Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Di susun oleh
Hengky Hikmawan Nugraha
(200102023)

Pembimbing akademik Pembimbing Klinik

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Sjamsuhidayat & De Jong
dalam Nurarif, (2015).
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk
ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
suatu jaringan lemak/omentum Erikson dalam Muttaqin, (2013). Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
mukulo-aponevrotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital
dan hernia dapatan atau akuisita.
B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih
besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita.Pada Anak-anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya
jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut .
3. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi
buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
4. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain.Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada
abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi
yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui
kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar
kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
C. Manifestasi Klinis
a. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.

d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah


hebat disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak napas.
g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
D. Fatofisiologis
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabka g tipis atau tidak cukup
kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal, kemudian n dinding
abdominal yan terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis

4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.

USG untuk menilai massa hernia inguinal


F. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh
kembali. Terdiri atas: 2. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum
peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan
pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.
a. Suntikan

Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah


sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar dari cavum peritonii.
b. Sabuk hernia

Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi.
2. Operatif

Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada:


a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulata
d. Hernia incarserata

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:


a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia serta engembalikan isi hernia ke
cavum abdominalis.

b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
lenton (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan
m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty

Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR hilang /


tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty
pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam manurut
kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt, hernioplasty, pada hernia
inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara MC. Vay).

Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Anak berumur kurang dari 1 tahun: menggunakan teknik Michele Benc.
b. Anak berumur lebih dari 1 tahun: menggunakan teknik POTT

G. Komplikasi

Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :


1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
H. Pathwai
I. Pengkajian
1. Identitas klien

2. Keluhan Utama

Terdapat benjolan keluar masuk / keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha. adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
3. Riwayat penyakit

 Riwayat penyakit sekarang

Perawat menentukan kapan gejala mulai timbul. Apakah gejala timbul,


perawat juga menanyakan tentang durasi gejala, perawat mencatatkan
informasi spesifik seperti: letak, intensitas dan kualitas gejala.
 Riwayat penyakit dahulu

Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat kesehatan masa lalu memberikan


data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat mengkaji
apakah klien dirawat di rumah sakit atau pernah mengalami operasi. Riwayat
penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tuberkulosis dipertimbangkan
sebagai sarana pengkajian preoperatif.
 Riwayat penyakit keluarga

Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang


hubungan keluarga langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk
menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit-penyakit yang bersifat
genetik atau famtikal dan untuk mengidentifikasi area tentang promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan
informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin
berguna dalam merencanakan asuhan.
 Riwayat psikososial

Riwayat psikososial yang lengkap mewujudkan siapa sistem pendukung klien,


termasuk pasangan, anak-anak, anggota keluarga lain atau teman dekat.
Riwayat psikososial termasuk informasi tentang cara-cara yang biasanya klien
dan anggota keluarga gunakan untuk mengatasi stress. Peningkatan
kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan, serta perlunya
informsi prabedah.
4. Aktivitas/istirahat

Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
5. Eliminasi

Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia


atau retensi urin.
6. Integritas ego

Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya


paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
7. Neuro sensori

Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
8. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
9. Keamanan

Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

10. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia.


Pada surveu umum pasien hernia reponibel berada pada kondisi optimal.
Sedangkan pada pasien hernia inkarserata dan strangulata pasin terlihat
lemah dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan
gejala dehidrasi. Suhu badan pasien akan naik ≥ 38,5 oC dan tejadi takikardi.
Insfeksi: secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan paha.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan
pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas
peningkatan intra abdominal, serta mengedan untuk menilai adanya
penonjolan pada lipatan paha.

J. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
c. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah
K. Intervensi
NO Diagnosa SLKI SIKI
1 Nyeri akut b.d  Tingkat nyeri(L.08066)  Observasi
agen pencedera Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi
fisik keperawatan selama 2x24 lokasi,karakteristik,durasi
jam tingkat nyeri dapat Frequensi,kualitas,intensitas
menurun dengan kriteria Nyeri
hasil: - Identifikasi skala nyeri
indikator awal ahir - Identifikasi respons nyeri
Keluhan nyeri 2 4 non verbal
Kesulitan 2 4 - Identifikasi faktor yg
tidur memperberat dan
Ketegangan 2 4 memperingan nyeri
otot - Monitor keberhasilan
meringis 2 4 terapi komplementer yg
sudah di berikan
Keterangan:  Teraupetik
Meningkat - Berikan teknik non
Cukup meningkat farmakologis untuk
Sedang mengurangi rasa nyeri
Cukup menurun - Kontrol lingkungan yg
menurun memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi

- Jelaskan penyebab dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
scr mandiiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis utk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2 Gangguan rasa  Status  Observasi
nyaman b.d kenyamanan(L.08064) - Identifikasi penurunan
gejala penyakit Setelah dilakukan asuhan tingkat
keperawatan selama 2x24 energi,ketidakmampuan
jam diharapkan status berkonsentrasi,atau gejala
kenyamanan dapat meningkat lain yg mengganggu
dengan kriteria hasil: kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi
indikator Awal ahir Yg pernah efektif digunakan
Kesejahteraan 2 4 - Identifikasi kesediaan
fisik kemampuan dan
Kesejahteraan 2 4 penggunaan teknik
psikologis sebelumnya
rileks 2 4 - Periksa ketegamngan
otot,frequensi nadi,tekanan
Keterangan: darah,dan suhu sebelum
Menurun dan sesudah latihan
Cukup menurun - Monitor respons terhadap
Sedang terapi relaksasi
Cukup meningkat  Teraupetik
meningkat - Ciptakan lingkungan yg
tenang
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau dengan
tindakan medis lain.
 Eukasi
- Jelaskan tujuan dan manfaat
relaksasi yg tersedia
anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi

- Demonstrasikan dan latih


teknik relaksasi
3 Resiko infeksi b.d  Tingkat infeksi  Observasi
luka insisi (L.09097) - Monitor tanda dan gejala
bedah/op Setelah dilakukan asuhan infeksi lokal dan sistemik
keperawatan selama 2x24  Teraupetik
jam diharapkan tingkat - Cuci tangan sebelum dan
infeksi menurun dengan sesudah kontak dengan
kriteria hasil: pasien
indikator awal ahir - Pertahankan teknik aseptik
nyeri 2 4 pada pada pasien berisiko
bengkak 2 4 tinggi
Keterangan:  Edukasi
Meningkat - Jelaskan tanda dan gejala
Cukup meningkat infeksi
Sedang - Ajarkan cara mencuci tangan
Cukup menurun dengan benar
menurun - Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka oprasi
 Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian
imunisasi

DAFTAR PUSTAKA
https://toaz.info/doc-view

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2013. Gangguan gastrointestinal Aplikasi


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, Jilid II. Yogyakarta:
Mediactio

Anda mungkin juga menyukai