Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Anak
Disusun oleh :
Rusyda Anshari
20/458100/KU/22374
2. ETIOLOGI
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Anak
– anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia
lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya
saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon,
batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui
rongga yang lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan
menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made
Kusala, 2009).
Menurut penyebabnya, hernia inguinalis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Hernia inguinalis tidak langsung, yaitu hernia yang terjadi akibat cacat lahir pada dinding
perut. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak.
Hernia inguinalis langsung, yaitu hernia yang terjadi akibat lemahnya otot-otot dinding
perut karena tekanan berulang, misalnya sering mengangkat benda berat. Kondisi ini
biasanya terjadi pada pria dewasa.
3. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan
pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau
bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ– organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan
kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan.
Pathway
5. KOMPLIKASI
a) Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi kantung
hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
ireponibilis. Pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang
tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum, karena mudah melekat
pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.
b) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang masuk. Keadaan
ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan vascular ( proses
strangulasi ). Keadaan ini di sebut hernia inguinalis strangulata ( Mansjoer, 2002).
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medical
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu
penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini
adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas
hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dari
kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk
memanifestasikan kerusakan (Ester, 2002).
Penatalaksanaan bedah
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomy, hernioplastik, dan herniorafi. Pada herniotomy, dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik, dilakukan tindakan memperkecil
annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis
(Sjamsuhidayat, 2004). Herniorafi dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara
langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal,
kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut.
Laparoscopic Extraperitoneal (LEP) herniorafi merupakan tehknik terbaru yang angka
keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan periode
recovery post operasi lebih pendek (Black, 2006).
7. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Keluhan utama klien post herniotomi adalah merasakan nyeri daerah operasi diarea
inguinal.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor
predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, aktivitas mengejan,
serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah abdomen atau operasi hernia yang pernah
dialami klien sebelumnya
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang Dimulai sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama
keluhan terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan
apa yang memperberat dan memperingan keluhan pada pasien hernia inguinalis
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan, dan periksa status
gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.
Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign. Biasanya pada pasien dengan
post herniotomy terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan suhu dan demam,
pernapasan cepat dan dangkal.
Inspeksi
Pada kondisi post operasi luka tertutup balutan steril untuk mencegah masuknya
mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi. Tanda infeksi perlu diperhatikan
seperti ada lesi/ kemerahan pada luka insisi.Pada hernia inguinalis tampak adanya
benjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu
tidur dan bila menangis, mengejan, batuk, mengangkat benda berat atau bila posisi
pasien berdiri dapat timbul kembali (Sjamsuhidayat, 2004).
e. Perubahan pola fungsi
Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan yang
perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urin.
Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri
tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ester, Monica. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastro intestinal. Jakarta
: EGC.
R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta