Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Plantar Fasciitis sering sekali terjadi pada ibu rumah tangga, karena
pengaruh aktivitas fisik yang dilakukan terus menerus, yang menuntut
penggunaan kaki menerima beban secara terus menerus. Penanganan yang
tepat dan efektif dapat membantu penderita plantar fasciitis memiliki hidup
yang lebih baik tanpa adanya keluhan. Faktor yang dapat menyebabkan
plantar fasciitis adalah pola kaki datar, lengkungan kaki yang tinggi, pola
hidup obesitas, overuse plantar fascia dan degeneratif. Faktor overuse plantar
fascia akan menyebabkan penguluran yang berlebihan pada fascia plantaris.
Penguluran yang berlebihan pada fascia plantaris dapat mengakibatkan
cedera.
Pada kasus yang saya ambil, Ny. S berusia 39 tahun ibu rumah tangga
yang bertempat tinggal di Condet mengeluhkan nyeri seperti tertusuk pada
telapak kaki. Pasien mengalami kesulitan berjalan jauh. Berdasarkan
keterangan yang didapat, pada tanggal 15 Februari 2019 pasien merasakan
nyeri seperti tertusuk pada telapak kaki. Rasa nyeri bertambah ketika pasien
berdiri dari duduk terutama ketika bangun tidur pagi hari. Pada tanggal 16
Februari 2019, pasien pergi ke RS UKI untuk memeriksakan keadaannya ke
dokter ortopedi. Setelah diperiksa oleh dokter tulang didapati hasil diagnosa
medis yaitu plantar fasciitis sinistra.
Pemeriksaan fisioterapi yang dilakukan meliputi pemeriksaan
inspeksi, palpasi, pemeriksaan fungsi gerak dasar, pemeriksaan khusus dan
pemeriksaan aktivitas fungsional. Terdapat gangguan berupa keterbatasan
ROM yang diakibatkan oleh nyeri gerak baik pada gerakan aktif, pasif dan
isometrik. Nyeri terletak pada bagian plantar fascia yang ditemukan melaljui
pemerikasaan khusus yaitu pemeriksaan Windlass Test. Terdapat juga
gangguan aktifitas fungsional yang di periksa menggunakan Foot Function
Index (FFI). Didapatkan spasme pada otot gastrocnemius distal pada tungkai
kiri, pemeriksaan dilakukan dengan melakukan palpasi.
Berdasarkan penyebab serta tanda dan gejala yang telah dipaparkan
diatas, maka penulis beranggapan bahwa intervensi fisioterapi yang tepat

72
73

untuk kondisi plantar fasciitis sinistra adalah dengan menggunakan modalitas


terapi ultrasound, MWD dan Massage. Kombinasi intervensi ini bertujuan
untuk mengurangi nyeri memberikan relaksasi pada otot yang spasme,
meningkatkan pemulihan jaringan kontraktil dan non kontraktil, dan
meningkatkan fungsi tubuh.
Adapun hasil yang diperoleh setelah dilakukan intervensi fisioterpi
dengan Ultrasound (US), Micro Wave Diathermy (MWD) dan Massage
untuk Plantar Fasciitis Sinistra adalah sebagai berikut :

VAS
9
7.8
8
6.8 6.8
7 6.5
6.1
5.8 5.8
6 5.5
5.2
5 4.7
4.3
4
3.1
3

0
Dorsofleksi Plantarfleksi Dorsofleksi Plantarfleksi Dorsofleksi Plantarfleksi
Aktif Pasif Isometrik

Sebelum Terapi Setelah 3x terapi

Grafik 4.1 Hasil Perbandingan Nyeri (VAS) Gerak Aktif, Pasif, dan
Isometrik Ankle Kiri Sebelum dan Sesudah Tiga Kali Terapi

Dari grafik diagram diatas dapat dilihat terjadi perubahan pengurangan


nyeri gerak aktif, pasif dan isometrik. Untuk gerak aktif, sebelum terapi
didapati hasil dorsofleksi 6,1cm dan plantarfleksi 4,3cm dan setelah
dilakukan tiga kali terapi didapati hasil dorsofleksi 5,2cm dan plantarfleksi
menjadi 3,1cm. Untuk gerak pasif, sebelum terapi didapati hasil dorsofleksi
6,8cm dan plantarfleksi 5,8cm, setelah dilakukan terapi dosrofleski 5,8cm dan
plantar fleksi 4,7cm. Untuk gerak isometric juga terdapat perubahan sebelum
dan sesudah terapi, sebelum terapi dorsofleksi 7,8cm dan plantarfleksi 6,5cm,
setelah dilakukan tiga kali terapi dorsofleksi 6,8cm, dan plantar fleksi 5,5cm.
74

Hasil terapi menunjukkan bahwa ultrasound dan terapi latihan dapat


mengurangi nyeri pada pasien dengan fasciitis plantaris, Lokasi dan
kedalaman jaringan merupakan salah satu faktor yang menentukan efektivitas
keseluruhan ultrasound sebagai modalitas yang layak. Tranduser ultrasound
1MHz memiliki efek pada jaringan hingga kedalaman 5cm, kemudian 3MHz
untuk jaringan hingga kedalaman 2,5cm. Fascia jaringan non kontraktil yang
masih relatif dangkal kisaran kedalaman 3MHz. Ultrasound dengan
gelombang pulsed menggunakan manfaat tanpa peningkatan suhu jaringan
dan dapat diterapkan untuk cedera akut (Watson, 2017)
Mekanisme pengurangan nyeri dengan modalitas ultrasound (US) yang
didapat dari efek micromassage menghasilkan gesekan mekanik
menyebabkan peningkatan sirkulasi darah, metabolisme meningkat, dan efek
rileksasi pada otot (Drapper, 2011).
Mekanisme ultrasound menurut Periatna dan Gerhaniawati (2006) yang
menghasilkan efek gesekan melalui micromassage dapat mengurangi nyeri
pada tingkat spinal dan menghancurkan jaringan upnormal crosslink yang ada
pada fascia sehingga menghasilkan inflamasi baru yang terkontrol. Kemudian
mekanisme thermal yang dihasilkan ultrasound meningkatkan kondutif saraf
dan menghasilkan efek counter iritan sehingga nyeri dapat berkurang melalui
mekanisme gerbang kontrol. Dari hasil penelitian tersebut juga didapatkan
penggunaan MWD dan ultrasound dapat mengurangi nyeri pada kondisi
plantar fasciitis (Periatna dan Gerhaniawati, 2006).

Tabel 4.1 Hasil Pemerikasaan ROM Ankle Aktif, Pasif, Isometrik


Sebelum dan Sesudah Tiga Kali Terapi
ROM Sebelum Sesudah 3 kali
Aktif Sagital 15°-0°-10° 17°-0°-12°
Transversal 25°-0°-15° 27°-0°-17°
Pasif Sagital 20°-0°-15° 20°-0°-17°
Transversal 27°-0°-20° 30°-0°-20°

Dilihat dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada perubahan
ROM aktif dan pasif dari sebelum terapi dan sesudah dilakukan tiga kali
75

terapi dengan pengukuran goniometer. Untuk ROM aktif bidang sagital


bertambah sebesar dua derajat baik pada gerakan plantarfleksi dan dorsofleksi
setelah terapi. Pada ROM aktif bidang transversal terdapat juga perubahan
penambahan dua derajat pada gerakan eversi dan inversi setelah terapi.
Sedangkan pada ROM pasif pada bidang sagital hanya ada penambahan dua
derajat pada gerakan plantarfleksi. Kemudian untuk ROM pasif juga terdapat
perubahan pada bidang transversal sebanyak tiga derajat dari sebelum terapi.
Tidak banyak penelitian yang membahas perubahan ROM pada kondisi
plantar fasciitis dengan menggunakan ultrasound, MWD dan massage.
Namun ada satu penelitian yang menggunakan ultrasound yang
dikombinasikan dengan terapi latihan. (Yuliani, 2018). Dalam penelitian
tersebut kombinasi terapi ultrasound dan terapi latihan meningkatkan ROM
ankle pada gerak plantarfleksi, dorsofleksi, eversi dan inversi baik pada ROM
aktif maupun pasif

Foot Function Index (FFI)


40

35

30

25

20

15

10

0
Sebelum Terapi Sesudah 3x terapi

Grafik 4.2 Hasil Perbandingan Foot Function Index (FFI) Sebelum dan
Sesudah Tiga Kali Terapi

Pada pemeriksaan aktivitas fungsional pasien Ny.S dengan


menggunakan Foot Functional Index (FFI). Sebelum terapi, didapatkan hasil
34. Setelah tiga kali terapi, maka didapatkan hasil 12.
Menurut Budiman et al, (2013) Foot Function Index (FFI) adalah salah
satu ukuran yang paling banyak digunakan oleh penelitian sebagai alat ukur
76

yang baik untuk digunakan menilai kemampuan fungsional. FFI memiliki


mean respon standar yang tinggi dan ukuran efek tinggi sebagai ukuran hasil
operasi pada masalah kaki dan pergelangan kaki kronis. FFI mencerminkan
penilaian pasien terhadap gangguan kesehatan mereka, yang mengarahkan
penyedia layanan tentang perencanaan dan kemajuan perawatan yang tepat
menuju tujuan pengobatan.
Kekurangan pada penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi pasien
plantar fasciitis dalam KTIA ini adalah pasien tidak datang sesuai dengan
program yang telah ditentukan yaitu sebanyak enam kali terapi. Pasien hanya
datang sebanyak tiga kali terapi dan kondisinya belum tuntas yang dapat
dilihat dari masih adanya nyeri pada gerak aktif dan pasif dari ankle. Sehingga
evaluasi akhir dari program penatalaksanaan fisioterapi tidak dapat
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai