Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SISTEM 1


LUKA BAKAR

PEMBIMBING AKADEMIK:
Merina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH:
Kelompok 10

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018
MAKALAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SISTEM 1
LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH:

Irwan Bahari R. 151.0025


Mohammad Fathur A. 151.0032
Novelda Febriyanti 151.0037
Novi Triyas Diyanto 151.0038
Qiftia Fatmatuz Z. 151.0042
Yurista Prahesti N. 151.0059

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat ridho,
rahmat, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan
Gawat Darurat Sistem 1 “Luka Bakar” untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat Sistem 1 mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Hang Tuah Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kolonel Laut (K/W) Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.
2. Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat Sistem 1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Surabaya yang telah bersedia mengorbankan waktu dan
pikirannya untuk bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini.
3. Seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Surabaya yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
4. Teman-teman Program Studi S-1 Keperawatan Angkatan 2015, yang banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, tetapi saya berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan sebagai perkembangan ilmu
keperawatan.

Surabaya, 2018

Penulis

DAFTAR ISI

3
Kulit Luar............................................................................................................... i
Halaman Sampul................................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 6
1.3 Tujuan................................................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................ 6
1.4 Manfaat............................................................................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Luka Bakar...........................................................................................8
2.2 Klasifikasi Luka Bakar.....................................................................................10
2.3 Etiologi.............................................................................................................10
2.4 Fase-Fase Luka Bakar......................................................................................11
2.5 Manifestasi Klinis............................................................................................12
2.6 Komplikasi.......................................................................................................13
2.7 Penatalaksanaan...............................................................................................13
2.8 Asuhan Keperawatan Luka Bakar....................................................................14

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Analisa Jurnal...................................................................................................23

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................26
4.2 Saran.................................................................................................................26

BAB 1

4
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan Gawat Darurat adalah rangkaian kegiatan keperawatan
kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten untuk
memerikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Gawat Darurat
adaalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis seger
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecatatan lebih lanjut. (UU no 44
tentang Rumah Sakit). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Hardisman, 2014). Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase
lanjut (Nugroho, 2012).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI sepanjang tahun 2012-


2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar di Indonesia. Angka kejadian luka bakar
dalam datanya terus meningkat dari 1.186 kasus pada 2012 menjadi 1.123
kasus di tahun 2013 dan 1.209 kasus di tahun 2014. Di wilayah Jawa Tengah
mengalami peningkatan 0,1% pada tahun 2007 ke 2013. Di Jawa Tengah
tahun 2013 dari 100.000 penduduk tercatat sebanyak 0,7% dari penduduk di
tahun 2007 tercatat sebanyak 0,6% sedangkan di kota Boyolali dari 1000
penduduk tidak mengalami perubahan pada tahun 2013 tercatat sebanyak
0,6%di tahun 2007 0,6% yang terkena luka bakar.

Luka bakar sangat dibutuhkan penanganan awal penderita sebelumnya di


bawa ke pelayanan kesehatan. Pertolongan pertama dalam pertolongan
yang diberikan saat kejadian atau bencana terjadi di tempat kejadian,
sedangkan tujuan dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan
kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan meningkatkan pemulihan
(Paula,K.,dkk, 2009). Semua luka bakar (kecuali luka bakar ringan atau luka
bakar derajat 1) dapat menimbulkan komplikasi berupa shock,dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit,infeksi sekunder, dan lain-lain (Rismana, etal.,
2013).

5
Penanganan luka bakar bisa dilakukan dengan merubah keyakinan
masyarakat yang masih menggunakan yoghurt, pasta gigi, pasta tomat, es,
putih telur mentah, atau irisan kentang (Karaoz, 2010) dalam pertolongan
pertama luka bakar dan mengajarkan cara pertolongan pertama luka bakar
yang benar. Pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan agar lebih
efektif dan sesuai sasaran serta tujuan, maka diperlukan media yang dapat
digunakan adalah media demontrasi. Media demontrasi berisi tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari luka bakar?
2. Apa saja klasifikasi luka bakar?
3. Apa penyebab dari luka bakar?
4. Apa saja fase-fase pada luka bakar?
5. Apa saja manifestasi klinis yang muncul pada luka bakar?
6. Apa saja komplikasi yang muncul pada luka bakar?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada luka bakar?
8. Bagaimana asuhan keperawan pada luka bakar?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa dapat memahami
dan menerapkan manajemen penatalaksanaan kegawatdaruratan pada pasien
dengan dalam keseharian serta dapat melakukan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat umum.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi pada luka bakar
2. Mejelaskan klasifikasi pada luka bakar
3. Menjelaskan penyebab pada luka bakar
4. Menjelaskan fase pada luka bakar
5. Mejelaskan manifestasi klinis pada luka bakar
6. Menjelaskan komplikasi pada luka bakar
7. Mejelaskan penatalaksanaan pada luka bakar
8. Menjelaskan asuhan keperawan pada luka bakar

1.4 Manfaat
1. Bagi Lahan Praktek
Harapan penulis agar mahasiswa perat dapat mengetahui dan
mempraktekan tindakan penanganan kegawatdaruratan pada luka bakar

6
2. Bagi lahan Institusi
Harapan penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi
dirinya sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang
membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
kehilangan jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, arus
listrik, bahan kimia, serta radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan
yang lebih dalam. (Taufan, 2016)

2.2 Klasifikasi Luka Bakar

7
1. Berdasarkan kedalaman luka
a. Luka bakar derajat I (Superficial Burn)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Adapun
penyebabnya antara lain dikarenakan jilatan api, sinar ultraviolet
(terbakar oleh matahari). Luka bakar derajat pertama ini hanya
mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari. (Shinta,
2012)

Gambar 1. Luka bakar derajat 1

b. Luka bakar derajat II (Superficial partial-thickness burn)


Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka
berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan
kulit normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Penyebabnya
antara lain kontak dengan bahan padat atau cairan yang panas, paparan
zat kimiawi. Waktu penyembuhan 7-20 hari. (Shinta, 2012)

Gambar 2 Luka bakar derajat 2

8
c. Luka bakar derajat III (Ketebalan sepenuhnya)
Kerusakan jaringan mengenai seluruh lapisan epidermis, dermis atau
lebih dalam lagi. Luka bakar ini terjadi dikarenkan kontak dengan
bahan cair atau padat yang panas, kobaran api, bahan kimia, kontak
dengan arus listrik. Secara klinis kulit tampak kasar, namun juga dapat
terlihat hangus dan mati rasa. Pasien rentan terhadap infeksi dan
malnutrisi (Shinta, 2012)
.

Gambar 3. Luka bakar derajat 3

2. Berdasarkan luas luka bakar


Wallece membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rule of wallece yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Ekstrimitas atas kanan kiri masing-masing 9%, Total : 18 %
c. Dada : 9%
d. Perut : 9%
e. Punggung : 18%
f. Ekstrimitas bawah kanan kiri masing-masing 18%, Total : 18 %
g. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
3. Berdasarkan keparahan luka bakar
a. Luka bakar minor
- Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
- Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

9
- Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
- Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa
- Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak
- Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar mayor
- Ketebalan parsial >25% pada orang dewasa
- Ketebalan parsial >20% pada anak-anak
- Ketebalan penuh >10%
- Luka bakar mengenai wajah, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.

2.3 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Adapun penyebab luka bakar menurut Taufan (2016):
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Kobaran api di tubuh
Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, sehingga
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.
b. Cairan panas
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya maka semakin besar kerusakan yang
akan ditimbulkan.
c. Bahan padat (solit) yang panas
Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat
seperti solder besi atau peralatan masak

10
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
Disebabkan oleh paparan zat kimia seperti asam sulfat, asam aksalat.
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam.
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar timbul akibat paparan sinar UV atau sumber radiasi lainya
seperti sinar X

2.4 Fase Luka Bakar


Fase-fase luka bakar menurut Musliha (2010) yaitu:
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Pada fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), Breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi nafas). Gangguan airway
tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cidera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang dapat
berdampak sistemik.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.

2.5 Manifestasi Klinis


Kedalaman
Bagian
Dan Penampilan Perjalanan
Kulit Yang Gejala
Penyebab Luka Kesembuhan
Terkena
Luka Bakar

Derajat I Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan

11
tersengat hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
matahari, (supersensiv ketika waktu 3-6 hari,
terkena api itas), rasa ditekan terjadi
dengan nyeri minimal atau pengelupasan
intensitas mereda jika tanpa edema kulit
rendah didinginkan

Derajat II: Epidermis Sangat Melepuh, Kesembuhan


tersiram air dan nyeri, , dasar luka dalam waktu 7-
mendidih, sebagian sensitif berbintik- 20 hari,
terbakar oleh dermis terhadap bintik merah, pembentukan
nyala api udara yang epidermis parut
dingin retak,
permukaan
luka basah,
terdapat
edema

Derajat III: Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan


terbakar keseluruhan nyeri, syok, bakar eskar,
nyala api, dermis dan hematuria berwarna diperlukan
terkena kadang- (adanya putih seperti pencangkokan,
cairan kadang darah dalam bahan kulit pembentukan
mendidih jaringan urin) dan atau gosong, parut dan
dalam waktu subkutan kemungkina kulit retak hilangnya kontur
yang lama, n pula dengan serta fungsi
tersengat hemolisis bagian lemak kulit, hilangnya
arus listrik/ (destruksi yang tampak, jari tangan atau
sel darah terdapat ekstrenitas dapat
merah), edema terjadi

2.6 Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Infeksi Sepsis

12
3. Cidera inhalasi
2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan di IGD
1. Pantau cedera inhalasi
Prioritas utama adalah untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten,
ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik
2. Resusitasi cairan
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada saat 4 jam pertama saat
terjadinya luka bakar. Resusitasi yang adekuat akan mengembalikan
curah jantung dalam 24 jam pertama, 24 jam berikutnya dapat
mengembalikan volume plasma
Pedoman dan Rumus Penggantian Cairan pada Luka Bakar
(Formula Baxter)
a. Formula: 4 ml x Kg BB x %LB (Total Body Surface Area)
b. Cairan : Ringer Laktat (RL)
c. Waktu: Hari pertama
- 50% diberikan 8 jam pertama (waktu dihitung mulai saat kejadian)
- 25% diberikan 8 jam kedua
- 25% diberikan 8 jam ketiga
Resusitasi cairan pada pasien luka bakar dengan shock
Apabila pasien shock, grojog 20-40cc/kg BB selama:
Dewasa: 10-20 menit
Anak-anak: 30-60 menit
3. Pantau tanda-tanda vital
B. Penatalaksanaan di TKP
1. Lepaskan pakaian dan benda logam seperti perhiasan
2. Sirami bagian tubuh yang terbakar menggunakan air mengalir selama
20 menit atau lebih
3. Jika bagian tubuh yang terkena terbakar tidak dapat disiram, kompres
korban dengan selimut basah

13
4. Tutup luka dengan penutup luka steril. Untuk luka bakar ringan dan
sedang, tutup luka dengan balutan kering, jangan memecah gelembung
5. Berikan minum yang banyak

2.8 Asuhan Keperawatan Luka Bakar


 Primary Survey
Perioritas Keperawatan : A-B-C, Hidrasi, control nyeri, control infeksi
- Airway :
a) Suara napas crowing akibat edema laring  bebaskan jalan napas
 perlu intubasi
b) Lakukan pembebasan jalan napas dengan trakeostomi, intubasi
sebelum edema laring
- Breathing:
a) Normal, sesak napas  distress napas  berikan oksigen jaga
saturasi >95
- Circulation
a) Hipotensi, CRT >2 detik, takikardi, pucat, kerusakan kulit, akral
dingin basah  mulai terapi intervena
b) Resusitasi cairan sesuai dengan rumus baxter cairan RL
- Waspadai korban dari gangguan pernapasan yang cepat akibat inhalasi
partikel panas (edema laring) dan keracunan CO
- Pasang folley kateter
- Pasang NGT untuk dekompresi
 Secondary Survey
1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal MRS. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi
hebatnya luka bakar serta menentukan derajat luka bakar. selain itu,
data pekerjaan perlu untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut
memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar
b. Keluhan utama

14
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio)
adalah nyeri, sesak nafas. Sesak nafas dapat timbul beberapa jam /
hari setelah klien mengalami luka bakar, disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran
nafas bagian atas sehingga sangat beresiko terjadinya trauma
inhalasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan
klien selama menjalani perawatan.
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh
klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan
meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit seperti DM,
gagal hinjal, serosis hepatis, emfisema, dikarenakan penyakit
penyerta tersebut dapat melemahkan kemampuan perpindahan
cairan dan melawan infeksi
e. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
f. Pemeriksaan fisik :
1. B1 (Airway Breathing)
 Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
 Tanda: serak. batuk mengi, ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis
 Waspadai kemungkinan cidera inhalasi
 Kaji ciri-ciri cidera inhalasi : Pernafasan cepat dan sulit,
cracles, stridor, batuk pendek

15
 Kaji keracunan CO
 Kaji adanya cidera pulmonal
2. B2 (Blood)
 Hct meningkat, hipotensi, CRT >2 detik, takikardia, pucat
 Kerusakan kulit, akral dingin basah, aritmia
 Leukosit bisa tinggi
 Trombosit menurun
3. B3 (Brain)
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks
tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
(syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
4. B4 (Bladder)
 Nitrogen urea dapat meningkat karena katabolisme
berlebihan
 Kadar gula meningkat karena epinefrin
 Haluaran urin menurun karena hipotensi, penurunan aliran
darah ke ginjal, sekresi ADH dan aldosterone
5. B5 (Bowel)
 Pada nutrisi ditemukan hipermetabolisme dan kehilangan
berat badan
 Hipermetabolis terjadi bila luka bakar lebih dari 40%.
Memuncak pada hari ke 7-17 setelah luka bakar
 Penurunan berat badan 25% SMRS sampai 3 minggu
kedepan sehingga perlu asupan parenteral dan erenteral

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial, oedema mukosa, kompresi jalan nafas.

16
2) Resiko tinggi kekurangan volume caian berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal.
3) Resiko kerusakan gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahann primer tidak
adekuat, kerusakan perlindungan kulit, jaringan
traumatik.pertahanan sekunder tiak adekuat, penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jarigan , pembentukan
edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridement

3. Intervensi Keperawatan
Diagnose Rencana Keperawatan
keperwatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Criteria Hasil
Resiko tinggi Bersihan jalan 1. Kaji reflex 1. Dugaan cedera
bersihan jalan nafas nafas tetap gangguan/menelan inhalasi.
tidak efektif efektif. : perhatikan 2. Takipnea
berhubungan dengan Criteria hasil : pengaliran air liur , penggunaan otot
obtruksi 1) Bunyi nafas ketidakmampuan bantu, sianosis
trakeabronkial, vesikuler menelan, serak, dan perubahan
oedema mukosa, 2) RR dalam batuk, mengi sputum
kompresi jalan nafas. batas normal 2. Awasi frekuensi, menunjukkan
3) Bebas irama, kedalaman terjadi distress
dispnea/syanos pernafasan : pernafasan/edema
is perhatiakan adanya paru dan
pucat/sianosis dan kebutuhan
sputum intervensi medik.
mengandung 3. Obstruksi jalan
karbon atau merah nafas/distress
muda. prnafasan dapat

17
3. Auskultasi paru, terjadi sangat
perhatiakan stridor, cepat atau lambat.
mengi/ gemericik, Contoh sampai
penurunan bunyi 48jam setelah
nafas, batuk rejan. terbakar.
4. Perhatikan 4. Dugaan
adanya pucat atau adanyahipoksemi
warna buh ceri a atau karbon
merah pada kulit monoksida.
yang cidera. 5. Meningkatkan
5. Tinggikan kepala ekspansi paru
tempat tidur. optimal/fungsi
6. Hindari pernafasan.
penggunaan bantal 6. Bila
dibawah kepala, kepala/leher
sesuai indikasi. terbakar, bantal
7. Dorong batuk/ daapat
latihan nafas dalam menghambat
dan perubahan pernafasan,
posisi sering. menyebabkan
9. Hisapan (bila nekrosis pada
perlu) pada kartilago telinga
perawatan ekstrem yg terbakar dan
pertahankan teknik meningkatkan
steril. kontriktur leher.
7. meningkatkan
ekspansi paru,
memobilisasi dan
drainase secret.
8. Membantu
mempertahankan
jalan nafas bersih

18
9. peningkatan
sekret/penurunan
kemampuan
untuk menelan
menunjukkan
peningkatan
edema trakeal
dan
dapatmengindikas
i kebutuhan
untuk intubasi.
2. Resiko tinggi Pasien dapat 1. Awasi tanda 1. Memberikan
kekurangan volume mendemontrasi vital, CVP. pedoman untuk
caian berhubungan kan status 2. Perhatikan pergantian cairan
dengan kehilangan cairan dan kapiler dan dan mengkaji
cairan melalui rute biokimia kekuatan nadi respon
abnormal. membaik. perifer. kardiovaskuler.
Kriteria 3. Awasi 2. penggantian
evaluasi :tak pengeluaran urine cairan dititrasi
ada dan berat jenisnya. untuk
manifestasi Observasi warna meyakinkan
dehidrasi, urine dan hemates ratarata
elektrolit sesuai indikasi. pengeluran urine
serum 30-50cc/jam

3. Resiko kerusakan Pasien dapat 1. Pantau laporan 1.Mengidentfikasi


gas berhubungan mendemontrasi GDA dan kadar kemajuan dan
dengan cedera kan oksigenasi karbonmonoksida penyimpanan dari
inhalasi asap adekuat. serum hasil yang
sindrom Kriteria 2. berikan diharapkan.
kompartemen torakal evaluasi : suplemen oksigen 2. Inhalasi asap
sekunder terhadap RR 12- pada tingkat yang dapat merusak
luka bakar 24x/menit, ditentukan. alveoli,

19
sirkumfisial dari warna kulit 3. Pasang atau mempengaruhi
dada atau leher. normal, GDA bantu dengan pertukaran gas
dalam rentang slang endotrakeal pada membran
normal , bunyi dan tempatkan kapiler alveoli.
nafas bersih, pasien pada 3. Sulemen
tak ada ventilator mekanis oksigen yang
kesulitan sesuai pesanan bila tersedia untuk
bernafas terjadi insufiensi jaringan.
pernafasan 4. Ventilasi
4. Anjurkan mekanik
pernafasan dengan diperlukan untuk
penggunaan pernafasan
spirometri insentif dukungan sampai
setiap 2 jam selama pasien dapat
tirah baring. dilakukan secara
5. Pertahankan mandiri.
posisi semi fowler, 5. Pernafasan
bila hipotensi tidak dalam
ada. mengembangkan
alveoli, menurun
resiko atelektasis.
4. Resiko tinggi Paasien bebas 1. Pantau : 1.
infeksi berhubungan dari infeksi. a) Penampilan Mengidentifikasi
dengan pertahann Kriteriaevaluas luka bakar (area indikasi-indikasi
primer tidak adekuat, i : tidak ada luka bakar ) kemajuan atau
kerusakan demam, setiap 8 jam. penyimpangan
perlindungan kulit, pembentukan b) Suhu setiap 4 dari hasil yang
jaringan jaringan jam. diharapkan.
traumatik.pertahanan granulasi baik. c) Jumlah 2. pembersihan
sekunder tiak makanan yang dan pelepasan
adekuat, penurunan dikonsumsi setiap jaringan nekrotik
Hb, penekanan kali makan. meninkatkan
respons inflamasi. 2. Bersihkan area pembentukan

20
luka bakar setip granulasi.
hari dan lepaskan 3. Mengikuti
jaringan nekrotik prinsip aseptic
(debridement) melindungi pasien
sesuai pesanan. dari infeksi. Kulit
3. Lepaskan Krim yang gundul
lama dari luka menjai media
sebelum yang baik untuk
pemberian krim kultur
baru. pertumbuhan
4. Gunakan sarung bakteri.
tangan steril dan 4. Teknik steril
berikan krim dan tindakan
antibiotika perawatan
topikal yang perlindungan lain
diresepkan pada dan melindungi
area luka bakar area luka bakar.
dengan ujung jari.

5. Nyeri Pasien dapat 1. Berikan 1. Analgesik


berhubungan dengan mendemonstra analgesic narkotik narkotik
kerusakan sikan hilang yang diresepkan diperlukan untuk
kulit/jarigan , dari dan sedikitnya memblok jaras
pembentukan edema. ketidaknyaman 30menit sebelum nyeri dengan nyri
Manipulasi jaringan an. prosedur perawatan berat.
cidera contoh Kriteria luka. Evaluasi 2. Menurunkan
debridement. evaluasi : keefektifannya. rasa nyeri
Menyangkal 2. Anjurkan 3. menghilangkan
nyeri, analgesic IV bila tekanan pada
melaporkan luka bakar luas. tonjolan tulang
perasaan 3. bantu dengan dependen.
nyaman, mengubah posisi Dukungan
ekspresi wajah setiap 2jam bila adekuaat pada

21
dan postur diperlukan luka bakar selama
tubuh rileks. gerakan
membantu
meminimalkan
ketidaknyamanan.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Analisa Jurnal

A. JUDUL
“ PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE
DEMONSTRASI TERHADAP PRAKTIK PERTOLONGAN
PERTAMA LUKA BAKAR PADA IBU RUMAH TANGGA DI
GAREN RT.01/RW.04 PANDEAN NGEMPLAK BOYOLALI “

B. TAHUN
2018

C. PENULIS
1. Siwi Indra Sari
2. Wahyuningsih Safitri
3. Ratih Dwilestari Puji Utami

D. INSTITUSI PENULIS

22
STIKES Kusuma Husada Surakarta Prodi Sarjana Keperawatan

E. PENERBIT / NAMA JURNAL


Jurnal KesMaDaSka-Januari 2018

F. ABSTRAK
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Hasil studi pendahuluan di desa Garen
RT.01/ RW.04 Pandean Ngemplak Boyolali diperoleh data bahwa
peristiwa kejadian luka bakar ibu rumah tangga di daerah tersebut
sering terjadi 5-10 kali dalam satu bulan. Luka bakar yang sering
terjadi di lingkungan rumah seperti terkena minyak goreng, air panas,
setrika listrik, dan knalpot. Tujuan dari penelitian mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap praktik
pertolongan pertama luka bakar pada ibu rumah tangga di Garen
RT.01/RW.04 Pandean Ngemplak Boyolali. Jenis penelitian adalah
penelitian kuantitatif menggunakan metode quasy experiment pretest
and posttest with control group design. Teknik pengambilan sampel
dengan purposive sampling. Sampel berjumlah 40 responden ibu
rumah tangga yang terbagi menjadi 20 responden kelompok perlakuan
dan 20 responden kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan uji
wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua sampel
dependen yang berpasangan dan uji Mann withney test untuk menguji
beda mean peringkat dari 2 kelompok independen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan praktik pada kelompok
perlakuan yang sebelumnya 7 responden (35%) dalam kategori cukup,
13 responden (65%) dalam kategori tidak memadai dan setelah
diberikan pendidikan kesehatan menjadi 20 responden (100%) masuk
kategori memadai dengan p value=0,000. Hasil analisis dengan
Mann withney test , hasil p value = 0,000<0,05. Kesimpulan terdapat
pengaruh yang signifikan pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dengan pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi dan ceramah leaflet.
Kata kunci: pendidikan kesehatan, demonstrasi, luka bakar

23
G. MASALAH PENELITIAN
Apakah ada pengaruh setelah dilakukan pendidikan kesehatan
mengenai luka bakar pada ibu rumah tangga di Boyolali.

H. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, eksperimen semu
(quasi eksperimen) dengan rancangan Pre and Post test with control
group.

I. VARIABEL PENELITIAN
- Pengaruh pendidikan kesehtan dengan metode demonstrasi
- Praktik pertolongan pertama luka bakar

J. HASIL PENELITIAN

Hasil analisis dengan Mann withney test , hasil p value =


0,000<0,05. Kesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan pemberian pendidikan
kesehatan dengan metode demonstrasi dan ceramah leaflet.

K. KESIMPULAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


dari responden yang berusia 21-55 tahun yang sebagian besar adalah
berusia 36-45 tahun, terdapat pengaruh pada kelompok perlakuan dan
kelompok control dengan pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi dan ceramah leaflet, dan terdapat perbedaan praktik antara
penggunakan metode demonstrasi dan ceramah leaflet dengan nilai p
value 0,000 sehingga lebih efektif metode demonstrasi daripada metode
ceramah leaflet.

24
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
kehilangan jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, arus
listrik, bahan kimia, serta radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan
yang lebih dalam. (Taufan, 2016). Luka bakar dapar di klasifikasikan
berdasarkan kedalam luka, luas luka dan keparahan luka. Adapun yang dapat
menyebabkan komplikasi pada luka bakar syok hipovolemik, cidera inhalasi.

4.2 Saran
Pertolongan pertama luka bakar dapat dilakukan dengan mengajarkan
pertolongan luka bakar dengan benar dengan pemberian pendidikan kesehatan
agar lebih efektif dan sesuai sasaran. Informasi yang di sampaikan dengan
menggunakan leaflet dan menggunakan metode demontrasi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Indira, S. DKK. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode


Demonstrasi terhadap Praktik Pertolongan Pertama Luka Bakar pada Ibu
Rumah Tangga di Garen Rt.01/Rw.04 Pandean Ngemplak Boyolali. Prodi
Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta: Jurnal
KesMaDaSka. (Diakses pada tanggal 5 September 2018)
Nugroho, Taufan. DKK. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta: Nuha Medika
Margareta, S. 2012. 101 Pertolongan Pertama pada Kecelakaam.
Yogyakarta: Pustaka Cerdas
Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat . Yogyakarta: Nuha Medika

26

Anda mungkin juga menyukai