Mandi Memerlukan bantuan 5

3 Berpakaian Memerlukan bantuan 5

4 Buang air besar Kadang mengalami kesulitan 5

5 Buang air kecil Kadang mengalami kesulitan 5

Perlu bantuan tetapi tidak 5


6 Menggunakan kamar mandi
tergantung penuh
Berpindah dari tempat duduk ke kursi 10
7 Memerlukan bantuan sedikit
atau sebaliknya
Mobilitas (berjalan pada permukaan Bergerak tapi menggunakan 5
8
datar) kursi roda

9 Naik turun tangga Tidak mampu 0

Total skor 50

Klasifikasi ketergantungan berat

f. Pemeriksaan NIHSS

No Variabel Indikator Skor

1a Level kesadaran 0 = sadar penuh ,1 = Somnol, 2= Stupor,3= 0


Koma

1b Menjawab pertanyaan (bulan, 0 = dapat menjawab 2 pertanyaan dengan 0


usia, dll) benar

1= dapat menjawab 1 pertanyaan

2 = tidak dapat men jawab pertanyaan


dengan benar
26

1c Mengikuti perinta (menutup 0 = dapat mengikut 2 perintah dengan benar 0


mata, genggam)
1= dapat melakukan 1 perintah dengan benar

2= tidak dapat melakukan 2 perintah

2 Gerakan mata konungat 0= Normal 0


horizontal
1= gerakan abnormal hanya satu mata

2= deviasi kongjugat

3 Lapang pandang (tes 0= tidak ada gangguan 0


kofrontasi)
1= kuadranopsia

2= hemianopsia total

3= hemianopsia bilateral

4 Paresis wajah 0= normal 0

1= paresisi ringan

2= paresis parsial

3= paresis total

5 Motorik lengan kanan (angkat 0= tidak ada simpangan jika pasien diminta 0
900, taan 10 detik) mengangkat kedua lengan 10detik.

1= lengan menyimpang kebawah sebelum 10


detik

2= lengan terjatuh kekasur

3= tidak dapat melawan grafitasi

4 = tidak ada gerakan

6 Motorik lengan kiri (angkat 0= tidak ada simpangan jika pasien diminta 0
900, tahan 10 detik) mengangkat kedua lengan 10detik.

1= lengan menyimpang kebawah sebelum 10


detik

2= lengan terjatuh kekasur

3= tidak dapat melawan grafitasi


27

4 = tidak ada gerakan

7 Motorik tungkai kanan (angkat 0= tidak ada simpangan jika pasien diminta 0
300, tahan 5 detik) mengangkat kedua tungkai 5 detik.

1= tungkai menyimpang kebawah sebelum 5


detik

2= tungkai terjatuh kekasur

3= tidak dapat melawan grafitasi

4 = tidak ada gerakan

8 Motorik tungkai kiri (angkat 0= tidak ada simpangan jika pasien diminta 0
300, tahan 5 detik) mengangkat kedua tungkai 5 detik.

1= tungkai menyimpang kebawah sebelum 5


detik

2= tungkai terjatuh kekasur

3= tidak dapat melawan grafitasi

4 = tidak ada gerakan

9 Ataksia anggota badan 0= tidak ada 0

1= pada satu ekstremitas

2= pada dua / lebih ekstermitas

10 Sensorik (pin pinc test) 0= normal 0

1= deficit parsial

2= deficit berat

11 Bahasa 0 =tidak ada afasia 0

1= afasia ringan

2= afasia berat

3= afasia global

12 Disatria 0 = artikulasi normal 0

1= disatria ringan sedang


28

2= disatria berat

13 Neglect/tidak ada atensi 0= tidak ada 0

1= parsial

2= total

Total 0

g. Analysis gait

Fase Dextra Sinistra

Initial Contact Tidak ada Tidak ada

Loading Response Tidak Ada Ada

Mid Stance Ada Ada

Terminal Stance Ada Ada

Preswing Ada Ada

Initial Swing Ada Ada

Mid swing Tidak ada Ada

Terminal Swing Tidak ada Tidak ada


29

4. UNDERLYING PROCCES

Internal faktor
Eksternal faktor

CVD Ischemic

Anatomic Impairment Functional Impairment Activity Limitation Partisipation Restriction

Cerebry lession Poor control of Standing and walking


synergic muscle

Decrease muscle Sport Rekreasi


Motor deficit
activation/weakness
Lack of postur

Impaired innervation Gait


Core stability
of spinal motor neuron
Pelvic tilt
Lat. postural
Latihan pola
Disable muscle jalan yg benar
activation

Stimulation
Fasilitation
30

1. DIAGNOSA FISIOTERAPI

1. Impairment (Body Structure & Body Function) :


 Body Structure: lessi pada hemisfer kanan dan atrofi cerebri, hemiparese
sinistra,
 Body Function: gangguan pada pola jalan, pola gerak,

2. Functional Limitation:
Keterbatasan melakukan aktifitas sehari hari seperti mandi, mengenakan pakaian,
menggunaka kamar mandi, mobilitas secara mandiri.

3. Participation Restriction
Olahraga dan rekreasi

2. PROGRAM FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Pendek:
- Akivasi otot
- Memperbaiki pola jalan
- Memperbaiki pola gerak yang benar.
2. Tujuan Jangka Panjang:
- Aktivitas sehari hari secara mandiri tanpa alat bantu

F. TEKNOLOGI INTERVENSI FISIOTERAPI


(Persiapan Alat, Persiapan Pasien, Persiapan Terapi, Dosis) Sesuai Evidence Based Practice

1. Stimulation
- Posisi pasien : Supine lying di bed
- Posisi terapis : Berdiri si damping bed pasien
- Pelaksanaan terapi : Terapis melakukan stimulasi pada muscle belly
untuk mengaktivasi otot.
- Dosis : 8x per set, 3set

2. Fasilitation
- Posisi pasien : Supine lying di bed
- Posisi terapis : Berdiri di samping bed pasien
31

- Pelaksanaan terapi : Os diminta menggerakan tangan dan kaki kemudian


terapis membantu mengarahkan kearah gerakan fungsional pada masing-
masing region.
- Dosis : 8x per set, 2 set

3. Core stability Pelvic tilt exercise


- Posisi pasien : Supine lying, duduk, berdiri
- Posisi terapis : Berada di samping, depan (menyesuaikan)
- Pelaksanaan terapi : Terapis memfiksasi pada SIAS dan SIPS kemudian
minta os menggerakan pelvic kearah anterior dan posterior bergantian.
- Dosis : 8x

4. Exercise ambulation gait training :


- Posisi pasien : Dalam keadaan telentang dan berdiri
- Posisi terapis : Berada di depan pasien
- Pelaksanaan Terapi : Excercise ambulation gait training: latihan dimulai
dengan gerakan-gerakan ringan secara aktif pada setiap regio sendi, lalu
dilakukan transfer friction pada tendon otot yang mengalami spastisitas
- Dosis : sesuai toleransi pasien

G. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Setelah melakukan dua kali fisioterapi evaluasi yang dapat di lihat yaitu :

a. Peningkatan skor kesimbangan berjalan

Tinneti Section balance

NO Instruksi Reaksi pasien Skor

1 Kesimbangan duduk Tenang dan aman 1

2 Duduk ke berdiri Mampu tanpa bantuan tangan 2

3 Usaha untuk bangkit (duduk ke Mampu dengan 1 kali usaha 2


berdiri)
4 Keseimbangan berdiri awal 15 detik Stabil tanpa bantuan 2
32

pertama
5 Keseimbangan berdiri Stabil dengan landasan 2
sempit/tanpa bantuan
6 Berdiri kaki rapat, terapis memberikan Goyah 1
dorongan 3 kali di dada
7 Berdiri dengan kaki rapat rapat dan Stabil 1
menutup mata
8 Berputar 360 derajat Langkah continue 1

9 Berdiri ke duduk Aman dan duduk perlahan 2

Total skor 14

Tinneti Section berjalan

No Instruksi Reaksi pasien Skor

Permulaan jalan, segera 1


1 Beberapa kali mencoba tanpa keraguan
setelah aba aba “jalan”

2 Panjang dan tinggi langkah Melangkah melewati kiri 2

3 Foot clearance

4 Kesimetrisan langkah Langkah kanan kiri Nampak seimbang 2

5 Kontinuitas langkah Langkah terlihat kontunue 1

6 Garis jalur jalan Lurus tanpa alat bantu 2

Tidak mengayun tapi lutut/pinggang 1


7 Trunk
fleksi/menggunakan lengan untuk stabil

8 Walking time Tumit terpisah 1

Total skor 10

Total skor 14+10 = 24 termasuk ketegori risiko jatuh ringan


33

Berg balance test


No Deskripsi Skor

1 Duduk ke berdiri 4

2 Berdiri tak tersangga 4

3 Duduk tak tersangga 4

4 Berdiri ke duduk 4

5 Transfer 4

6 Berdiri tak tersangga dengan mata tertutup 3

7 Berdiri tak tersangga dengan kaki rapat 4

8 Meraih ke depan denfgan lengan lurus secara penuh 3

9 Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri 3

10 Berbalik untuk melihat kebelakang 3

11 Berbalik 360 derajat 4

12 Menempatkan kaki bergantian ke stool dalam posisi berdiri tanpa 3


penyengga
13 Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lainya 0

14 Berdiri dengan satu kaki 1

Total skor 44
(Independent)
34

b. Peningkatan fungsional

Bartel Index

No Aktifitas Keterangan Skor

1 Makan Mandiri 10

2 Mandi Memerlukan bantuan 5

3 Berpakaian Memerlukan bantuan 5

Kadang mengalami 5
4 Buang air besar
kesulitan
Kadang mengalami 5
5 Buang air kecil
kesulitan

6 Menggunakan kamar mandi Mandiri 10

Berpindah dari tempat duduk ke kursi atau Memerlukan bantuan 10


7
sebaliknya sedikit
Berjalan dengan 10
8 Mobilitas (berjalan pada permukaan datar)
bantuan

9 Naik turun tangga Tidak mampu 0

Total skor 65

Klasifikasi ketergantungan moderat

Tindak lanjut : Lanjut Fisioterapi


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Terapi
Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak dua kali dengan
menggunakan modalitas fisioterapi berupa stimulasi, fasilitasi, core stability
exercise dan ambulation gait training. Didapatkan hasil sebagai berikut: terjadi
peningkatan keseimbangan, peningkatan aktifitas fungsional.
Pengukuran peningkatan keseimbangan dan risiko jatuh dalam laporan ini
menggunakan form Berg balance scale dan tinetti. Sedangkan pengukuran aktifitas
fungsional menggunakan Index bartel.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Stroke Iskemic merupakan kondisi kerusakan otak yang diakibatkan oleh
penyumbatan pembuluh darah yang ada di otak yang di pengaruhi oleh beberapa
faktor resiko, dalam kasus ini faktor resiko yang mempengaruhi adalah diabetes
melitus dan kolesterol yang merusak endotel dari pembuluh darah dan memicu
timbulnya trombus. Pasien stroke iskemic hemiparese sinistra dalam makalah ini
telah menerima intervensi fisioterapi berupa pemberian modalitas fisioterapi
stimulasi, fasilitasi, core stability excercise ambulation gait training. Terapi
dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu dengan satu hari dalam jadwal terapi
pasien menerima terapi dari fisioterapi.

B. Saran
1. Bagi Pasien
Penulis menyarankan agar pasien selalu menerapkan dan melakukan
latihan yang telah diajarkan oleh fisioterapi dan menerapkannya di rumah,
sehingga proses pemulihan akan berlangsung lebih optimal.
2. Bagi Fisioterapi
Dalam menangani kasus stroke iskemic hemiparese sinistra seorang
fisioterapis disarankan untuk selalu meningkatkan pengetahuan, dan
ketrampilannya sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan dan
melakukan tindakan fisioterapi secara tepat. Keberhasilan terapi memerlukan
kerjasama yang baik antara fisioterapis dan pasien demi mendapatkan hasil
terapi yang optimal.

36
DAFTAR PUSTAKA

Anwer, S. A. (2014). Effect of Isometric Quadriceps Exercise on Muscle Strength, Pain


and Function in Patiens With Knee Osteoarthritis. A Randomized Controlled Study.
Journal Physiotherapy Science, 26.
Barber Foss K, M. G. (2014). Epidemiology of Basketball, Soccer, and Volleyball Injuries
in Middle School Female Athletes. Phys Sportsmed, 42, 146-153.
De Freitas GR, C. D. (2009). Topographic classification of ischemic stroke, in Fisher M.
(ed). Handbook of Clinical Neurology (3rd series). Elsevier BV, 93.
Dedy J. Asmara, L. S. (2011 ). FISIOLOGI TUBUH MANUSIA untuk Mahasiswa
Keperawatan Edisi 2. Jakarta Selatan: Salemba medika.
Depkes. (2013). DEPARTEMENT KESEHATAN.
G , V., Lathika, S., & Kulama. (2017, Mar – Apr). The Effect of Bobath Concept and
Conventional Approach on the, Functional Outcome in the Post Stroke Hemiplegic
Individuals. IOSR Journal of Sports and Physical Education (IOSR-JSPE), 4(2),
2347-2347-6745.
Grant, A., Anne , W., Ross , & Wilson . (2011). Anatomy and Physiology in Health and
Illnes. Elseiver Pte Ltd.
Irfan , M. (2012, April ). Aplikasi Terapi Latihan Metode Bobath Dan Surface
Electromyography (Semg) Memperbaiki Pola Jalan Insan Pasca Stroke. Jurnal
Fisioterapi, 12 , 1-20.
James EW, L. C. (2015). Anatomy and biomechanics of the lateral side of the knee and
surgical implications. Sports Med Arthrosc, 23, 2-9.
Kisner, C., & Lynn, A. C. (2007). Therapeutic Exercise 5th Edition. Philadelphia: F.A.
Davis Company.
Lasmar RCP, M. d. (2010). Importance of the different posterolateral knee static
stabilizers: . biomechanical study. Clinics (Sao Paulo), 65, 433-440.
M. Alex Haddad, J. M. (2016, August ). CONSERVATIVE MANAGEMENT OF AN
ISOLATEDGRADE III LATERAL COLLATERAL LIGAMENT INJURY IN AN
ADOLESCENT MULTI-SPORT ATHLETE: A CASE REPORT. The
International Journal of Sports Physical Therapy, 11, 596-606.
Misuk , C. (2013). The Effects of Modified Wall Squat Exercises on Average Adults’
Deep Abdominal Muscle Thickness and Lumbar Stability. Journal Phystherapy,
25, 689-692.
Mutlu Cuğ, E. A. (2012). The effect of instability training on knee joint proprioception and
core strength. Journal of Sports Science and Medicine, 11, 468-474.
Nila , N. P., Mohamad , S. I., & Imam , S. (2018, Juli ). Comparison Of Acute Ischemic
Stroke Functional Outcome In Smokers And Non-Smokers Measured By Canadian
Neurological Scale (CNS) And NIHSS. MNJ, 04(02 ), 65-71.
Ojoawo, A., Adebowale, E., & Olaogun, M. (2015). Effect Of Continuous Short Wave
Diathermy and Infra Red Ray in Management of Symptomatic Knee Joint
Osteoarthritis: A Comparative Study. Journal of Exercise Science &
Physiotherapy, 98-107.
Rida , D., Nurdiana, & Tina, H. N. (2017, November). Analysis Of Predictive Factors Of
Mortality In Hemorrhagic Stroke Patients At Soebandi Hospital Jember. NurseLine
Journal, 2, 134-145.
sacco, R. (2013). An updateed definition of stroke for the 1st century a statemwnt for
healthcare profesionals from the American Heart Assosiation/American stroke
assosiation stroke:. journal of cerebral circulation, 7(44), 20164-89.
Sedyaningsih, E. (2011). Stroke penyebab utama kematian di Indonesia. Sambutan Menkes
pada Peringatan Hari Stroke Sedunia.
WHO. (2015, Jan 17). World Health Organization. Stroke, . Retrieved Mei 22, 2019, from
Cerebrovascular Accident: http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/

Anda mungkin juga menyukai