Disusun oleh :
LULU NOHARIA
NIM :201133039
Mengetahui,
1. Definisi
Hernia atau turun berok adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh
menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah.
Jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ tubuh di dalamnya agar
tetap berada di posisinya masing-masing. Namun, beberapa hal menyebabkan jaringan
ikat melemah sehingga tidak dapat menahan organ di dalamnya dan mengakibatkan
hernia (Tjin Willy, 2018).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau
lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau
jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam
keadaan normal tertutup (Jitiwoyono & Kristiyanasari, 2015).
Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di dinding otot
perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya terdiri dari kulit , peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ
internal lainnya. Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan
tekanan intra-abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan beban berat
atau batuk yang berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites (Bhesty & Yudha, 2016)
2. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih besar
jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
b. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang
telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau
karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut
c. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam
lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam
rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
d. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ
yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih
di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis
inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi.
3. Klasifikasi
Menurut Tjin Willy (2018), ada beberapa klasifikasi hernia yang dibagi
berdasarkan regionya, antara lain :
a. Hernia inguinalis
terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak di rongga perut mencuat ke
selangkangan. Hernia inguinalis merupakan jenis hernia yang paling sering terjadi dan
pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya.
b. Hernia femoralis
terjadi ketika jaringan lemak atau sebagian usus mencuat ke paha atas bagian dalam.
Risiko wanita menderita jenis hernia ini lebih tinggi, terutama wanita hamil atau
memiliki berat badan berlebih (obesitas).
c. Hernia umbilicus
terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak mendorong dan mencuat di dinding
perut, tepatnya di pusar. Jenis hernia ini biasanya dialami oleh bayi dan anak di bawah
usia 6 bulan akibat lubang tali pusat tidak tertutup sempurna setelah bayi lahir.
d. Hernia hiatus
terjadi ketika sebagian lambung mencuat ke dalam rongga dada melalui diafragma
(sekat antara rongga dada dan rongga perut). Jenis hernia ini umumnya terjadi pada
lansia (>50 tahun). Jika seorang anak mengalami hernia hiatus, kondisi tersebut
disebabkan oleh kelainan bawaan.
e. Hernia insisional
terjadi ketika usus atau jaringan mencuat melalui bekas luka operasi di bagian perut
atau panggul. Hernia insisional dapat terjadi bila luka operasi di perut tidak menutup
dengan sempurna.
f. Hernia epigastrik
terjadi ketika jaringan lemak mencuat melalui dinding perut bagian atas, tepatnya
dari uluhati hingga pusar.
g. Hernia spigelian
terjadi ketika sebagian usus mendorong jaringan ikat (spigelian fascia) yang terletak
di sisi luar otot rektus abdominus, yaitu otot yang membentang dari tulang rusuk
hingga tulang panggul dengan karakteristik tonjolan yang dikenal dengan ‘six pack’.
Hernia spigelian paling sering timbul di daerah sabuk spigelian, yaitu daerah pusar ke
bawah.
h. Hernia diafragma
terjadi ketika sebagian organ lambung mencuat masuk ke rongga dada melalui celah
diafragma. Hernia jenis ini juga dapat dialami oleh bayi ketika pembentukan
diafragma kurang sempurna.
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi : (Sherwinter, 2014)
a. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi bila berbaring atau di dorong masuk perut, jika ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus (Nickes, 2015)
b. Hernia ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia (Nicks, 2015)
c. Hernia inkarserata atau strangulate
Bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut.Akibatnya, terjadi gangguan veskularisasi.
Reaksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan bagian yang mungkin
nekrosis (Sherwinter, 2014)
Bagian – Bagian Hernia menurut Jitiwoyono dan Kristiyanasari (2013) yaitu :
a. Kantong hernia
Pada hernia abduminalis berupa poritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
b. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum)
c. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang melalui kantong hernia.
d. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
e. Locus minoris resistance (LMR)
4. Tanda dan gejala
a. Terdapat benjolan di bawah kulit perut atau lipat paha yang hilang timbul. Benjolan
akan hilang bila berbaring dan akan timbul ketika tekanan perut meningkat akibat
batuk atau mengejan.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
a. Bisa terdapat nyeri saat benjolan ditekan.
b. Rasa tidak nyaman pada perut yang kadang disertai konstipasi atau darah pada tinja.
c. Rasa tidak nyaman pada perut atau lipat paha ketika mengangkat benda berat,
membungkuk, mengejan, atau berdiri dalam waktu lama
d. Bila penderita mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
5. Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkan dari hernia menurut Rudi Heryono (2012) antara lain :
a. Sulit buang air besar atau buang angin
b. Hematoma
c. Retensi urin
d. Nyeri kronis atau akut
e. Pembengkakan testis karena atrofi testis
f. Kerusakan pada usus dan jaringan yang terjepit.
g. Kerusakan testis akibat tekanan dari hernia.
h. Infeksi pada organ yang terjepit.
i. Gangguan pada saluran pencernaan termasuk obstruksi
j. perdarahan atau rusaknya saluran cerna
6. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh. Ada beberapa
jenis pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis hernia pada
seperti USG, foto Rontgen, atau CT scan.
b. Pemeriksaan laboratorium
Tes darah lengkap
c. Endoskopi
Melalui endoskopi, pemeriksa bagian dalam kerongkongan, lambung dan usus.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendeteksi apakah terdapat hernia atau kelainan lain, seperti luka, infeksi, atau
perdarahan.
d. Manometri esofagus
Pada tes ini, sebuah alat khusus berupa selang atau kateter akan dimasukkan melalui
hidung, lalu turun ke kerongkongan dan berakhir di lambung. Tes ini bertujuan untuk
mengukur tekanan dan gerakan dalam kerongkongan.
e. Gastrografin atau barium X-ray
Gastrografin atau barium X-ray merupakan salah satu teknik foto Rontgen khusus
yang dapat dilakukan untuk memantau kondisi saluran pencernaan.
7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis antara lain : (Sjamsulhidayat R,2014)
a. Terapi umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses penyembuhan melalui proses selama dapat
dilakukan pada hernia umbilikalis pada anak usia dibawah 2 tahun. Terapi konservatif
berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya adalah
pemakaian korslet pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinal pemakaian
tidak dilanjutkan karena selalu tidak dapat menyebuhkan alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut.
b. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati dengan
tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini di hanya dapat di lakukan pada hernia
repobilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher
hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi.
Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irrepobilis apabila pasien takut oprasi,
yaitu dengan cara : bagian hernia di kompres dingin, penderita di beri penenang valium
10 mg agar tidur, pasien di posisikan trandelenbrerg. Jika posisi tidak berhasiljangan
dipaksa, segera lakukan oprasi.
c. Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotok untuk memperkecil pintu
hernia.
d. Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak oprasi dan pintu hernia relative kecil.
e. Tindakan oprasi yang merupakan satu-satunya yang rasional
f. Hernioplastik endoscopy
HERNIA
Herniotomy + Hernioplasti
1. Pengkajian
a. Data umum
Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar
utama memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu (klien) seperti
identitas klien (nama, umur, agama, tempat tinggal, status pendidikan, dll) dan
penanggung jawab klien (Nursalam, 2013).
b. Kesehatan umum
1) Alasan MRS / Keluhan Utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah keluhan adanya
nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum pembedahan. Untuk
mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien, dapat digunakan
metode PQRST (Muttaqin & Sari, 2011)
2) Riwayat penyakit sekarang / riwayat kejadian Didapatkan keluhan nyeri hebat
pada abdominal bawah, dan nyeri di daerah sekitar paha dalam maupun testis,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan pasca
nyeri sering di dapatkan (Muttaqin & Sari, 2011)
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain penyakit
sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis, diprtimbangkan sebagai sarana
pengkajian preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya pekerjaan) yang
mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi hernia (Muttaqin & Sari,
2011)
4) Pola kesehatan
a) Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai kebiasaan mual, muntah,
anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi hernia.
b) Pola aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan inta abdomen seperti
bersin, mengangkat beban berat, batuk, mengejan.
5) Pemeriksaan fisik
Sujono riyadi & sukarmin (2013) menyatakan bahwa pemeriksaan fisik pada
hernia inguinal lateralis yang di lakukan antara lain :
a) Keadaan umum : yang sering muncul adalah kelemahan fisik
b) Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pada penderita hernia inguinal lateralis
biasanya composmentis
c) Tanda-tanda vital : biasanya penderita hernia ini tanda- tanda vital dalam batas
normal
d) Head toe toe
Kepala
Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur rambut. Kulit kepala :
termasuk benjolan atau lesi. Wajah : pucat dan wajah tampak berkerut
menahan nyeri
Mata
Mata tampak cekung (kekurangan cairan), sclera ikterik, konjungtiva
merah muda.Pupil : miosis, midrosis, atau anisokor
Telinga
Daun telinga masih simetris kanan dan kiri.Gendang telinga tidak
tertutup.Serumen bewarna putih keabuan dan masih dapat bervibrasi
dengan baik apabila tidak mengalami ineksi skunder.Pengkajian terhadap
pendengaran terhadap bisikan maupun tes garputala dapat mengalami
penurunan.
Hidung
Tidak terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
skunder seperti influenza
Mulut dan faring
Bibir : sianosis, pucat (biasanya penderita hernia mengalami mual muntah
karena adanya tekanan intra abdomen). Mukosa oral : lembab atau kering.
Langit- langit mulut : terdapat bercak keputihan karena pasien mengalami
penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik.
Thorax dan paru
Frekuensi pernafasan yang terjadi pada penderita hernia biasanya dalam
batas normal (16-20 kali permenit). Dengarkan pernafasan pasien apabila
terdengar stridor pada obstruksi jalan nafas, mengi apabila penderita
sekaligus mempunyai riwaat asma atau bronchitis kronik
Dada
Inspeksi : dalam batas normal, deformitas atau asimetris dan retruksi
inspirasi abdomen. Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak. Perkusi : dalam
batas normal, pekak terjadi apabila cairan atau jaringan padat menggantikan
bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi apabila penyakit lain
seperti : efusi pleura, tumor atau pasca penyembuhan TBC). Auskultasi :
bunyi nafas vasikular, bronco vasikular (dalam keadaan normal)
Abdomen
Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal lateralis fokus pada pemeriksaan
abdomen. Yang di dapatkan :
- Inspeksi
Terlihat benjolan di region inguinalis ang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Palpasi
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada fenikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera.Kantong hernia yang berisi mungkin
teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.Dalam hal ini hernia
dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus,
pasien mulai mengejan kalau hernia menyentuh ibu jari berarti hernia
inguinalis lateralis.
- Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia, hipertimpani, terdengar pekak.
- Auskultasi
Hiperperistaltis di dapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus.
Integument
Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan (luka pembedahan pada
abdomen)
Genetalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti lesi, massa dan
tumor
Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktiitas karena adanya nyeri ang hebat dan
apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
Kekuatan otot :
1 : Lumpuh
2 : Ada Kontraksi
3 : Melawan Gravitasi Dengan Sokongan
4 : Melawan Gravitasi Tapi Tidak Ada Lawanan
5 : Melawan Gravitasi Dengan Tahanan Sedikit
6 : Melawan Gravitasi Dengan Kekuatan Otot Penuh
c. Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi
2) laboratorium
d. Terapi medis
2. diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut Agen pencedera fisik b/d (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) (D.0077)
b. Risiko Perdarahan b/d Tindakan pembedahan (D.0012)
c. Risiko Infeksi b/d tindakan invasive (D.0142)
d. Ganguan pola tidur b/d nyeri (D.0055)
3. Intervensi keperawatan
Diyono, Mulyanti Sri. 2014. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Edisi
pertama. Kencana. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia