Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ADENOKARSINOMA REKTOSIGMOID RESIDIF DENGAN


HERNIA INSIONAL DAN HERNIA PARASTOMA PRO LAPARATOMI TUTUP
DEFEK DAN KEMUNGKINAN RESEKSI TUMOR
DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR. SARDJITO

Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Annisa Leny Saraswati
21/488144/KU/23472

PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
A. DEFINISI
Tumor adalah benjolan yang muncul akibat sel yang memperbanyak diri secara
berlebihan, atau akibat sel lama yang seharusnya mati masih terus bertahan hidup,
sementara pembentukan sel baru terus terjadi. Tumor merupakan suatu pertumbuhan sel
tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom tanpa kendali
pertumbuhan sel normal sehingga memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan sel
normal pada umumnya. Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area
tertentu pada tubuh dengan pertumbuhan sel baru (neoplasma) yang membelah secara
tidak terkendali dan tidak memiliki fungsi bagi tubuh. Pertumbuhan tumor dapat bersifat
bersifat jinak atau ganas dalam tubuh sehingga sehingga tumor dapat membahayakan
keselamatan hidup seseorang.
Tumor sigmoid adalah pertumbuhan jaringan abnormal dalam tubuh akibat adanya
ketidakseimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel pada daerah kolon sigmoid. Sigmoid
merupakan bagian terakhir kolon desenden yang berbentuk huruf “S” dan berlanjut
membentuk rektum rektum dengan bentuk lurus (Sherwood, 2014).

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini sulit diketahui. Namun, faktor pencetus tumor
diantaranya: usia, jenis kelamin, respon kekebalan, dan virus. Selain itu, penyebab tumor
rektosigmoid pada usus besar telah dikenali dari beberapa faktor predisposisi yaitu :
1. Usia. Resiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 – 70 tahun. Jarang sekali ada
penderita kanker kolon yang usianya di bawah 50 tahun. Kalaupun ada, bisa
dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker kolon juga.
2. Polip kolon. Polip adalah suatu massa seperti tumor yang menonjol ke dalam lumen
usus. Polip dapat terbentuk akibat pematangan, peradangan atau arsitektur mukosa
yang abnormal. Polip ini bersifat nonneoplatik dan tidak memiliki potensi keganasan.
Polip yang terbentuk akibat proliferasi dan displasia epitel disebut polip adenomatosa
atau adenoma.
3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon
(bahkan pernah dirawat untuk kanker kolon) beresiko tinggi terkena kanker kolon
lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur),
kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki resiko yang lebih besar untuk
terkena kanker kolon.
4. Faktor keturunan. Faktor genetik seperti familial adenomatous polyposis (FAP)
memiliki risiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila tidak
diobati. Penyakit lain dalam keluarga yaitu hereditary nonpolyposis colorectal
cancer (HNPCC), yakni penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam
keluarga atau syndrome lynch.
5. Penyakit colitis (radang kolon) ulseratif yang tidak terobati
6. Gaya hidup. Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
tiga kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar.
Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali
untuk menderita adenoma yang berukuran besar.

C. PATOFISIOLOGI
Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel epitelnya akan mengalami regenerasi
setiap 6 hari. Pada keadaan patologis seperti adenoma terjadi perubahan genetik yang
mengganggu proses differensiasi dan maturasi dari sel-sel tersebut yang dimulai dengan
inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC) yang menyebabkan terjadinya replikasi
tak terkontrol. Peningkatan jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol tersebut akan
menyebabkan terjadinya mutasi yang akan mengaktivasi K- ras onkogen dan mutasi gen
p53, hal ini akan mencegah terjadinya apoptosis dan memperpanjang hidup sel.
Kanker kolon dan rectum (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganaks dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh secara
lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebarannya melalui berbagai cara.
Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan diniding usus sampai ke serosa
dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut akan mengenai organ disekitarnya. adapun
penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem
sirkulasi. Bila sel tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase ke organ
paru-paru, penyebaran lain daoat ke adrenal, ginjal, kulit, dan otak. Sel kanker pun dapat
menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan dilakukan reseksi tumor.
Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis villous,
tubular, dan vilotubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya jenis villous dan
tubular yang diperkirakan akan menjadi premaglina. Jenis tublar berstruktur seperti bola
dan bertungkai. Kedua jenis ini tumbuh menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga
massa akan menekan dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus menerus akan
menyebabkan lesi-lesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain
perdarahan, obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma
tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh didalam lumen luas (asenden dan
tranversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi (feses masih
mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan
mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila
adenoma tersebut tumbuh dan berkembang didaerah lumen yang sempit (desendens atau
bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak dapat melewati lumen yang telah
terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial.
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan
genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permaligna (adenoma) untuk
adenokarsinoma invasif. Rangkaian peristiwa molekuler dan genetik yang menyebabkana
keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC (Adenomatosa Poliposisi
Gen) yang pertama kali ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa poliposi
= FAP (Familial Adenomatous Polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting
dalam aktivasi pnkogen c=mye dan siklin D1 yang mendorong pengembangan menjadi
fenotipe ganas.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan
utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor.
Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga lanjut sekali. Sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena
lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Gejala klinis sering berupa rasa penuh,
nyeri abdomen, perdarahan dan symptomatic anemia (menyebabkan kelemahan, pusing
dan penurunan berat badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung
mengakibatkan perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks,
perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan konstipasi karena lesi kolon kiri yang
cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi.
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi tumor, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat tumor berlokasi tekanan
1. Adanya perubahan dalam defekasi
2. Terlihat mucus atau darah segar pada feses
3. Konstipasi
4. Perubahan dalam penampilan feses
5. Tenesmus
6. Anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan umum yang terjadi akibat
kehilangan darah kronik
7. Perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks
8. Feses kecil dan berbentuk seperti pita
9. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe
atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum
10. Nyeri pinggang atau abdomen bagian kiri bawah
11. Diare dan sering berkemih

E. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa Beberapa pemeriksaan pemeriksaan pada tumor rektosigmoid rektosigmoid
diantaranya diantaranya (Kementerian (Kementerian Kesehatan RI, 2015) :
1. Laboratorium
a. Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis
b. Kimia darah
c. Tumor marker CEA
2. Pemeriksaan radiologi
a. Endoskopi
Jenis endoskopi yang dapat digunakan adalah sigmoidosskopi rigid,
sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Sigmoidoskopi rigid digunakan untuk
visualisasi kolon dan rektum dikatakan kurang efektif dibandingan dengan
sigmoidoskopi fleksibel. Sigmoidoskopi fleksibel yaitu visualisasi langsung
pada 40 hingga 60 cm terminal rektum dan kolon sigmoid. Kolonoskopi adalah
pemeriksaan endoskopi yang sangat efektif dan sensitif dalam mendiagnosa
adenokarsinoma atau polip kolorectal.
b. CT Scan dan MRI
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi metastasis ke kelenjar getah
bening bening retroperitoneal retroperitoneal dan metastasis metastasis ke hepar
c. Barium Enema
Merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mendeteksi gangguan
kolon. Penambahan kontras udara dengan radiografi enma barium bersifat akurat
hingga 90% pemeriksaan.
d. CEA (Carcinoembrionik Antigen) Screening
CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk
ke dalam peredaran darah dan digunakan sebagai marker serologi untuk
memonitor status karsinoma kolorektal dan mendeteksi rekurensi dini dan
metastase ke hepar.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. Beberapa metode yang
dipakai antara lain :
a. Transanal excision. Metode ini digunakan untuk lesi yang superfisial pada pasein
dengan derajat I atau II.
b. Low anterior Low anterior resection resection (LAR). Metode ini digunakan untuk
lesi yang terletak di tengah atau 1/3 atas rektum.
c. Coloanal anastomosis
d. Abdominal perineal resection (APR)
2. Kemoterapi dan Radioterapi
Konsensus The US National Institutes of Health merekomendasikan kemoradioterapi
preoperatif untuk semua stadium II dan III untuk menurunkan tingkat rekurensi,
meningkatkan tingkat keberhasilan operasi, dan memelihara keutuhan sfingter anus.
3. Radioterapi
Terapi radiasi menggunakan sinar gelombang partikel berenergi berenergi tinggi
misalnya misalnya sinar X atau sinar gamma untuk merusak merusak daerah yang
ditumbuhi tumor dan merusak genetik sel tumor.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Mengkaji identitas klien berupa nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, suku,
bahasa yang dimengerti, alamat, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan,
riwayat penyakit keluarga, serta riwayat alergi
2. Mengkaji status kesehatan sebelumnya mengenai keluhan saat masuk rumah sakit,
upaya yang sudah dilakukan sebelumnya, dan riwayat penyakit
3. Mengkaji status kesehatan saat ini dengan menanyakan keluhan saat ini, lamanya
keluhan, timbulnya keluhan, diagnosa medis, tindakan yang diberikan, status
nutrisi, obat – obatan, aktivitas, tindakan keperawatan yang diberikan, hasil
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang
4. Mengkaji persepsi dan pemeliharaan kesehatan klien dengan menanyakan persepsi
klien mengenai penyakit dan perawatan yang telah dilakukan
5. Mengkaji pola nutrisi/metabolik meliputi intake nutrisi dan cairan
6. Mengkaji pola eliminasi meliputi frekuensi, karakteristik, dan keluhan pada buang
air besar serta buang air kecil
7. Mengkaji pola aktivitas dan latihan meliputi kemampuan perawatan diri berupa
makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah,
ambulasi/ROM serta kebutuhan oksigenasi
8. Mengkaji pola tidur dan istirahat meliputi lamanya tidur, gangguan tidur, dan
kualitas tidur
9. Mengkaji pola perseptual berupa penglihatan, pendengaran, pengecap dan sensasi
10. Mengkaji pola persepsi diri meliputi pandangan klien terhadap penyakitnya, adanya
kecemasan, dan bagaimana konsep diri klien
11. Mengkaji pola seksualitas dan reproduksi meliputi fertilitas, menstruasi,
kontrasepsi, dan keluhan yang dirasakan
12. Mengkaji pola peran dan hubungan meliputi kemampuan berkomunikasi, hubungan
dengan orang lain, hubungan dengan keluarga dan status sosial ekonomi saat ini
13. Mengkaji pola manajemen koping – stress meliputi bagaimana klien mengelola
stress, dan persepsi mengenai perubahan pada hidup
14. Mengkaji adanya sistem nilai dan keyakinan berkaitan dengan kegiatan keagamaan
15. Mengkaji adanya nyeri, dengan :
Singkatan Deskripsi Contoh Pertanyaan
O Onset Kapan rasa nyeri atau ketidaknyamanan muncul?
• Terus menerus
• Hilang timbul
P Provocation Apa faktor yang memperburuk rasa nyeri?
(Provokasi) • Cahaya/gelap
• Gerakan/berbaring
• Lainnya: ....
Q Quality Bagaimana rasa nyerinya?
(Kualitas) • Seperti ditusuk
• Seperti dipukul
• Seperti berdenyut
• Seperti ditikam
• Seperti ditarik
• Seperti dibakar
• Seperti kram
R Regio Dimana area nyeri dirasakan?
Radiation Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh
(Radiasi) yang lain?
• Ya. Dimana?
• Tidak.
S Severity Gunakan perangkat penilaian skala nyeri (sesuai
(Keparahan) untuk pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri yang
konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama untuk
menilai kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri
berkurang atau memburuk.
• Tidak nyeri
• Ringan
• Sedang
• Berat
T Treatment Apa efek yang membuat nyeri berkurang?
• Kompres
• Nafas dalam
• Istirahat
• Lainnya: ....
Time Berapa lama nyeri berlangsung?
(Waktu) • Hilang timbul
• Terus-menerus
Impact to Impact Apa efek dari nyeri yang dirasakan?
U (Pengaruh • Mual/ muntah
nyeri) • Aktivitas terganggu
• Emosi
• Gangguan tidur
• Nafsu makan berkurang
• Lainnya: ....
V Value Apa hasil yang diharapkan setelah nyeri ditangani?
(Nilai) • Nyeri berkurang
• Nyeri hilang
16. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi :
a. Keadaan umum : kesadaran, tanda vital (tekanan darah, heart rate, respiration
rate, suhu dan saturasi oksigen), berat badan dan tinggi badan
b. Kepala/leher : gambaran wajah (simetris/asimetris), adanya luka
c. Mata : bersih/tidak, ada sekresi/tidak, jenis sekresi
d. THT : normal/abnormal
e. Thoraks : simetris/asimetris, adanya retraksi, klavikula normal/abnormal,
payudara normal/abnormal
f. Abdomen : lunak/tegas/datar/asites, lingkar perut, ukuran liver
g. Paru – paru : suara nafas, bunyi nafas, cara respirasi
h. Jantung : bunyi jantung,
i. Waktu pengisian kapiler, nadi perifer
j. Ekstremitas : ROM, simetris/asimetris
k. Umbilikus : normal/abnormal/inflamasi/drainase
l. Genital : perempuan normal/laki normal/ambivalen
m. Anus : paten/imperforateSpina : normal/abnormal
n. Kulit : warna kulit, sianosis pada kuku dan adanya tanda lahir
o. Suhu : suhu lingkungan dan suhu kulit
p. Muskuloskeletal : kekuatan ototNeurologi : skor GCS dan fungsi motoris
(normal, hemiparesis sinistra/dekstra, kuadriparesis, monoparesis, paraparesis,
ada tidaknya klonus atau spasme)
17. Mengkaji kebutuhan pemeriksaan penunjang
18. Mengkaji nilai normal pada hasil laboratorium
a. Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
BMI= BB(kg)
TB(m)2
Kategori IMT atau BMI adalah sebagai berikut :
Underweight <18.5
Normal 18.5 – 24.9
Overweight 25 – 29.9
Obesitas >30.0

Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat <17
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat sedang 17.0 – 18.5
Normal 18.5 – 25.0
Kelebihan berat badan tingkat ringan >25.0 – 27.0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat >27.0
b. Nilai – nilai normal dalam keadaan umum
1) Albumin (g/dl) : 3.5 – 5
2) Transferin (mg/dl) : 230 – 400
3) Jumlah limfosit total (jumlah/mm3) : 1500 – 4000
4) Hemoglobin (g/dl)
- Pria : 14 – 17
- Wanita : 12 – 16
5) BUN : 8 – 20 mg/dl
6) Kreatinin : 15 – 25 mg/24 jam
7) Suhu
- Ketiak : 36 – 37,5oC
- Oral : 36 – 37oC
- Rektal : 36 – 37,5 oC
8) Nadi atau heart rate
Usia Nilai Normal
Infant (0-12 bulan) 120 – 160x/menit
Toddler (1-3 tahun) 90 – 140x/menit
Preschool (4-6 tahun) 80 – 110x/menit
School-age (6-12 tahun) 75 – 100x/menit
Remaja (11-18 tahun) 60 – 90x/menit
Dewasa (>18 tahun) 60 – 100x/menit
9) Respiration rate
Usia Nilai Normal
Neonatus 40 – 60x/menit
Bayi 30 – 60x/menit
Anak – anak 20 – 30x/menit
Remaja 15 – 24x/menit
Dewasa 14 – 20x/menit
10) Saturasi oksigen
- Analisa gas darah (PaO2) : 80 – 100 mmHg
- Oximeter (SpO2) : 95 – 100%
11) Tekanan darah
Usia Nilai Normal
1 bulan 85/54 mmHg
1 – 5 tahun 95/65 mmHg
6 – 10 tahun 105/65 mmHg
10 – 13 tahun 110/65 mmHg
14 – 17 tahun 119/75 mmHg
≥18 tahun 120/80 mmHg

Kategori Sistolik Diastolik


Normal 120 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi tingkat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100
12) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Eritrosit (sel darah merah) juta/µl 4,0 – 5,0 (P)
4,5 – 5,5 (L)
Hemoglobin (Hb) g/dL 12,0 – 14,0 (P)
13,0 – 16,0 (L)
Hematokrit % 40 – 50 (P)
45 – 55 (L)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0 – 1,0
Eosinofil % 1,0 – 3,0
Batang % 2,0 – 6,0
Segmen % 50,0 – 70,0
Limfosit % 20,0 – 40,0
Monosit % 2,0 – 8,0
Laju Endap Darah (LED) mm/jam <15 (P)
<10 (L)
Leukosit (sel darah putih) 103/µl 5,0 – 10,0
MCH/HER Pg 27 – 31
MCHC/KHER g/dL 32 – 36
MCV/VER Fl 80 – 96
Trombosit 103/µl 150 – 400
Fungsi hati
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
ALT (SGPT) U/L <23 (P)
<30 (L)
AST (SGOT) U/L <21 (P)
<25 (L)
Alkalin fosfatase U/L 15 – 69
GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38
Bilirubin total mg/dL 0,25 – 1,0
Bilirubin langsung mg/dL 0,0 – 0,25
Protein total g/L 61 – 82
Albumin g/L 37 – 52
Fungsi ginjal
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Kreatinin U/L 60 – 150 (P)
70 – 160 (L)
Urea mg/dL 8 – 25
Natrium mmol/L 135 – 145
Klorid mmol/L 94 – 111
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut
2. Kesiapan meningkatkan literasi kesehatan
3. Risiko perdarahan
4. Ansietas
5. Risiko Infeksi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosis Outcome (NOC) Intervensi (NIC)


Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Definisi: Indikator A T Aktivitas:
Pengalaman sensori dan emosional tidak Menggunakan tindakan 2 4 1. Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan berkaitan dengan pencegahan komprehensif
kerusakan jaringan aktual dan potensial Mengenali apa yang terkait 2 4 2. Anjurkan pasien prinsip-prinsip
atau yang digambarkan sebagai kerusakan. dengan nyeri manajemen nyeri
Awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan Mengenali kapan nyeri 2 4 3. Anjurkan pasien untuk tenang dan
intensitas ringan hingga berat, dengan terjadi rileks
berakhirnya dapat diantisipasi atau Melaporkan nyeri yang 2 4 4. Monitor manajemen nyeri pasien
diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 terkontrol
bulan. Keterangan:
1: Tidak pernah menunjukkan
2: Jarang menunjukkan
3: Kadang-kadang menunjukkan
4: Sering menunjukkan
5: Secara konsisten menunjukkan
Kesiapan meningkatkan literasi Pengetahuan: Proses penyakit Pendidikan kesehatan
kesehatan Indikator: Aktivitas:
Definisi: Indikator A T 1. Edukasi pasien terkait proses
Suatu pola penggunaan dan pengembangan Karakteristik spesifik 2 4 penyakit endometriosis
seperangkat keterampilan dan kompetensi penyakit 2. Edukasi pasien terkait tindakan
untuk menemukan, memahami, Potensial komplikasi 2 4 penatalaksanaan untuk
mengevaluasi, dan menggunakan penyakit menyelesaikan masalah
informasi serta konsep kesehatan untuk Tanda dan gejala komplikasi 2 4 3. Edukasi pasien terkait kesiapan
membuat keputusan sehari-hari untuk penyakit mental menghadapi tindakan operasi
meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, menurunkan risiko kesehatan, Manfaat manajemen 2 4
memperbaiki seluruh kualitas hidupnyang penyakit
dapat diperkuat. Keterangan:
1: Tidak ada pengetahuan
2: Pengetahuan terbatas
3: Pengetahuan sedang
4: Pengetahuan banyak
5: Pengetahuan sangat banyak
Risiko perdarahan Keparahan kehilangan darah Kontrol perdarahan
Rentan mengalami penurunan volume Indikator A T Aktivasi:
darah yang dapat mengganggu kesehatan Darah terlihat keluar dari 2 4 1. Monitor kemungkinan penyebab
anus kehilangan cairan
Perdarahan pasca 3 4 2. Monitor sirkulasi (tekanan darah,
pembedahan warna kulit, temperatur kulit, bunyi
Penurunan hemoglobin 3 4 jantung, nadi, dan irama dll
Penurunan hematokrit 3 4 3. Monitor tanda-tanda vital
Keterangan:
1: Berat
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
Ansietas Pengetahuan: Proses penyakit Peningkatan koping
Definisi: Indikator A T Aktivitas:
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran Memantau intensitas 2 4 1. Berikan suasana penerimaan
yang samar disertai respon otonom, kecemasan 2. Dukung oenggunaan sumber spiritual
perasaan takut yang disebabkan oleh Menggunakan strategi kping 2 4 3. Dukung penggunaan mekanisme
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini yang efektif defensif yang tepat
merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya Menggunakan teknik 2 4 4. Dukung pasien untuk
bahaya dan memampukan individu untuk relaksasi untuk mengurangi mengidentifikasi kekuatan dan
bertindak menghadapi ancaman. kecemasan kemampuan diri
Mengendalikan respon 2 4 5. Dukung pasien untuk
kecemasan mengidentifikasi sistem dukungan
Keterangan: yang tersedia
1: Tidak pernah dilakukan
2: Jarang dilakukan
3: Kadang-kadang dilakukan
4: Sering dilakukan
5: Dilakuakn secara konsisten
Risiko infeksi Kontrol risiko: Proses infeksi Perlindungan infeksi
Definisi: Indikator A T Aktivitas:
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi Mengidentifikasi faktor 2 4 1. Monitor adanya tanda dan gejala
organisme patogenik yang dapat risiko infeksi infeksi sistemik dan lokal
mengganggu kesehatan Mengidentifikasi tanda dan 2 4 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
gejala infeksi 3. Berikan perawatan kulit yang tepat
Mempertahankan 2 4 4. Pertahankan asepsis untuk pasien
lingkungan yang bersih
Mempraktikkan strategi 2 4
untuk mengontrol infeksi
Keterangan:
1: Tidak pernah menunjukkan
2: Jarang menunjukkan
3: Kadang-kadang menunjukkan
4: Sering menunjukkan
5: Secara konsisten menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta: EGC
Bulechek, G.M; Butcher, H.K; Dochterman, J.M; Wagner, C.M. 2018. Nursing Intervention
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M.L; Swanson, E. 2018. Nursing Outcomes Classification
(NOC) Edisi Bahasa Indonesia.
Nanda International. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. 2018-2020. Jakarta:
EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Nurjannah, I. 2019. ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Versi Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Mocomedia
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC
Sudoyo, A. W. 2006 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV-Jilid II. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai