PEMBIMBING AKADEMIK:
Merina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep
DISUSUN OLEH:
Kelompok 10
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018
MAKALAH
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SISTEM 1
LUKA BAKAR
DISUSUN OLEH:
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, berkat ridho,
rahmat, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan
Gawat Darurat Sistem 1 “Luka Bakar” untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat Sistem 1 mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Hang Tuah Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kolonel Laut (K/W) Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.
2. Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat Sistem 1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Surabaya yang telah bersedia mengorbankan waktu dan
pikirannya untuk bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini.
3. Seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Surabaya yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
4. Teman-teman Program Studi S-1 Keperawatan Angkatan 2015, yang banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, tetapi saya berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan sebagai perkembangan ilmu
keperawatan.
Surabaya, 2018
Penulis
DAFTAR ISI
3
Kulit Luar............................................................................................................... i
Halaman Sampul................................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 6
1.3 Tujuan................................................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................ 6
1.4 Manfaat............................................................................................................. 7
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Analisa Jurnal...................................................................................................23
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................26
4.2 Saran.................................................................................................................26
BAB 1
4
PENDAHULUAN
5
Penanganan luka bakar bisa dilakukan dengan merubah keyakinan
masyarakat yang masih menggunakan yoghurt, pasta gigi, pasta tomat, es,
putih telur mentah, atau irisan kentang (Karaoz, 2010) dalam pertolongan
pertama luka bakar dan mengajarkan cara pertolongan pertama luka bakar
yang benar. Pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan agar lebih
efektif dan sesuai sasaran serta tujuan, maka diperlukan media yang dapat
digunakan adalah media demontrasi. Media demontrasi berisi tentang proses
terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa dapat memahami
dan menerapkan manajemen penatalaksanaan kegawatdaruratan pada pasien
dengan dalam keseharian serta dapat melakukan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat umum.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi pada luka bakar
2. Mejelaskan klasifikasi pada luka bakar
3. Menjelaskan penyebab pada luka bakar
4. Menjelaskan fase pada luka bakar
5. Mejelaskan manifestasi klinis pada luka bakar
6. Menjelaskan komplikasi pada luka bakar
7. Mejelaskan penatalaksanaan pada luka bakar
8. Menjelaskan asuhan keperawan pada luka bakar
1.4 Manfaat
1. Bagi Lahan Praktek
Harapan penulis agar mahasiswa perat dapat mengetahui dan
mempraktekan tindakan penanganan kegawatdaruratan pada luka bakar
6
2. Bagi lahan Institusi
Harapan penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi
dirinya sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang
membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
kehilangan jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, arus
listrik, bahan kimia, serta radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan
yang lebih dalam. (Taufan, 2016)
7
1. Berdasarkan kedalaman luka
a. Luka bakar derajat I (Superficial Burn)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Adapun
penyebabnya antara lain dikarenakan jilatan api, sinar ultraviolet
(terbakar oleh matahari). Luka bakar derajat pertama ini hanya
mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari. (Shinta,
2012)
8
c. Luka bakar derajat III (Ketebalan sepenuhnya)
Kerusakan jaringan mengenai seluruh lapisan epidermis, dermis atau
lebih dalam lagi. Luka bakar ini terjadi dikarenkan kontak dengan
bahan cair atau padat yang panas, kobaran api, bahan kimia, kontak
dengan arus listrik. Secara klinis kulit tampak kasar, namun juga dapat
terlihat hangus dan mati rasa. Pasien rentan terhadap infeksi dan
malnutrisi (Shinta, 2012)
.
9
- Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
- Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa
- Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak
- Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar mayor
- Ketebalan parsial >25% pada orang dewasa
- Ketebalan parsial >20% pada anak-anak
- Ketebalan penuh >10%
- Luka bakar mengenai wajah, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.
2.3 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Adapun penyebab luka bakar menurut Taufan (2016):
1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
a. Kobaran api di tubuh
Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, sehingga
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.
b. Cairan panas
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya maka semakin besar kerusakan yang
akan ditimbulkan.
c. Bahan padat (solit) yang panas
Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat
seperti solder besi atau peralatan masak
10
2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
Disebabkan oleh paparan zat kimia seperti asam sulfat, asam aksalat.
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam.
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar timbul akibat paparan sinar UV atau sumber radiasi lainya
seperti sinar X
11
tersengat hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
matahari, (supersensiv ketika waktu 3-6 hari,
terkena api itas), rasa ditekan terjadi
dengan nyeri minimal atau pengelupasan
intensitas mereda jika tanpa edema kulit
rendah didinginkan
2.6 Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Infeksi Sepsis
12
3. Cidera inhalasi
2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan di IGD
1. Pantau cedera inhalasi
Prioritas utama adalah untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten,
ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik
2. Resusitasi cairan
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada saat 4 jam pertama saat
terjadinya luka bakar. Resusitasi yang adekuat akan mengembalikan
curah jantung dalam 24 jam pertama, 24 jam berikutnya dapat
mengembalikan volume plasma
Pedoman dan Rumus Penggantian Cairan pada Luka Bakar
(Formula Baxter)
a. Formula: 4 ml x Kg BB x %LB (Total Body Surface Area)
b. Cairan : Ringer Laktat (RL)
c. Waktu: Hari pertama
- 50% diberikan 8 jam pertama (waktu dihitung mulai saat kejadian)
- 25% diberikan 8 jam kedua
- 25% diberikan 8 jam ketiga
Resusitasi cairan pada pasien luka bakar dengan shock
Apabila pasien shock, grojog 20-40cc/kg BB selama:
Dewasa: 10-20 menit
Anak-anak: 30-60 menit
3. Pantau tanda-tanda vital
B. Penatalaksanaan di TKP
1. Lepaskan pakaian dan benda logam seperti perhiasan
2. Sirami bagian tubuh yang terbakar menggunakan air mengalir selama
20 menit atau lebih
3. Jika bagian tubuh yang terkena terbakar tidak dapat disiram, kompres
korban dengan selimut basah
13
4. Tutup luka dengan penutup luka steril. Untuk luka bakar ringan dan
sedang, tutup luka dengan balutan kering, jangan memecah gelembung
5. Berikan minum yang banyak
14
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio)
adalah nyeri, sesak nafas. Sesak nafas dapat timbul beberapa jam /
hari setelah klien mengalami luka bakar, disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran
nafas bagian atas sehingga sangat beresiko terjadinya trauma
inhalasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan
klien selama menjalani perawatan.
d. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh
klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan
meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit seperti DM,
gagal hinjal, serosis hepatis, emfisema, dikarenakan penyakit
penyerta tersebut dapat melemahkan kemampuan perpindahan
cairan dan melawan infeksi
e. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
f. Pemeriksaan fisik :
1. B1 (Airway Breathing)
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak. batuk mengi, ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis
Waspadai kemungkinan cidera inhalasi
Kaji ciri-ciri cidera inhalasi : Pernafasan cepat dan sulit,
cracles, stridor, batuk pendek
15
Kaji keracunan CO
Kaji adanya cidera pulmonal
2. B2 (Blood)
Hct meningkat, hipotensi, CRT >2 detik, takikardia, pucat
Kerusakan kulit, akral dingin basah, aritmia
Leukosit bisa tinggi
Trombosit menurun
3. B3 (Brain)
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks
tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
(syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
4. B4 (Bladder)
Nitrogen urea dapat meningkat karena katabolisme
berlebihan
Kadar gula meningkat karena epinefrin
Haluaran urin menurun karena hipotensi, penurunan aliran
darah ke ginjal, sekresi ADH dan aldosterone
5. B5 (Bowel)
Pada nutrisi ditemukan hipermetabolisme dan kehilangan
berat badan
Hipermetabolis terjadi bila luka bakar lebih dari 40%.
Memuncak pada hari ke 7-17 setelah luka bakar
Penurunan berat badan 25% SMRS sampai 3 minggu
kedepan sehingga perlu asupan parenteral dan erenteral
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial, oedema mukosa, kompresi jalan nafas.
16
2) Resiko tinggi kekurangan volume caian berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal.
3) Resiko kerusakan gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahann primer tidak
adekuat, kerusakan perlindungan kulit, jaringan
traumatik.pertahanan sekunder tiak adekuat, penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jarigan , pembentukan
edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridement
3. Intervensi Keperawatan
Diagnose Rencana Keperawatan
keperwatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Criteria Hasil
Resiko tinggi Bersihan jalan 1. Kaji reflex 1. Dugaan cedera
bersihan jalan nafas nafas tetap gangguan/menelan inhalasi.
tidak efektif efektif. : perhatikan 2. Takipnea
berhubungan dengan Criteria hasil : pengaliran air liur , penggunaan otot
obtruksi 1) Bunyi nafas ketidakmampuan bantu, sianosis
trakeabronkial, vesikuler menelan, serak, dan perubahan
oedema mukosa, 2) RR dalam batuk, mengi sputum
kompresi jalan nafas. batas normal 2. Awasi frekuensi, menunjukkan
3) Bebas irama, kedalaman terjadi distress
dispnea/syanos pernafasan : pernafasan/edema
is perhatiakan adanya paru dan
pucat/sianosis dan kebutuhan
sputum intervensi medik.
mengandung 3. Obstruksi jalan
karbon atau merah nafas/distress
muda. prnafasan dapat
17
3. Auskultasi paru, terjadi sangat
perhatiakan stridor, cepat atau lambat.
mengi/ gemericik, Contoh sampai
penurunan bunyi 48jam setelah
nafas, batuk rejan. terbakar.
4. Perhatikan 4. Dugaan
adanya pucat atau adanyahipoksemi
warna buh ceri a atau karbon
merah pada kulit monoksida.
yang cidera. 5. Meningkatkan
5. Tinggikan kepala ekspansi paru
tempat tidur. optimal/fungsi
6. Hindari pernafasan.
penggunaan bantal 6. Bila
dibawah kepala, kepala/leher
sesuai indikasi. terbakar, bantal
7. Dorong batuk/ daapat
latihan nafas dalam menghambat
dan perubahan pernafasan,
posisi sering. menyebabkan
9. Hisapan (bila nekrosis pada
perlu) pada kartilago telinga
perawatan ekstrem yg terbakar dan
pertahankan teknik meningkatkan
steril. kontriktur leher.
7. meningkatkan
ekspansi paru,
memobilisasi dan
drainase secret.
8. Membantu
mempertahankan
jalan nafas bersih
18
9. peningkatan
sekret/penurunan
kemampuan
untuk menelan
menunjukkan
peningkatan
edema trakeal
dan
dapatmengindikas
i kebutuhan
untuk intubasi.
2. Resiko tinggi Pasien dapat 1. Awasi tanda 1. Memberikan
kekurangan volume mendemontrasi vital, CVP. pedoman untuk
caian berhubungan kan status 2. Perhatikan pergantian cairan
dengan kehilangan cairan dan kapiler dan dan mengkaji
cairan melalui rute biokimia kekuatan nadi respon
abnormal. membaik. perifer. kardiovaskuler.
Kriteria 3. Awasi 2. penggantian
evaluasi :tak pengeluaran urine cairan dititrasi
ada dan berat jenisnya. untuk
manifestasi Observasi warna meyakinkan
dehidrasi, urine dan hemates ratarata
elektrolit sesuai indikasi. pengeluran urine
serum 30-50cc/jam
19
sirkumfisial dari warna kulit 3. Pasang atau mempengaruhi
dada atau leher. normal, GDA bantu dengan pertukaran gas
dalam rentang slang endotrakeal pada membran
normal , bunyi dan tempatkan kapiler alveoli.
nafas bersih, pasien pada 3. Sulemen
tak ada ventilator mekanis oksigen yang
kesulitan sesuai pesanan bila tersedia untuk
bernafas terjadi insufiensi jaringan.
pernafasan 4. Ventilasi
4. Anjurkan mekanik
pernafasan dengan diperlukan untuk
penggunaan pernafasan
spirometri insentif dukungan sampai
setiap 2 jam selama pasien dapat
tirah baring. dilakukan secara
5. Pertahankan mandiri.
posisi semi fowler, 5. Pernafasan
bila hipotensi tidak dalam
ada. mengembangkan
alveoli, menurun
resiko atelektasis.
4. Resiko tinggi Paasien bebas 1. Pantau : 1.
infeksi berhubungan dari infeksi. a) Penampilan Mengidentifikasi
dengan pertahann Kriteriaevaluas luka bakar (area indikasi-indikasi
primer tidak adekuat, i : tidak ada luka bakar ) kemajuan atau
kerusakan demam, setiap 8 jam. penyimpangan
perlindungan kulit, pembentukan b) Suhu setiap 4 dari hasil yang
jaringan jaringan jam. diharapkan.
traumatik.pertahanan granulasi baik. c) Jumlah 2. pembersihan
sekunder tiak makanan yang dan pelepasan
adekuat, penurunan dikonsumsi setiap jaringan nekrotik
Hb, penekanan kali makan. meninkatkan
respons inflamasi. 2. Bersihkan area pembentukan
20
luka bakar setip granulasi.
hari dan lepaskan 3. Mengikuti
jaringan nekrotik prinsip aseptic
(debridement) melindungi pasien
sesuai pesanan. dari infeksi. Kulit
3. Lepaskan Krim yang gundul
lama dari luka menjai media
sebelum yang baik untuk
pemberian krim kultur
baru. pertumbuhan
4. Gunakan sarung bakteri.
tangan steril dan 4. Teknik steril
berikan krim dan tindakan
antibiotika perawatan
topikal yang perlindungan lain
diresepkan pada dan melindungi
area luka bakar area luka bakar.
dengan ujung jari.
21
dan postur diperlukan luka bakar selama
tubuh rileks. gerakan
membantu
meminimalkan
ketidaknyamanan.
BAB 3
PEMBAHASAN
A. JUDUL
“ PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE
DEMONSTRASI TERHADAP PRAKTIK PERTOLONGAN
PERTAMA LUKA BAKAR PADA IBU RUMAH TANGGA DI
GAREN RT.01/RW.04 PANDEAN NGEMPLAK BOYOLALI “
B. TAHUN
2018
C. PENULIS
1. Siwi Indra Sari
2. Wahyuningsih Safitri
3. Ratih Dwilestari Puji Utami
D. INSTITUSI PENULIS
22
STIKES Kusuma Husada Surakarta Prodi Sarjana Keperawatan
F. ABSTRAK
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Hasil studi pendahuluan di desa Garen
RT.01/ RW.04 Pandean Ngemplak Boyolali diperoleh data bahwa
peristiwa kejadian luka bakar ibu rumah tangga di daerah tersebut
sering terjadi 5-10 kali dalam satu bulan. Luka bakar yang sering
terjadi di lingkungan rumah seperti terkena minyak goreng, air panas,
setrika listrik, dan knalpot. Tujuan dari penelitian mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap praktik
pertolongan pertama luka bakar pada ibu rumah tangga di Garen
RT.01/RW.04 Pandean Ngemplak Boyolali. Jenis penelitian adalah
penelitian kuantitatif menggunakan metode quasy experiment pretest
and posttest with control group design. Teknik pengambilan sampel
dengan purposive sampling. Sampel berjumlah 40 responden ibu
rumah tangga yang terbagi menjadi 20 responden kelompok perlakuan
dan 20 responden kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan uji
wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua sampel
dependen yang berpasangan dan uji Mann withney test untuk menguji
beda mean peringkat dari 2 kelompok independen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan praktik pada kelompok
perlakuan yang sebelumnya 7 responden (35%) dalam kategori cukup,
13 responden (65%) dalam kategori tidak memadai dan setelah
diberikan pendidikan kesehatan menjadi 20 responden (100%) masuk
kategori memadai dengan p value=0,000. Hasil analisis dengan
Mann withney test , hasil p value = 0,000<0,05. Kesimpulan terdapat
pengaruh yang signifikan pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dengan pemberian pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi dan ceramah leaflet.
Kata kunci: pendidikan kesehatan, demonstrasi, luka bakar
23
G. MASALAH PENELITIAN
Apakah ada pengaruh setelah dilakukan pendidikan kesehatan
mengenai luka bakar pada ibu rumah tangga di Boyolali.
H. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, eksperimen semu
(quasi eksperimen) dengan rancangan Pre and Post test with control
group.
I. VARIABEL PENELITIAN
- Pengaruh pendidikan kesehtan dengan metode demonstrasi
- Praktik pertolongan pertama luka bakar
J. HASIL PENELITIAN
K. KESIMPULAN PENELITIAN
24
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
kehilangan jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, arus
listrik, bahan kimia, serta radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan
yang lebih dalam. (Taufan, 2016). Luka bakar dapar di klasifikasikan
berdasarkan kedalam luka, luas luka dan keparahan luka. Adapun yang dapat
menyebabkan komplikasi pada luka bakar syok hipovolemik, cidera inhalasi.
4.2 Saran
Pertolongan pertama luka bakar dapat dilakukan dengan mengajarkan
pertolongan luka bakar dengan benar dengan pemberian pendidikan kesehatan
agar lebih efektif dan sesuai sasaran. Informasi yang di sampaikan dengan
menggunakan leaflet dan menggunakan metode demontrasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26